Anda di halaman 1dari 11

PAPER PENDIDIKAN AGAMA HINDU

“HUKUM DALAM RANGKA PENEGAKAN KEADILAN”

(UNO 102A)

OLEH
KELOMPOK 4 :

1. I Kadek Deo Narendra Adnya Putra 2207531008


2. I Gede Wahyu Ananda Wiadnyana 2207531036
3. Ni Kadek Dian Maharani 2207531070
4. I Gusti Ayu Mas Dharmayanti 2207531071
5. I Kadek Yuki Darlena 2207531072
6. Andy Wirajaya 2207531115

DOSEN PENGAMPU :

I Wayan Latra, S.Ag, M.Si.

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SARJANA AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan karunia-
Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan Paper ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada. I Wayan Latra, S.Ag, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dalam penyelesaian Paper ini. Paper ini mengenai materi Pendidikan Agama Hindu yang
keempat yaitu “Hukum Dalam Rangka Penegakan Keadilan”.

Adapun tujuan penulisan Paper ini ialah untuk memberikan informasi mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan Hukum Dalam Rangka Penegakan Keadilan . Dengan
demikian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam melakukan suatu kegiatan beragama.
Kami menyadari bahwa Paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritik yang bersifat membangun dan saran-
saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi Paper ini. Akhir kata, kami mengucapkan
terima kasih.

Om Santih Santih Santih Om.

Jimbaran, 12 Maret 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………...…..........……………………………3

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 4

BAB II ....................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5

2.1 Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum Tuhan (Rta/Dharma) ................................. 5

2.2 Peranan Agama Hindu dalam Merumuskan dan Menegakkan hukum yang Adil ............... 6

2.3 Fungsi Propetik Agama Hindu dalam Hukum ..................................................................... 9

BAB III.................................................................................................................................... 10

PENUTUP ............................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 10

3.2 Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama hindu memberikan tuntutan dan arahan moral yang benar pada pemeluknya
untuk menuju tujuan hidup. Tuhan menciptakan manusia dengan 2 unsur yaitu unsur positif
dan negative. Untuk menjalani swa dharma dan para darma supaya tidak terjadi benturan
antaradua hal tersebut, maka manusia membuat aturan yang disebut hukum, dan agama
sebagaidasar hukum tersebut. Materi hukum diambil dari nilai-nilai agama yang ada.
Sehinggatujuan agam selaras dengan tujuan hukum. Yaitu menuntun dan mengarahkan
manusia untukmencapai keharmonisan dalam hidup. Menurut ajaran hindu yang menciptakan
segala isi dari alam semesta ini adalah tuhan.

Untuk mengatur dan menjaga hubungan antara partikel-partikel yang diciptkan-nya


itu,tuhan menciptakan hukum yang murni dan abadi bersifat absolute berlaku bagi
semuaciptaan-Nya. Hukum itu disebut hukum rta, rta berasal dari bahasa sansekerta yang
artinya adil, tuhan sebagai pencipta dan pengendali hukum rta disebut rtawan. Swa dharma
berarti sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing dan apabila kewajiban itu di jalankan
dengan sebaik-baiknya barulah “moksartham dan jagadhita” akan terwujud.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis


merumuskan masalah menjadi beberapa, diantaranya:

1. Bagaimana Cara Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum Tuhan (Rta) ?


2. Bagaimana Peran Agama Hindu Dalam Perumusan dan Mengatakan Hukum Yang
Adil ?
3. Apa Fungsi Profetik Agama Hindu Dalam Hukum ?

1.3 Manfaat Penulisan


Untuk mengetahui dan meresapi arti Hukum Dalam Rangka Penegakan Keadilan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum Tuhan (Rta/Dharma)


Menurut ajaran hindu yang menciptakan segala isi dari alam semesta ini adalah tuhan.
Untuk mengatur dan menjaga hubungan antara partikel-partikel yang diciptkan-nya itu,
tuhan menciptakan hukum yang murni dan abadi bersifat absolute berlaku bagi semua ciptaan-
Nya. Hukum itu disebut hukum rta, rta berasal dari bahasa sansekerta yang artinya adil, tuhan
sebagai pencipta dan pengendali hukum rta disebut rtawan
Contoh hukum rta;
1. Matahari terbit di timur, tenggelam di barat.
2. Air mengalir dari tempat yang tinngimenuju tempat yang lebih rendah.
3. Adanya siang dan malam.
4. Adanya siklus kehidupan.
Apabila rta tidak dijalankan maka akan terjadi ketidak seimbangan atau keharmonisan dalam
kehidupan ini.
Sesuai dengan anjuran agama, yaitu moksartham jagadhita ya ca iti dharma. Untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat/lahir dan batin, maka dharmalah sebagai
penuntunnya. Sehingga dalam aplikasinya dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Swa dharma dan,
2. Para dharma.
Swa dharma berarti sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing dan apabila
kewajiban itu di jalankan dengan sebaik-baiknya barulah “moksartham dan jagadhita” akan
terwujud
Dalam mmenjalankan swa dharma, ini dibedakan menjadi empat kelompok tugas yang
disebut “catur warna” . Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata
''Catur" berarti empat dan kata "warna" yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya
memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan
berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang
dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan
ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan
yang kemudian terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatrya, Wesya, dan
Sudra.
Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di dalam
Warna
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam
Brahmana
swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.

Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam


Warna masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam
Ksatrya swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan
keamanan negara.

Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam


Warna masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di
Wesya bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain-
lain).

Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam


Warna
masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di
Sudra
bidang ketenagakerjaan.

Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem


Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur
Wangsa atau Turunan darah. Pada hal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan
fungsional, sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.
Para dharma adalah peraturan yang berlaku pada setiap orang, apapun profesinya
ataupun warnanya apapun jenis kelaminnya, di dalam setiap tingkatan umur, dimanapun
berada, diikat oleh aturan tersebut. Apabila melanggar aturan ini akan terjadi benturan-benturan
yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidup ini.

2.2 Peranan Agama Hindu dalam Merumuskan dan Menegakkan hukum yang Adil
Menurut weda hukum hindu bersumber pada:
1. Çruti
2. Smerti
3. Sila
4. Acara
5. Atmanastuti
a. Sruti sebgai Sumber Hukum Hindu Pertama Di dalam Manawadharmasastra 11.10 dikatakana
‘Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerti, te sarwatha wam imamsye tabhyam
dharmohi nirbhabhau”. Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Weda, Smerti itu Dharmasastra,
keduanya tidak boleh diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi
sumber dari pada hukum. Selanjutnya mengenai Weda sebagai sumber hukum utama, dapat
kita lihat dari sloka 11.6 dirumuskan sebagai berikut: Wedo khilo dharma mulam smerti sile
ca tad widam, acarasca iwa sadhunam atmanas tustirewa ca. Artinya : seluruh Weda sumber
utama dari pada hukum, kemudian barulah smerti dan tingkah laku orang-orang baik, kebiasaan
dan atmanastuti. Pengertian Weda sebagai sumber ilmu menyangkut bidang yang sangat luas
sehinga Sruti dan Smerti diartikan sebagai Weda dalam tradisi Hindu. Sedangakan ilmu hukum
Hindu itu sendiri telah membatasi arti Weda pada kitab Sruti saja. Kitab-kitab yang tergolong
Sruti menurut tradisi Hindu adalah : Kitab Mantra, Brahmana dan Aranyaka. Kitab Mantra
terdiri dari : Rg Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda.
b. Smrti sebagai Sumber Hukum Hindu Kedua Smrti merupakan kitab-kitab teknis yang
merupakan kodifikasi berbagai masalah yang terdapat di dalam Sruti. Smrti bersifat
pengkhususan yang memuat penjelasan yang bersifat authentik, penafsiran dan penjelasan ini
menurut ajaran Hukum Hindu dihimpun dalam satu buku yang disebut Dharmasastra. Dari
semua jenis kitab Smrti yang terpenting adalah kitab Dharmasastra, karena kitab inilah yang
merupakan kitab Hukum Hindu. Ada beberapa penulis kitab Dharmasastra antara lain:
. Manu
. Apastambha
. Baudhayana
. Wasistha
. Sankha Likhita
. Yanjawalkya
. Parasara
Dari ketujuh penulis tersebut, Manu yang terbanyak menulis buku dan dianggap sebagai
standard dari penulisan Hukum Hindu itu. Secara tradisional Dharmasastra telah
dikelompokkan manjadi empat kelompok menurut jamannya masing- masing yaitu:
-. Jaman Satya Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Manu.
-. Jaman Treta Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Yajnawalkya.
-. Jaman Dwapara Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Sankha Likhita.
-. Jaman Kali Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Parasara.
c. Sila sebagai Sumber Hukum Hindu Ketiga. Sila di sini berarti tingkah laku. Bila diberi
awalan su maka menjadi susila yang berarti tingkah laku orang-orang yang baik atau suci.
Tingkah laku tersebut meliputi pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci. Pada umumnya
tingkah laku para maharsi atau nabi dijadikan standar penilaian yang patut ditauladani. Kaedah-
kaedah tingkah laku yang baik tersebut tidak tertulis di dalam Smerti, sehingga sila tidak dapat
diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya, walaupun nilai-nilainya dijadikan
sebagai dasar dalam hukum positif.
d. Sadacara sebagai Sumber Hukum Hindu Keempat Sadacara dianggap sebagai sumber hukum
Hindu positif. Dalam bahasa Jawa Kuno Sadacara disebut Drsta yang berarti kebiasaan. Untuk
memahami pemikiran hukum Sadacara ini, maka hakekat dasar Sadacara adalah penerimaan
Drsta sebagai hukum yang telah ada di tempat mana Hindu itu dikembangkan. Dengan
demikian sifat hukum Hindu adalah fleksibel.
e. Atmanastuti sebagai Sumber Hukum Hindu Kelima. Atmanastuti artinya rasa puas pada diri
sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran untuk suatu hukum, karena setiap keputusan atau tingkah
laku seseorang mempunyai akibat. Atmanastuti dinilai sangat relatif dan subyektif, oleh karena
itu berdasarkan Manawadharmasastra109/115, bila memutuskan kaedah-kaedah hukum yang
masih diragukan kebenarannya, keputusan diserahkan kepada majelis yang terdiri dari para ahli
dalam bidang kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan dapat menjamin rasa
keadilan dan kepuasan yang menerimanya.
Karma Phala
Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat atau
berbuat, maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku.
Phala yang berarti buah atau hasil.
Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala berarti : Suatu peraturan atau hukuman dari hasil
dalam suatu perbuatan.
Dalam Sarasamuscaya seloka 17 disebutkan :
“Segala orang, baik golongan rendah, menengah, atau tinggi, selama kerja menjadi
kesenangan hatinya, niscaya tercapailah segala yang diusahakan akan memperolehnya.”
Hukum Karma Phala adalah hukum sebab – akibat, Hukum aksi reaksi, hukum usahan
dan hasil atau nasib. Hukum ini berlaku untuk alam semesta, binatang, tumbuh – tumbuhan
dan manusia. Jika hukum itu ditunjukan kepada manusia maka di sebut dengan hukum karma
dan jika kepada alam semesta disebut hukum Rta :
Ada tiga jenis karma yaitu :
 Prarabda karma yaitu perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang dan diterima
dalam hidup sekarang juga.
 Kriyamana karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini tetapi hasilnya
akan diterima setelah mati di alam baka.
 Sancita karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang hasilnya akan di peroleh pada
kelahiran yang akan datang.
Sifat – Sifat Hukum Karama :
 Hukum karma itu bersifat abadi : Maksudnya sudah ada sejak mulai penciptaan alam
semesta ini dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami pralaya (kiamat).
 Hukum karma bersifat universal : Artinya berlaku bukan untuk manusia tetapi juga untuk
mahluk – mahluk seisi alam semesta.
 Hukum karma berlaku sejak jaman pertama penciptaan, jaman sekarang, jaman yang akan
datang.
 Hukum karma itu sangat sempurna, adil, tidak, ada yang dapat menghindarinya.
 Hukum karma tidak ada pengecualuan terhadap suapapun, bahkan bagi Sri Rama yang
sebagai titisan Wisnu tidak mau merubah adanya keberadaan hukum karma itu.

2.3 Fungsi Propetik Agama Hindu dalam Hukum


Agama hindu memberikan tuntutan dan arahan moral yang benar pada pemeluknya
untuk menuju tujuan hidup. Tuhan menciptakan manusia dengan 2 unsur yaitu unsur positif
dan negatif. Untuk menjalani swa dharma dan para darma supaya tidak terjadi benturan antara
dua hal tersebut, maka manusia membuat aturan yang disebut hukum, dan agama sebagai dasar
hukum tersebut. Materi hukum diambil dari nilai-nilai agama yang ada. Sehingga tujuan agam
selaras dengan tujuan hukum. Yaitu menuntun dan mengarahkan manusia untuk mencapai
keharmonisan dalam hidup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut ajaran hindu yang menciptakan segala isi dari alam semesta ini adalah tuhan.
Untuk mengatur dan menjaga hubungan antara partikel-partikel yang diciptkan-nya itu,
tuhan menciptakan hukum yang murni dan abadi bersifat absolute berlaku bagi semua ciptaan-
Nya. Hukum itu disebut hukum rta, rta berasal dari bahasa sansekerta yang artinya adil, tuhan
sebagai pencipta dan pengendali hukum rta disebut rtawan, Dalam perjalanan kehidupan di
masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Warna cenderung membaur mengarah
kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan darah. Pada hal Catur
Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional, sedangkan Catur Wangsa menunjukkan
Turunan darah.
Para dharma adalah peraturan yang berlaku pada setiap orang, apapun profesinya
ataupun warnanya apapun jenis kelaminnya, di dalam setiap tingkatan umur, dimanapun
berada, diikat oleh aturan tersebut. Apabila melanggar aturan ini akan terjadi benturan-benturan
yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidup ini. Agama hindu memberikan tuntutan dan
arahan moral yang benar pada pemeluknya untuk menuju tujuan hidup. Tuhan menciptakan
manusia dengan 2 unsur yaitu unsur positif dan negatif.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan RMK ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Ayu Putu Suryani I Gst, et. al. (2014). Pendidikan Agama Hindu Di Perguruan Tinggi.
In T. D. UNUD, Pendidikan Agama Hindu Di Perguruan Tinggi (pp. 61-70).
Denpasar: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai