Anda di halaman 1dari 15

UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN NILAI AFEKTIF DAN

PSIKOMOTORIK SISWA GENERASI Z DI SMK INTENSIF


BAITUSSALAM DAN SMKN TANJUNGANOM NGANJUK

PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Proposal Tesis

Oleh

Moh. Agus Khomarudin


NIM. 1880506220026

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023

1
A. Konteks Penelitian
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan merupakan pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.1 Pendidikan
akan berlangsung secara terus menerus seiring dengan dinamika perubahan
sosial budaya masyarakat dari zaman ke zaman. Perubahan yang terjadi di
masyarakat akan segera diikuti dengan reorientasi program pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan
sehingga pelaksanaan pendidikan arus berorientasi pada wawasan kehidupan
mendatang.2 Seperti yang telah ditegaskan dalam Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bab II pasal 2
bahwa.3
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Lebih tegas lagi dapat diungkapkan bahwa tujuan penyelenggaraan
pendidikan adalah agar setiap individu berwawasan hidup serta mampu
berkreativitas dalam menjalankan kewajiban hidupnya baik secara spiritual,
intelektual, maupun moral.4 Adanya pendidikan juga terdapat adanya proses
pembelajaran yang bisa melibatkan guru dan orang tua. Apabila pendidikan
formal di sekolah gurulah yang berperan penting dalam pendidikan siswa.

1
Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 1.
2
Suhartono dan Suparlan, Wawasan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal
73-74
3
Ibid,……..175
4
Hamzah dan Nurdin Mohammad, Belajar Dengan Pendekatan PAIKEM, (Jakarta, PT
Bumi Aksara, 2012), hal 138.

2
Pendidikan sebagai tujuan usaha terencana dan sungguh-sungguh dari
suatu lingkungan masyarakat dan telah dianggap dewasa untuk dapat
mengimplementasikan ilmu pengetahuannya serta nilai-nilai masyarakat
yang dianggap mereka belum dewasa. Maka usaha tersebut agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya dalam kehidupan masyarakat. dengan
adanya pendidikan, maka siswa mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya secara optimal dengan bantuan pihak sekolah.

Pendidikan tidak terlepas dengan yang namanya pendidik atau guru.


Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik
potensi afektif, kognitif dan psikomotorik. Jadi sudah jelas bahwa tugas guru
tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm dragger
(pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat. Sudah menjadi tugas
utama bagi guru untuk mendidik peserta didiknya untuk menjadi anak yang
memiliki potensinya.

Generasi Z Merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun


1995 sampai dengan tahun 2010 masehi. Generasi Z ini merupakan
generasi setelah generasi Y dengan teknologi yang semakin berkembang
beberapa diantaranya merupakan keturunan dari generasi X dan Y.
Disebut juga iGeneration berarti generasi net atau generasi internet.
Generasi Net atau Generasi Internet adalah mereka yang hidup pada
masa digital.5
Anak pada generasi Z mayoritas sudah mampu mencapai nilai kognitif
yang sangat baik, akan tetapi pada nilai afektif dan psikomotorik masih
kurang baik. Di SMK Intensif Baitussalam Dan SMKN Tanjunganom
Nganjuk guru mengupayakan menguatkan atau meningkatkan nilai-nilai
afektif dan psikomotorik pada siswa. Upaya yang dilakukan yaitu
mengajarkan dan melatih siswa untuk melaksanakan sholat dhuha berjamaah,
sholat dzuhur berjamaah dan tawadhu’ dengan pendidik. Selain itu juga
melaksanakan kegiatan keagamaan yang lainnya. Dengan sekolah yang
5
Elizabeth T. Santosa. Raising Children in Digital Era. (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2015), hal. 23
berbasis umum (bukan agama) siswa sangat antusias dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini bisa dapat bersaing antara siswa yang
berbasis agama (madrasah) dengan siswa yang berbasis umum (sekolah)6
Dengan latar belakang diatas maka peneliti mengambil penelitian ini
berjudul “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif Dan
Psikomotorik Siswa Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan
SMKN Tanjunganom Nganjuk”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif Dan
Psikomotorik Siswa Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk ?
2. Bagaimana Kendala Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif Dan
Psikomotorik Siswa Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk ?
3. Bagaimana Dampak Peningkatan Nilai Afektif Dan Psikomotorik Siswa
Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan SMKN Tanjunganom
Nganjuk ?
4. Bagaimana Perbedaan Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai
Afektif Dan Psikomotorik Siswa Generasi Z Antara SMK Intensif
Baitussalam Dengan SMKN Tanjunganom Nganjuk ?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif
Dan Psikomotorik Siswa Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan
SMKN Tanjunganom Nganjuk.
2. Untuk mengetahui Kendala Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif
Dan Psikomotorik Siswa Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan
SMKN Tanjunganom Nganjuk.
3. Untuk mengetahui Dampak Peningkatan Nilai Afektif Dan Psikomotorik
Siswa Generasi Z Di SMK Intensif Baitussalam Dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk.

6
Observasi pada tanggal 2 Februari 2023 pukul 10.00
4
4. Untuk mengetahui Perbedaan Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan
Nilai Afektif Dan Psikomotorik Siswa Generasi Z Antara SMK Intensif
Baitussalam Dengan SMKN Tanjunganom Nganjuk.
D. Kegunaan penelitian
Ada dua tujuan penting mengapa penelitian ini dilakukan di antaranya
yaitu :
1. Manfaat teoritis
Berfungsi menjelaskan sebuah masalah serta menguraikan
solusinya secara mendalam dan sistematis.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Lembaga SMK Intensif Baitussalam dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk, penelitian ini dapat dijadikan bahan
masukan untuk meningkatkan upaya dalam meningkatkan nilai
afektif dan psikomotorik.
b. Bagi Kepala Sekolah SMK Intensif Baitussalam dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk, penelitian ini untuk bahan kepustakaan
sehingga menambah khasanah keilmuan dalam bidang
pendidikan.
c. Bagi guru PAI di SMK Intensif Baitussalam dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk, penelitian ini untuk meningkatkan
upaya dalam meningkatkan nilai afektif dan psikomotorik.
d. Bagi peserta didik, sebagai bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan supaya peserta didik dapat meningkatkan nilai
afektif dan psikomotorik
e. Bagi peneliti lain, penelitian ini dijadikan untuk tambahan
wawasan keilmuan serta pijakan dalam mengembangkan
penelitian lebih lanjut.
E. Penegasan istilah
1. Secara Konseptual
a. Nilai afektif dan Psikomotorik
Afektif adalah kemampuan emosional yang tersusun secara
hirarkis dari yang paling tidak mengikat diri sampai yang paling
5
mengikat diri. Implikasinya adalah a) kesadaran, b) partisipasi, c)
penghayatan nilai, d) pengamalan nilai, e) kemampuan karakteristik
diri (pengendalian diri).
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan
fisik dengan implikasi berupa: a) gerak reflex, b) gerakan dasar
bersifat pembawaan, c) kemampuan menerjemahkan stimulus, d)
kemampuan jasmani inti gerakan terlatih, e) gerakan-gerakan terlatih
pada tingkat efesiensi tertentu.7
b. Generasi Z
Generasi Z atau yang lebih dikenal sebagai generasi digital
tumbuh dan berkembang dengan ketergantungan terhadap teknologi
dan berbagai macam alat teknologi. Generasi Z lahir antara tahun
1995-2010.8
2. Secara Operasional
Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif Dan
Psikomotorik Siswa Generasi Z di SMK Intensif Baitussalam dan SMKN
Tanjunganom Nganjuk yaitu bentuk upaya-upaya yang dilakukan guru
PAI Dalam Meningkatkan Nilai Afektif Dan Psikomotorik Siswa.
F. Landasan teori
1. Pengertian Guru
Guru adalah seorang tenaga pendidik professional yang
mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan
penilaian atau professional kepada peserta didik. Definisi guru adalah
seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengerjakan suatu
ilmu, mendidik, mengarahkan dan melatih muridnya agar memahami
ilmu pengetahuan yang di ajarkannya tersebut. Menurut Mulyasa
menyatakan bahwa:

7
Endang Poerwati dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Cet. I; Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Press, 2002), hal. 40.
8
Elizabeth T. Santosa. Raising Children in Digital Era. (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2015), hal. 23
6
Guru merupakan seseorang yang memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Ngalim Purwanto guru merupakan orang yang pernah
memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun
kepada sekelompok orang. Sedangkan menurut Husnul Khotimah Guru
merupakan orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan
dari sumber belajar ke peserta didik.9 Dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan seseorang yang memiliki peran mendidik , memfasilitasi,
motivator, dan membimbing peserta didiknya dalam meningkatkan
pendidikan peserta didiknya.

Guru adalah titik sentral pendidikan, pengajar maupun


pengabdian guru ada pada peserta didik. Peran ini mendorong guru
untuk tahu banyak tentang kondisi peserta didik di setiap jenjang. Dalam
kegiatan proses mengajar guru memiliki tiga tugas utama yaitu
merencanakan, melaksanakan pembelajaran dan memberikan timbal
balik. Tugas merencakana adalah tugas untuk mendesain dan
mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan apa yang dilakukan
dalam proses belajar mengajar.10

Dalam kehidupan masyarakat Sunda, kerap dikenal ada peribasa


guru itu adalah wajib digugu dan ditiru adalah dicontoh. Dengan
penjelasan seperti ini, maka posisi guru itu mengandung makna sosial
yang sangat tinggi. Tidak mengerankan bila kemudian di dalam
kehidupan masyarakat jawa pun ada penjelasan mengenai guru ratu
wong atua Karo. Kandungan makna dari peribahasa itu bahwa orang
yang wajib dihormati dalam kehidupan ini, yaitu guru, pimpinan dan
orang tua. Itulah posisi sosial yang tinggi dan menggambarkan posisi
guru yang sangat mulia.11

9
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, (Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2018), hal 8-9
10
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN-MALIKI Press, 2012), hal 52
11
Shilphy Octavia, Etika Profesi Guru, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal 11
7
2. Kegiatan Keagamaan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kegiatan adalah kekuatan
atau ketangkasan dalam berusaha. Sedangkan pengertian keagamaan
berasal dari agama yang mendapat awalan “ke” dan “-an” sehingga
membentuk kata baru “keagamaan”. Jadi keagamaan mempunyai arti
yang behubungan dengan agama yaitu dengan sebuah keimanan dan
keyainan.
Sedangkan keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama
atau segala sesuatu mengenai agama. Sehingga dapat dikatakan,
keagamaan merupakan segala sesuatu yang mempunyai sifat yang ada
dalam agama dan segala sesuatu yang berhubungan agama. Jadi aktivitas
keagamaan adalah segala perbuatan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang atau invidu yang berhubungan dengan agama.12 Kegiatan
keagamaan di sekolah adalah ranangan sejumlah aktifitas yang
berhubungan dengan keagamaan yang dilaksanakan atau direncanakan
secara berulang-ulang.13
Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan begitu bervariasi dari sekolah
yang satu dengan yang lain, begitu dengan pengembangan program
kegiatan keagamaan ini. Adapun beberapa bentuk program kegiatan
keagamaan, diantaranya sebagai berikut:
a. Shalat Dhuha, yaitu shalat sunnah yang dikerjakan ketika
matahari naik setinggi tumbak, atau kira-kira pukul 8 atau 9
sampai tergelincir matahari, yang dikerjakan pada pagi hari pada
waktu matahari telah terbit dan mulai meninggi, yaitu minimal
matahari telah meninggi satu tombak atau sepenggalan sampai
menjelang waktu dhuhur.14
b. Al-Qur’an merupakan bukti nyata dari Tuhan, petunjuk dan
rahmat yang hanya Allah diberikan orang-orang beriman Al-

12
Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), hal. 56
13
Dewi Hariyani, Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Dalam Membentuk Karakter
Religius Di Madrasah. Jurnal PAI. Vol. 2 No. 1, Juni 2021
14
Labib Mz. Mengais Rejekii dengan Shalat Dhuha. (Jakarta: Aksara Press, 2015),
hal. 137
8
Qur’an adalah sumber petunjuk dari sistem yang mengatur
kehidupan dan jiwa manusia, sesama bersumber dari Al Qur’an.15
c. Shalat Dzuhur Berjama’ah, adalah shalat yang dilakukan sesudah
lewat tengah hari dan berakhir menjelang waktu ashar, yang mana
dapat meningkatkan spiritualisasi, membangun kestabilan mental,
dan relaksasi fisik.16
d. Peringatan Hari Besar Isalam (PHBI), merupakan kegiatan
memperingati hari besar Islam dengan maksud dan tujuan untuk
Syiar Islam serta menggali arti dan makna yang pernah terjadi.
adapun hari besar Islam tersebut terdiri atas, tahun baru Islam,
Maulid Nab serta perayaan isra’ dan mi’raj.17
3. Genearasi Z
Generasi Z Merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun
1995 sampai dengan tahun 2010 masehi. Generasi Z ini merupakan
generasi setelah generasi Y dengan teknologi yang semakin berkembang
beberapa diantaranya merupakan keturunan dari generasi X dan Y.
Disebut juga iGeneration berarti generasi net atau generasi internet.
Generasi Net atau Generasi Internet adalah mereka yang hidup pada
masa digital.18
Generasi ini memiliki karakter yang menggemari teknologi,
flesksibel, lebih cerdas dan toleran pada perbedaan budaya. Selain itu
karakteristik dan ciri-ciri umum Generasi Z juga dijelasakan sebagai
berikut:19
a. Memiliki ambisi besar untuk sukses
Anak zaman sekarang cenderung memiliki karakter yang
positif dan optimis dalam menggapai mimpi mereka.

15
Gading EA, dkk, Semangat Zaman dan Intelektual Kita, (Surabaya: Pustaka Saga,
2016), hal. 70
16
Sahlan Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah....,hal. 120
17
Eddy Saputra, Penanaman dan Penguatan Nilai-nilai Keislaman Melalui
Perayaan Hari Besar Islam, Jurnal Al Shriyyah. Vol. 5 No.1, Mei 2019, hal. 296
18
Elizabeth T. Santosa. Raising Children in Digital Era. (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2015), hal. 23
19
Natali Yustisia. Teori Generasi. Perbanas Institut. Artikel diakses pada 5 Februari
2023
9
b. Cenderung praktis dan berperilaku instan (speed)
Anak-anak di era generasi Z menyukai pemecahan masalah
yang praktis. Mereka tidak menyukai berlama-lama meluangkan
proses panjang mencermati suatu masalah. Hal ini disebabkan
anak-anak ini lahir dalam dunia yang serba instan.
c. Cinta kebebasan dan memiliki percaya diri tinggi
Generasi ini sangat menyukai kebebasan. Kebebasan
berpendapat, kebebasan berkreasi, kebebasan berekspresi, dan
lain sebagainya. Mereka lahir di dunia yang modern, dimana
sebagian besar dari mereka tidak menyukai pelajaran yang
bersifat menghafal. Mereka lebih menyukai pelajaran yang
bersifat eksplorasi. Anak-anak pada generasi ini mayoritas
memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka memiliki sikap
optimis dalam banyak hal.
d. Cenderung menyukai hal yang detail
Generasi ini termasuk dalam generasi yang kritis dalam
berpikir, dan detail dalam mencermati suatu permasalahan atau
fenomena. Hal ini disebabkan karena mudahnya mencari
informasi semudah mengklik tombol search engine.20
e. Berkeinginan besar untuk mendapatkan pengakuan
Setiap orang pada dasarnya memiliki keinginan agar diakui
atas kerja keras, usaha, kompetensi yang telah didedikasikannya.
Terlebih generasi ini cenderung ingin diberikan pengakuan dalam
bentuk reward (pujian, hadiah, sertifikat, atau penghargaan),
karena kemampuan dan eksistensinya sebagai individu yang unik.
f. Digital dan teknologi informasi
Anak-anak pada generasi ini lebih memilih berkomunikasi
melalui dunia maya, media sosial daripada menghabiskan waktu
bertatap muka dengan orang lain.

20
Elizabeth T. Santosa. Raising Children in Digital Era. (Jakarta: Elex Media
Komputindo,2015), hal. 20
10
G. Paradigma penelitian
Paradigma penelitian memiliki arti sebagai kerangka berpikir yang
menjelaskan cara pandang penelitian terhadap fakta kehidupan sosial yang
ada. Selain itu, paradigma penelitian juga melihat bagaimana perlakukan
peneliti terhadap ilmu dan teori yang dituangkan dalam penelitian. Penelitian
ini akan membahas tentang upaya guru PAI dalam meningkatkan nilai afektif
dan psikomotorik siswa pada anak generasi Z di SMK Intensif Baitussalam
dan SMKN Tanjunganom Nganjuk. Membentukkan akhlak siswa jenjang
pendidikan menengah keatas memang sangat diperlukan, apalagi melihat
generasi sekarang ini kurangnya dalam hal berperilaku terhadap sesama.
Pengaruh pergaulan sekarang sangat mempengaruhi tingkah laku siswa
sehingga perlu adanya upaya guru dalam meningkatkan perilaku siswa.
Perilaku sangatlah penting bagi siswa, karena dengan adanya perilaku yang
baik akan berpengaruh pada tempat pendidikannya. Oleh karena itu penulis
ingin meneliti lebih dalam tentang upaya guru dalam meningkatkan nilai
afektif dan psikomotorik siswa pada generasi Z.

Upaya Guru PAI

Meningkatkan Nilai
Afektif dan Psikomotorik

Upaya Guru PAI Kendala Guru PAI Dampak ]


Dalam Dalam Meningkatkan Meningkatkan
Meningkatkan Nilai Afektif Dan Nilai Afektif
Nilai Afektif Dan Psikomotorik Siswa Dan
Psikomotorik Generasi Z Psikomotorik
Siswa Generasi Z pada Siswa
Generasi Z

Siswa Generasi Z

11
H. Penelitian terdahulu
1. Tesis yang di tulis oleh Rudi Hartono, dengan judul “Upaya Sekolah
Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa di SMP Negeri 35
Bengkulu utara”. Tesis Pascasarjana PAI IAIN Bengkulu,2017. Masalah
dalam penelitian ini yaitu, masih di temukan siswa yang yang memiliki
karakter yang menyimpang. Adapun hasil penelitian diperoleh yaitu,
terdapat upaya sekolah dalam pembentukan karakter siswa dalam
menghadapi karakter menyimpang dengan menggunakan tindakan
preverentif (mencegah), tindakan represi.
2. Tesis yang ditulis oleh Ayu Anisah dengan judul “Pembentukkan
Karakter Siswa Pada Generasi Z Di Sman 2 Bengkulu Utara” Tesis
Pascasarjana PAI IAIN Bengkulu 2022. Hasisl penelitian yang diperoleh
yaitu pembentukkan karakter religius siswa di SMAN 2 Bengkulu Utara
di bentuk melalui kegiatan-kegiatan keagaman, strategi dan metode yang
dilakukan sekolah dalam membentuk karakter religius siswa di SMAN 2
Bengkulu Utara. Kegiatan-kegiatan keagamaan meliputi atas shalat
dhuha, membaca al-Qur’an dan surah pendek, shalat dzuhur berjama’ah,
jum’at infaq, perayaan hari besar Islam (PHBI) dan pelaksanaan
ekstrakurikuler rohis.
3. Skripsi yang ditulis oleh Fatmawaty Hatta yang berjudul “Pengembangan
Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotorik Dalam Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) 1 Kesu’ Kabupaten Toraja Utara” Skripsi PAI IAIN Palopo
2016. Hasil dari penelitian ini yaitu Dampak pengembangan aspek
kognitif (pengetahuan) mencakup hafalan dan ingatan, pemahaman
(comprehension), dan penerapan (application). Selanjutnya, dampak ranah
afektif (sikap) mencakup a) merespon dan menanggapi (receiving dan
attending) stimulus dari luar dan menilai dan menyatakan sikap (valuing).
Sedangkan dampak ranah psikomotorik (keterampilan) mencakup
keterampilan yang berhubungan dengan gerak. Adapun implikasinya
dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam

12
pendidikan. Dampak pengembangan ketiga aspek tersebut belum dapat
dilaksanakan secara maksimal.
I. Metode penelitian
1. Teknik pengumpulan data
a. Observasi partisipan
Peniliti terjun langsung mengamati di SMK Intensif Baitussalam dan
SMKN Tanjunganom Nganjuk
b. Wawancara mendalam
Peneliti mengadakan wawancara kepada kepala sekolah, guru PAI dan
siswa siswi SMK Intensif Baitussalam dan SMKN Tanjunganom
Nganjuk
c. Dokumentasi
Peneliti mendokumentasikan seluruh hal yang berkaitan dengan
penelitian bisa dengan gambar dan dokumen pendukung.

2. Teknik analisis data


b. Reduksi data
Peneliti melakukan proses penyederhanaan data dari yang mentah
menjadi matang (berbobot).
c. Penyajian data
Penyajian data disini yaitu berbentuk naratif.
d. Penarikan kesimpulan
Peneliti menarik kesimpulan yang beradasarkan data.
3. Pengecekan keabsahan data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
meningkatkan ketekunan, pengamatan, triangulasi dan diskusi dengan
teman sejawat.
J. Sistematika pembahasan
Bagian awal dari tesis ini memuat halaman sampul depan, halaman
judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman
pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, prakata, halaman

13
daftar isi, halaman tabel/gambar, halaman daftar lampiran dan halaman
abstrak.
Bagian utama (inti) memuat 6 bab dengan rincian bab I memuat
pendahuluan, bab II memuat kajian pustaka, bab III memuat metodologi
penelitian, bab IV memuat hasil penelitian, bab V memuat pembahasan, dan
bab VI memuat penutup.
BAB I berupa pendahuluan yang berisi Konteks Penelitian, Fokus
Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah serta
Sistematika pembahasan. Pada bab ini dirumuskan dan dipaparkan deskripsi
alasan peneliti mengambil judul.
BAB II merupakan kajian pustaka yang menguraikan teori-teori para
ahli dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini yang meliputi
deskripsi teori, penelitian terdahulu, dan paradigma penelitian.
BAB III bagian metode penelitian yang Memuat secara rinci metode
penelitian yang digunakan peneliti beserta alasannya, kehadiran peneliti,
lokasi peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV merupakan hasil penelitian yang membahas tentang paparan
jawaban secara sistematis mulai dari deskripsi dan analisis data, serta temuan
penelitian. Bab ini merupakan salah satu bab yang banyak membahas
kaitannya judul yang telah diangkat.
BAB V merupakan pembahasan tentang hasil penelitian yang berisi
diskusi hasil penelitian. Bahasan hasil penelitian ini digunakan untuk
mengklasifikasikan dan memposisikan hasil temuan yang telah menjadi fokus
pada bab 1. lalu peneliti merelevansikan teori-teori yang dibahas pada bab II,
juga yang telah dikaji pada bab III metode penelitian. Seluruh yang ada bab
tersebut dipaparkan pada pembahasan sekaligus hasil penelitian didiskusikan
dengan kajian pustaka.
BAB VI merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan,
hasil penelitian dan saran-saran. Bagian akhir tesis ini memuat halaman daftar
rujukan, halaman lampiran-lampiran dan halaman daftar riwayat hidup.

14
Daftar Pustaka

Eddy Saputra, Penanaman dan Penguatan Nilai-nilai Keislaman Melalui


Perayaan Hari Besar Islam, Jurnal Al Shriyyah. Vol. 5 No.1, Mei 2019

Gading EA, dkk. 2016. Semangat Zaman dan Intelektual Kita. Surabaya: Pustaka
Saga

Hamzah dan Nurdin Mohammad. 2012. Belajar Dengan Pendekatan PAIKEM,


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hariyani, Dewi. Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Dalam Membentuk Karakter


Religius Di Madrasah. Jurnal PAI. Vol. 2 No. 1, Juni 2021

Jalaluddin. 1993. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia

Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras

Labib Mz. 2015. Mengais Rejeki dengan Shalat Dhuha. Jakarta: Aksara Press

Mujtahid. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN-MALIKI Press

Natali Yustisia. Teori Generasi. Perbanas Institut. Artikel diakses pada 5 Februari
2023

Octavia, Shilphy.2020. Etika Profesi Guru, Yogyakarta: Deepublish

Poerwati, Endang dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. (Cet. I;
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Press

Safitri, Dewi. 2018. Menjadi Guru Profesional. Riau: PT. Indragiri Dot Com

Santosa, Elizabeth T. 2015 Raising Children in Digital Era. Jakarta: Elex Media
Komputindo

Suhartono dan Suparlan. 2009. Wawasan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

15

Anda mungkin juga menyukai