Anda di halaman 1dari 53

AK14 - PSIKOLOGI ABNORMAL

(12 Jam = 0,86 sks)


AK 14 - 20. Perilaku Sosial dan
Pengaruhnya
(3 jam)
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
(T.I.U.):

Setelah mengikuti kuliah ini, ‘mahasiswa’ mampu:


 Menerangkan perilaku sosial dan pengaruhnya pada
manusia
TUJUAN INSTRUKSIONAL
KHUSUS (T.I.K.):
 Setelah mengikuti kuliah ini, ‘mahasiswa’ mampu:

 Menerangkan interaksi holistik manusia: biologis, psikologis, sosial


 Menerangkan Mind-body interaction: secara neuroimun-neurohormon-
biomolekuler
 Menerangkan persepsi dan memori (positif dan negatif)
 Menerangkan proses belajar otak: menurut waktu, state, content dan context
 Menerangkan interaksi erat antara Motif/Dorongan: baik, buruk – Emosi – Pikiran
 Menerangkan bila interaksi ini kurang optimal, akan mengganggu relasi, kurang
optimal performans, bahkan terjadi gangguan psikiatrik
 Menerangkan upaya meningkatkan hubungan antara kognisi dan emosi untuk
meningkatkan kesadaran
 Menerangkan pentingnya bantuan dan intervensi obat dan non-obat (psikoterapi)
untuk ketidakoptimalan hubungan ini
 Menerangkan kemungkinan terjadi berbagai gangguan psikiatri dalam klien yang
dikonseling dan cara merujuk
TOPIK BAHASAN
 Interaksi holistik manusia: biologis, psikologis, sosial
 Mind-body interaction: secara neuroimun-neurohormon-
biomolekuler
 Persepsi dan Memori positif dan negatif
 Proses belajar otak: menurut waktu, state, content dan context
 Interaksi erat Motif: baik, buruk – Emosi – Pikiran
 Akibatnya mengganggu relasi, kurang optimal performans,
gangguan psikiatrik
 Meningkatkan kesadaran, hubungan antara kognisi dan emosi
 Kemungkinan berbagai gangguan psikiatri
 Cara merujuk
PUSTAKA ACUAN:
1. Carlson
NR: Foundations of Physiological Psychology
6th ed, International Edition, Pearson, USA, 2005.
ISBN 0-205-42723-5.
2. Sadock
BJ, Sadock VA. 2007. Kaplan and Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry. 10th edition. Wolters Kluwer, Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia, USA. ISBN 978-0-
7817-7327-0
Supra-natural
Agama/Spiritual

Organo Biologik Psiko-edukatif

BIO-PSIKO-SOSIAL

Alam
Lingkungan

Sosial-budaya
& lingkungan (termasuk
‘agama’)
TUHAN

PIKIRAN SIKAP, PERKATAAN


PERASAAN
&TINGKAH LAKU
Penyebab Gangguan Jiwa
secara umum
SPIRITUAL
GENETIK
BIOLOGIS

SOSIAL
PENGASUHAN LINGKUNGAN
PSIKOLOGIS
Interaksi Bio-psiko-sosial dalam Psikiatri

SOSIAL PSIKOLOGIK BIOLOGIK

Physical
Environment NT
Interaction and Protein
activity of each
area in the brain Hormone
Nutrition
Cytokine
Caring pattern Genes
Information
Lifestyle
Neurobiology Mental (Depressive) Disorder:
from Micro to Macro Effects
‘Network’ level:
dysregulation of
neural circuitry1
Functional changes
Stress1 Structural changes
Neuropsychiatric
symptoms
Neuroendocrine,
Emotional5
autonomic, immune
Genetic vulnerability3,4 dysregulation2 Cognitive5
Behavioral7
Physical6
Cellular and subcellular
Trauma/ level impact on:4 Intracellular Systemic
signaling; Gene transcription;
Injury 6
Neurotrophic support
manifestations

Modified and Based on Maletic et al. Front Biosci 2009; 14:5291-338; 1. Sheline YL. Biol Psychiatry 2000;48:791-800; 2. Raison et al. Trends Immunol
2006;27(1):24-31. 3. Gatt et al. J Integr Neurosci 2007;6(1):75-104. 4. Carlson et al. NeuroRx 2006;3(1):22-41. 5. Drevets. Curr Opin Neurobiol.
2001;11(2):240-9. 6. Blackburn-Munro et al J Neuroendocrinol 2001;13(12):1009-23. 7. American Psychiatric Association (APA). DSM-IV-TR; 2000:352-356
The Role of Epigenetic Modulation in
Psychiatric Illness
External
environment

Maternal care Social experiences

Genetic Behavioral
Background phenotype
EARLY EXPERIENCES REVERSIBILITY
Epigenetic modifications 1 Epigenetic modifications 2
Fertilization Peripartum Postpartum Post-weaning Adult

Diambil dari Champagne FA, Curley JP. How Social Experiences Influence the Brain. Opin.
Neurobiol.2005;15(6):704-709
Accelerated Learning

CREATIVE LEARN HOW TO LEARN


THINKING

HUMAN BRAIN

MOTIVATION

MAMALIAN BRAIN

SECURITY

REPTILIAN BRAIN
Childhood Adversity Represents
a Risk for Adulthood Disease
32-year Prospective Study
70
No. of Adverse
Childhood Experiences
Study Members with the Condition (%)

60
0 (n=502)
50 1 (n=253)
≥2 (n=98)
40

30

20

10

0
Panel 1: Panel 2: Panel 3: Panel 4:
Major Depression hsCRP >3 mg/L Clustering of Metabolic ≥1 Disease Risk
Risk Markers

Panel 1: z=4.94, p<0.001; hsCRP level >3 mg/L. Panel 2: z=3.24, p=0.001; clustering of metabolic risk markers.
Panel 3: z=4.58, p<0.001; and ≥1 age-related disease risks. Panel 4: z=5.66, p<0.001.

CRP=C-reactive protein; hs=High-sensitivity.


Danese et al. Arch Pediatr Adolesc Med 2009;163(12):1135-43.
Beyond the Brain: Mind and Body interaction
through HPA Axis and Cytokines
Stress and Depression1

Red=Inhibitory pathways to hypothalamus–pituitary–adrenal (HPA) axis; Green=Stimulatory pathways to HPA axis; TNF=Tumor necrosis factor; IL=Interleukin; DRG=Dorsal root
ganglion; ACTH=Adrenocorticotropin hormone; BDNF=Brain-derived neurotrophic factor; CRH=Corticotropin-releasing hormone; DA=Dopamine; 5-HT=Serotonin;
NE=Norepinephrine; HPA=Hypothalamic–pituitary–adrenal .

1. Adapted from Maletic et al. Int J Clin Pract 2007;61(12):2030–40. Copyright Blackwell Publishing Ltd (2007). 2. Blackburn-Munro et al.
J Neuroendocrinol 2001;13(12):1009–23. Copyright Blackwell Publishing Ltd (2001).
18
Cognition:
Meta–Program
Historical
Files
MIND Emotion

Internal
Representation

Stimulus /
External Event /
Perilaku sosial
PHYSICS
- Posture
- Gesture

Response
BERBAHASA

BERPIKIR

FUNGSI TUBUH,
HORMON, TIDUR

BERPERASAAN

BERPERILAKU/BERTINDAK
DALAM GERAKAN

RASA DI TUBUH-FUNGSI
ORGAN TUBUH-MAKAN-
TIDUR-SEKSUAL
BERBICARA
DINAMIKA MENTAL/PSIKIS/JIWA
Faktor eksternal
Faktor Internal - NAPZA/HIV
-
-
Umur
Seks
+ - Faktor keluarga
- Pengalaman lalu - Faktor sosial
- Kekuatan ego
- Faktor ekonomi
- Kesehatan, nature
-
-
Genetik
Dll.
- - Nilai
- Kepercayaan
- Budaya, dll.

Mekanisme Mekanisme
adaptif defensif
Proses sadar Proses nirsadar

Inadekuat Adekuat Adekuat Inadekuat

Perasaan Perasaan Perasaan


memburuk baik-nyaman-tenang-aman memburuk
Bermasalah Sehat Bermasalah
Adaptasi buruk Adaptasi baik Adaptasi buruk
Gejala psikiatrik Asimtomatik Gejala psikiatrik
Mekanisme Defensif (Mekanisme
Pembelaan Ego) dari George Vaillant
 1. Narsisistik: 3. Neurotik:
- pengendalian
- penyangkalan (denial)
- pengalihan
- distorsi
- idealisasi primitif - disosiasi
- eksternalisasi
- proyeksi - inhibisi
- identifikasi proyeksi - intelektualisasi
- splitting - isolasi
- rasionalisasi
 2. Imatur: - reaction formation
- pemeranan (acting out) - represi
- blocking - seksualisasi
- hipokhondriasis
- identifikasi 4. Matur: dengan sadar
- introyeksi - altruisme
- pasif agresif - antisipasi
- proyeksi - asceticisme (pertapaan)
- regresi - humor
- khayalan skizoid - sublimasi
- somatisasi - supresi
Mekanisme Pembelaan Ego antara lain
1. FANTASI
= Pemuasan keinginan yang tak terpenuhi dengan berkhayal
2. IDENTIFIKASI
= Menambah rasa harga diri dengan menyamakan identitas
diri dengan identitas yang dimiliki seseorang yang dikagumi
3. SALAH PINDAH (DISPLACEMENT)
= Memindahkan sasaran suatu keinginan dari obyek atau
keadaan lain yang kurang resikonya
4. PROYEKSI
= Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri atau
melemparkan keinginan sendiri yang tidak baik kepada
orang lain
5. REPRESI
= Mencegah perasaan yang tidak enak untuk tidak muncul ke
alam jiwa sadar dengan cara menekan & menyimpan ke
alam jiwa tidak sadar
Mekanisme Pembelaan Ego antara lain

6. REACTION FORMATION = PEMBENTUKAN REAKSI


= Mengatasi implus yang tidak enak/berbahaya dengan cara
merubah & menyalurkan dalam bentuk implus yang sebaliknya
7. DENIAL = PENYANGKALAN
= Tidak berani menyadari, melihat & mengakui kenyataan yang
tidak enak
8. ACTING OUT = PEMERANAN
= Ekspresi atau pernyataan langsung suatu keinginan yang tidak
atau kurang disadari dalam bentuk tindakan
9. SUBLIMASI
= Pemuasan implus/keinginan yang terhambat atau gagal
dilaksanakan dengan mengalihkan pada obyek /tujuan yang
lebih bisa diterima secara moral/sosial
MEKANISME PEMBELAAN EGO

UNTUNG : RUGI :
- Tak merasa gagal - Membohongi diri sendiri
- Kurang menjadi cemas - Distorsi realitas
- Kurang rasa sakit - Kerja tidak sadar tanpa
- Rasa layak
pemikiran
- Tak memecahkan
- Rasa harga diri
masalah
Berpikir Pleasure
interest
Energi fisik
Tidur
Nafsu makan

Kontrol
perilaku
emosi

Perasaan

Memori

Koordinasi gerak
PERBEDAAN PERSEPSI
 Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang istri berpesan dua hal
kepada 2 anak laki-lakinya:
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang
kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar
matahari.
Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah
ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya, sedangkan yang
bungsu menjadi semakin miskin.
Pada suatu hari sang ibu menanyakan hal itu kepada mereka.
Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak
boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya
modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar
sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko
dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik
becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi
karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".
 Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang ibu pun
bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena
ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang
berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah
menghutangkan sehingga dengan demikian modal
tidak susut".
"Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko
atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka
saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang
sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup
jauh sesudah toko yang lain tutup."
"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku
menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'


Be Positive Thinking !!!
INTERAKSI PIKIRAN DAN
PERASAAN

BERPIKIR POSITIF
PSIKOMOTOR
DORONGAN
PERILAKU
MOTIVASI
NON-VERBAL
KEMAUAN
VERBAL
EMOSI POSITIF
Perlu diperhatikan CARA
 Otak bagian emosi anak (amigdala) matur lebih dulu
 Otak bagian berpikir (dorso-lateral prefrontal cortex) baru belakangan
matur -- pola berpikir primer dan pola berpikir sekunder (setelah kira-
kira umur 10 tahun)
 Emosi negatif akan terekam (pasif) tanpa ia tahu maknanya (aktif),
membekas hingga dewasa  mengganggu pola pikir, sikap, perasaan,
tutur kata dan perilaku
 Penting suasana dulu (context), baru isi (content)
 Fase negativistik: sekitar umur 2-4 tahun dan kembali umur 6-10 tahun
 Disikapi dengan tidak memaksa, secara tidak langsung
 Fase perkembangan Freud: oral – anal – oedipus complex – latent -
genital
 Perlu diliwati dengan optimal agar tidak terjadi gangguan kejiwaan
seperti gangguan identitas diri, tidak PD, kurang dapat mengontrol diri
PROSES BELAJAR: MEMORI,
PENGULANGAN, PENGUATAN

1. Cognitive Maps (Tolman EC, 1938): tikus menggunakan ‘cognitive


map’ mengeksplorasi jalan tikus (maze) untuk melihat hubungan
spasial
2. Observational learning (Cognitive Behaviorism): belajar dengan
melihat (learning by watching/modelling) dan meniru orang lain
oleh Albert Bandura (1977) perlu mengingat apa yang dilakukan
orang lain dan hubungannya dengan orang lain
3. Episodic learning: belajar mengurutkan kejadian/episode yang
dilihat bukan saja stimulus individual/tunggal
4. Relational Learning: relasi antara beberapa stiumulus

 Belajar termasuk memanggil kembali ingatan kejadian dan


episode masa lalu
ADULT LEARNING:

 Unconscious competence

 Conscious competence

 Conscious incompetence

 Unconscious incompetence
Dampak Gangguan Mental
akibat Pengaruh Sosial
 Penyalahgunaan zat, ketergantungan, intoksikasi, putus
zat/withdrawal
 Kecanduan game, internet, seks, makan
 Gangguan pengendalian impuls: judi, pika
 Agresivitas
 Deliquency/kenakalan remaja
 Korupsi ??
 Bencana: alam, man-made, individual, massal
 Reaksi Stres Akut
 PTSD (Gangguan Stres Pasca Trauma)
 Gangguan citra tubuh (Body dysmorfik)

 Akibatnya performans dan relasi, kualitas hidup


AKIBAT PADA DENSITAS SEL OTAK

Glial immunoreactivity in the prefrontal cortex1

Control (27 years old) MDD (32 years old)

• Reduction in glial cell density and number is the most prominent feature of cell pathology in
depression1–4

The images show glial fibrillary acidic protein immunoreactivity.

1. Rajkowska et al. CNS Neurol Disord Drug Targets 2007;6:219–233; 2. Rajkowska et al. Biol Psychiatry 1999;45:1085-98;
3. Ongür et al. Proc Natl Acad Sci USA 1998;95:13290-95; 4. Si et al. Neuropsychopharmacol 2004;29:2088-96.
Illness Wellness Continuum
‘Wellness is a process never a static state’
Screening & Early detection & treatment:
Secondary Prevention

Promoting & Prevention


Tertiary Prevention & of health: Primary
Rehabilitation Support Prevention

HEALTHY
‘Wellness is a process never a static state’ BRAIN

The Illness-Wellness Continuum was first envisioned by John W. Travis Three key wellness concepts
Successful Antidepressant Treatment
Can Be Associated With BDNF Increase
35
*p<.01 vs control or treated

30

25
Plasma BDNF (ng/mL)

20 *

15

10

(n=50) (n=16) (n=17)


0
Control Antidepressant- Depressed-treated
naïve
Mixed group of antidepressants used for treatment.
HAMD-17=27.8±10.2 and 18.8±11.4 for untreated and treated groups respectively.

BDNF=Brain-derived neurotrophic factor; HAMD-17=17-item Hamilton Depression Rating Scale.

Shimizu et al. Biol Psychiatry 2003;54(1):70–75.


Antidepressant Treatment May
Normalize Amygdala Activity

fMRI Study of MDD Patients (n=11) and Healthy Controls (n=11)


Baseline 8 weeks
0.4 0.45
* 0.40 ** Pre-treatment
0.3
0.35 Post-treatment
0.2
Signal Change (%)

Signal Change (%)


0.30

0.1 0.25
0.20
0.0 **
0.15
-0.1 0.10
Depressed 0.05
-0.2 Control 0.0
-0.3 -0.05
Left Amygdala Right Amygdala Left Amygdala Right Amygdala

*p<.05 compared with control **p<.05 compared with pre-treatment

fMRI = Functional magnetic resonance imaging; MDD = Major depressive disorder.

Sheline et al. Biol Psychiatry 2001;50(9):651–58. Copyright Elsevier (2001).


Antidepressant Treatment May Result
in “Normalization” of Cerebral Activity
Areas of increased (red) and decreased activation (blue) in MDD patients

MDD patients at
rest compared
with controls

MDD patients with


SSRI treatment

Increased activity : DLPFC, pregenual and dACC, insula


Decreased activity: VMPFC, sgACC, amygdala, thalamus, caudate

dACC=Dorsal anterior cingulate cortex; DLPFC=Dorsolateral prefrontal cortex; MDD=Major depressive disorder; sgACC=Subgenual anterior
cingulate cortex; VMPFC=Ventromedial prefrontal cortex.

Fitzgerald et al. Hum Brain Mapp 2008;29(6):683–95.


Cognitive Therapy and Medications Affect the
Brain in Complementary Ways

ADM=Antidepressant medication; CT=Cognitive therapy; PFC=Prefrontal cortex.

DeRubeis et al. Nature Rev Neurosci 2008;9(10):788–96.


EMDR
berpengaruh pada
hipokampus pasien PTSD
Medication plus psychoeducation
improves recovery in Bipolar I and II
100

Treatment group
80 Control group

n=120
60 p<0.003
% patients improve

40

20

6 12 18 24
Time to recurrence (months)

Outpatients (n=120) with bipolar I or II disorder in remission for ≥6 months prior to inclusion,
and receiving standard pharmacological treatment were included in this controlled trial
In addition to standard psychiatric care, patients were randomised to
group psychoeducation or non-structured group meetings (control)

Colom F, et al. Arch Gen Psychiatry 2003;60:401-407


Beda Konsultasi, Konseling dan
Psikoterapi

 KONSULTASI: (problem oriented), bidang lain, mis hukum,


ekonomi, keuangan, antar dokter

 KONSELING: (patient oriented), awam yang dilatih, rohaniwan


 here and now

 PSIKOTERAPI:
- Suportif: non-psikolog, non-psikiater
- Dinamik : psikolog, psikiater
- Analisis: psikolog, psikiater
PSIKOTERAPI (non-suportif) KONSELING
 Patient oriented  Patient oriented
 Pengalaman masa lalu  ‘Here and now’
 Gangguan klinis  ‘Relatif’ sehat
 Psikiater, Psikoloog  Awam, rohaniwan yang dilatih
 Pasien, klien  Konseli = ‘Counselee’
KETERGANTUNGAN
1. Tolerance: ada peningkatan dosis untuk mendapat efek yang
sama
2. Gejala withdrawal (DD. Rebound phenomena, relaps dari gejala
penyakitnya sendiri, discontinuation syndrome)
3. Dorongan kuat memakai

 Obat-obatan psikiatrik berfungsi memperbaiki neurokimiawi di


otak dengan mengkondisi neurotransmiter
 Diperlukan waktu yang cukup
 Disesuaikan dari waktu ke waktu dengan keadaan kebutuhan dari
badannya, dalam hal ini otaknya
 Adakalanya fisik sudah terjadi dekompensasi sehingga tubuhnya
membutuhkan/memerlukan terus obat, perlu penggunaan obat
jangka panjang (BUKAN KETERGANTUNGAN)
KAPAN DIRUJUK ??

 Bila diketahui mengalami gejala-gejala gangguan kejiwaan

 Bila diduga mengalami gejala-gejala gangguan kejiwaan

 Atas permintaan yang bersangkutan dan/atau keluarga


pasien

 Bila yang bersangkutan keberatan, maka perlu dipersiapkan


untuk dirujuk
Persiapan Pasien yang akan dirujuk
 Jelaskan tentang keperluan dirujuk, untuk konfirmasi, untuk
bantuan penanganan agar lebih nyaman
 Bila pasien menolak, tanyakan apa yang menjadi alasan
 Empati alasan tersebut dan berikan penjelasan tambahan
sehubungan dengan alasan
 Penjelasan tambahan menyangkut:
 Akan dijaga kerahasiaannya
 Tidak selalu akan langsung diberi obat, bila diperlukan maka
tidak akan menjadi ketergantungan, jelaskan tanda
ketergantungan, juga tidak akan merusak badan
 Obat dan non-obat akan membuat ybs lebih nyaman
 Gangguan jiwa bukan hanya ‘gila’
 Bila pasien masih denial, ikuti dulu, saat kontrol perlu dibahas
lagi tentang kekhawatiran2nya
“When you change the way
you look at things the things
you look at change”

Wayne Dyer, author and


motivational speaker
Harmony in Diversity

Anda mungkin juga menyukai