Anda di halaman 1dari 23

METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI (EKI 400 A2)

MASALAH PENELITIAN

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, S.E., M.P

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Ni Luh Putu Withari Asriningsih (2007511011)


Ni Luh Putu Padmayanti (2007511016)
Ni Ketut Sri Darmayani (2007511041)
Ni Luh Ellia Chandra Dewi (2007511076)
Ni Putu Nia Kharisma Dewi (2007511088)
Anak Agung Istri Diah Nindyaswari (2007511236)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, makalah yang berjudul “Masalah Penelitian” dapat diselesaikan
dengan yang direncanakan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Prof. Dr. Ni
Nyoman Yuliarmi, S.E., M.P pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca khususnya masyarakat yang
masih belum mengetahui secara mendalam mengenai metodologi penelitian dan juga bagi
penulis tentang sumber masalah penelitian, keriteria masalah penelitian, pedoman merumuskan
masalah, dan pertanyaan penelitian.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada.

1. Prof. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, S.E., M.P selaku dosen pada mata kuliah
metodologi penelitian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
2. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan motivasi.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab
terhadap semua isi makalah. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan.

Denpasar, 15 Maret 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
2.1 Sumber Masalah Penelitian .............................................................................................. 2
2.1.1 Pengertian Masalah Penelitian ................................................................................ 2
2.1.2 Sumber-sumber Permasalahan Penelitian ............................................................... 3
2.1.3 Alur dalam melakukan penelitian ............................................................................ 4
2.1.4 Contoh Permasalahan yang dapat dijadikan Topik.................................................. 4
2.2 Kriteria Pemilihan Masalah .............................................................................................. 5
2.3 Pedoman Merumuskan Masalah Penelitian ..................................................................... 9
2.4 Pertanyaan Penelitian ..................................................................................................... 11
2.5 Pertanyaan Manajemen .................................................................................................. 12
2.6 Pertanyaan Investigatif ................................................................................................... 13
2.7 Pertanyaan Pengukuran .................................................................................................. 14
2.7.1 Komponen Pengukuran ......................................................................................... 14
2.7.2 Menyusun Kuesioner (Daftar Pertanyaan) ............................................................ 15
2.7.3 Proses Penyusunan dan Penyeleksian Pertanyaan Pengukuran ............................ 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 19
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan meneliti suatu bangsa yang tinggi akan memberikan dampak posistif
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan akan semakin tinggi pula kemampuan untuk melakukan penelitian. egiatan
penelitian ilmiah dimulai dengan cara berpikir ilmiah. Berfikir secara ilmiah berbeda
dengan cara berpikir sehari-hari (common sense), berfikir ilmiah mempunyai sifat yang
khusus seperti sistematis, dapat diuji kebenarannya bersifat general dan mempunyai
kemampuan memprediksi atau menduga/meramal secara baik
Setiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian. Dalam hal ini kekritisan peneliti menjadi
modal utama dalam menemukan sebuah masalah penelitian yang akan diteliti. Sumber-
sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya kesenjangan antara hal
yang diinginkan dengan yang didapatkan dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara Fakta
dan Harapan dan kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia. Selain
itu sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui ketika terdapat penyimpangan
antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat penyimpangan antara rencana dengan
kenyataan. Rasa ingin tahu yang mendalam membuat seseorang mengadakan penelitian,
agar apa yang dirasakan kurang benar bisa terjawab dan terpecahkan.

1.2 Rumusan Masalah?


1.2.1 Bagaimana mengidentifikasi sumber masalah penelitian?
1.2.2 Bagimana kriteria pemilihan sumber masalah penelitian?
1.2.3 Bagimana merumuskan perbedaan masalah/pertanyaan penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian


Melihat rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan paper ini yaitu:
1.3.1 Menjelaskan mengenai sumber masalah penelitian.
1.3.2 Menjelaskan mengenai kriteria pemilihan sumber masalah penelitian.
1.3.3 Menjelaskan perbedaan masalah/pertanyaan penelitian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Masalah Penelitian


2.1.1 Pengertian Masalah Penelitian
Masalah penelitian bukanlah masalah atau problematika internal sebuah
kelembagaan. Harus mulai dipisahkan sejak awal mana masalah internal, mana yang
menjadi ranah masalah penelitian. Masalah juga perlu ditelaah kelayakan untuk diteliti.
Ada masalah yang cukup dijawab dengan beberapa kalimat saja atau bahkan mencukupi
dengan sebuah halaman. Bukan pula keinginan ideal peneliti yang diharapkan. Sebuah
masalah penelitian, minimal memenuhi kriteria adanya kesenjangan (gap) antara
harapan dan teori. Ringkasnya, pertanyaan saya “apa fenomena yang wujud?”. Untuk
mendapatkan pemetaan seperti ini, maka satu-satunya langkah yang wajib dilakukan
penelitian adalah dengan membaca. Dengan demikian, memulai sebuah penelitian perlu
mengamati fenomena yang terjadi dalam sebuah kesempatan. Kalaupun itu hanya
sesaat dan terbatas, bisa jadi itu akan menjadi studi kasus. Tidak perlu diajukan dengan
pandangan populasi, cukup dengan subyek penelitian. Ini sudah lebih dari cukup untuk
dijadikan sebagai responden atas kasus yang sementara diteliti. Dasar pijakan yang
digunakan bukan pada jumlah tetapi kriteria sebuah kasus yang terjadi.

Masalah penelitian merupakan suatu pernyataan yang mempersoalkan


keberadaan suatu variable atau mempersoalkan hubungan antara variable pada suatu
fenomena. Pada penelitian- penelitian yang behubungan dengan ilmu sosial sumber
masalah penelitian dapat diperoleh dari 4P yaitu People, Problem, Program dan
Phenomena. People berarti masalah penelitian dapat bersumber dari manusia baik
secara individu maupun komunal, problem berarti masalah dapat bersumber dari setiap
permasalahan yang dihadapi manusia, sedangkan program berarti bahwa masalah
penelitian dapat bersumber dari dari program yang akan sedang atau telah
dilaksanakanm Dan phenomena berarti bahwa variable yang berhubungan dengan
tempat, kejadian, waktu, siklus dimana sesuatu hal berlangsung. Masalah yang
diidentifikasikan dalam penelitian akan berhubungan dengan judul dan tujuan
penelitian, hal ini kembali lagi pada pernyataan bahwa sebuah penelitian harus

2
dijalankan secara sistematik dan setiap tahap tidak dapat berdiri sendiri, sehingga akan
berkorelasi dengan tahapan berikutnya.

2.1.2 Sumber-sumber Permasalahan Penelitian


Menemukan masalah yang dapat dijadikan masalah penelitian bukan suatu
pekerjaan yang mudah terutam bagi peneliti pemula. Namun demikian ada beberapa
sumber yang dilakukan orang untuk menemukan permasalahan penelitian. Sumber-
sumber permasalahan penelitian antara lain:

A. Data Pribadi
Diri pribadi merupakan sumber untuk menemukan permasalahan yang lebih asli
(original) ketimbang dari sumber lainnya. Meskipun demikian hanya orang
yang berpengalaman atau sering melakukan penelitian, pemerhati, dan yang
selalu membaca sajalah yang mudah menemukan permasalahan penelitian. Bagi
yang belum berpengalaman atau bukan pemerhati dan kurang membaca atau
jarang melakukan penelitian, sumber pribadi merupakan sumber permasalahan
penelitian yang sulit bagi peneliti tersebut.

B. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber menemukan permasalahan penelitian yang
paling banyak dan paling umum digunakan oleh setiap peneliti. Perustakaan
menyediakan banyak sumber penelitian dan sekaligus sumber masalah untuk
penelitian. Dalam perpustakaan orang dapat membaca atau menemukan
berbagai bahan bacaan. Bahan bacaan yang paling banyak memunculkan
masalah atau pertanyaan penelitian adalah Jurnal. Jurnal merupakan kumpulan
tulisan-tulisaan baik itu berupa temuan baru, ide pemikiran, hasil penelitian dan
lain sebagainya yang lebih spesifik. Karena itu, dengan membaca jurnal akan
diperoleh permasalahan atau pertanyaan penelitian yang sesuai dengan bidang
ilmu sipeneliti akan lebih mudah. Dalam perpustakaan dengan detemukan
berbagai jurnal dari berbagai disiplin ilmu, dengan demikian jurnal merupakan
sumber menemukan permasalahan penelitian yang utama.

C. Tokoh, Ilmuan, Sponsor, atau Konsultan


Yang dipandang telah memiliki otoritas wibawa akademik dalam disiplin
ilmunya merupakan salah satu sumber permasalahan penelitian yang penting.

3
Pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat para Tokoh, Ilmuan atau
Konsultan pada umum menarik untuk diamati dan menarik perhatian banyak
orang. Selain menarik pernyataan atau pendapatnya dapat dijadikan acuan
sebagai sumber inspirasi untuk melakukan suatu penelitian.

2.1.3 Alur dalam melakukan penelitian


Adapun alur dalam mengawali penelitian :

1. Uraikan topik dalam beberapa pernyataan sub-topik


2. Merangkum semua permasalahan dalam satu pertanyaan inti yang akan dijawab
dalam penelitian
3. Menjustifikasi kalimat pertanyaan menjadi pernyataan yang kemudian menjadi
judul penelitian
4. Merumuskan tujuan penelitian yang merupakan masalah dalam penelitian yang
akan diteliti (yang kemudian akan dijabarkan dalam metode penelitian)

2.1.4 Contoh Permasalahan yang dapat dijadikan Topik


Referensi Bidang dan Topik yang bisa dijadikan penelitian :

Bidang Topik
Industri • Penguatan daya saing industri
• Analisis spasial
• Struktur perilaku dan kinerja industri
• Studi UMKM
• Keterkaitan antar sektor
• Dampak kebijakan terhadap kinerja industri
Perdagangan • Penggalakan ekspor non migas
• Produk impor
• Studi peranan pelabuhan dalam ekspor impor
• Perdagangan antar pulau
• Dampak bea masuk dan barrier to trade
Ekonomi Publik • Studi BUMN
• Analisis Kinerja BUMN
• Analisis Kebijakan Fiskal
• Dampak Pajak

4
Ekonomi moneter, bank dan • Analisis inflasi
Lembaga keuangan • Analisis Suku Bunga
• Analisis kebijakan moneter
• Analisis prilaku kurs
• Struktur, prilaku dan kinerja Bank
• Kredit Usaha Kecil
• Perbandingan kinerja Bank Syariah dan Bank
konvensional
Ekonomi regional dan • Pengembangan Kawasan Indonesia Timur,
perkotaan Tengah dan Barat
• Kluster dan spesialisasi regional
• Pengembangan bisnis daerah
• Urbanisasi dan Perkembangan Kota
Metropolitan

2.2 Kriteria Pemilihan Masalah


Memilih masalah untuk dijadikan masalah penelitian bukanlah tahap yang mudah. Hal
ini terjadi karena tidak semua masalah layak untuk dijadikan masalah penelitian. Ada juga
masalah tetapi bukan masalah penelitian, masalah yang belum tentu masalah penelitian
adalah masalah yang penyelesaiannya tidak memerlukan penelitian. Hal ini terjadi bahwa
suatu masalah yang sebelum dilakukan penelitian sudah dapat diketahui secara pasti
jawaban dari masalah tersebut karena tidak ada alternatif lain. Contoh masalah yang tidak
memerlukan penelitian, siswa banyak yang tidak masuk sekolah karena banjir disekitar
lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa tersebut.

Memilih masalah lebih baik diawali dengan melakukan survey literatur atau observasi
pendahuluan. Melalui observasi dapat diidentifikasi general problem area dan fokus
masalah yang akan diteliti. Berkonsultasi dan berdiskusi dengan para ahli dapat membantu
Anda memilih masalah yang dapat diteliti. Melalui konsultasi dengan para ahli, diharapkan
dapat ditemukan masalah yang akan diteliti secara terfokus.

Untuk memilih masalah penelitian, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan,
yaitu:

5
1) Memilih topik dan masalah penelitian harus didasarkan pada minat peneliti.
Adanya kesesuaian dengan minat, diharapkan akan berdampak pada peningkatan
pengetahuan dan pemahaman dalam keahlian tertentu, sehingga peneliti menjadi lebih
baik. Mengenali suatu masalah umum yang berhubungan dengan bidang pengetahuan
dan keahlian peneliti, dan secara khusus menarik bagi peneliti, merupakan cara terbaik
dalam memilih suatu masalah dan topik.
2) Memilih masalah penelitian, didasarkan pada: (a) ada perbedaan antara apa yang ada
dan apa yang seharusnya ada atau antara harapan dan kenyataan, (b) ada satu
pertanyaan tentang mengapa perbedaan ada, (c) ada dua atau lebih jawaban yang
mungkin untuk dipertanyakan
3) Masalah penelitian harus memiliki karakteristik masalah yang baik. Karakteristik
masalah penelitian yang baik, yaitu: (a) dapat diteliti, masalah dapat diteliti melalui
pengumpulan dan analisis data, (b) mempunyai signifikansi teoritis dan pragamatis.
Masalah sangat berarti jika didasarkan pada teori, sehingga teori tersebut dapat
dijadikan dasar untuk memperbaiki masalah-masalah yang ditemukan sebagai hasil
penelitian, (c) masalah penelitian yang baik harus menarik dan sesuai dengan minat
Anda, dan juga sesuai dengan kemampuan anda

Berikut ini ada beberapa kriteria yang dapat kita jadikan acuan untuk menilai kelayakan sebuah
masalah untuk diteliti.

1) Masalah itu harus dapat diteliti secara ilmiah (researchable).


Suatu masalah baru dapat diteliti secara ilmiah bila gejala, indikasi, atau
realitasnya dapat diamati secara empiris. Bila masalah itu dapat di amati (secara
inderawi), dapat diuji dan dapat diukur. Selain persoalan diatas, dapat tidaknya
suatu masalah diteliti, juga ditentukan oleh tersedia tidaknya data atau dapat
tidaknya data dikumpulkan. Seorang peneliti yang mengangkat masalah yang
sangat sensitif dapat menimbulkan kesulitan besar bagi peneliti. Sebab,
kemungkinan besar responden, informan atau subyek penelitian tidak bersedia
memberikan informasi. Masalah seperti ini perlu dikaji ulang dan dipertimbangkan
kembali oleh peneliti sebelum diangkat sebagai objek kajian. Termasuk pula dalam
meneliti peristiwa historis yang peninggalannya dan sumber informasinya sangat
sulit ditemukan. Kesulitan lain juga bisa terjadi pada penggunaan instrumen untuk
mengumpulkan data. Misalnya, penggunaan angket pada masyarakat yang buta
huruf di mana penggunaan wawancara terkendala oleh bahasa yang tidak dipahami

6
oleh peneliti sedang teknik observasi tidak bisa digunakan. Dalam kajian literatur
(library research) kesulitan dalam memperoleh data juga bisa terjadi bila literatur
utama (primer) yang menjadi kunci pemecahan masalah sangat langka dan sulit
ditemukan dan banyak lagi masalah lainnya.
2) Masalah yang akan diteliti memiliki hubungan antara dua variabel atau lebih.
Kriteria ini juga menentukan mutu ilmiah suatu masalah. Dalam hal ini masalah
dianggap memiliki bobot bila masalah paling tidak memiliki hubungan antara dua
variabel, baik hubungan dalam bentuk kausal, komparasi maupun korelasional.
3) Masalah penelitian harus merupakan sesuatu yang berguna untuk dipecahkan.
Kegunaan ini dapat ditinjau dari beberapa segi. Untuk itu sekurang-kurangnya
harus ditinjau dari segi manfaatnya, baik secara teoretis maupun praktis di
lingkungan disiplin ilmu yang berkenaan dengan masalah tersebut. Secara
sederhana Anda harus menyadari bahwa dengan memecahkan masalah yang dipilih,
akan diperoleh sesuatu yang berguna, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan
maupun bagi kepentingan kehidupan manusia.
4) Masalah yang diangkat memiliki nilai orisinalitas, baru, bukan merupakan
duplikasi.
Masalah yang sudah pernah diselidiki atau yang secara umum dan teoritis diakui
kebenarannya, tidak banyak gunanya untuk diselidiki kembali, lebih-lebih jika
hanya akan menghasilkan sesuatu yang sama dengan hasil penelitian sebelumnya.
Masalah seperti itu hanya patut diselidiki jika berdasarkan hasil pemikiran rasional
yang mendalam dan melalui studi kepustakaan yang cukup, memperoleh keyakinan
bahwa penelitian ulang akan menghasilkan kesimpulan lain yang lebih baik atau
yang berbeda dari hasil penelitian sebelumnya. Untuk itu, seorang peneliti
hendaknya menghindari mengangkat masalah yang sudah ada informasi yang jelas
dari penelitian lain. Dengan kata lain, hendaknya menghindari duplikasi masalah.
Hal ini karena duplikasi tersebut tidak memberi sumbangan yang berarti. Namun
hal ini bukan berarti menolak adanya replikasi. Replikasi dapat diterima bila
masalah itu belum mendapat informasi yang teruji dengan valid baik secara internal
maupun eksternal secara meyakinkan.
5) Peneliti harus meyakini data yang dibutuhkan cukup dan relevan.
Pemecahan masalah akan menghasilkan kesimpulan yang mendalam dan
obyektif, bilamana dapat dihimpun data secara lengkap. Untuk itu dalam memilih
masalah untuk diselidiki dari sekian banyak masalah yang dihadapi, perlu
7
dipertimbangkan tersedia tidaknya sumber data, kemungkinan memperoleh data
yang cukup dari sumber data tersebut, tersedia tidaknya alat pengumpul data yang
tepat dan manjamin tingkat obyektivitas data yang akan diperoleh, tersedia tidaknya
biaya dan tenaga untuk menghimpun data yang diperlukan dan lain-lain. Dari segi
data yang akan terhimpun, Anda tidak boleh bersikap berat sebelah dalam arti hanya
menghimpun data yang akan mendukung teorinya atau sebaliknya hanya yang
bertentangan dengan teori yang tidak disetujuinya. Data yang cukup harus
dihimpun, baik yang mendukung maupun yang menolak sesuatu yang akan
dibuktikan kebenarannya oleh si Anda. Selanjutnya ditinjau dari sumber data harus
diusahakan kecukupannya, terutama bilamana tidak seluruh sumber data akan
diselidiki.
6) Masalah penelitian tidak boleh terlalu luas, tetapi juga tidak boleh terlalu sempit.
Masalah penelitian yang terlalu luas dapat menimbulkan kesulitan untuk
diselesaikan, tidak saja karena banyaknya aspek-aspek yang harus diungkapkan,
tetapi juga mungkin akan dihadapi kesulitan tenaga, biaya dan keterbatasan waktu.
Sebaliknya masalah yang terlampau sempit akan kehilangan artinya untuk diselidiki
dan diungkapkan secara ilmiah. Dengan kata lain masalah yang terlalu sempit kerap
kali kehilangan bobot ilmiahnya karena terlalu dangkal.
7) Peneliti harus memiliki kemampuan yang memadai untuk memecahkan masalah
yang diselidiki
Pemecahan masalah penelitian secara menyeluruh dan tuntas sangat tergantung
pada kemampuan yang dimiliki oleh Anda. Pemecahan masalah secara dangkal
karena kurangnya kemampuan Anda dalam mengungkapkannya, tidak akan banyak
keguanaannya. Oleh karena itu sebelum memutuskan salah satu dari sekian banyak
masalah yang dapat diselidiki, Anda harus melakukan instrospeksi tentang
kemampuan untuk memecahkan masalah tersebut. Kemampuan yang perlu dimiliki
itu menyangkut dua aspek, pertama berupa kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pengetahuan yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang
akan dipilih. Aspek yang kedua menyangkut kemampuan melakukan penelitian,
sebagai jaminan ilmiah yang bersifat maksimal tentang kemungkinan menghasilkan
kebenaran yang obyektif dalam memecahkan masalah yang akan dipilih.

8
2.3 Pedoman Merumuskan Masalah Penelitian
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian
yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan
masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan
hasil apa-apa. Perumusan masalah disebut juga sebagai research questions atau research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai
fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan


penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan
melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.

Penentuan perumusan masalah sangat penting dan berfungsi dalam menetapkan:

a) Langkah awal yaitu untuk:


• Mengembangkan Kerangka Konsep.
• Konseptualisasi dan Operasionalisasi.
• Desain Penelitian.
b) Prediksi keberhasilan penelitian.
c) Memilih judul dan menuliskan tujuan penelitian.
d) Menilai Orisinalitas studi vs. Plagiarisme.
Bagaimana seorang peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah perlu suatu
contoh praktis. Contoh yang amat sederhana berikut, utamanya penting diketahui oleh para
peneliti pemula. Misalkan, situasi problematic yang dihadapi ialah: “Lemahnya kemampuan
meneliti para dosen di bidang ilmu Sosial”. Ada empat langkah yang perlu dilalui, yaitu
langkah-langkah: persiapan, konfirmasi awal, konfirmasi akhir, dan formulasi akhir.

Pada langkah persiapan, hal-hal yang perlu dikerjakan adalah sebagai berikut.

a) Formulasikan situasi problematik yang dihadapi (lihat kasus).


b) Identifiksikan kesenjangan yang ada, misalnya: mereka sudah mendapat pelajaran
metodologi penelitian, tetapi kenyataannya kemampuan meneliti mereka masih rendah.
c) Pelajari kepustakaan dan sumber informasi lain berkaitan dengan kenyataan
problematik di atas, kemudian jelaskan secara rinci dan luas situasi kajiannya, sehingga

9
semua hal yang mempengaruhi rendahnya kemampuan meneliti seseorang dapat
teramati.
d) Dari butir 3, pilihlah inti permasalahan apa yang paling utama atau yang mempengaruhi
sub masalah yang lain, kemudian dipertajam dan diformulasikan dalam rumusan
permasalahan penelitian, Misalnya: “Apakah rendahnya kemampuan meneliti dosen
bidang ilmu social disebabkan oleh pemahaman dan penguasaan tentang ‘Metodologi
Penelitian’ yang kurang memadai?” Kalimat rumusan masalah ini dapat juga
dikembangkan sesuai dengan pemilihan metode penelitian dan jenis data yang sesuai,
seperti:
1. Identifikasi penguasaan metode penelitian dan kemampuan meneliti dosen.
(untuk pendekatan penelitian dengan metode deskriptif)
2. Hubungan antara penguasaan metode penelitian dengan kemampuan
meneliti dosen. (untuk pendekatan penelitian dengan metode Asosiatif/
korelasional)
3. Perbandingan penguasaan metode penelitian terhadap kemampuan meneliti
dosen. (untuk pendekatan penelitian dengan metode Komparatif)
Pemilihan kalimat rumusan masalah tersebut, disesuaikan dengan tujuan penelitian
yang akan dicapai dan tentu saja juga disesuaikan dengan jenis data yang diperoleh.
Merumuskan masalah yang sudah teridentifikasi dalam suatu penelitian tidak mudah. Ketika
rumusan masalah tidak jelas, maka penelitian menjadi sulit dipahami. Terlebih bila masalah
penelitian sering sekali dikacaukan dengan kekeliruan penulisan rumusan masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau menjelaskan
masalah tersebut. Belum lagi kompleksivitas ini ditambah dengan keharusan peneliti untuk
mendorong audiens agar tertarik dan mau lebih jauh membaca dan melihat manfaat atau
pentingnya penelitian.

Memilih Masalah Penelitian sebaiknya peneliti harus:

a. Memastikan apakah masalah yang akan dipilih itu sudah atau akan ada jawabannya?
b. Mempertimbangkan relevansinya.
c. Mempertimbangkan manfaat teoritisnya
d. Mempertimbangkan aspek aktualitas masalah.
e. Mempertimbangkan jelajah atau wilayah pengembangan ilmu yang berkaitan.
Merumuskan masalah penelitian dirasakan sukar karena:

10
a. Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang jelas.
b. Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan masalah
penelitian sesuai dengan data yang tersedia.
c. Peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk terlalu umum dan ambiugitas
sehingga menyulitkan interprestasi hasil dan pembuatan kesimpulan penelitian.

2.4 Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan penelitian adalah persoalan yang harus dijawab peneliti pada sebuah
proyek penelitian, dimana jawaban dari pertanyaan penelitian akan bisa membantu
memecahkan masalah dari penelitian. Untuk membuat pertanyaan penelitian, pertama-
tama peneliti harus menentukan jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan, apakah itu
penelitian kualitatif, campuran atau kuantitatif. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
pertanyaan penelitian adalah waktu penelitian, bagaimana penelitian akan dilaksanakan,
pendekatan metodologis dan juga pendanaan penelitian. Secara esensi pertanyaan
penelitian bisa diformulasikan dengan cara mengetahui kontradiksi yang terjadi antara:

• Apa yang dibutuhkan (what is needed)dan apa yang tersaji (what is available)

• Apa yang terjadi (prescriptive) dan apa yang kenyataannya terjadi (descriptive)

• Apa yang diinginkan (what is expected) dan apa yang diperoleh (what is achieved)

Adapun jenis pertanyaan yaitu :

a. Pertanyaan Deskriptif adalah pertanyaan yang mendeskripsikan sebuah kejadian atau


indikasi dari apa yang sedang diteliti, pertanyaan ini biasanya memakai kata “apa”. Dan
sering digunakan untuk penelitian kualitatif.
b. Pertanyaan Eksploratoris adalah pertanyaan untuk mengetahui indikasi dan kejadian
secara luas dan mendalam. Pertanyaan jenis ini biasanya menggunakan kata
“bagaimana”. Dan lumrah untuk dipakai pada penelitian kualitatif.
c. Pertanyaan Eksplanatoris adalah pertanyaan yang menjabarkan alur terjadinya
fenomena yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Pertanyaan
jenis ini dalam prakteknya menggunakan kalimat : apa ada kaitan atau pertalian serta
dampak antara variabel Y dan X. Pertanyaan ini sering digunakan untuk penelitian
kuantitatif.

11
Begitu seorang peneliti mempunyai pernyataan yang jelas mengenai suatu
permasalahan, diaharus menterjemahkannya dalam masalah penelitian, yakni permasalahan
pengumpulaninformasi. Suatu permasalahan penelitian merupakan pertanyaan tunggal atau
hipotesis yangsecara terbaik menyatakan tujuan dar studi riset. Contoh :

Dilema/permasalahan:

Pendapatan iklan Penton Media akan lebih rendah akibat penurunan penggunaan
kartulayanan pembaca publikasi yang tidak dapat melacak pembaca melalui iklan majalah.

1. Mengapa penggunaan kartu layanan pembaca mengalami penurunan?


2. Bagaimana metode yang dapat diaplikasikan untuk menanganinya?
3. Apa metode alternatif lain selain kartu publikasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pendapatan iklan?
4. Apakah terus menyertakan kartu layanan pembaca di majalah sebagai layanan
yangmeningkatkan nilai bagi pembaca dan pemasang iklan?
5. Apa metode yang paling sering digunakan oleh pembeli dan lebih mudah
digunakanoleh semua pelanggan?

2.5 Pertanyaan Manajemen


Pertanyaan manajemen adalah pertanyaan yang mencerminkan suatu keputusan
yang harus dibuat seorang manajer dan merupakan masalah yang menyebabkan penelitian
dilakukan. Suatu pertanyaan yang menunjukkan pertanyaan manajemen seperti misalnya
bagaimanameningkatkan keuntungan? Dalam hal ini tidak terlihat jenis penelitian yang akan
dilakukan. Pertanyaan manajemen terkait dengan masalah manajerial.

Hierarki pertanyaan penelitian manajemen merupakan langkah-langkah untuk


menyelesaikan dilea manajemen menjadi keputusan manajemen.

1. Adanya dilema manajemen


Sebagai contoh : Pendapatan iklan Penton Media akan lebih rendah akibat penurunan
penggunaan kartulayanan pembaca publikasi yang tidak dapat melacak pembaca
melalui iklan majalah.
2. Pertanyaan Manajemen
Apakah Penton Media seharusnya menghentikan atau memperbaiki penggunaan
kartulayanan pembaca publikasi? Bagaimana manajemen dapat memanfaatkan

12
peluang? Manajemen dapat memanfaatkan ketersediaan data yang dapat diperoleh
selama 12 bulan terakhir yang dapat menentukan beberapa metode periklanan yang
menghasilkan jumlah pembeli terbanyak.

2.6 Pertanyaan Investigatif


Pertanyaan penyelidikan (Investigatif) merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh
periset agar tiba pada kesimpulan yang memuaskan mengenai pertanyaan riset. Untuk
merumuskan pertanyaan investigasi, periset menggunakan pertanyaan riset umum dan
memecahnya menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik untuk mempermudah
pengumpulan data. Proses pemecahan ini dapat berlanjut melalui beberapa tingkat yang
semakin spesifik. Pertanyaan Investigasi harus disertakan di dalam proposal riset, karena
pertanyaan ini menuntun pengembangan desain riset. Pertanyaan ini adalah dasar untuk
menciptakan instrument pengumpulan data riset. Dengan salah satu contoh yakni,
“Seberapa menarik berbagai layanan tersebut?”.

Pertanyaan investigative merupakan pernyataan yang harus dijawab peneliti untuk


dapat menanggapi pernyataan umum secara memuaskan. Tujuannya adalah untuk
mengambilpertanyaan penelitian yang lebih umum dan merincinya menjadi pertanyaan–
pertanyaan yang lebih rinci. Pertanyaan investigative terkait dengan pertanyaan penelitian
tersebut di atas dapat diajukan:

a. Bagaimana kedudukan masyarakat berkaitan dengan jasa keuangan dan


pemanfaatannya?
- Jasa-jasa keuangan khusus apa yang dipakai?
- Sejauh mana bebagai jasa sedemikian menarik?
- Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi seseorang untuk menggunakan jasa
tertentu?
b. Bagaimana posisi persaingan bank tersebut?
- Bagaimana pola geografis dari nasabah-nasabahnya?
- Sejauh mana masyarakat tahu mengenai usaha-usaha promosi yang dilakukan oleh
bank?
- Bagaimana pertumbuhan dalam jasa-jasa bila dibandingkan dengan Lembaga-
lembaga saingannya?

13
2.7 Pertanyaan Pengukuran
Pertanyaan pengukuran merupakan tingkat pembagian yang terakhir. Dalam
survey, pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang benar-benar kita tanyakan kepada
responden. Pertanyaan tersebut muncul pada kuesioner. Dalam studi observasi, pertanyaan
pengukuran adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh para peneliti mengenai setiap
subyek yang diteliti.

2.7.1 Komponen Pengukuran


Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke dalam
bentuk yang dapat dianalisis oleh peneliti. Dengan demikian, pengukuran selalu
melibatkan penggunaan prosedur yang secara simbolik dapat merefleksikan dimensi
realitas dalam dunia analitik si peneliti. Oleh karena itu, penggunaan prosedur yang tepat
dalam proses penelitian ini amat penting bila kita menginginkan dapat memperoleh data
yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Singkatnya, titik fokus pengukuran adalah
pemberian "angka" terhadap data empiris berdasarkan sejumlah aturan/prosedur tertentu.
Prosedur ini dinamakan proses pengukuran, yaitu: investigasi mengenai ciri-ciri yang
mendasari kejadian empiris dan memberi angka atas ciri-ciri tersebut. Kendati komponen
pengukuran amat beragam, setidaknya ada tiga komponen yang dibutuhkan dalam setiap
pengukuran, yaitu: (1) kejadian empiris (empirical events) yang dapat diamati; (2)
penggunaan angka (the use of numbers) untuk menggambarkan kejadian tersebut; (3)
sejumlah aturan pemetaan (set of mapping rules) komponen ini merupakan pernyataan
yang menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris. Aturan‐aturan ini menggambarkan
dengan gamblang ciri-ciri apa yang kita ukur. Aturan‐aturan pemetaan disusun oleh
peneliti untuk tujuan studi. Kejadian empiris merupakan sejumlah ciri-ciri dari objek,
individu atau kelompok yang dapat diamati. Dapat diamati mengandung arti bahwa setiap
orang dapat menangkap, atau setidaknya menyimpulkan, bahwa suatu objek, individu, atau
kelompok mempunyai ciri-ciri tertentu.

Komponen pengukuran kedua adalah penggunaan angka untuk menggambarkan


kejadian empiris. "Angka" adalah numerik atau simbol-simbol lain yang digunakan untuk
mengidentifikasi. Penggunaan angka adalah untuk memberi arti bagi ciri-ciri yang menjadi
pusat perhatian peneliti. Spesifikasi tingkat pengukuran, kemudian, diberikan dengan
memberi arti bagi angka tersebut.

14
Komponen terakhir yang penting dari setiap pengukuran adalah sejumlah aturan
pemetaan, yaitu pernyataan yang menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris.

2.7.2 Menyusun Kuesioner (Daftar Pertanyaan)


Langkah awal dalam menyusun desain instrumen adalah membuat kuesioner, yaitu
daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara tertulis. Kuesioner ini bertujuan untuk
memperoleh data berupa jawaban-jawaban para responden. Dalam menyusun kuesioner,
peneliti harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Apakah pertanyaan itu perlu?


Pertanyaan harus ditanyakan hanya apabila diperlukan untuk menjawab
masalah penelitian. Pertanyaan yang tidak perlu hanya akan membingungkan
responden.
2. Bagaimana pertanyaan itu sebaiknya diajukan?
Ada setidaknya dua alasan pentingnya hal ini. Pertama, bisa saja terjadi
responden yang berbeda mempunyai persepsi berbeda saat mengartikan kata yang
sama dan setiap responden mempunyai kerangka pengalaman yang berbeda saat
membaca dan menginterpretasikan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan-
pertanyaan harus disusun secara cermat dan diujicobakan agar sesuai dengan yang
dimaksud oleh peneliti.
Alasan kedua berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sensitif atau besar
kemungkinan menyinggung responden. Misalnya, pertanyaan tentang umur,
penghasilan, kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, disarankan agar responden
diberitahu bagaimana data ini akan digunakan disertai janji bahwa anonimitas
responden akan tetap dijaga kerahasiaannya.
3. Apakah bentuk pertanyaannya terbuka ataukah tertutup?
Keputusan untuk menggunakan pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup
amat tergantung dari seberapa jauh si peneliti memahami masalah penelitian.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada
responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan jalan pikirannya.
Keuntungan utama menggunakan jenis pertanyaan ini adalah bahwa responden
dapat mengatakan apa yang mereka inginkan tanpa dibatasi oleh pendapat yang
telah disusun oleh peneliti. Peneliti sering menggunakan pertanyaan terbuka dalam
tahapan awal penelitiannya untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang lebih
terstruktur di kemudian hari dapat menangkap seluruh perasaan dan pendapat

15
responden. Selain itu, jenis pertanyaan terbuka lebih sering digunakan dalam
penelitian yang bersifat eksploratif. Hanya saja, jenis pertanyaan terbuka akan lebih
sulit dianalisis, sulit dalam pemberian kode (dalam analisis data), dan kurang
efisien.
Di lain pihak, pertanyaan tertutup adalah pertanyaan di mana jawaban-
jawabannya telah dibatasi oleh peneliti sehingga menutup kemungkinan bagi
responden untuk menjawab panjang-lebar sesuai dengan jalan pikirannya. Dengan
demikian, keuntungan utama menggunakan pertanyaan tertutup adalah mudah
dalam pengkodean, tidak memerlukan banyak waktu saat menganalisis, dan lebih
efisien dalam menanganinya dibanding jenis pertanyaan terbuka.
4. Bagaimana seharusnya pertanyaan itu dirumuskan?
Pegangan yang harus diingat adalah menjaga agar pertanyaan dirumuskan
semudah mungkin. Sedapat mungkin dihindari menggunakan frase atau istilah yang
menimbulkan persepsi ganda atau membingungkan. Pertanyaan-pertanyaan yang
spesifik lebih dianjurkan daripada pertanyaan bersifat umum. Pertanyaan bermakna
ganda (double-barreled questions) harus dihindari karena akan membingungkan
responden.
5. Bagaimana format jawaban disusun?
Ini berkaitan dengan beberapa pertanyaan penting berikut: Apa alternatif
jawaban yang akan digunakan: dikotomi atau pilihan berganda? Bagaimana urutan
alternatif jawaban disusun? Bagaimana cara mengatasi/mengantisipasi jawaban
“tidak tahu”, “tidak ada jawaban”, dan “jawaban netral”?
6. Apa teknik skala yang sebaiknya digunakan?
Ada dua teknik skala utama yang sering digunakan: Pertama, rating scales
(skala penilaian), yang mengevaluasi suatu dimensi orang, objek, atau fenomena
pada suatu titik dalam suatu rentang/kategori. Jenis skala ini dibagi menjadi:
(a) Graphic rating scales, di mana responden menunjukkan perasaannya dalam
skala grafik, misalnya: Dalam skala 0 hingga 100 (0=sangat jelek,
50=netral, 100=yang paling baik).
(b) Itemized rating scales, di mana dipilih suatu kategori dalam bentuk
berurutan, misalnya: Apakah Anda tertarik menggunakan KB? Pilihan
Anda:  Sangat tertarik,  Tertarik,  Tidak tertarik.

16
(c) Comparative rating scales, di mana orang, objek, atau fenomena lain dinilai
dalam suatu standar orang, objek, atau fenomena lain. Salah bentuk skala
ini adalah dikenal dengan nama skala rank order.

Jenis skala yang kedua adalah attitude scales, yaitu suatu kumpulan alat
pengukuran yang mengukur tanggapan individu terhadap suatu objek atau
fenomena. Jenis skala ini dibagi menjadi:

(a) Likert scale, di mana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju
mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek, orang, atau
kejadian. Biasanya skala yang diajukan terdiri atas 5 atau 7 titik. Skala-skala
ini nantinya dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku.
Sebagai contoh:
Mohon diberi tanda checklist (√) pada kolom jawaban Bapak/Ibu
anggap paling sesuai.
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

1 2 3 4 5
No Uraian Pertanyaan
(STS) (TS) (CS) (S) (SS)
1. Pengerajin kain tenun ikat
merupakan pengerajin lokal dari
Kabupaten Klungkung.

(b) Skala Guttman, pada skala Guttman jawaban yang diberikan sangat tegas,
misalnya setuju atau tidak setuju, ya atau tidak, positif atau negatif, dan
sebagainya. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat kepercayaan responden,
semakin tinggi juga skor yang dicapai dalam skala Guttman ini. Contoh:
1. Apakah anda merasa ada a. Ya
perbaikan kesejahteraan pada b. Tidak
pemerintahan saat ini?

17
(c) Semantic differential, di mana responden menilai perilaku objek dengan
skala 5 atau 7 titik dari dua kutub kata sifat atau frase. Pemilihan ini
berdasarkan objek, orang, atau kejadian. Contoh:
Gaya Kepemimpinan Atasan

Toleransi 5 4 3 2 1 Otoriter
Menghargai 5 4 3 2 1 Tidak Menghargai
Emosional 5 4 3 2 1 Tidak Emosional
Memberikan Wewenang 5 4 3 2 1 Bekerja Sendiri
Memberikan Kepercayaan 5 4 3 2 1 Sangat Curiga

Responden yang memberi penilaian angka 5 berarti persepsi terhadap gaya


kepemimpinan adalah positif, bila 3 maka ia bersikap netral, sedangkan
responden yang memberikan penilaian angka 1 berarti persepsi kepemimpinan
adalah sangat negatif.

2.7.3 Proses Penyusunan dan Penyeleksian Pertanyaan Pengukuran

Sumber: Cooper & Schindler (2001: 337)

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Menemukan masalah yang dapat dijadikan masalah penelitian bukan suatu pekerjaan
yang mudah terutam bagi peneliti pemula. Namun demikian ada beberapa sumber
yang dilakukan orang untuk menemukan permasalahan penelitian. Sumber-sumber
permasalahan penelitian antara lain: Data pribadi, perpustakaan dan Tokoh ilmuan,
sponsor atau konsultan
2. Memilih masalah lebih baik diawali dengan melakukan survey literatur atau
observasi pendahuluan. Melalui observasi dapat diidentifikasi general problem area
dan fokus masalah yang akan diteliti. Berkonsultasi dan berdiskusi dengan para ahli
dapat membantu Anda memilih masalah yang dapat diteliti. Melalui konsultasi
dengan para ahli, diharapkan dapat ditemukan masalah yang akan diteliti secara
terfokus. Untuk memilih masalah penelitian, ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yaitu: Memilih topik dan masalah penelitian harus didasarkan pada
minat peneliti, Memilih masalah penelitian, didasarkan pada: (a) ada perbedaan
antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada atau antara harapan dan kenyataan,
(b) ada satu pertanyaan tentang mengapa perbedaan ada, (c) ada dua atau lebih
jawaban yang mungkin untuk dipertanyakan, Masalah penelitian harus memiliki
karakteristik masalah yang baik.
3. Pertanyaan penelitian adalah persoalan yang harus dijawab peneliti pada sebuah
proyek penelitian, dimana jawaban dari pertanyaan penelitian akan bisa membantu
memecahkan masalah dari penelitian. Pertanyaan manajemen adalah pertanyaan
yang mencerminkan suatu keputusan yang harus dibuat seorang manajer dan
merupakan masalah yang menyebabkan penelitian dilakukan. Pertanyaan
penyelidikan (Investigatif) merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh periset
agar tiba pada kesimpulan yang memuaskan mengenai pertanyaan riset. Pertanyaan
pengukuran merupakan tingkat pembagian yang terakhir. Dalam survey, pertanyaan
pengukuran adalah pertanyaan yang benar-benar kita tanyakan kepada responden.
Pertanyaan tersebut muncul pada kuesioner. Dalam studi observasi, pertanyaan
pengukuran adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh para peneliti mengenai setiap
subyek yang diteliti.

19
DAFTAR RUJUKAN

Akbar, Husaini Usman dan Purnomo Setiady. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara.

Dr. Pandoyo, S.E., M.M dan Moh. Sofyan,S.E., M.M. 2018. METODOLOGI PENELITIAN

H.Amri, H.Junaidi, dan Yulmardi. 2009. METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI dan

KEUANGAN DAN BISNIS. Bogor.

Mudrajad Kuncoro, Ph.D, 2009, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi edisi 3, Jakarta:
Erlangga.

Nazir, Moh. Ph. D. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

PENERAPANNYA. Jambi

Rahmadi, R. (2011). Pengantar metodologi penelitian.

Sahir, S. H. (2021). Metodologi penelitian.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. literasi media publishing.

20

Anda mungkin juga menyukai