1655 3299 1 SM PDF
1655 3299 1 SM PDF
Mistisisme Nusantara
Ambrosius M. Loho
Universitas Katolik De La Salle Manado
55
Menelaah Kepercayaan kepada “Opo Empung” dalam Tradisi Minahasa
Ambrosius M. Loho
56
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara
Fakta-fakta ini membuktikan bahwa keti- Yang disebut ‘opo’ ini menjadi ‘mediator’ un-
ka kekristenan mulai masuk di Minahasa, se- tuk mengantar kepada ‘Opo Empung’, Sang
mua orang sudah memiliki kepercayaan kepada Pengasal. Dengan menyebut/menyapa ‘opo’
Allah yang tertinggi. Renwarin sebagaimana berarti dia merasa dengan ‘Opo Empung’. Maka
mengutip Kruijt (1906: 469) mengatakan bahwa denga menghormati leluhur yang disebut ‘opo’,
orang Minahasa sudah memiliki kepercayaan berarti menghormati Sang Pengasal. (Wawan-
kepada Allah Pencipta, walaupun pemahaman cara dilakukan pada senin 21 Juni 2021, pukul
tentang pencipta itu sangat membingungkan. 11.35.)
Mengapa? Karena di mata mereka terdapat apa Jadi, sistem religi di Minahasa sebagai-
yang disebut dengan ‘Empung’, yang aslinya mana uraian di atas, tampak jelas berangkat
berarti ‘opa’, tetapi kemudian selanjutnya di- dari fenomena-fenomena ekspresi budaya yang
pahami sebagai ‘tuan’ dan juga apa yang biasa telah berakar lama dalam kehidupan konkrit
mereka sebut ‘apo’. (Renwarin, 2018, 143). De- masyarakat Minahasa, jauh sebelum Injil ma-
ngan ini, tampak jelas bahwa gelar Opo Empung suk di Minahasa. Maka, gambaran ini menun-
Wwailan Wangko yang juga digunakan sama jukkan bahwa sejarah kepercayaan di Mina-
walaupun panggilannya lain Apo Kasuruan hasa di jaman dulu, telah membuka pemaham-
adalah menunjuk kepada Allah, Sang Pengasal an tentang pentingnya beragama bagi orang
atau Apo dimema in tana yang berarti Allah Minahasa. Kendati demikian upaya untuk tetap
Pencipta Dunia. Jadi penggunaan istilah Opo eksis di era masa kini, atau lebih khusus era
Empung, jelaslah menunjuk kepada Allah, Sang post modern telah tampak bahwa kepercayaan
Pengasal, asal di mana semua manusia berada. kepada agama tua di Minahasa mengalami se-
Penganut kepercayaan di Minahasa per- dikit perubahan. Hal itu tentu perlu diuraikan
caya kepada satu Tuhan yang mereka pahami karena dengan uraian itu akan membuka pe-
sebagai pemilik kuasa tertinggi, ‘Opo Empung’. mahaman kita bagaimana eksistensi opo dalam
Dia dipercaya sebagai Pencipta, asal dari ke- tradisi Minahasa.
hidupan (usia panjang, kesehatan, keberun-
tungan, kebahagiaan, kekayaan), Dia yang 2. Post Modernisme Selayang Pandang
memberi berkat, pertolongan dan perlindung- Kepercayaan dan eksistensinya di dunia
an, tetapi juga dapat menghukum dan menya- modern, tidak tampak mulus dan lancar. Dalam
takan amarah-Nya kepada mereka yang tidak arti bahwa sebagai sebuah kepercayaan yang
hidup dalam ketaatan. Sebutan/sapaan yang di- dipercayai oleh masyarakat, turut mengalami
kenakan kepada-Nya antara lain: ‘Opo Wailan perkembangan sejak dari lahirnya. Minahasa
Wangko’, ‘Empung Wailan Wangko’, ‘Kasuru- dengan kepercayaan awal animisme dan dina-
an Wangko, Empung Renga-rengan’. (Graaf- misme, kemudian berkembang kepada keper-
land, 1991, 83, 87, 88). Dari kata atau istilah- cayaan terhadap Opo Empung, yang pada ak-
istilah tersebut, yang dimaksudkan adalah Tu- hirnya dipahami sebagai Sang Pengasal atau
han dan bagi orang Minahasa Tuhan itu ber- Allah sumber kehidupan, juga mengalami hal
sifat sakral. yang sama.
Sementara, tradisi penggunaan gelar Maka terkait hal tersebut, di era post
‘opo’ ini di Minahasa juga digunakan juga un- modern kepercayaan juga mengalami perkem-
tuk menyebutkan seseorang. Gelar ‘opo’ untuk bangan dalam hal pemahaman dan laku hidup-
menyebut seseorang itu, biasanya disematkan nya. Posmodernisme adalah salah satu tema
kepada orang yang sudah tua atau dituakan, diskusi yang penting dalam perkembangan il-
dan biasanya orang-orang tersebut mempunyai mu pengetahuan lebih khusus filsafat. Secara
kedudukan sosial yang istimewa, yang me- etimologis, post modernisme berasal dari kata
wakili simbol kehidupan, kewibawaan, otoritas dalam bahasa Latin, yakni post dan modernus.
dan pengalaman sekelompok orang di sebuah Post memiliki dua arti. Pertama, berkaitan de-
tempat. Menurut Freddy Wowor, sastrawan ngan tempat (post berarti di belakang) dan ke-
dan budayawan Minahasa, terminologi ‘opo’ dua, berkaitan dengan urutan dan waktu (post
sebagaimana sudah diuraikan di atas, menun- berarti setelah, kemudian, berikutnya). Semen-
juk kepada sosok pribadi yang menjadi panutan tara modernus berarti sekarang atau saat ini,
sebuah keluarga yang dihormati dan dihargai yang berkaitan dengan keterangan waktu yang
serta memiliki pengetahuan dan pengalaman. menyatakan kekinian. Sufiks -isme menunjuk
pada pengertian tindakan atau praktik, paham,
57
Menelaah Kepercayaan kepada “Opo Empung” dalam Tradisi Minahasa
Ambrosius M. Loho
keadaan atau kondisi, prinsip, teori, sistem atau ini penulis sebutkan sebagai ‘antara ada dan ti-
bahkan aliran. Dari dasar itu, kerangka pemi- ada’. Ada karena masih digunakan oleh sebagi-
kiran post modernisme harus dilihat dalam an orang, tapi tidak ada, karena banyak tang-
hubungannya dengan pemikiran era modern, gapan miris atas apa istilah ‘Opo Empung’ itu.
karena post modernisme merupakan sistem
pemikiran yang muncul setelah modernisme. 3. Kepercayaan kepada Opo Empung &
(Sudarminta, 2015: 9). Eksistensinya di Era Post Modern
Pendek kata, post modernisme lahir seba- Eksistensi kepercayaan orang Minahasa
gai gugatan atau penolakan terhadap modern- dewasa ini, tampak jelas biasa-biasa saja, dalam
isme. Post modernisme menganggap bahwa arti kehidupan iman terkait kepercayaan me-
modernisme gagal mewujudkan pencerahan reka kepada Tuhan tetap tumbuh dan ber-
bagi manusia. Dengan teori-teori besarnya, mo- kembang sampai saat ini. Di tengah konsistensi
dernisme memang mampu menciptakan kese- orang Minahasa dalam kepercayaan dan ke-
jahteraan manusia, tapi pada saat yang sama, yakinannnya akan Tuhan, juga ditemukan oleh
modernisme ternyata juga memiskinkan seba- Renwarin bahwa ada sebuah reinterpretasi dari
gian besar manusia yang lain. Bahkan ada ke- agama tradisional di Minahasa. Dia menegas-
yakinan bahwa pada awalnya post modernisme kan pula bahwa sudah lebih dari satu abad para
dalam teori sosial terkait erat dengan ketidak- misionaris berusaha mencoba menghapuskan-
yakinan terhadap perkembangan modernisme nya, namun tetap masih bertahan hidup secara
yang ditandai dengan rasionalitas sains dan rahasia di kalangan orang Kristen. Eksistensi
objektivitas. (Giddens, 1990: 2). Gejala post mo- ‘Tonaas Walian’, dan ‘tonaas kampetan’ masih
dernisme sebagai fenomena sosial dan kebuda- diakui dan orang-orang berpartisipasi dalam
yaan mulai menampakkan wajahnya yang khas pelaksanaan-pelaksanaan ritual ini sebagaima-
kira-kira sejak akhir tahun 1950-an sampai na mereka mengikuti ibadah-ibadah gerejawi.
awal tahun 1960-an. Pada masa itu, sepertinya Bahkan sejak tahun 1980 praktek ini menjadi
dunia telah berkembang melampaui masa-masa semakin terbuka. Reinterpretasi ini bahkan di-
sebelumnya yang ditandai dengan perubahan pandang sebagai cara untuk memacu sebuah
radikal misalnya dalam seni, budaya, kesusas- usaha untuk mencari jati diri Minahasa di te-
teraan, dan peradaban tetapi juga kepercayaan. ngah berbagai budaya dan proses modernisasi
Terkait hal itu, bagaimana kita melihat di Indonesai. (Renwarin, 2018: 159-160).
kehidupan beragama atau ber-kepercayaan di Bahkan para migran Minahasa di Jakrata
era modern dan post modern saat ini? Untuk dan tempat-tempat lain, berinisiatif untuk
menjawab hal ini, kita perlu memahami bahwa mengaktifkan dan menghidupkan kembali ba-
dalam kehidupan dan kepercayaan orang ber- nyak unsur kebudayaan Minahasa, seperti
iman, yang memberikan pengaruh besar ter- penggunaan bahasa daerah, nyanyian dan tra-
hadap berbagai macam bentuk kepercayaan disi tarian, termasuk upacara-upacara tradisio-
dan penyembahan adalah agama yang diyakini nal. Berbanding terbalik, mereka yang tinggal
oleh masing-masing pemeluk agama. Dalam di Minahasa tidak begitu bersemangat untuk
hal tersebut, agama dipandang sebagai sebuah itu hal tersebut, karena mereka tidak mem-
sistem yang dapat mempengaruhi pola tindak- punyai kebutuhan sedemikian penting untuk
an serta kegiatan ritual keagamaan. Maka da- mencari jati diri dalam lokalitasnya. (ibid., 160).
lam hal ini, setiap pemeluk agama dan keper- Di sisi yang lain, penulis melihat bahwa
cayaan memiliki tipologi yang berbeda dalam kendati di Minahasa banyak orang tidak lagi
segala bentuk hubungannya dengan Tuhan. bersemangat untuk sekedar berpartisipasi da-
Demikian juga kepercayaan kepada Tuhan da- lam pelaksanaan ritual tradisional Minahasa,
lam tradisi Minahasa turut mempengaruhi ke- para migran Minahasa masih menjalankannya.
hidupan manusia karena agama bisa mem- Dari fakta ini apa yang menjadi penyebabnya?
pengaruhi setiap tindakan manusia. Orang di luar Minahasa merasa bahwa ada de-
Dari latar itu, maka dalam konteks pene- ngan praktek tradisional dalam kepercayaan
litian ini, modernisme sebagaimana yang di- kepada ‘Opo Empung’ ini, merupakan wujud
uraikan di atas, dan menjadi hal utama yang kegemilangan tradisi leluhur.
dikritik oleh post modernisme adalah keduduk- Selain itu, mereka memiliki rasa ingin ta-
an serta penggunaan ‘Opo Empung’ yang saat hu akan tradisi leluhur ini, sehingga mereka
58
Prosiding Seminar Nasional Jurusan Brahma Widya:
Mistisisme Nusantara
59
Menelaah Kepercayaan kepada “Opo Empung” dalam Tradisi Minahasa
Ambrosius M. Loho
60