Anda di halaman 1dari 3

NAMA : WAHYU FIKRI ERIANTO

NPM : 22300091
MATA KULIAH : ILMU NEGARA
FAKULTAS. : HUKUM

Teori Siklus Polybius

Polybius
Beliau adalah seorang yang ahli sejarah yang berkebangsaan yunani. Tetapi oleh karena suatu hal ia
pernah dipenjara di romawi, dia adalah orang yang rajin, taat, cakap. Ini terbukti meskipun ia
dipenjarakan, tetapi selama di penjara ia sempat dan dapat mengadakan penelitian tentang sistem dan
susunan ketatanegaraan di romawi. Dan setelah di keluarkan dari penjara ia mengadakan perjalanan
keliling dunia, antara lain afrika. Tujuannya untuk mendapatkan atau menghasilkan suatu teori
kenegaraan yang menganggumkan, antara lain teori tentang perubahan bentuk-bentuk Negara.
Ajarannya kemudian terkenal dengan nama siklus Polybius.

Menurut Polybius bentuk Negara atau pemerintahan yang satu sebenarnya adalahmerupakan akibat
daripada bentuk Negara yang lain,yang telah langsung mendahuluinya. Dan bentuk Negara yang
terakhir itu kemudian adalah sebab daripada bentuk Negara itu tadi dan begitu terus menerus. Jadi
diantara berbagai-bagai bentuk Negara terdapat hubungan sebab akibat. Bentuk Negara selalu
berubah-ubah sedemikian rupa,sehingga perubahannya itu merupakan suatu lingkaran, yang
merupakan cyclus oleh karena itu dinamakan Cyclus Theory.

Menurut ajaran Polybius bentuk-bentuk Negara dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yang
kemudian masing-masing golongan itu dibedakan lagi menajdi dua jenis. Dengan demikian kita dapat
menarik suatu kesimpulan bahwa dalam garis besarnya ajaran-ajaran dari: plato, aristoteles, dan
Polybius tentang bentuk-bentuk Negara pada prinsipnya adalah sama, semuanya berpendapat kalo ada
tiga bentuk Negara,ini yang pokok, serta kemudian masing-masing bentuk itu dibedakan lagi menjadi
dua jenis, sehingga menjadi enam bentuk Negara, yang meskipun tiga bentuk tadi hanya menjadi
ekses saja daripada tiga bentuk yang pokok tadi. Lalu kemudian terkenal sebagai ajaran tentang
bentuk-bentuk Negara pada klasik/tradisional. zaman kuno yang bersifat

Yang perlu digaris bawahi menurut Polybius, dalam kerajaan romawi itu dapat dicapai bentuk
pemerintahan yang paling baik karena dipersatukan dalam unsur-unsur yang terbaik dari bermacam-
macam bentuk pemerintahan yang dibedakan satu sama lain, semata-semata menurut Aristoteles.
Polybios terkenal dengan teorinya yang disebut Cyclus Theory, yang sebenarnya merupakan
pengembangan lebih lanjut dari ajaran Aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu mengganti bentuk
pemerintahan Politea dengan demokrasi.
Polybius adalah murid Aristoteles. ia menyatakan bahwa bentuk pemerintahan monarkhi, oligarkhi
dan demokrasi berlangsung silih berganti berupa siklus, berputar dan pada gilirannya akan kembali ke
asal.
Monarki adalah pemerintahan oleh satu orang (seorang raja) guna kepentingan seluruh rakyat. Cita-
cita akan keadilan dan kesusilaan telah menyebabkan orang pada mulanya sangat menghargai bentuk
monarki. monarki. Dalam monarki, kekuasaan Negara dipegang oleh satu orang tunggal yang
berkuasa, berbakat dan mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul. Contoh yang sudah terjadi Indonesia
yang berpegangan pada bentuk negara Monarki yaitu pada zaman kerajaan, seperti zaman kerajaan
Majapahit. Lama kelamaan keturunan raja itu tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan
umum, melainkan hanya untuk kepentingan untuk kepentingan pribadi, mulai memerintah dengan
sewenang-wenang, kepentingannya tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Maka menjadi
pemerintahan tunggal yang sifatnya jelek. Terbentuklah bentuk Negara Tirani.

Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingannya sendiri dan bersifat sewenang-
wenang. Contoh yang sudah terjadi di Indonesia yang berpegangan pada sistem pemerintahan Tirani
yaitu pada masa keruntuhan kerajaan Majapahit setelah kekuasaan Hayam Wuruk, dimana keruntuhan
tersebut diakibatkan karena perebutan tahta kekuasaan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk rakyat.
maka munculah beberapa orang yang berani dan mempunyai sifat-sifat baik kaum cendekiawan.
Setelah kekuasaan beralih di tangan mereka. Mereka menjalankan pemerintahan dengan sangat
memperhatikan kepentingan umum, ini menyebabkan bentuk negara berubah dari tirani menjadi
aristokrasi.

Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendekiwan guna kepentingan
seluruh rakyat. Contoh yang sudah terjadi di Indonesia yang berpegangan pada sistem pemerintahan
Aristokrasi yaitu pada masa penjajahan Jepang. Pada awalnya baik-baik saja, tapi lama-kelamaan,
mungkin karena keturunan mereka yang kemudian memegang pemerintahan itu tidak lagi
menjalankan pemerintahan yang berkeadilan dan untuk kepentingan rakyat. Tetapi yang diperhatikan
adalah kepentingan pribadi. Maka pemerintahan itu dipegang oleh beberapa orang yang sifat
pemerintahannya sangat buruk ini menyebabkan bentuk negara yang berubah dari bentuk aristokrasi
menjadi oligarki.

Oligarki adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan kelompoknya sendiri.
Contoh kasus yang sudah terjadi Indonesia yaitu pada masa pemerintahan Soeharto. Pada masa
kepemimpinan Soeharto, Indonesia mengalami berbagai kemajuan di berbagi bidang, khususnya
ekonomi. Tetapi seiring berjalannya waktu, perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Soeharto
mencari keuntungan dari perusahaan yang ia pegang, dan ia mengharapkan tidak ada yang dapat
menyaingi kekayaan dan kejayaannya selain keluarganya sendiri. Hal ini menimbulkan kontra bagi
masyarakat yang miskin. Dimana yang miskin akan semakin menderita, dan yang kaya semakin
berkuasa. Akhirnya rakyat memberontak dan munculah Negara dimana pemerintahannya dijalankan
oleh rakyat yang tujuannya untuk kepentingan rakyat, maka terbentuklah Negara Demokrasi.
Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang (rakyat) yang tidak tahu sama sekali tentang soal-
soal pemerintahan. Contoh kasus yang sudah terjadi di Indonesia pada system pemerintahan
Demokrasi yaitu demokrasi yang sudah melewati batas, dimana rakyat cenderung tidak memiliki etika
dalam menyuarakan pendapatnya, seperti demonstrasi masal mahasiswa untuk menurunkan
pemerintah SBY- Boediono. Pada awalnya pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat memang
baik, karena sangat memperhatikan kepentingan rakyat, dan sangat menghargai persamaan serta
kebebasan. Tetapi kemudian lama-kelamaan, kebebasan itu tidak dihargai karena menganggap bahwa
kebebasan itu merupakan suatu hal yang biasa, malahan mereka ingin bebas sama sekali dari
peraturan-peraturan yang ada. Akibatnya lalu timbul kekacauan, kebobrokan, korupsi marajela
dimana-mana, sehingga peraturan hukum tidak menjadi kekuatan yang mengikat, bahkan mereka
bebas berbuat sesuka hatinya, masing-masing orang ingin mengatur dan memerintah. Maka bentuklah
Negara yang demokrasi tadi menjadi okhlokrasi.

Okhlokrasi adalah pemerintahan sesuka hati/sewenang-wenang oleh orang-orang (rakyat) yang tidak
tahu sama sekali tentang pemerintahan dan mementingkan kepentingan golongannya saja. Karena
adanya kekacauan yang ada, korupsi merajalela, dll maka munculah seseorang bertangan besi untuk
memimpin Negara tersebut. Oleh karena itu, bentuk Negara kembali lagi ke monarki.

Kelemahan dari teori Polybius.


Kelemahan dari teori Polybius adalah sifatnya yang deterministik; artinya, perubahan bentuk
pemerintahan akan mengikuti siklus yang berurutan dari pemerintahan seorang yang baik, kemudian
digantikan oleh pemerintahan seorang yang buruk, kemudian diganti pemerintahan sekelompok orang
yang baik, dan seterusnya. Padahal, dalam praktik bisa saja pemerintahan tirani ditumbangkan oleh
rakyat, yang kemudian membangun pemerintahan demokrasi. Jadi, perubahan pemerintahan tirani
menuju demokrasi tidak perlu melewati pemerintahan aristokrasi dan oligarki terlebih dahulu. Dalam
sejarah banyak contoh pemerintahan tirani dijatuhkan oleh penguasa lain yang kemudian menjadi
raja / monarki yang baik. Jadi, perubahan tirani menjadi monarki tidak harus melalui jalur
pemerintahan aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan okhlokrasi.

Anda mungkin juga menyukai