ORGANISASI
S2 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Agnes Dinda P1, Yulia Leonora Trinanda2, Moh. Ashraff Shah3, Annisa
Savira A4, Tommy Oktavian B5, Rani Pusparini6
1 NIM 225222012
2 NIM 225222019
3 NIM 225222026
4 NIM 225222034
5 NIM 225222035
6 NIM 225222045
kesulitan dalam mencari staf yang kompeten, masalah dan tantangan lainnya yang muncul
adalah rendahnya minat mahasiswa untuk bekerja di Peppercorn Dining dan perekrutan
pegawai.
Drew Randall ingin menjadikan Peppercorn Dining sebagai tempat yang nyaman bagi
orang-orang untuk bekerja dan menjadikan mereka produktif dalam pekerjaannya. Namun
untuk saat ini pegawai di Peppercorn Dining masih kurang kreatif dalam pekerjaannya.
Kemudian salah satu kondisi pada Peppercorn Dining adalah ada beberapa pegawai yang sudah
bekerja terlalu lama yaitu juru masak mereka pada shift siang dan malam selama 28 tahun dan
10 tahun masa kerja. Pegawai yang telah bekerja selama itu di Peppercorn Dining seakan-akan
mereka sangat loyal terhadap perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai manager,
Drew menggunakan pendekatan secara humanistik pada manajemennya, ia merasa
pegawainya memerlukan beberapa dukungan. Tetapi disisi lain Drew memberikan banyak
kebebasan pada pegawainya seperti memberikan mereka kebebasan untuk mengatur diri
mereka sendiri. Setelah terlihat adanya indikasi masalah dalam Peppercorn Dining, para
konsultan merasa termotivasi untuk menyelesaikan dan mengidentifikasi apa penyebab
masalah, akhirnya mereka menyelesaikan proses perjanjian kontrak dengan lancar.
Selanjutnya pembagian tugas dibuat, Erica disarankan untuk berfokus pada pengumpulan data
manajerial agar tidak terjadi bias data.
3.2. Konsep atau model apa yang dapat membantu dalam menganalisis data?
Kesimpulan apa yang dapat diambil dalam analisis tersebut?
Pada dasarnya teknik analisis data terbagi menjadi dua yakni analisa
kualitatif dan analisa kuantitatif. Pada analisa kuantiatif terlihat lebih mudah,
karena tidak berdasarkan data melainkan berupa angka-angka, namun analisa
kualitatif cenderung bersifat subyektif dan bias. Namun demikian analisa kualitatif
lebih gampang di pahami dan di interpretasikan (Cummings & Worley, 2015).
Jika dilihat dari tahapan penggalian data yang dilakukan, maka terdapat 3
konsep analisa data kualitatif yang sesuai untuk menganalisa kondisi di Peppercorn
yakni Content Analysis dan Force-Field Analysis. Content Analysis adalah upaya
menyimpulkan komentar-komentar dari responden ke dalam tema besar dalam
suatu permasalahan yang ada. Analisa yang dilakukan metode ini memiliki
beberapa tahap diantaranya: langkah pertama bertanya dan menyimpulkan apakah
suatu pernyataan dinyatakan berkali-kali, langkah kedua mengelompokkan
jawaban dan langkah ketiga menganalisa jawaban apa yang sering muncul, itulah
tema besar permasalahan yang ada. Force-Field Analysis adalah metode yang
digunakan untuk menggali informasi yang bersifat komprehensif tentang berbagai
isu yang potensial mempengaruhi organisasi, serta memperoleh gambaran sumber
daya dan kekuatan yang dimiliki.
Dalam kasus Peppercorn Dining, konsep Force-Field Analysis bisa
dipergunakan untuk membaca apakah kekuatan pendukung perubahan dan
resistensi terhadap perubahan yang dalam hal ini ingin mengubah kondisi menjadi
lebih baik bisa menggunakan Goals & Objective dari All American Dining yang
merupakan induk usahanya atau mencari kesesuaian agar potensi unit independen
dari Peppercorn ini tidak mati.
Kesimpulannya terdapat persoalan yang mendasar yakni komunikasi antar
unit (Pekerja pelajar, Pekerja Tetap dan Pekerja Temporer) akibat keengganan
manajemen yang merasa mereka harus memiliki standar usaha induk. Hal yang
mungkin dapat dilakukan adalah membuka kembali jalur komunikasi yang pernah
ada untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Cummings, T. G., & Worley, C. G. (2015). Organization Development & Change, 10th Edition.
Stamford: Cengage Learning.