Anda di halaman 1dari 9

MUQARONAH MAZAHIB FII SIYASAH

BAIAT DAN SUMPAH DALAM KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu : Ust. Acep Saefulloh., M. A

Disusun Oleh :

Anzar Al Hazidni
Badriyono
Hanif Al Amri
Kuat

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AZ-ZAYTUN INDONESIA (IAI AL-AZIS)
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun masih banyak
kekurangan di dalamnya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, para tabiin, dan pengikutnya sampai
akhir zaman, karena berkat rasull. SAW kita dapat merasakan dan menjalankan sebuah
kebenaran.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga
semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.

Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan pesan yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Demikian yang dapat kami ungkapkan, semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Al-Zaytun, 4 Maret 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB PENDAHULUAN........................................................................................................................1
BAB RUMUSAN MASLAH...............................................................................................................2
A. BAIAT DALAM POLITIK ISLAM..........................................................................................4
B. SUMPAH DALAM KEPEMIMPINAN ISLAM.....................................................................11
C.TUJUAN

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................14

ii
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammad Saw. merupakan pemimpin agama sekaligus pemimpin negara. 1beliau
mewariskan berbagai hal sebagai acuan dalam kehidupan umat Muslim. Ini
tertuang dalam wahyu yang diturunkan oleh Allah yang mana beliau memiliki
memiliki otoritas penuh atas tafsir wahyu tersebut. Dengan otoritas yang dimiliki
oleh Rasulullah Muhammad Saw., ia menjadi Nabi terakhir yang berfungsi
sebagai pemimpin agama. Sedangkan sebagai pemimpin negara ditandai dengan
kesuksesannya dalam menggunakan wahyu dalam praktikkebernegaraan.
Menyatukan kabilah-kabilah yang ada pada masyarakat Madinah dalam satu
ikatan.2 Ikatan satu akidah Islam, juga ikatan dalam satu kenegaraan yang
menjadikan Al-Quran dan beliau sendiri (hadits) sebagai sumber hukum/konstitusi
kenegaraan.3 Hal ini dianggap sebagai titik awal peradaban Islam yang mana
peradaban itu terus mengalami pasang surut hingga kini.

Capaian yang terjadi pada masa Muhammad Saw. dibangun atas dasar sebuah
agama dan gagasan baru yang dengan ikhlas menggabungkan iman dengan
kekuasaan politik. Muhammad Saw. melakukan implementasi dari keimanan
berdasarkan ajaran agama Tuhan. Ini didasarkan atas syariat yang dirancang untuk
menetapkan aturan-aturan tentang moral, hukum, keyakinan dan ritual agama,
perkawinan, janis kelamin, perdagangan dan masyarakat. Antony Black menyebut
hal ini dilakukan demi satu tujuan, yakni menunjukkan bahwa konsep terdahulu
telah gagal dalam bertahan dari masalah - masalah yang ada, meski didasarkan
pada prinsip filantropi.4 Terlepas dari hal itu, kesuksesan yang dicapai oleh
Muhammad Saw. adalah sebuah keberhasilan seorang Nabi atas umat, bukan
sebagai orang biasa. Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh Muhammad Saw.
adalah keberhasilannya menyatukan dukungan politik melalui media baiat (bai'ah)
atau janji setia. Ini menjadi alat pemersatu politik bagi umat yang sudah masuk
Islam pada masa itu.5 Dampaknya, janji setia lisan tidak hanya diucapkan, tetapi
teraplikasi dalam bentuk ibadah, muamalah, dan syariah. Lebih dari itu,
1
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. di Madinah dalam rangka pembentukan sebuah
negara adalah membuat Piagam Madinah pada tahun pertama Hijriyah. Piagam yang berisi 47 pasal ini memuat
peraturan – peraturan dan hubungan antara berbagai komunitas dalam masyarakat Madinah yang majemuk. Di
negara baru ini Nabi Muhammad SAW. bertindak sebagai kapala negara dengan Piagam Madinah sebagai
konstitusinya
2
Antony Black, PemikiranPolitik Islam, (Jakarta: Serambi,2006), 35. Masyarakat Madinah terdiri dari tiga
kelompok, yakni kaum Muslimin yang berasal dari Muhajirin Mekah serta penduduk kaum Anshardari Madinah
yang berasal dari suku Aws dan Khazraj; orang-orang Yahudi yang terdiri dari suku Bani Nadhir, Bani
Quraizhah dan Bani Qainuqa’ serta sisa-sisa suku Arab yang masih menyembah berhala (politeisme)
3
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007)
4
Antony Black, Pemikiran Politik Islam, 36
5
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, UI-Press, Jakarta, 1990, hlm. 1 dan
147

1
peperangan sebagai wujud pertahanan dan keamanan menjadi konsekuensi logis
atasnya. Pada konteks modern, baiat kemudian berkembang. Tidak hanya
berbicara pada tatanan peribadatan, melainkan telah termodifikasi sedemikian
rupa. Janji setia atau dukungan itu terwujud dengan baik melalui sebuahsistem
votting dalam pemilu. Sistem penyatuan dukungan ini terakomodir dalam
demokrasi. One man, one vote, setiap orang berkesempatan yang sama untuk
menyatakan dukungan pada siapa yang dianggap mampu untuk menjadi
pemimpin. Tidak hanya bagi negara-negara Barat, tetapi juga negara berpenduduk
mayoritas Muslim seperti Indonesia.

Sumpah dan janji setia ini terformat dalam bentuk sumpah dan janji jabatan.
Sedangkan pada masa Muhammad Saw. sumpah setia ini disebut dengan baiat.
Implementasi yang berbeda antara janji setia pada masa Muhammad Saw. dengan
janji setia yang diucapkan oleh lembaga tinggi negara menjadi menarik untuk
dibahas. Oleh karenanya, penelitian ini akan mengkaji lebih lanjut guna
menganalisa tentang transformasi baiat pada masa Muhammad Saw. dan al
khulafa ar rasyidun dalam konteks kepemimpinan di Indonesia

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian baiat dan sumpah dalam kepemimpinan

2. Bagaimana Prinsip Siyasah berdasarkan Hadis

C. Tujuan
1. Mengetahui Prinsip Baiat dan Sumpah dalam Kepemimpinan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAIAT DAN SUMPAH DALAM KEPEMIMPINAN ISLAM


Pengertian bai’at (Mubayaah) artinya pengakuan mematuhi dan mentaati imam yang
dilakukan oleh ahl al-hall wa al- aqd dan dilakukan sesudah permusyawaratan.Diaud

-din Rais mengutip pendapat Ibnu Khaldun tentang baiat ini dan menjelaskan :

2
‘Adalah mereka apabila membaiat-kan seorang amir dan mengikatkan perjanjian,
mereka meletakkan tangan tangan mereka ditanganya untuk menguatkan perjanjian.
Hal itu serpa dengan perbuatan si penjual dan si pembeli. Karena itu dinamakanlah
dia baiat 6

Menurut Alquran surat Al fath ayat 10 :

‫ث َعلَ ٰى‬ َ ‫ ِدي ِه ْم ۚ فَ َمن نَّ َك‬S‫ق َأ ْي‬


ُ ‫ا يَن ُك‬SS‫ث فَِإنَّ َم‬ َ ْ‫و‬SSَ‫ ُد ٱهَّلل ِ ف‬Sَ‫ايِعُونَ ٱهَّلل َ ي‬SSَ‫ا يُب‬SS‫ك ِإنَّ َم‬
َ Sَ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ يُبَايِعُون‬
‫َظي ًما‬ِ ‫نَ ْف ِس ِهۦ ۖ َو َم ْن َأوْ فَ ٰى بِ َما ٰ َعهَ َد َعلَ ْيهُ ٱهَّلل َ فَ َسيُْؤ تِي ِه َأجْ رًا ع‬
Artinya :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa
yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya
sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan
memberinya pahala yang besar.
Penjelasanya menurut Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu -wahai Rasul- dalam


Bai’atur Riḍwān untuk memerangi penduduk Makkah yang musyrik, sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah, karena Dia lah yang memerintahkan untuk
memerangi kaum musyrikin dan Dia yang memberi pahala kepada mereka. Tangan
Allah berda di atas tangan mereka saat berjanji setia, dan Dia mengetahui kondisi
mereka, tidak ada sedikitpun yang tersembunyi bagi-Nya dari mereka. Maka
barangsiapa mengingkari janjinya dan tidak menepati apa yang telah dijanjikan
kepada Allah untuk menolong agama-Nya, maka sesungguhnya dampak buruk
pengingkarannya terhadap janji setianya dan pengingkarannya terhadap
perjanjiannya kembali kepada dirinya sendiri, sementara Allah sama sekali tidak
mendapat dampak buruknya. Dan barangsiapa menepati apa yang telah dijanjikan
kepada Allah untuk menolong agama-Nya, maka Allah akan memberikan kepadanya
pahala yang besar, yaitu Surga7

6
HA Jazuli, Fiqih Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam rambu- Rambu Syariah.
(Jakarta:Kencana.2018)hal.65.

7
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

3
Dijelaskan dalam AlQuran At Taubah ayat 111 :
۟ ‫ۚ وم ْن َأ ْوفَ ٰى ب َع ْه ِد ِهۦ ِم َن ٱهَّلل ِ ۚ فَٱ ْستَ ْب ِشر‬
۞ ‫ُوا بِبَي ِْع ُك ُم ٱلَّ ِذى بَايَ ْعتُم بِِۦه‬ ِ َ َ

Artinya : ‘Barangsiapa yang menyempurnakan janjinya dengan Allah hendaknya


kamu beri kabar suka dengan janji setia yang kamu telah berjanji setia denganya”

Al Quran Surat Almumtahanah ayat 12 :

‫ ِر ْقنَ َواَل‬S‫ ِر ْكنَ بِٱهَّلل ِ َشئًْـا َواَل يَ ْس‬S‫كَ َعلَ ٰ ٓى َأن اَّل ي ُْش‬SSَ‫ت يُبَايِ ْعن‬ ُ َ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّبِ ُّى ِإ َذا َجٓا َءكَ ْٱل ُمْؤ ِم ٰن‬
ِ ‫ ِدي ِه َّن َوَأرْ ُجلِ ِه َّن َواَل يَع‬S ‫رينَ ۥهُ بَ ْينَ َأ ْي‬S ٰ ‫ْأ‬ ٰ
َ‫ينَك‬S ‫ْص‬ ِ Sَ‫يَ ْزنِينَ َواَل يَ ْقتُ ْلنَ َأوْ لَ َدهُ َّن َواَل يَ تِينَ بِبُ ْهتَ ٍن يَ ْفت‬
‫ُوف ۙ فَبَايِ ْعه َُّن َوٱ ْستَ ْغفِرْ لَه َُّن ٱهَّلل َ ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬
ٍ ‫فِى َم ْعر‬

Artinya : Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman


untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan
berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan
mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan
mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Penjelasanya menurut Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
menjelaskan

Wahai Rasul! Jika datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk


membaiatmu -sebagaimana yang terjadi pada penaklukan kota Makkah- untuk tidak
menyekutukan sesuatu dengan Allah, hanya menyembah Allah semata, tidak
mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka karena mengikuti adat
jahiliyah, tidak menasabkan anak-anak hasil zina kepada suami-suami mereka dan
tidak mendurhakaimu dalam perkara yang baik seperti larangan untuk meratap,
menjambak rambut dan merobek baju maka baiatlah mereka dan mohonkan
ampunan untuk mereka dari Allah atas dosa-dosa mereka setelah baiat mereka
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas orang yang bertobat dari
hamba-hamba-Nya, Maha Penyayang terhadap mereka.

Baiat pertama terhadap khalifah terjadi di Tsaqifah bani saidah yang yang
diceritakan oleh Ibnu Qutaibah adainuri sebagai berikut.

4
Kemudian abu bakar menghadap kepada orang – orang anshor memuji Allah dan
mengajak mereka untuk bersatu serta melarang berpecah belah selanjutnya abu bakar
berkata ‘Saya nasihatkan kepadamu untuk membaiat alah seorang diantara dua
orang ini , yaitu abi Ubaidah bin jaroh atau Umar. Kemudian umar berkata ‘ Demi
Allah, akan terjadikah itu? Padahal, Tuan (Abu bakar) ada diantara kita , tuanlah
yang paling berhak memegang persoalan ini , Tuan adalah lebih dahulu jadi sahabat
Rosululloh daripada kami , Tuanlah muhajirin yang paling utama , tuanlah yang
menggantikan Rasulullah mengimami shalat dan shalat adalah rukun islam yang
utama , Maka siapakah yang lebih pantas mengurusi persoalan ini daripada tuan ?,
Ulurkanlah tangan tuan , saya membaiat tuan.8

Pada waktu Usman bin Affan diangkat jadi khalifah yang mula mula
membaiatadalah abdurahman bin Auf yang kemudian di ikuti oleh manusia yang ada
di masjid.9

B. PRINSIP-PRINSIP SUMPAH

1. Prinsip sumpah

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Referensi

Daud, Abu. (1988). Sunan Abu daud. Dar al Hadist. Al Qahirat.

Ahmad bin Hambal, musnad

8
Ibnu Qutaibah Adainuri. Al Imamah wa al siyasah. Muasasah Al Halabi. Qahairah, Mesir, 1967. Juz1 hal 16.
9
Ibid hal 31.

5
6

Anda mungkin juga menyukai