- Tangibles
- Eliability
- Responsiveness Kualitas pelayanan
- Assurance
- Empathy
FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN
RAWAT JALAN
A. Latar Belakang
Perilaku konsumen adalah proses atau kegiatan saat seseorang
melakukan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian
produk dan jasa untuk memenuhi segala aspek yang dibutuhkan dan diinginkan.
Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel, 1994).
Pembelian jasa kesehatan merupakan hal yang seringkali ditemukan oleh
konsumen. Jenis pembelian jasa ini memiliki karakteristik khusus dimana
konsumen sebagian besar merasa terpaksa untuk menggunakannya. Hal ini
pada akhirnya mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dan berdampak
kepada kemauan dalam menggunakan pelayanan kembali.
Rumah sakit adalah organisasi unik, karena berbaur antara padat
teknologi, padat karya dan padat modal, sehingga pengelolaan rumah sakit
menjadi disiplin ilmu tersendiri yang menghasilkan dua hal sekaligus, yaitu
teknologi dan perilaku manusia di dalam organisasi (Subanegara, 2005). Dengan
demikian rumah sakitsebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan
yang bergerak di bidang jasa sejatinyamemberikan perhatian yang penuh
terhadap kualitas pelayanan, sehingga dijadikan indikator penilaian oleh
konsumen atau dalam hal ini pasien.
Tjiptono (1997) menyatakan bahwa terciptanya kepuasan pelanggan
dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya: 1) hubungan antara
perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, 2) memberikan dasar yang
bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas, serta terbentuknya rekomendasi
dari mulut ke mulut ( word of mouth) yang dapat menguntungkan bagi
perusahaan.
Potensi rumah sakit meliputi seluruh sumber yang dimiliki termasuk
semua sumber daya rumah sakit sebagai input, manajemen sebagai proses dan
produk pelayanan keehatan sebagai outcome diharapkan dapat menjual produk
yang dihasilkan tersebut. Agar tetap dapat bersaing, maka produk yang
dihasilkan harus bermutu dan sesuai dengan kriteria kebutuhan masyarakat.
Dalam menentukan konsumen sasaran, rumah sakit perlu memahami perilaku
konsumen dalam proses pengambilan keputusan (Dumpapa, 2010).
Proses pelayanan yang diberikan dimulai dari tahapan registrasi sampai
pasien mendapat pegobatan dan penyembuhan. Bentuk dan tatacara pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakitdisesuaikan dengan jenis pasien yang berobat.
Dewasa ini, jenis pasien yang berobat ke setiap rumah sakitpada umumnya
dikategorikan pasien dengan jaminan kesehatan ataupun pasien umum.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah proses interaksi atau
hubungan antara konsumen yang menggunakan jasa layanan dan penyedia jasa
pelayanan kesehatan. Dimana proses interaksinya sangat kompleks dan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasaldari konsumen,
lingkungan konsumen, dan providerdalam hal ini Rumah Sakit (Dever, 1984).
Pada dasarnya masyarakat mulai pintar dalam mengakses pelayanan
kesehatan, mereka mulai menuntut pelayanan yang baik pada lembaga
pemerintah, dimana saat dulu merekahanya mengharapkan pelayanan yang baik
pada lembaga swasta. Dewasa ini lembaga pemerintah merupakan lembaga
publik yang harus memberikan pelayan yang baik kepada masyarakat sebagai
bentuk tanggung jawab. Setiap pimpinan instansi pemerintah selalu dituntutuntuk
meningkatkan kualitas pelayanan instansi yang dipimpinnya terutama instansi
yang terkait langsung dengan pelayanan publik seperti rumah sakitdan pusat-
pusat kesehatan.
Dari perspektif pemasaran sendiri, pada situasi persaingan yang demikian
agar dapat keluarsebagai pemenang pihak manajemen rumah sakit dituntut
untuk dapat mendesain dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang
mampu menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan
konsumennyadalam hal ini pasien, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien terhadap produk yang ditawarkan rumah sakit.
Berdasarkan penelitian khudori (2012) di Rumah Sakit IMC Bintaro
menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pendidikan pasien,
penghasilan pasien, penanggung biaya, fasilitas rumah sakit, dan pelayanan
dokter dengan keputusan tempat persalinan. Faktor yang pengaruhnya paling
besar adalah penghasilan pasien dan fasilitas rumah sakit.
Menurut Committee on Quality Health in America(2001) dalam persaingan
perumahsakitan perlu untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan konsumen. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada
sistem pelayanan kesehatan di abad ke-21 adalahpelayanan kesehatan yang
berpusat pada pasien (patient centered) yakni memperhatikan keinginan
individual, kebutuhan, nilai pasien, dan memastikan bahwa nilai yang diberikan
pasien mengarahkan seluruh keputusan pengobatan.
B. rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan antara fasilitas rumah sakit dengan pemanfaatan
layanan rawat jalan di Rumah Sakit x ?
2. Bagaimana hubungan antara pelayanan dokter dengan pemanfaatan layanan
rawat jalan di Rumah Sakit x ?
3. Bagaimana hubungan antara pelayanan perawat atau bidan dengan
pemanfaatan layanan rawat jalandiRumah Sakit x ?
4. Bagaimana hubungan antara biaya pelayanan dengan pemanfaatan layanan
rawat jalan di Rumah Sakit x ?
5. Bagaimana hubungan antara kemudahan informasi dengan pemanfaatan
layanan rawat jalan di Rumah Sakit x ?
C. kerangka teori
Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan interaksi
antara pengguna jasa pelayanan dan penyedia jasa pelayanan. Interaksi ini
merupakan suatu hubungan yang sangat kompleks yang bersifat multi
dimensional serta dipengaruhi oleh banyak factor (Aditama,2000). Dalam rangka
menjaga kesetiaan pasien, rumah sakit yang ingin berkembang atau paling tidak
bertahan hidup harus dapat memberikan kepada para pasien berupa jasa
pelayanan yang bermutu lebih baik, harga lebih murah dari pesaingnya. Pasien
merasa tidak puas atau mutu pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit
tersebut kurang baik, maka pasien akan pindah ke rumah sakit lain yang dapat
memberikan pelayanan lebih bermutu dan kepuasan yang jauh lebih baik, agar
suatu rumah sakit dapat bertahan memenangkan persaingan tersebut, rumah
sakit harus memiliki pasien yang setia (Kotler,1999).
Menurut Green dalam Notoatmojo terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
per-ilaku seseorang dalam memanfaatkan pela-yanan kesehatan yaitu
karakteristik predis-posisi, karakteristik pendukung (enabling) dan karakteristik
penguat (reinforcing).
1. Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku
yangmenjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk ke dalam
faktor iniadalah pengetahuan, sikap, keyakinan terhadap kesehatan,
nilai dan persepsi,serta faktor demografi akan mempengaruhi motivasi
seseorang atau kelompok untuk bertindak
2. Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku
yangmemungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk
di dalamfaktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya
pribadi dan komuniti.Seperti tersedianyafasilitas pelayanan kesehatan,
biaya, jarak, aksestransportasi, jam buka pelayanan kesehatan yang
tersedia, kebijakan,peraturan perundangan.
3. Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah)
perilakuyang memberikan ganjaran, insentif atau hukuman atas
perilaku dan berperan bagimenetap atau lenyapnya perilaku mutu,
yang termasuk ke dalam faktor ini adalahmanfaat sosial dan jasmani
dan ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernahditerima pihak
lain. Faktor penguat adalah faktor yang mendukung timbulnyatindakan
kesehatan antara lain faktor keluarga, teman, guru, peraturan
danperundangan dibidang kesehatan, sikap dan perilaku petugas
kesehatan, serta faktordari provider kesehatan. .Apakah penguat
positif ataukah negatif tergantung padasikap dan perilaku orang lain
yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuatdaripada yang
lain dalam mempengaruhi perilaku.
Perilaku pasien diharapkan dapat mening-katkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan rawat jalan di rumah sakit. Bila penge-tahuan, kepercayaan pasien
baik terhadap rumah sakit, fasilitas beserta dukungan dari petugas kesehatan
juga baik maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pasien menjadi baik maka pasien akan memanfaatkan pelayanan kesehatan,
kondisi ini dapat meningkatkan kunjungan pasien. Pelanggan yang puas akan
membuka peluang hubungan yang harmonis antara pemberi jasa dan kon-
sumen, memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan,
dan membentuk rekomendasi yang menguntungkan pemberi jasa. (Trimurthy,
2008).
D. kerangka konsep
variabel independen
Factor predisposisi
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Sikap variable dependen
Factor pemungkin
Lokasi
Fasilitas Pemanfaatan ulang
Pelayanan
Factor penguat
Petugas
Dorongan
keluarga
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN
RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT
A. Latar belakang masalah
Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi
masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin
meningkat pula tuntutan masyarakat akan kualitaskesehatan. Hal ini menuntut
penyedia jasa pelayanankesehatan seperti rumah sakit untuk meningkatkan
kualitaspelayananyang lebih baik, tidak hanya pelayananyang bersifat
penyembuhan penyakit tetapi juga mencakup pelayananyang bersifat
pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitashidup serta memberikan
kepuasan bagi konsumen selaku pengguna jasa kesehatan (Anonim,
2004).Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan
kasehatan mengalami perubahan, pada awal perkembangannya, rumah sakit
adalah lembaga yang berfungsi sosial, tetapi dengan adanya rumah sakit
swasta, menjadikan rumah sakit lebih mengacu sebagai suatu industri yang
bergerak dalam bidang pelayanankesehatan dengan melakukan pengelolaan
yang berdasar pada manajemen badan usaha.
Seiring dengan itu, terjadi persaingan antara sesama rumah sakit baik
rumah sakit milik pemerintah maupun rumah sakit milik swasta, semua
berlomba-lomba untuk menarik konsumen agar menggunakan jasanya. Rumah
sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan
kesehatan mensyarat kanrumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai
kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi
dan medis.
Dalam perkembangan teknologi yang pesat dan persaingan yang semakin
ketat, maka rumah sakit dituntut untuk melakukan peningkatan kualitas
pelayanannya. Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga.
Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi
tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan
berkembang, Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut sebuah
lembaga penyedia jasa/layanan untuk selalu memanjakan pelanggan/konsumen
dengan memberikan pelayanan terbaik. Para konsumen akan mencari produk
berupa barang atau jasa dari perusahaan yang dapat memberikan pelayanan
yang terbaik kepadanya (Assauri, 2003: 25).
Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan kesehatan
adalah semakin banyaknya pesaing. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk
selalu menjaga kepercayaan konsumen dengan meningkatkan kualitas
pelayanan agar kepuasan konsumennya meningkat. Pihak rumah sakit perlu
secara cermat menentukan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk
memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang
diberikan (John, J., 1992:57).
Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik, bukanlah sesuatu yang
mudah bagi pengelola rumah sakit karena pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit menyangkut kualitas hidup para pasiennya sehingga bila terjadi kesalahan
dalam tindakan medis dapat berdampak buruk bagi pasien. Dampak tersebut
dapat berupa sakit pasien bertambah parah, kecacatan bahkan kematian
(Jacobalis, S. 1995:68).
Rumah Sakit sebagai bagian dari system kesehatan nasional di tuntut
untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas, pelayanan dan kemandirian.
Dengan demikian rumah sakit merupakan salah satu pelaku pelayanan
kesehatan yangkompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa
wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam kualitas dan
pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam merespon kebutuhan
pasien (Jacobalis, S. 1995:77).
Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
Waworuntu (1997: 19) bahwa”Seseorang yang profesional dalam dunia
administrasi negara menguasai kebutuhan masyarakat dan mengetahui cara
memuaskan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat perlu dipuaskan
melalui pemenuhan kebutuhannya. Sehingga masyarakat merasa sebagai
seorang raja, maka harus dilayani dengan baik”.
Faktor manusia sebagai pemberi pelayanan terhadap publik dalam
organisasi dianggap sangat menentukan dalam menghasilkan pelayanan yang
berkualitas. Menurut Thoha (2002: 181) “kualitas pelayanan kepada masyarakat
sangat tergantung pada individual aktor dan sistem yang dipakai”. Dokter,
perawat, dan tenaga penunjang medis serta nonmedis yang bertugas di rumah
sakit harus memahami cara melayani konsumennya dengan baik terutama
kepada pasien dan keluarga pasien, karena pasien dan keluarga pasien adalah
konsumen utama di rumah sakit. Kemampuan rumah sakit dalam memenuhi
kebutuhan pasien dapat diukur dari tingkat kepuasan pasien.
Pada umumnya pasien yang merasa tidak puas akan mengajukan
komplain pada pihak rumah sakit. Komplain yang tidak segera ditangani akan
mengakibatkan menurunnya kepuasan pasien terhadap kapabilitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit tersebut.Kepuasan konsumen telah menjadi konsep
sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Konsumen umumnya
mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima
dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan (Assauri, 2003:
28).
B. rumusan Masalah
Di dalam penelitian, masalah dapat didefinisikan sebagai pertanyaan-
pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana tingkat kesesuaian antara harapan pasien rawat inap
terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit x?
2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien
rawatinap di Rumah Sakit x?
C. Kerangka teori
1. Pengertian Kualitas
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang
berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuian dengan
persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan
berkelanjutan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan
pelanggan, melakukan segala sesuatu yang membahagiakan. Dalam
persepektif TQM (Total Quality Management) kualitas dipandang secara lebih
luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang ditekankan, tetapi juga meliputi
proses, lingkungan dan manusia.
Hal ini jelas tampak dalam definisi yang dirumuskan oleh Goeth dan Davis
yang dikutip Tjiptono (2000: 51) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Sebaliknya, menurut Lukman (1999: 9) definisi kualitas bervariasi dari
yang kontroversional hingga kepada yang lebih strategik. Definisi
konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung
suatu produk, seperti: (1) ferformansi (performance); (2) keandalan
(reliability); (3) mudah dalam penggunaan (ease of use); (4) estetika
(esthetics), dan sebagainya. Oleh karena itu, kualitas pada prinsipnya adalah
untuk menjaga janji pelanggan agar pihak yang dilayani merasa puas dan
diungkapkan.
Sedangkan The American Society for Quality Controldalam Aviliani dan
Wilfidrus (1997: 42), mendefinisikan kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan
karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat
laten.Gilmore (1974: 124) mengartikan bahwa kualitas sebagai derajat sejauh
mana produk memenuhi suatu desain atau spesifikasi.
Berdasarkan beberapa pengertian kualitas di atas dapat diartikan bahwa
kualitas hidup kerja harus merupakan suatu pola pikir (mindset), yang dapat
menterjemahkan tuntutan dan kebutuhan pasarkonsumen dalam suatu
proses manajemen dan proses produksi barang atau jasa terus menerus
tanpa hentinya sehingga memenuhi persepsi kualitas pasar konsumen
tersebut.
Kulaitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan
pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan
untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam
jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk
memahami dengan saksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.
Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan
pelangganyang pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan
kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan
kualitas memuaskan.
2. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas pelayanan yang baik mutlak diberikan oleh suatu usaha jasa.
Dengan munculnya perusahaan pesaing baru akan mengakibatkan
persaingan yang ketat dalam memperoleh konsumen maupun
mempertahankan pelanggan. Konsumen yang jeli tentu akan memilih produk
dan jasa yang merupakan kualitas baik. Kualitas merupakan strategi bisnis
dasar yang menyediakan barang dan jasa untuk memuaskan secara nyata
pelanggan internal dan eksternal dengan memenuhi harapan-harapan
tertentu secara eksplisit maupun implisit.
D. Kerangka konsep
- Pelayanan dokter
- Pelayanan paramedic
Kualitas pelayanan
- Sarana penunjang
- Pelayanan administrasi
- Keandalan
- Ketanggapan
- Keyakinan Kepuasan pasien
- Empati rawat inap
- Berwujud