Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:

Mistisisme Nusantara

Menelaah Kepercayaan kepada


“Opo Empung”
dalam Tradisi Minahasa

Ambrosius M. Loho
Universitas Katolik De La Salle Manado

55
Menelaah Kepercayaan kepada “Opo Empung” dalam Tradisi Minahasa
Ambrosius M. Loho

ABSTRAK ini, yang mempercayainya dihantar untuk ber-


Kepercayaan kepada Tuhan dalam tradisi iman dan percaya kepada Opo Empung-Sang
Minahasa telah ada sejak lama. Di masa itu ma- Pengasal. Demikian jelaslah bahwa kepercaya-
syarakat telah memiliki kepercayaan kepada an di Minahasa sudah ada sejak berabad-abad
leluhur tua yang disebut ‘Opo Empung’ dan so- lamanya.
sok pribadi yang disebut ‘opo’. Kepercayaan
yang ada sejak lama ini, hingga zaman kekris- B. METODE PENELITIAN
tenan masuk ke Minahasa, sampai saat ini, Metode penulisan ini adalah deskriptif
tetap masih ‘eksis’, walaupun mengalami per- analitis berdasar pada beberapa rujukan utama
bedaan cara pandang atasnya. Namun demiki- dan wawancara dengan tokoh/budayawan. Da-
an, kepercayaan kepada ‘Opo Empung’, tentu ri uraian ini akan diperoleh bagaimana kondisi
perlu dipahami dengan benar, karena percaya awal kepercayaan orang-orang Minahasa, ber-
kepada ‘Opo Empung’ dalam tradisi Minahasa, dasarkan rujukan tua di Minahasa itu. Ber-
ternyata tidaklah mutlak berarti sebagai ber- dasarkan deskripsi ini, akan dianalisis sejauh
hala. ‘Opo Empung’ adalah Sang Pengasal, Tu- mana eksistensi kepercayaan itu sampai saat
han yang Maha Esa. Hal itu berbeda dengan ini. Dengan metode ini, penelitian ini bertujuan
‘opo’ yang juga dikenal dalam tradisi Minahasa, untuk memahami apa yang dimaksud dengan
secara mutlak menunjuk kepada orang-orang ‘Opo Empung’ dan ‘Opo’ serta bagaimana ek-
yang dianggap sudah tua, dan atau dituakan. sistensi dan praktek kepercayaan itu di era post
Dari latar ini, tulisan ini akan menguraikan modern kini.
kondisi awal kepercayaan orang Minahasa se-
belum kekristenan masuk, kemudian uraian C. PEMBAHASAN
tentang apa yang dimaksud dengan Opo Em- 1. Sistem Kepercayaan kepada ‘Opo Em-
pung, dan melihat bagaimana era post modern pung’ & ‘Opo’ di Minahasa
dan eksistensi kepercayaan kepada Opo Em- Kepercayaan awal di Minahasa adalah
pung di era post modern ini. animisme dan dinamisme. Kepercayaan ini me-
nunjuk kepada kepercayaan terhadap laut, gu-
A. PENDAHULUAN nung, pohon, dan tempat-tempat yang meng-
Indonesia adalah negara yang mejemuk. herankan. Kepercayaan terhadap hal-hal ini,
Indonesia tampil sebagai salah satu tamansari diangap sesuatu yang sakral karena setiap tem-
kemajemukan dunia. Dalam kacamata geo- pat itu diyakini mempunyai penghuni yang
politik, Indonesia merupakan arena strategis disebut ‘ilah’. Selain itu, ada keyakinan di
yang mempertemukan pelbagai suku dan bu- Minahasa bahwa ‘ilah-ilah’ itu berpengaruh ke-
daya. (Hidayah, 1997). Selain kekayaan sumber pada orang yang masih liidup, sehingga sangat
daya alam yang melimpah, dan memiliki ber- ditakuti. (Tim Penulis Depdikbud, 1982: 19). Ke-
bagai macam agama atau kepercayaan. Kendati percayaan tua di Minahasa sebagaimana ter-
ada dalam kemajemukan, dalam kehidupannya, sebut di atas, berlangsung sampai akhir Abad
bangsa Indonesia hidup dalam situasi yang 16.
rukun dan damai satu dengan yang lain, walau- Pada periode Abad 17, ketika kekristenan
pun berbeda agama. Di dalamnya semangat to- mulai masuk ke Minahasa, Pinontoan menegas-
leransi sangat dijunjung tinggi meskipun da- kan bahwa dalam laporan Schwarz, sebelum
tang dari sulaman berbagai perbedaan latar Kristen masuk ke Minahasa, jumlah penduduk
belakang. Terhadap kenyataan ini, dapatlah di- seluruhnya di Minahasa pada tahun 1832 se-
katakan bahwa hal tersebut merupakan realitas banyak 83.000 jiwa. Kemudian pada tahun 1842
yang tidak bisa diganggu gugat, karena bagi meningkat menjadi 92.832 jiwa. Dan mereka
bangsa ini hidup bersama adalah sebuah ke- kebanyakan belum beragama kristen. (Pinon-
kayaan. toan, 2019: 19). Hal itu diperkuat oleh fakta bah-
Adanya berbagai agama di Indonesia ten- wa ketika masa kedatangan Riedel & Schwarz
tu tidak lepas dari perannya terhadap kehidup- awal tahun 1930-an sudah muncul generasi
an beragama masyarakatnya. Di Minahasa atau kelompok orang-orang Minahasa yang
misalnya terdapat agama tua yang dipercayai ingin perubahan termasuk dalam hal keperca-
oleh masyarakatnya. Agama tua ini di kenal de- yaan kepada Tuhan.
ngan ‘alifuru’, di mana di dalam kepercayaan

56
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara

Fakta-fakta ini membuktikan bahwa keti- Yang disebut ‘opo’ ini menjadi ‘mediator’ un-
ka kekristenan mulai masuk di Minahasa, se- tuk mengantar kepada ‘Opo Empung’, Sang
mua orang sudah memiliki kepercayaan kepada Pengasal. Dengan menyebut/menyapa ‘opo’
Allah yang tertinggi. Renwarin sebagaimana berarti dia merasa dengan ‘Opo Empung’. Maka
mengutip Kruijt (1906: 469) mengatakan bahwa denga menghormati leluhur yang disebut ‘opo’,
orang Minahasa sudah memiliki kepercayaan berarti menghormati Sang Pengasal. (Wawan-
kepada Allah Pencipta, walaupun pemahaman cara dilakukan pada senin 21 Juni 2021, pukul
tentang pencipta itu sangat membingungkan. 11.35.)
Mengapa? Karena di mata mereka terdapat apa Jadi, sistem religi di Minahasa sebagai-
yang disebut dengan ‘Empung’, yang aslinya mana uraian di atas, tampak jelas berangkat
berarti ‘opa’, tetapi kemudian selanjutnya di- dari fenomena-fenomena ekspresi budaya yang
pahami sebagai ‘tuan’ dan juga apa yang biasa telah berakar lama dalam kehidupan konkrit
mereka sebut ‘apo’. (Renwarin, 2018, 143). De- masyarakat Minahasa, jauh sebelum Injil ma-
ngan ini, tampak jelas bahwa gelar Opo Empung suk di Minahasa. Maka, gambaran ini menun-
Wwailan Wangko yang juga digunakan sama jukkan bahwa sejarah kepercayaan di Mina-
walaupun panggilannya lain Apo Kasuruan hasa di jaman dulu, telah membuka pemaham-
adalah menunjuk kepada Allah, Sang Pengasal an tentang pentingnya beragama bagi orang
atau Apo dimema in tana yang berarti Allah Minahasa. Kendati demikian upaya untuk tetap
Pencipta Dunia. Jadi penggunaan istilah Opo eksis di era masa kini, atau lebih khusus era
Empung, jelaslah menunjuk kepada Allah, Sang post modern telah tampak bahwa kepercayaan
Pengasal, asal di mana semua manusia berada. kepada agama tua di Minahasa mengalami se-
Penganut kepercayaan di Minahasa per- dikit perubahan. Hal itu tentu perlu diuraikan
caya kepada satu Tuhan yang mereka pahami karena dengan uraian itu akan membuka pe-
sebagai pemilik kuasa tertinggi, ‘Opo Empung’. mahaman kita bagaimana eksistensi opo dalam
Dia dipercaya sebagai Pencipta, asal dari ke- tradisi Minahasa.
hidupan (usia panjang, kesehatan, keberun-
tungan, kebahagiaan, kekayaan), Dia yang 2. Post Modernisme Selayang Pandang
memberi berkat, pertolongan dan perlindung- Kepercayaan dan eksistensinya di dunia
an, tetapi juga dapat menghukum dan menya- modern, tidak tampak mulus dan lancar. Dalam
takan amarah-Nya kepada mereka yang tidak arti bahwa sebagai sebuah kepercayaan yang
hidup dalam ketaatan. Sebutan/sapaan yang di- dipercayai oleh masyarakat, turut mengalami
kenakan kepada-Nya antara lain: ‘Opo Wailan perkembangan sejak dari lahirnya. Minahasa
Wangko’, ‘Empung Wailan Wangko’, ‘Kasuru- dengan kepercayaan awal animisme dan dina-
an Wangko, Empung Renga-rengan’. (Graaf- misme, kemudian berkembang kepada keper-
land, 1991, 83, 87, 88). Dari kata atau istilah- cayaan terhadap Opo Empung, yang pada ak-
istilah tersebut, yang dimaksudkan adalah Tu- hirnya dipahami sebagai Sang Pengasal atau
han dan bagi orang Minahasa Tuhan itu ber- Allah sumber kehidupan, juga mengalami hal
sifat sakral. yang sama.
Sementara, tradisi penggunaan gelar Maka terkait hal tersebut, di era post
‘opo’ ini di Minahasa juga digunakan juga un- modern kepercayaan juga mengalami perkem-
tuk menyebutkan seseorang. Gelar ‘opo’ untuk bangan dalam hal pemahaman dan laku hidup-
menyebut seseorang itu, biasanya disematkan nya. Posmodernisme adalah salah satu tema
kepada orang yang sudah tua atau dituakan, diskusi yang penting dalam perkembangan il-
dan biasanya orang-orang tersebut mempunyai mu pengetahuan lebih khusus filsafat. Secara
kedudukan sosial yang istimewa, yang me- etimologis, post modernisme berasal dari kata
wakili simbol kehidupan, kewibawaan, otoritas dalam bahasa Latin, yakni post dan modernus.
dan pengalaman sekelompok orang di sebuah Post memiliki dua arti. Pertama, berkaitan de-
tempat. Menurut Freddy Wowor, sastrawan ngan tempat (post berarti di belakang) dan ke-
dan budayawan Minahasa, terminologi ‘opo’ dua, berkaitan dengan urutan dan waktu (post
sebagaimana sudah diuraikan di atas, menun- berarti setelah, kemudian, berikutnya). Semen-
juk kepada sosok pribadi yang menjadi panutan tara modernus berarti sekarang atau saat ini,
sebuah keluarga yang dihormati dan dihargai yang berkaitan dengan keterangan waktu yang
serta memiliki pengetahuan dan pengalaman. menyatakan kekinian. Sufiks -isme menunjuk
pada pengertian tindakan atau praktik, paham,
57
Menelaah Kepercayaan kepada “Opo Empung” dalam Tradisi Minahasa
Ambrosius M. Loho

keadaan atau kondisi, prinsip, teori, sistem atau ini penulis sebutkan sebagai ‘antara ada dan ti-
bahkan aliran. Dari dasar itu, kerangka pemi- ada’. Ada karena masih digunakan oleh sebagi-
kiran post modernisme harus dilihat dalam an orang, tapi tidak ada, karena banyak tang-
hubungannya dengan pemikiran era modern, gapan miris atas apa istilah ‘Opo Empung’ itu.
karena post modernisme merupakan sistem
pemikiran yang muncul setelah modernisme. 3. Kepercayaan kepada Opo Empung &
(Sudarminta, 2015: 9). Eksistensinya di Era Post Modern
Pendek kata, post modernisme lahir seba- Eksistensi kepercayaan orang Minahasa
gai gugatan atau penolakan terhadap modern- dewasa ini, tampak jelas biasa-biasa saja, dalam
isme. Post modernisme menganggap bahwa arti kehidupan iman terkait kepercayaan me-
modernisme gagal mewujudkan pencerahan reka kepada Tuhan tetap tumbuh dan ber-
bagi manusia. Dengan teori-teori besarnya, mo- kembang sampai saat ini. Di tengah konsistensi
dernisme memang mampu menciptakan kese- orang Minahasa dalam kepercayaan dan ke-
jahteraan manusia, tapi pada saat yang sama, yakinannnya akan Tuhan, juga ditemukan oleh
modernisme ternyata juga memiskinkan seba- Renwarin bahwa ada sebuah reinterpretasi dari
gian besar manusia yang lain. Bahkan ada ke- agama tradisional di Minahasa. Dia menegas-
yakinan bahwa pada awalnya post modernisme kan pula bahwa sudah lebih dari satu abad para
dalam teori sosial terkait erat dengan ketidak- misionaris berusaha mencoba menghapuskan-
yakinan terhadap perkembangan modernisme nya, namun tetap masih bertahan hidup secara
yang ditandai dengan rasionalitas sains dan rahasia di kalangan orang Kristen. Eksistensi
objektivitas. (Giddens, 1990: 2). Gejala post mo- ‘Tonaas Walian’, dan ‘tonaas kampetan’ masih
dernisme sebagai fenomena sosial dan kebuda- diakui dan orang-orang berpartisipasi dalam
yaan mulai menampakkan wajahnya yang khas pelaksanaan-pelaksanaan ritual ini sebagaima-
kira-kira sejak akhir tahun 1950-an sampai na mereka mengikuti ibadah-ibadah gerejawi.
awal tahun 1960-an. Pada masa itu, sepertinya Bahkan sejak tahun 1980 praktek ini menjadi
dunia telah berkembang melampaui masa-masa semakin terbuka. Reinterpretasi ini bahkan di-
sebelumnya yang ditandai dengan perubahan pandang sebagai cara untuk memacu sebuah
radikal misalnya dalam seni, budaya, kesusas- usaha untuk mencari jati diri Minahasa di te-
teraan, dan peradaban tetapi juga kepercayaan. ngah berbagai budaya dan proses modernisasi
Terkait hal itu, bagaimana kita melihat di Indonesai. (Renwarin, 2018: 159-160).
kehidupan beragama atau ber-kepercayaan di Bahkan para migran Minahasa di Jakrata
era modern dan post modern saat ini? Untuk dan tempat-tempat lain, berinisiatif untuk
menjawab hal ini, kita perlu memahami bahwa mengaktifkan dan menghidupkan kembali ba-
dalam kehidupan dan kepercayaan orang ber- nyak unsur kebudayaan Minahasa, seperti
iman, yang memberikan pengaruh besar ter- penggunaan bahasa daerah, nyanyian dan tra-
hadap berbagai macam bentuk kepercayaan disi tarian, termasuk upacara-upacara tradisio-
dan penyembahan adalah agama yang diyakini nal. Berbanding terbalik, mereka yang tinggal
oleh masing-masing pemeluk agama. Dalam di Minahasa tidak begitu bersemangat untuk
hal tersebut, agama dipandang sebagai sebuah itu hal tersebut, karena mereka tidak mem-
sistem yang dapat mempengaruhi pola tindak- punyai kebutuhan sedemikian penting untuk
an serta kegiatan ritual keagamaan. Maka da- mencari jati diri dalam lokalitasnya. (ibid., 160).
lam hal ini, setiap pemeluk agama dan keper- Di sisi yang lain, penulis melihat bahwa
cayaan memiliki tipologi yang berbeda dalam kendati di Minahasa banyak orang tidak lagi
segala bentuk hubungannya dengan Tuhan. bersemangat untuk sekedar berpartisipasi da-
Demikian juga kepercayaan kepada Tuhan da- lam pelaksanaan ritual tradisional Minahasa,
lam tradisi Minahasa turut mempengaruhi ke- para migran Minahasa masih menjalankannya.
hidupan manusia karena agama bisa mem- Dari fakta ini apa yang menjadi penyebabnya?
pengaruhi setiap tindakan manusia. Orang di luar Minahasa merasa bahwa ada de-
Dari latar itu, maka dalam konteks pene- ngan praktek tradisional dalam kepercayaan
litian ini, modernisme sebagaimana yang di- kepada ‘Opo Empung’ ini, merupakan wujud
uraikan di atas, dan menjadi hal utama yang kegemilangan tradisi leluhur.
dikritik oleh post modernisme adalah keduduk- Selain itu, mereka memiliki rasa ingin ta-
an serta penggunaan ‘Opo Empung’ yang saat hu akan tradisi leluhur ini, sehingga mereka

58
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara

berkomitmen untuk menggali dan bahkan me- DAFTAR PUSTAKA


lestarikannya. Kendati demikian, upaya-upaya Zulyani Hidayah (1997). Ensiklopedi Suku
ini tampak seperti sebuah gerakan kembali ke- Bangsa Indonesia. Jakarta: LP3S.
pada nilai luhur para leluhur, gerakan untuk Tim Penulis. (1982). Adat Istiadat Sulawesi
kembali kepada nilai-nilai tradisi Minahasa, Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan
atau dengan kata lain harus ada gerakan kem- Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan
bali kepada keutamaan-keutamaan tradisional Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan
orang Minahasa. Keutamaan yang menunjuk Kebudayaan Daerah.
pada nilai-nilai tradisi Minahasa ini, merupa- Pinontoan, Denni H. R. (2019) Walian & Tuang
kan kekuatan dan kemampuan manusia untuk Pandita: Perjumpaan Agama Minahasa
menjadi manusia utuh. Manusia yang utama dan Agama Kristen pada Abad XIX.
adalah manusia yang luhur yang mampu men- Yogyakarta: Pustaka Pranala.
jalankan apa yang baik dan tepat. Renwarin, Paul Richard. (2018). Matuari Wo
Tona’as: Jilid II Mahkaria: Dinamika
D. PENUTUP Persaudaraan Komunal dan Keunggulan
Dalam konteks Minahasa, gerakan kem- Individual Tou Minahasa.Jakarta: Cahaya
bali kepada nilai-nilai tradisional, menunjuk Pineleng.
kepada ‘kembali kepada tradisi-tradisi yang Graafland, N. (1991). Minahasa: Negeri, Rakyat
mempunyai pandangan tentang apa dan siapa dan Budayanya. Jakarta: Pustaka Utama
manusia Minahasa yang sesungguhnya, yang Grifiti.
memiliki kepercayaan dan keyakinan’. Manu- Sudarminta, J. (2015). Posmodernisme Dan
sia modern dan post modern, sering berpen- Kebenaran, (Jakarta: STF Driyarkara,
dapat bahwa gerakan budaya pencerahan Ero- 2015.
pa abad ke 17 dan 18. Mereka juga cenderung Elliot Anthony & Charles Lamert. (2014).
menganggap tradisi itu ketinggalan zaman, Introduction to Contemporary Social
menghambat kemajuan. Kecenderungan ini Theory. New York & London: Routledge
melahirkan penilaian yang ambivalen, di satu Taylor & Francis Group.
sisi, banyak orang yang setia pada tradisi bu- Giddens, Anthony. (1990). Consequences of
dayanya sebagai titik tolak berpikir dan ber- Modernity. Stanford: Stanford University
tindak, di sisi lain, orang yang tidak mengikuti Press.
tradisi serta merta dianggap berpikiran maju Loho, Ambrosius M. “Kembali Ke Nilai
dan bahkan dianggap bertindak selaras dengan Tradisional: Upaya Mencari Filosofi
zaman. (https://manado.antaranews.com/berita/ Minahasa” dalam
28090/kembali-ke-nilai-tradisional--upaya-men- https://manado.antaranews.com/berita/280
cari-filosofi-minahasa.). 90/kembali-ke-nilai-tradisional--upaya-
Jadi, dengan masih eksisnya kepercayaan mencari-filosofi-minahasa.
kepada ‘Opo Empung’ di Minahasa, orang
Minahasa dapat pula mengolah hidup menuju
kepenuhan sebagai kebaikan hakiki yang harus
dikejar setiap orang. Dengan demikian, jika
kita bertanya apakah kepercayaan kepada ‘Opo
Empung’ masih eksis, jawabannya adalah ma-
sih eksis, karena hal itu berarti bahwa masya-
rakat Minahasa berkepercayaan kepada ‘Opo
Empung’ yang merupakan Sang Pengasal.

59
Menelaah Kepercayaan kepada “Opo Empung” dalam Tradisi Minahasa
Ambrosius M. Loho

60

Anda mungkin juga menyukai