Genetika Populasi Dan Interaksi Gen Kelompok Vii Kelas B
Genetika Populasi Dan Interaksi Gen Kelompok Vii Kelas B
KELOMPOK VII
KELAS B
Nanda Nelfitriza (1510422034), Nurtina Sakaliou (1510422036), Shelvia Jhonisra
(1510422030), Zil Fadhilah Rahmah (1510422014)
ABSTRAK
Praktikum Genetika Populasi dan Interaksi Gen dilaksanakan pada hari Kamis 23 Februari
2017 di Laboratorium Teaching IV, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
memberikan keterampilan dan pemahaman terhadap penentuan frekuensi gen dalam suat
populasi serta analisis statistik yang digunakan. Metode yang digunakan pada genetika
populasi dan interaksi gen adalah eksperimen dengan pengambilan kancing baju secara
acak serta melakukan perhitungan jumlah kancing baju A-G. Hasil dari percobaan genetika
populasi didapatkan Ho 1:2:1 dengan nilai X2 hitung 3,3 kurang dari X2 tabel 5,99 berarti Ho
diterima. Percobaan Interaksi Gen pada botol A didapatkan Ho 9:3:3:1 (hukum Mendel II)
dengan nilai X2 hitung 0,343 kurang dari X2 tabel 7,81 sehingga Ho diterima, botol B
didapatkan Ho 12:3:1 dengan nilai X2 hitung 0,088 kurang X2 tabel 5,99 sehingga Ho
diterima, botol C didapatkan Ho 15:1 dengan nilai X2 hitung 0,0706 kurang dari X2 tabel 3,84
sehingga Ho diterima, botol D didapatkan Ho 9:3:4 dengan nilai X2 hitung 8,44 besar dari X2
tabel 5,99 sehingga Ho ditolak, botol E didapatkan Ho 9:7 dengan nilai X2 hitung 2,67
kurang dari X2 tabel 3,84 sehingga Ho diterima, botol F didapatkan Ho 9:6:1 dengan nilai X2
hitung 2,612 kurang dari X2 tabel 5,99 sehingga Ho diterima, dan botol G didapatkan Ho
13:3 dengan nilai X2 hitung 1,49 kurang dari X2 tabel 3,84 sehingga Ho diterima. Dari
percobaan didapatkan total 7 Ho yang diterima dan 1 Ho ditolak.
Kata kunci : Epistasis, Genetika Populasi, Hukum Mendel, Interaksi Gen
PENDAHULUAN
Populasi adalah suatu kelompok tertentu pada saat yang sama dan
individu sejenis yang hidup pada diantara mereka terjadi perkawinan
suatu daerah tertentu. Genetika (interbreeding) sehingga masing-
populasi adalah cabang dari ilmu masing akan memberikan kontribusi
genetika yang mempelajari gen-gen genetik ke dalam lungkang gen (gene
dalam populasi dan menguraikannya pool), yaitu sekumpulan informasi
secara matematik akibat dari genetik yang dibawa oleh semua
keturunan pada tingkat populasi. individu di dalam populasi. Di dalam
Suatu populasi dikatakan seimbang populasi tertentu terdapat tiga macam
apabila frekuensi gen dan frekuensi genotip yaitu AA, Aa dan aa, maka
genetik berada dalam keadaan tetap proporsi atau persentase genotip AA,
dari setiap generasi (Suryo, 2010). Aa dan aa akan menggambarkan
Untuk mempelajari pola susunan genetik populasi tempat
pewarisan sifat pada tingkat populasi mereka berada (Campbell, 2002).
terlebih dahulu perlu dipahami Interaksi gen merupakan
pengertian populasi dalam arti penyimpangan semu terhadap hukum
genetika atau lazim disebut juga Mendel yang tidak melibatkan
populasi mendelian. Populasi modifikasi nisbah fenotipe, tetapi
mendelian ialah sekelompok individu interaksi gen menimbulkan fenotipe-
suatu spesies yang bereproduksi fenotipe yang merupakan hasil kerja
secara seksual, hidup di tempat sama atau interaksi dua pasang gen
2. Interaksi Gen
Adapun hasil yang didapatkan dari percobaan interaksi gen pada botol A sampai G
yang telah dilakukan adalah :
2.1. Botol A
Tabel 2. Analisis Chi-square Interaksi Gen
Ho= 9 : 3 : 3 : 1 (Hukum Mendel II)
Fenotip O E O-E (O-E) 2 / E
Biru 519 520,9 -1,9 0,0069
Kuning 180 173,6 6,4 0,235
Putih 171 173,6 -2,6 0,038
Hitam 56 57,9 -1,9 0,062
∑ 926 926 0 0,343
Berdasarkan percobaan interaksi gen dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat
botol A didapatkan Ho 9:3:3:1 dengan yang beda akan menghasilkan
nilai X2 hitung 0,343 kurang dari nilai perbandingan 9:3:3:1 (Suryati, 2014).
X2 tabel 7,8 sehingga Ho diterima. Perubahan frekuensi alel dan
Dalam Hukum Mendel II atau genotip suatu populasi merupakan
hukum pengelompokan gen secara indikasi adanya mikroevolusi, yaitu
bebas dinyatakan bahwa selama evolusi yang terjadi pada tingkat kecil
pembentukan gamet, gen-gen sealel (gen). Apabila frekuensi alel atau
akan memisah secara bebas dan genotip tersebut menyimpang dari
mengelompok dengan gen lain yang nilai yang diharapkan pada hukum
bukan alelnya. Pembuktian hukum ini kesetimbangan menurut Hardy-
dipakai pada dihibrid atau polihibrid Weinberg, maka populasi tersebut
yaitu persilangan antara 2 individu dikatakan sedang mengalami evolusi
yang memiliki satu atau lebih karakter (Campbell and Mitchell, 2003).
yang berbeda. Monohibrid adalah
hibrid dengan satu sifat beda, dan
2.3 Botol C
Tabel 4. Analisis Chi-square Interaksi Gen
Ho = 15 : 1 (Epistasis Dominan Duplikat)
Fenotip O E O-E (O-E) 2 / E
Biru 443 444,4 -1,4 0,0044
Kuning 31 29,6 1,4 0,063
∑ 474 474 0 0,0706
Berdasarkan percobaan interaksi gen nisbah fenotip 15 : 1 pada generasi F2
botol C didapatkan Ho 15:1 dengan (Campbell,et.al, 2002).
nilai X2 hitung 0,0706 kurang dari X2 Menurut Windarsih (2010),
tabel 3,84 sehingga Ho diterima. epistasis gen dominan rangkap/
Epistasis dominan duplikat duplikat adalah kerja 2 gen dominan
merupakan peristiwa dua gen yang atau lebih untuk menghasilkan fenotip
dominan atau lebih yang bekerja tunggal. Pada tanaman kantong
untuk munculnya satu fenotip tunggal. gembala, terjadi persilangan dua gen
Jika gen dominan dari pasangan gen I dominan menghasilkan keturunan
epistasis terhadap pasangan gen II yang berbiji segitiga dan resesifnya
yang bukan alelnya, sementara gen bulat. Namun apabila biji segitiga
dominan dari pasangan gen II ini juga dipersilangkan lagi dengan biji bulat
epistasis terhadap pasangan gen I, maka hasil keturunan F2 nya akan
maka epistasis yang terjadi menjadi tanaman segitiga (15:1).
dinamakan dengan epistasis dominan
duplikat. Epistasis ini menghasilkan
2.5 Botol E
Tabel 6. Analisis Chi-square Interaksi Gen
Ho = 9 : 7 (Epistasis Resesif Duplikat)
Fenotip O E O-E (O-E) 2/ E
Kuning 328 348,.2 -20,2 1,17
Hitam 291 270,8 20,2 1,50
∑ 0 2,67
Berdasarkan percobaan interaksi gen Menurut Tim Dosen (2010),
pada botol E didapatkan Ho 9:7 epistasis resesif rangkap adalah
dengan nilai X2 hitung 2,67 kurang interaksi beberapa gen yang saling
dari X2 tabel 3,84 sehingga Ho melengkapi. Apabila gen resesif dari
diterima. suatu pasangan gen, katakanlah gen
Hal ini didukung oleh I, epistasis terhadap pasangan gen
pernyataan Passarge (2007), jika X2 lain, katakanlah gen II yang bukan
hitung lebih besar daripada X2 tabel, alelnya sementara gen resesif dari
maka hipotesa ditolak. Besarnya X2 pasangan gen II ini juga epistasis
hitung menandakan besarnya terhadap pasangan gen I maka
penyimpangan yang terjadi terhadap epistasis yang terjadi dinamakan
H0. Artinya asumsi rasio epistasis epistasis resesif duplikat atau
resesif ganda berbeda nyata dengan epistasis resesif rangkap.
yang diharapkan dari ratio tersebut.
2.7 Botol G
Tabel 8. Analisis Chi-square Interaksi Gen
Ho = 13 : 3 (Epistasis Dominan Resesif)
Fenotip O E O-E (O-E) 2 / E
Biru 461 457,4 3,6 0,028
Kuning 102 105,6 -3,6 0,123
∑ 0 0,15
Berdasarkan percobaan interaksi gen ini menurut penelitian Millah (2007)
pada botol G didapatkan Ho 13:3 yaitu pada karakter ketahanan
dengan nilai X2 hitung 0,15 kurang tanaman terhadap penyakit
dari X2 tabel 3,84 sehingga Ho dikendalikan oleh sepasang gen
diterima. mayor dominan. Pada Keadaan
Hal ini sesuai dengan generasi F2 hasil persilangan dengan
pernyataan Campbell, et.al, (2002) nisbah 13 : 3 ini berarti bahwa
bahwa Epistasis dominan resesif karakter tersebut dikendalikan oleh
merupakan peristiwa suatu gen dua gen yang bereaksi epistasis
menghambat ekspresi fenotip yang dominan resesif artinya gen dominan
disebabkan oleh gen mutan yang pada satu lokus dan gen resesif pada
bukan alelnya. Gen mutan tersebut lokus lain mempengaruhi fenotipe
bersifat menghambat sehingga yang sama.
disebut gen penghalang atau inhibitor
atau gen suspensor. Contoh peristiwa