Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN INTEGRASI

PENGEMBANGAN KONSEP PENGETAHUAN MULTIDISIPLIN

KELOMPOK 2

Disusun Oleh :
Muh. Yusril : C031221026
Abdal Hafidz Sampe Tandung : E051221054
Qoonita Khairunnisa Subana : H021221055
Dody Eurico Papalangi : M011221066

UNIT PENYELENGGARA TEKNIS MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmanirahim,,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehinggah
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersikap membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
dan penulis akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Makasar, 17 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. ii


Daftar Isi .........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................2
C. Maksud dan Tujuan .............................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................3
A. Sejarah Ilmu Pengetahuan ................................................................... 3
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan .............................................................. 4
C. Pengetahuan Multidisiplin ................................................................... 5
D. Konsep Pengembangan Pengetahuan Multidisiplin .............................. 7
BAB III : PENUTUP ...................................................................................... 11
A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat
bersaing dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Dunia internasional
akan mengakui kemajuan bangsa apabila sebagian besar masyarakat mampu
menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan dan kemajuan peradaban suatu bangsa erat
hubungannya dengan pendidikan. Karena pendidikan pada dasarnya
merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan tertentu pada individu untuk mengembangan potensi diri yang
dimiliki, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara serta meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki pengetahuan,
keterampilan, serta pengalaman. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI
No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan


sadar, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan perilaku ke arah yang lebih baik. Penyelenggaraan

1
pendidikan dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal dan non
formal. Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung di
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan. Sedangkan jalur pendidikan non formal merupakan
pendidikan yang dilakukan di luar sekolah, yang tidak berjenjang dan tidak
berkesinambungan.
Keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga (orang tua), anggota masyarakat dan pemerintah. Pemerintah dan
masyarakat wajib menyediakan tempat untuk belajar, salah satunya adalah
sekolah yang dapat menampung peserta didik dari berbagai macam latar
belakang atau kondisi sosial ekonomi yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat menarik masalah sebagai
berikut :
1. Bagaiamana sejarah ilmu pengetahuan ?
2. Apa pengertian ilmu pengetahuan ?
3. Apa pengetahuan multidisiplin ?
4. Sepertia apa konsep pengembangan pengetahuan multidisiplin ?

C. Maksud dan Tujuan


Adapaun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yang telah di
rumuskan penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaiamana sejarah ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui apa pengertian ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui apa pengetahuan multidisiplin
4. Untuk mengetahui sepertia apa konsep pengembangan pengetahuan
multidisiplin

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah salah satu dari sekian banyak buah pemikiran
manusia yang diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai
berbagai hal dan proses yang terjadi di sekelilingnya. Ilmu pengetahuan
merupakan bagian dari sekian banyak pengetahuan manusia, sehingga dapat
dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah spesies dari genus yang disebut
pengetahuan. Ilmu pengeta- huan berbeda dengan pengetahuan lain karena
ilmu pengetahuan memiliki keter- aturan di dalamnya serta ciri-ciri keilmuan
tertentu.
The New Columbia Encyclopedia, ilmu pengetahuan dibatasi sebagai "to
the organized body of knowledge concerning the physical world, both
animate and inanimate". (Encyclopedia, 1972, vol. VI)

Perkembangan pengetahuan manusia telah dimulai sejak ratusan tahun


sebelum masehi. Para ahli membagi sejarah perkembangan pengetahuan
manusia menjadi beberapa zaman antara lain:
1. Zaman Purba
Zaman ini ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang terbuat dari batu
dan tulang belulang. Pada zaman ini, manusia bercocok tanam, beternak
dan nomaden. Pengetahuan manusia zaman ini diperoleh melalui
pengalaman dan mitos...
2. Zaman Yunani (600-200 SM)
Pada zaman ini, kemampuan berpikir manusia sudah mulai lebih maju
yang ditandai dengan adanya penemuan alat bantu yang lebih baik dan
mulai menggunakan akal sehat sehingga mitos dengan berbagai
legendanya perlahan-lahan ditinggalkan. Kemajuan pola piker saat itu
ditandai dengan penggabungan antara pengamatan, pengalaman, akal

3
sehat, logika, dan pola pikir lebih rasional yang kemudian dikenal dengan
faham rasionalisme.
3. Zaman Pertengahan (Keemasan Islam)
Pengaruh bangsa Arab sangat menonjol pada zaman ini. Pada zaman ini,
banyak dikembangkan metode eksperimentasi yang memungkinkan
perluasan bidang kedokteran, farmasi, astronomi, kimia, dan biologi.
Penemuan penting yang tetap digunakan hingga saat ini adalah penulisan
bilangan (angka Arab) dan decimal yang menghasilkan ilmu aljabar.
Adapun filosof pada zaman pertengahan meliputi Al-Zahrawi, Avicenna
(ibn-Shina), Al-Jazari, dan Abbas Ibn Firnas. Ahli lainnya pada abad ke-
10 yaitu Ibn Al-Haitham dan Al-Biruni.

4. Zaman Modern
Zaman ini dimulai pada abad ke-15, banyak penemuan yang mengubah
pola pikir sebelumnya terutaman dengan penemuan empiris yang
didukung oleh alat bantu yang lebih baik Zaman ini dikuasai oleh suatu
gerakan yang disebut Ranaissance yang berarti kelahiran kembali.metode
induksi menjadi panutan zaman ini yang merupakan dasar perkembangan
metode ilmiah sekarang. Cara berpikir induktif ini terkait dengan
empirisme. Metode sains modern bersifat empirisme yang mengandalkan
kemampuan indrawi dan kebenaran harus dapat dibuktiakn secara
empiris. Sains modern juga bersifat rasionalisme yang mengandalkan
kemampuan akal atau otak kirim, di mana kebenaran harus bersifat logis
atau dapat diterima oleh nalar.

B. Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Tidak semua bidang atau cabang ilmu pengetahuan maju dan
berkembang sama pesatnya pada setiap kurun waktu dan tempat. Dalam masa
belakangan ini, beberapa bidang tampak melaju dengan sangat menonjol dan
oleh karena itu berpengaruh besar terhadap manusia dan kehidupannya.
Bidang yang dimaksud meliputi:

4
1. Ilmu-ilmu nuklir (Nuclear Science)
2. Ilmu-ilmu kimia (Chemistry Science)
3. Bioteknologi (Biotechnology)
4. Ilmu informasi dan komunikasi (Communication and Information
Science)
5. Ilmu-ilmu antariksa (Space Science)
6. Ilmu penginderaan (Inpact Science)
Kemajuan dalam tiap-tiap bidang ini mempunyai akibat yang jauh baik
langsung terhadap manusia, masyarakat, dan prinsip yang dianutnya dan
lingkungan hidupnya, maupun tidak langsung melalui bidang atau disiplin
yang lain. Pembaruan-pembaruan yang ditimbulkan tidak hanya karena
perkembangan kebutuhan manusia tetapi juga rutin direncanakan oleh
kelompok khusus yang bertugas untuk itu.

C. Pengetahuan Multidisiplin
Multidisipliner adalah cara pandang yang melibatkan minimal dua
disiplin akademik untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu secara
bersama-sama melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.

Pendekatan multidisipliner adalah suatu pendekatan yang mengacu pada


berbagai sudut pandang ilmu yang relevan. Pendekatan multidisipliner
merupakan pengembangan suatu disiplin dengan memanfaatkan bantuan dari
ilmu-ilmu lainnya,seperti politik, ekonomi, manajemen, hukum, sosial, dan
lain sebagainya. Multidisipliner menyarankan tentang penggunaan sejumlah
ilmu, lebih dari dua ilmu berbeda yang dipakai untuk manganalisis masalah
yang sama. Ciri pokok pendekatan multidispliner adalah banyaknya ilmu
dalam rumpun ilmu yang sama. Penggunaan ilmu dalam proses pembelajaran
didasarkan pada ilmu yang saling berkaitan. Berbagai disiplin ilmu dapat
digunakan untuk pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan penyelesaian

5
permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan dengan perspektif yang
beragam pula.
Pendekatan multidisipliner berarti berupaya menggabungkan beberapa
disiplin untuk menyelesaikan masalah tertentu. Dalam pendektan ini terjadi
kerjasama dalam menyelesaikan masalah penelitian, atau uji coba yang
hasilnya dapat diintegrasikan sebagai hasil dari proyek besar. Bergabungnya
berbagai ahali tersebut dengan sendirinya akan lebih mampu menyatukan
kesatuan fungsional dari masing-masing disiplin ilmu. Sedangkan menurut
Melsen pendekatan multidisipliner adalah membangun kerjasama antara ilmu
pengetahuan yang masing-masing tetap berdiri sendiri dengan metode
sendiri-sendiri. Sehingga multidisipliner dapat dimaknai sebagai
penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah
tertentu. Sementara itu, Klein sebagaimana dikutip oleh Bernard C.K. Choi
mendefinisikan bahwa mutidisipliner adalah proses untuk menyediakan
penjajaran disiplin ilmu yang bersifat aditif, bukan integratif, perspektif
disiplin tidak berubah, hanya dikontraskan sebagaimana kutipan berikut ini:
"Multidisciplinarity", according to Klein. is a process for providing a
juxtaposition of disciplines that is additive, not integrative; the
disciplinary perspectives are not changed, only contrasted. An example is
physics and history, biology and architecture. A painting by Giotto can
be studied not only within art history but also within history of religions,
European history, and geometry. Team- taught courses in which faculty
provide serial lectures are often multidisciplinary. In a multidisciplinary
team dealing with pediatric undernutrition, members function as
independent specialists rather than interactive team members. The child
or the family is assessed individually by several professionals (such as
nursing, social work. psychiatry, nutrition, education, etc) but generally
at the discretion of the team leader. usually a physician in medical
settings.

6
Dengan demikian, maka para ahli memilki teknik dan cara masing-
masing untuk mengamati perilaku dan aktivitas terkait dengan suatu disiplin
tertentu. Misalnya ilmu sosiologi yang menyoroti masalah perilaku manusia,
sementara antropologi mengamati terbentuknya pola-pola perilaku. Karakter
studi multidisipliner adalah utuh, holistik, dan sangat terbuka perkembangan
terbaru dan terakhir dari berbagai ilmu dan metodologi dari berbagai disiplin
ilmu yang menghasilkan hibrida ilmu-ilmu baru dari lintas disiplin. Jika
multi-disiplin diterapkan dalam kurikulum, maka akan menghasilkan novelty
atau kebaruan teori dan metodologi yang dapat menjawab tantangan global,
dan memberi saran strategis terhadap masalah kemanusiaan dan
kemasyaratakan. Berikut ini penulis gambarkan tentang pendekatan
multidispliner dalam pembelajaran.

Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin


untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Sebagai contoh ilmu
informasi.. Konteks epistemologi multidisipliner Ilmu Informasi juga
mengandung beberapa cabang dari analisa sistem, statistika linguistik,
cybernetics, dan antarmuka manusia-mesin, terutama yang dipengaruhi oleh
pandangan kognitif dari bidang psikologi.

D. Konsep Pengembangan Pengetahuan Multidisiplin


Multi disiplin adalah pendekatan yang bersifat integrative (terpadu)
merupakan pendekatan suatu konsep dari suatu cabang ilmu atau tema yang
bahannya di organisasi dari berbagai cabang ilmu sosial secara terpadu.
Sedangkan pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan

7
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu
serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Di era kekinian,
Semua masalah yang dihadapi manusia, tidak bisa dipecahkan hanya dengan
satu disiplin ilmu. Pemecahan harus multidisiplin yang hanya bisa dilakukan
lewat kolaborasi. Masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat,
progresif, dan kerap kali memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan
sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan, dan merupakan
masalah bagi semua institusi sosial, seperti: industri, perekonomian,
pemerintahan, perkumpulan-perkumpulan, dan pendidikan.
Selain itu perkembangan teknologi dan peradaban dunia yang pesat
berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah
yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah global yang memerlukan
penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah
yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral
dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak
lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan
saja, tapi penggabungan berbagai disiplin ilmu. Masalah paling penting yang
dihadapi manusia di era globalisasi ini adalah masalah kompleksitas yang
dicirikan dengan ketidak menentuan, multiperspektif dan proses saling
keterkaitan antara satu sama lain. Sebagaimana yang dianjurkan oleh
UNESCO, perlu berperan serta secara aktif dalam mencari solusi yang terbaik
dalam menghadapi masalah global yang ada saat ini. Kita perlu mencari
pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi masalah global yang
bersifat multi sektoral.
Ada empat isu utama tentang masalah-masalah yang kerap dibahas dan
memerlukan pendekatan multisektoral yaitu: 1) Agresi manusia; 2) Distribusi
sumberdaya secara harmonis; 3) Perkembangan pandangan dunia yang
bersifat antroposentrik; dan 4) Realisasi potensi dan pemberdayaan manusia
melalui pendidikan. Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk
tersebut, dunia pendidikan sangat dianjurkan untuk menerapkan pendidikan
Kolaborasi Multidisiplin dan interdisiplin guna mendapatkan pengetahuan

8
yang menunjang perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan baik
sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial. Memahami konsep
Multidisiplin dan interdisiplin merupakan dalam upaya memahami dan
memecahkan masalah kompleks dan urgensi pendidikan sebagai ilmu.
Pendidikan tinggi di era rebolusi indusrtri 4.0 harus sangat kuat dalam
kolaborasi multidisiplin. Harus berbasis sains terapan dan teknologi untuk
meraih kemajuan yang lebih besar. Sebelum memasuki pembahasan
kolaborasi ilmu multidisipliner dan interdisiplin maka sangat perlu
mengetahui tingkatan-tingakatan kajian ilmu. Meeth (1978) mengilustrasikan
kajian ilmu seperti dikutip oleh Nordahl dan Serafin (2005) mengilustrasikan
perbedaan antara intradisiplinaritas, cross-disiplinaritas, multidisiplinaritas,
interdisiplinaritas dan transdisiplinaritas.

MULTIDISIPLIN yaitu studi dimana antara satu disiplin dan disiplin lain
disejajarkan (juxtaposistion of disciplines), dimana masing-masing disiplin
menawarkan sudut pandangnya masing-masing tapi tidak ada upaya untuk
memadukannya secara integratif. Multidisiplinaritas adalah pendekatan
dimana dua atau lebih disiplin digunakan tapi tidak ada kerjasama antara satu
disiplin dengan disiplin yang lain. Sebagai contoh, dalam suatu institusi
katakanlah bidang/divisi teknologi informasi. Disitu terdapat ahli teknologi
informasi, ahli teknologi pendidikan, ahli ekonomi. Tapi, dalam memahami
dan memecahkan masalah kantornya, mereka menganalisis masalah sendiri-
sendiri berdasarkan perspektif keilmuannya masing- masing, digabungkan
jadi satu tanpa ada integrasi satu sama lain. Nampaknya, hal ini merupakan
contoh fakta nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setiap
permasalahan kompleks tidak dapat dipecahkan secara komprehensif.
Sedangkan pluradisiplinaritas adalah suatu pendekatan dimana telah terjadi
kerjasama antar disiplin tapi tanpa koordinasi. Sebagai contoh, dalam
memecahkan masalah pasca bencana alam misalnya, telah terjadi kerjasama
lintas disiplin, ada ahli kesehatan, ahli ekonomi, ahli psikologi, ahli

9
pendidikan bersama-sama melakukan upaya tapi tanpa koordinasi yang jelas
mengacu pada satu tujuan yang jelas.

Interdisciplinaritas adalah pendekatan yang merupakan satu level diatas


pluradisiplinaritas, yaitu proses memahami dan memecahkan permasalahan
kompleks dari satu level konsep dibawah ke level konsep yang lebih tinggi.
INTERDISIPLIN yaitu upaya mengintegrasikan berbagai sudut
pandang untuk memecahkan masalah tertentu. Bedanya dengan transdisiplin,
upaya integrasi berbagai sudut pandang tersebut, didalam transdisiplin terjadi
sejak awal ketika suatu masalah didefinisikan untuk dipecahkan. Dalam studi
transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara bersama-sama menggunakan
berbabagai disiplin lain berupaya memecahkan masalah tersebut. Sementara
interdisplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan
seputar disiplin tersebut. Perbedaan ini sangat tipis dan masih jadi perdebatan.
Selain itu Interdisipliner (interdisciplinary) juga merupakan interaksi intensif antar
satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak,
melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan
integrasi konsep, metode, dan analisis.
TRANSDISIPLINARITAS adalah proses menjawab sesuatu
permasalahan kompleks tentang apa yang harus kita lakukan untuk apa yang ingin
kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai apa
yang telah ada (disiplin ilmu yang ada saat ini. Transdisipliner (transdisciplinarity)
juga merupakan upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan
membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. Transdisiplinaritas
berupaya bagaimana melakukan apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang
dapat kita lakukan menggunakan berbagai disiplin ilmu yang ada. Jika kita balik,
dapat pula kita rumuskan konsep transdisiplinaritas dengan kata lain bahwa,
“Dengan memanfaatkan beberapa hal yang ada (beberapa disiplin ilmu), kita
dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan sebagaimana seharusnya kita
melakukannya.”

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang berjudul "Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Integrasi Pengembangan Konsep Pengetahuan
Multidisiplin", dapat disimpulkan bahwa:
Ilmu pengetahuan telah mengalami perkembangan yang pesat sejak
zaman prasejarah hingga saat ini. Selama perkembangannya, ilmu
pengetahuan mengalami integrasi antara disiplin ilmu yang berbeda-beda,
seperti fisika, kimia, biologi, dan lain-lain, untuk menghasilkan pemahaman
yang lebih holistik dan komprehensif terhadap fenomena alam.
Pengembangan konsep pengetahuan multidisiplin ini terus berlanjut hingga
saat ini, terutama dalam era globalisasi dan teknologi informasi yang
memungkinkan kolaborasi antar disiplin ilmu yang lebih mudah.
Integrasi multidisiplin ini juga telah memberikan kontribusi besar dalam
memecahkan berbagai masalah kompleks di berbagai bidang, seperti
kesehatan, lingkungan, dan teknologi. Dalam rangka mempertahankan dan
mengembangkan integrasi multidisiplin ini, diperlukan upaya kolaborasi antar
disiplin ilmu, serta pengembangan kurikulum pendidikan yang mampu
memfasilitasi pemahaman konsep pengetahuan multidisiplin. Dengan
demikian, integrasi multidisiplin dalam pengembangan konsep pengetahuan
merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini dan di masa depan.

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Ilmu
pengetahuan yang sangat berorientasi dan banyak cabang yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga perlu dikaji lagi lebih dalam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lederman, N. G. (2007). Nature of science: past, present, and future. In S. K.


Abell & N. G. Lederman (Eds.), Handbook of research on science
education (pp. 831-879). Routledge.
Fensham, P. J. (2004). Defining an identity: The evolution of science education as
a field of research. Dordrecht: Springer.
Millar, R., & Osborne, J. (Eds.). (1998). Beyond 2000: Science education for the
future. London: King's College.
Solomon, J. (1994). Reconstructing scientific revolutions: Thomas S. Kuhn's
philosophy of science. Chicago: University of Chicago Press.
Shapin, S. (1996). The scientific revolution. Chicago: University of Chicago
Press.
National Research Council. (2012). A framework for K-12 science education:
Practices, crosscutting concepts, and core ideas. National Academies
Press.
Next Generation Science Standards Lead States. (2013). Next Generation Science
Standards: For states, by states. National Academies Press.
Clough, M. P., & Olson, J. K. (2004). The role of inquiry in science education:
Analyzing teacher behavior and student responses. International Journal
of Science Education, 26(3), 377-399.
Duschl, R. A., Schweingruber, H. A., & Shouse, A. W. (Eds.). (2007). Taking
science to school: Learning and teaching science in grades K-8. National
Academies Press.
Tytler, R. (2007). Re-imagining science education: Engaging students in science
for Australia's future. Camberwell, Vic.: ACER Press.

12

Anda mungkin juga menyukai