LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
1
B. Etiologi
Faktor risiko DKD secara konseptual dapat diklasifikasikan sebagai
faktor kerentanan (misalnya usia, jenis kelamin, ras / etnis, dan riwayat
keluarga), faktor inisiasi (misalnya, hiperglikemia dan AKI), dan faktor
perkembangan (misalnya, hipertensi, faktor makanan, dan obesitas). Dua
faktor risiko yang paling menonjol adalah hiperglikemia dan hipertensi.
1. Hiperglikemia
2. Hipertensi
1. Teori Vaskular
2
pembentukan radikal bebas oksidatif (reactive oxygen species). Radikal
bebas ini merusak endotel vaskular dan menetralisasi Nitric Oxide (NO)
sehingga menyebabkan vasodilatasi mikrovasular terhambat. Kejadian
neuropati yang disebabkan kelainan vaskular dapat dicegah dengan
modifikasi faktor resiko kardiovaskular yaitu hipertensi, kadar trigliserida
tinggi, indeks massa tubuh dan merokok (Subekti, 2009).
2. Teori Metabolik
3
Akibatnya, transduksi sinyal saraf terganggu (Subekti, 2009). Aktivasi
protein kinase C juga menyebabkan iskemia serabut saraf perifer melalui
peningkatan permeabilitas vaskuler dan penebalan membrana basalis yang
menyebabkan neuropati (Kawano, 2014).
3. Teori Nerve Growth Factor (NGF)
4
Faktor genetic Penumpukan gula
Infeksi virus Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat dibawa darah di vaskuler
Pengrusakan imunologik Keruskan sel beta
produksi insulin masuk dalam sel
Peningkatan
tekanan darah
Glukosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun
Peningkatan
kinerja ginjal
Dieresis osmotik
Vikositas darah meningkat Kadar gula meningkat Kerusakan pada antibodi
5
D. Manifestasi Klinis
1. Neuropati Perifer
2. Neuropati Autonom
6
Neuropati proksimal dapat menyebabkan rasa nyeri di paha,
pinggul, pantat dan dapat menimbulkan kelemahan pada tungkai.
4. Neuropati Fokal
7
kardiovaskuler. Secara farmakoterapi, pengobatan DKD meliputi
pengandelaian hipertensi, kontrol glikemik dan disiplinpidemia. Hal
lainnya adalah skrining untuk adanya komplikasi mikrovaskuler yang lain
seperti: retinopati dan neuropati. Disamping itu penatalaksanaan non
farmatologi pengaturan diet (rendah protein), rendah garam asupan cairan
dan elektrolit, dan pendidikan kesehatab untuk meningkatkan kemampuan
self manajemen dan modifikasi gaya hidup.
Individu dengna DM diabetes mellitus tipe II yang menjalani
hemodialisis rutin memiliki kebutuhan yang lebih khusus dibandingkan
individu terminal non diabetic. Pengontrolan glikemik yang baik
merupakan inti perawatan diabetes yang baik pada individu yang
menjalani dialysis kontrol glikemik. Intensif membutuhkan perhatian
khusus karena kondisi GFR yang rendah beresiko tinggi untuk mengalmi
hipoglikemik. Pemilihan jenis obat hipoglikemik oral (OH) lebih terbatas
karena harus menyesuaikan dengan kemampuan bersihan ginjal dan efek
samping obat terhadap beban ginjal hampir semua golongan OH kontra
indikasi untuk pasien gagal ginjal terminal. Bebrapa obat yang masih
diijinkan untuk diberikan pada pasien dialysis dengan dosis paling rendah
adalah golongan sulfonil urea generasi ke II (glimefirit 1 mg/ hr),
thiasolidinedione (fioglitazone 15-30 mg/hr) DPP- 4 inhibitor (sitagliptin
25 mg/ hr, saxagliptin 2.5 mg/ hr, dan alogliptin 6.25 mg/ hr).
F. Penatalaksanaan DKD
1. Tahap I dan II
8
gout arthritis, hipertensi. Optimalisasi terapi insulin eksogen harus
optimal karena dapat mencegah kerusakan glomerulus lebih lanjut,
mencegah reabsorpsi glukosa di tubulus proksimal, mengurangi dan
menghambat stimulasi growth hormone dan insulin-like growth factor
(IGF-I), mengurangi tekanan kapiler di glumerulus. Pemilihan OHO harus
memperhatikan efek farmakologi dan farmakokinetik, serta adakah efek
retensi Na+ yang akan memperberat hipertensi.
Pengendalian hipertensi sangat bermanfaat untuk mencegah risiko
komplikasi kardiovaskular dan progresivitas DKD. Pengendalian
mikroalbuminuria dengan pembatasan intake protein hewani (0,6-0,8
gr/kgBB/hr) sangat penting untuk mencegah progresivitas DKD. Pada
pasien dengan dislipidemia (LDL >100mg/dl) harus mendapatkan
pengobatan statin untuk mencegah komplikasi kardiovaskular .
2. Tahap 3 dan 4
9
Hal ini bertujuan untuk menurunkan progresivitas DKD dan mencegah
komplikasi kardiovaskular .
1
Hemodialisa
1
hiperglikemi menyebabkan haus, rasa ingin banyak minum, dan kondisi
hipervolemia dapat meningkatkan shif cairan dan kalium ke ekstrasel
sehingga menyebabkan hiperkalemia. Terapi farmakologi pada pasien
dialisis harus mempertimbangkan dampak terhadap penurunan fungsi
ginjal. Disamping itu perlu dilakukan penyesuaian dosis insulin dan OHO
untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal terutama 24 jam
pertama pada hari dilakukannya HD karena risiko tinggi terjadinya
hipoglikemi.
Manajemen dislipidemia
1
dapat mengalami komplikasi kardiovaskular sehingga penanganan
dislipidemia menjadi sangat penting, target LDL pada pasien DKD adalah
<100 mg/dl, dan < 70mg/dl bagi yang sedang dengan pengobatan statin.
Pada pasien HD (DKD tahap 5) mulai pemberian terapi statin dapat dinilai
terlambat kecuali diberikan terutama jika pasien sedang mendapat
pengobatan kardiovaskular. Pemeriksaan profil lipid direkomendasikan
diulang setelah 2-3 bulan untuk menilai efektivitas pengobatan.
Manajemen nutrisi
1
dengan penurunan fungsi renal dan retinopati diabetik yang progresif.
Anemia umumnya mulai terjadi pada gagal ginjal kronik tahap 3 dan
hampir selalu ditemukan pada stadium 5. Kidney Disease: Improving
Global Outcomes merekomendasikan pemberian Eritropoetin Stimulazing
Agent (ESA) mulai diberikan pada kisaran Hb 9-10 mg/dl untuk mencegah
penurunan Hb <9 mg/dl. Target hemoglobin (Hb) pada pasien HD yang
mendapat ESA adalah 10-12 g/dl. Agar respon eritropoesis optimal, maka
status besi (serum Fe) harus cukup sebelum mulai pemberian ESA. Status
besi cukup menurut standar Pernefri (2011), yaitu saturasi transferin ≥20
%, feritin serum ≥200 ng/ml.
1
(miokard infark atau angina pectoris), retinopati dan polineuropati
(ketidakseimbangan persarafan otonom di jantung), kadar lipid serum.
Studi prostektif melaporkan prediktor terkuat kematian akibat penyakit
jantung adalah merokok seperti halnya dan kontrol glikemik yang buruk
pada pasien diabetes dengan dialisis.
1
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, usia (jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa
masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi
cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung
untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak
yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang
pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit
2. Keluhan utama
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu
tubuh meningkat, sakit kepala. Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan
berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu
setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4. Riwayat kesehatan dahulu
1
glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen
5. Riwayat kesehatan keluarga
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
d. Eliminasi
1
e. Makanan dan cairan
3. Nyeri akut
1
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
4. Perfusi perifer tidak efektif
Defenisi : Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat.
6. Gangguan integritas kulit/jaringan.
7. Ansietas
B. Rencana Keperawatan
1
Diagnosis Keperawatan (SDKI) Luaran Keperawatan Intervensi (NIC) Rasional
Defisit Nutrisi; b.d. gangguan nutris membaik 1. Kaji status nutris 1. pengkajian penting dilakukan untuk mengetahu
penyerapan nutrisi di sel, insufisiensi 2. Monitor adanya penurunan berat badan status nutrisi pasien sehingga dapat menentuka
asupan nutrisi, asupan berlebih dalam 3. Berikan makanan yang terpilih (sudah intervensi yang diberikan
kaitannya dengan kebutuhan metabolic dikonsultasikan dengan ahli gizi) : diet pasien 2. penurunan BB menandakan asupan makana
diabetes mellitus yang tidak terkontrol ataupun gangguan pad
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi penyerapan nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet Yakinkan 3. untuk membantu memenuhi kebutuhan nutris
diet yangdibutuhkan pasien
4. untuk menyesuaikan berapa jumlah nutrisi yan
dibutuhkan pasien
5. untuk mengatur nutrisi dan diet gula
Ketidakstabilan kadar glukosa darah Kadar glukosa dalam 1. Pemantauan kadar glukosa darah 1. untuk mengetahui kondisi glukosa dalam darah
b.d.resistensi insulin, ketidakmampuan darah membaik (stabil) 2. Monitoring tanda-tanda hiperglikemia apakah mengalami peningkatan atau
pankreas mensekresi insulin, kurangnya seperti poliuri, polidipsia, polifagi dan penurunan
kepatuhan manajemen diabetes, keletihan 2. Poliuri, polidipsia, polifagi dapat memperparah
monitoring kadar glukosa darah yang 3. Pemberian karbohidrat sederhana kondisi keletihan yang dialami pasien
inadekuat, manajemen terapi yang 4. Managemen hiperglikemi 3. menjaga keseimbangan glukosa dalam darah
inadekuat 5. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan 4. dapat memanajemen diabetes yang
gejala hiperglikemik memburuk dialami pasien dan mengetahui bagaimana
cara penanganan terhadap hiperglikemi
5. Mengantisipasi dan menghambat keparahan
yang diakibatkan oleh hiperglikemik
2
Kelebihan volume cairan/ hiervolemia Keseimbangan cairan 1. monitoring status hidrasi pasien 1. kelembaban mukosa menandakan bahwa
b.d. perubahan status cairan, kelebihan membaik 2. Batasi intake cairan intake cairan telah adekuat (kelembaban
volume cairan, kegagalan mekanisme 3. Timbang berat badan pasien membrane mukosa dan nadi adekuat.
regulator, diuresis hyperglikemia, 4. kolaborasi dengan dokter jika ada tanda cairan 2. mempertahankan keseimbangan cairan
poliuri, muntah,diare,perunan berlebih muncul memburuk 3. peningkatan BB menandakan asupan
asupan oral, dehidrasi . makanan dan cairan yang tidak terkontrol
4. Agar dapat menghambat dan mencegah
keparaha yang ditimbulkan karena kesalahan
masukan
cairan
Risiko infeksi b.d. peningkatan kadar Status imun dan 1. Mencuci tangan setiap sebelum dan 1. tindakan aseptic meminimalkan terjadinya infeksi
glukosa darah, menurunnya fungsi Pengetahuan tentang sesudah tindakan keperawatan
2. untuk mengetahui pada daerah mana saja
leukosit, gangguan sirkulasi, cara menghindari infeksi
2. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local berresiko terhadap infeksi serta penyebaran dari
mekanisme pertahanan primer membaik
infeksi tersebut
inadekuat 3. Monitor hitung granulosit, WBC
3. untuk mengetahui jumlah kadar leukosit
4. Inspeksi kulit dan membrane mukosa
akibat adanya gangguan system kekebalan
terhadap kemerahan, panas, drainase
tubuh
5. Berikan terapi antibiotic
4. kemerahan merupakan tanda adanya infeksi
6. Ajarkan pasien cara menghindari infeksi
5. untuk proteksi terhadap infeksi
6. mencegah terpapar ataupun kembali terinvasi
infeksi
2
Keletihan b.d. penurunan produksi Keletihan yang dirasakan 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam 1. untuk mengetahui batasan aktivitas klien
energi metabolik, hipermetabolisme Berkurang melakukan aktivitas 2. sebagai landasan membuat intervensi selanjutnya
(infeksi), gangguan kimiawi tubuh 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan ketihan 3. nutrisi yang adekuat menghasilkan energy
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat 4. untuk memenuhi kebutuhan klien
4. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan 5. untuk memenuhi kebutuhan energi
kebutuhan
5. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan
asupan makanan yang berenergi tinggi : untuk
pasien DM
Nyeri akut/kronik b.d. agen cedera Nyeri yang dirasakan 1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif 1. menegtahui tingkatnyeri yang dirasakan klien da
(biologis, kimia, fisik), berkurang termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan untuk menentukan intervensi selanjutnya
kerusakanjaringan, dan disfungsi saraf kualitas 2. reaksi nonverbal dapat menun jukkan tingka
perifer /neuropati, 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan nyeri yang dirasakan klien
3. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, 3. teknik non-farmakologi dapat membantu pasie
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
4. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 4. pemberian obat analgetik dapat mengurangi nyeri
5. menambah pengetahuan klien dan keluarg
5. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
tentang penyakit yang dialami
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang
Perfusi perifer tidak efektif (ginjal) b.d. Perfusi perifer membaik 1. Pantau tanda-tanda vital 1. terjadi perubahan pada TD, respirasi dan Nad
kerusakan transport oksigen melalui 2. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer menandakan terjadinya gangguan pada tubuh
membrane kapiler, asidosis metabolic, 3. Evaluasi nadi perifer dan edema 2. sirkulasi perifer dapat menunjukan tingka
Hipovolemia 4. Monitor laboratorium ( Hb, Hmtc) keparahan penyakit
3. pulsasi yang lemah menimbulkan ↓ cardiac outpu
4. nilai laboratorium dapat menunjukan komposis
darah
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d. Gangguan integritas kulit 1. Monitor kulit akan adanya kemerahan 1. kemerahan menandakan adanya peradangan ata
gangguan sirkulasi, gangguan mobilitas membaik 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering kerusakan berarti pada kulit
2
fisik, faktor mekanik (tekanan, gesekan) 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang 2. kulit bersih dapat menghindari pembentuka
longgar ataupun perkembangan kuman dan bakteri yan
4. Bersihkan area sekitar jahitan, menggunakan lidi memicu kerusakan pada kulit
kapas steril 3. karena pakaian yang longgar tidak akan meneka
5. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau kulit yang memicu timbul rasa nyeri ataupun
biarkan luka tetap terbuka sesuai program gata
6. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua 4. mencegah terjadinya infeksi dan mempercepa
jam sekali proses penyembuhan
5. mencegah terjadinya infeksi
6. melancarkan sirkulasi darah ke bagian tubuh da
mencegah dekubitus
Ansietas b.d. perubahan satatus Cemas pasien berkurang 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 1. memberikan rasa nyaman kepada pasien
kesehatan. 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan 2. agar klien dapat mengerti dan memaham
selama prosedur prosedur yang akan dilaksanakan
3. Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan 3. dapat mengurangi kecemasan pasien
teknik relaksasi 4. support dari keluarga dapat mengurang
4. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien kecemasan pasien
5. Kolaborasi pemberian obat anti cemas 5. pemberian obat cemas dapat menurunka
kecemasan pasien
2
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Hananta, P. Yuda Dan Harry Freitag. 2011. Deteksi Dini Dan Pencegahan
Subekti I., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Neuropati Diabetik, Jilid III,
Edisi 4, Jakarta: FK UI pp. 1948.