Anda di halaman 1dari 71

12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sesuai dengan hakikatnya diciptakan dalam keadaan terbaik,

termulia, dan tersempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Mengingat

berbagai sifat seperti itu, maka diperlukan adanya upaya untuk menjaga agar

manusia tetap menuju kearah bahagia, menuju kepada citranya yang terbaik,

kearah “Ahsanittaqwim”. Dalam kehidupan didunia tidak dapat dipungkiri

bahwa akan selalu ada cobaan atau ujian yang akan dihadapi, baik itu cobaan

yang berat yang tidak bisa diselesaikan oleh diri pribadi sendiri, maupun

cobaan yang ringan dan tidak membutuhkan bantuan orang lain dalam

menyelesaikannya. Dalam menghadapi cobaan yang berat maka manusia

harus senantiasa untuk selalu bersabar, dan tetap pada ketaatannya dan tidak

menghindari kebaikan. Karena orang yang mengeluh dalam menghadapi

setiap permasalahannya berarti orang tersebut tergolong kepada orang yang

tidak sabar, dan tidak bersyukur.

Dalam menghadapi permasalahan manusia selalu dituntut untuk

berusaha keluar dari permasalahannya dengan bekerja keras dan mencari akar

permasalahannya, jika usaha sudah dilakukan namun ternyata masalahnya

belum juga selesai maka manusia disuruh oleh Allah untuk berdo’a kepada

Nya. Karena setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya.


13

Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an Surat Al-Ashr ayat 1-3 yang

berbunyi:

   

          

     


“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr:1-5)1

Berdasarkan Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy menjelaskan bahwa

Tafsiran ayat ini adalah : Allah telah menegaskan bahwa semua manusia itu

memang berada dalam kerugian, hanya saja terkecuali bagi orang-orang yang

selalu sabar dan untuk orang-orang yang selalu mengerjakan amal shaleh.

Untuk itu manusia disuruh untuk selalu saling menasehati kepada orang-orang

mukmin lainnya untuk mentaati kesabaran dan saling memberi nasehat untuk

tetap dalam kesabaran. 2

Pendidikan dan pengajaran langsung dari Allah kepada manusia hanya

diberikan-Nya kepada rasul dan nabi serta orang-orang tertentu yang

dirahmati Allah. Para nabi dan rasul di didik oleh Allah melalui wahyu yang

1
Imam Ghazali Masykur.. ALMUMAYYAZ, (Bekasi, Cipta Bagus Segara, 2014) hal. 601
2
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan ( Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy) ( Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada , 2002), hal 98
14

diturunkan kepada rasul tersebut. Adapun orang-orang tertentu yang tidak

nabi dan rasul juga atas berkah rahmat Allah dapat pendidikan dan

pembelajaran langsung dari Allah, dan inilah yang disebut dengan ilmu laduni

(ilmu yang bersumber dari Allah SWT).3

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa

depan. Pernyataan yang terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas

tentang :

”Sistem pendidikan nasional tersebut mengantarkan kita untuk


melaksanakan segenap kegiatan-kegiatan tersebut, yakni bimbingan,
pengajaran dan/latihan agar didapatkan hasil belajar yang optimal di
sekolah baik tingkat dasar, tingkat menengah maupun tingkat tinggi”.4

Pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan secara sadar berupa

pembinaan (pengajaran) pikiran dan jasmani anak didik berlangsung

sepanjang hayat untuk meningkatkan kepribadiannya, agar dapat memainkan

peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang sealaras

dengan alam dan masyarakat.5 Berdasarkan konsepsi-konsepsi pendidikan

pada dasarnya upaya-upaya (proses) di dalam pendidikan pada akhirnya

menampakaan diri dalam terwujudnya pribadi yang sesuai dengan kenyataan

diri dan lingkungan seseorang. Hakikat pendidikan adalah upaya

memanusiakan manusia, dan membudayakan manusia, sehingga mampu

3
Daulay Haidar Putra, Pendidkan Islam Dalam Perspektif Filsafat (Kencana, 2014) Hal.100
4
Undang-Undang SISDIKNAS no. 20 Tahun 2003. (Jakarta: Sinar Grafika)
5
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan (Graha Ilmu,2014)Hal.24
15

mencipta, berkarya, berbudi baik bagi kehidupannya. Di dalam pendidikan

ada yang disebut dengan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru

Bk kepada siswa.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam seluruh

upaya pendidikan. Dan melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa menjadi

manusia yang berkualitas, dimana ia dapat mengembangkan keempat dimensi

kemanusiaan, yaitu dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi

kesusilaan dan dimensi keberagamaan.6

Layanan bimbingan dan konseling merupakan sebuah bantuan yang

diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada siswa baik secara individu

maupun kelompok. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling

dibutuhkan tenaga ahli yang profesional dibidangnya, yakni seorang guru

bimbingan dan konseling yang mampu memahami akan tugas dan

wewenangnya sebagai seorang konselor. Kegiatan layanan bimbingan dan

konseling secara umum bertujuan untuk membantu individu untuk membuat

pilihan-pilihan, penyesuaian dan interpretasi dalam hubungannya dengan

situasi tertentu. Layanan bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk

memfasilitasi siswa yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, sosial,

belajar dan karir.7 Layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa

6
Prayitno. Kerangka Konseling Eklektik, Konseling Pancawaskita. (Padang : FIP UNP 1998)
, hal 7
7
Prayitno, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling ,(SMK), 1997, hal 24
16

melalui layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan

konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok,

konsultasi, mediasi dan advokasi. Layanan ini diberikan dengan format

individual maupun kelompok.

Konseling individual merupakan salah satu jenis layanan konseling

yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam

rangka pengentasan masalah pribadi klien, dalam suasana tatap muka

dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor membahas berbagai

hal tentang masalah yang dialami klien, bersifat mendalam menyentuh hal-hal

penting diri klien, bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang bersifat spesifik

menuju pengentasan masalah.8

Konseling individual sering disebut jantung hatinya pelayanan

konseling. Hal ini didasarkan atas dua alasan yaitu pertama konseling

perorangan merupakan layanan esensial dan puncak paling bermakna dalam

mengentaskan masalah klien. Kedua, seorang yang ahli dalam hal ini (guru

Bk) yang mampu dengan baik menerapkan secara sinergis berbagai

pendekatan, teknik dan asas-asas konseling dalam layanan konseling

individual, diyakini akan mampu menyelenggarakan jenis-jenis layanan lain

dalam keseluruhan spektrum pelayanan konseling.9

8
Prayitno, Seri Kegiatan Pendukung Konseling(L.1-L.9), (Padang:Universitas Negeri
Padang, 2004) hal 1
9
Prayitno,Seri Layanan konseling (L5),(Padang ;Universitas Negeri Padang,2004)hal.3
17

Berdasarkan studi awal yang dilaksanakan di SMP Negeri I Dua Koto,

melalui proses wawancara dengan guru BK yang ada disekolah tersebut pada

hari rabu 08 Maret 2017 guru BK mengungkapkan bahwa:

“ Konseling individual di sekolah ini sudah dilaksanakan dengan baik


dan sistematis, namun karena siswa-siswa disini yang masih kurang
peduli terhadap masalah yang dihadapinya sehingga
kesukarelaannya dalam mengikuti konseling tidak terwujud,
terkadang mereka datang keruang BK hanya karena disuruh oleh
wali kelas, jadi kami sebagai guru BK merasa bahwa konseling
individual disekolah ini belum terlaksana dengan baik seperti yang
diinginkan”10

Hasil wawancara yang dilakukan bersama dengan guru BK pada

tanggal 08 Maret 2017 menyampaikan bahwa:

“Kesulitan dalam menghadapi siswa yang bermasalah karena


mengingat bahwa siswa SMP masih tergolong pada tahap anak-anak
yang berada dalam masa transisi atau akan beralih kepada masa
remaja, dan pada kenyataannya bahwa siswa tersebut masih kurang
peduli terhadap permasalahan yang mereka hadapi, padahal masalah
tersebut seharusnya dapat mereka selesaikan dengan bantuan seorang
guru Bk, karena pada dasarnya mereka masih berada dalam pemikiran
yang belum matang”.
Dengan hal tersebutlah pelaksanaan konseling perorangan di sekolah

ini belum bisa terlaksana secara maksimal, karena pada dasarnya layanan

konseling perorangan akan maksimal dengan adanya kesukarelaan dari

seorang klien yang akan membuat mereka terbuka dalam menyampaikan

masalahnya.

10
Wawancara dengan guru BK di SMP N I DUA KOTO, 08 Maret 2017
18

Sesuai dengan kondisi diatas, setelah beberapa kali melakukan

observasi terlihat hanya beberapa siswa yang melakukan layanan konseling

individual dengan guru BK disekolah, diantaranya yaitu siswa yang dipanggil

keruangan konseling dengan menggunakan surat panggilan maupun siswa

yang disuruh oleh wali kelas dan guru mata pelajaran lain.

Hal lain yang ditemukan adalah bahwa kurangnya kesukarelaan siswa,

kurang peduli, dan masih belum terbuka dalam menceritakan

permasalahannya dalam mengikuti layanan konseling perorangan. Ada

anggapan beberapa siswa tentang bimbingan dan konseling, khususnya

konseling individual yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah

saja.

Siswa yang bermasalah diatas maksudnya siswa yang mempunyai

kasus disekolah dan mempunyai “ tanda hitam” dibuku kasus ruang BK.

Diantara kasus yang dimaksud adalah siswa yang sering cabut, alfa dan siswa

yang terlambat dalam artian siswa yang bermasalah dengan kedisiplinan.

Sedangkan dalam artian sebenarnya tidak hanya siswa yang

bermasalah saja yang seharusnya mengikuti konseling perorangan, karena

konseling perorangan tersebut berguna bagi setiap kondisi dan situasi, sebagai

contoh yaitu untuk siswa yang baru masuk sekolah tersebut seharusnya bisa

mengikuti layanan konseling perorangan terkait dengan informasi sekolah

yang baru dimasukinya, meskipun nantinya lambat laun ia juga akan


19

mengetahui hal tersebut, contoh kedua yaitu untuk anak yang sudah berada di

kelas IX seharusya ia juga mengikuti konseling perorangan terkait dengan

informasi sekolah yang akan dimasuki selanjutnya dan bakat mana yang akan

ia ikuti arahnya agar nantinya tidak salah memilih jurusan di SLTA.

Dalam pelaksanaan konseling individual juga terkait dengan tugas

pokok seorang guru Bk yang berguna untuk kelancaran konseling individual

tersebut. Karena dengan hal tersebut seorang guru BK akan mampu dalam

melaksanakan konsling individusl dengan adanya panduan program Bk baik

itu tahunan, semesteran, bulanan, mingguan maupun harian

Mengingat koordinator BK dan guru pembimbing sebagai pemberi

bantuan kepada siswa melalui konseling individual serta melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya agar tercapainya layanan konseling individual yang

dapat membantu siswa dalam mengaatasi masalah yang dihadapinya tersebut

maka penulis tertarik untuk melakukan pdengan judul “Pelaksanaan

Layanan Konseling Individual Di SMPN I Dua Koto Pasaman”.

B. Fokus Penelitian

Agar masalah penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang penulis teliti,

maka fokus penelitiannya adalah “Pelaksanaan layanan Konseling Individual

di SMPN I Dua Koto Pasaman


20

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, pertanyaan penelitiannya adalah ” Bagaimana

pelaksanaan layanan konseling idividual di SMPN I Dua Koto Pasaman?

D. Tujuan

Untuk mengetahui tentang pelaksanaan layanan konseling individual di SMP

N I Dua Koto Pasaman

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis untuk mendapatkan gelar SI dijurusan BK

2. Bagi jurusan BK sebagai tambahan koleksi tentang penelitian tentang

layanan konseling individual

3. Bagi guru BK disekolah sebagai bahan untuk pertimbangan dalam

membuat program

4. Bagi siswa sebagai sebuah motivasi untuk mau melaksanakan

konseling individual dengan suka rela

5. Bagi sekolah bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas

bimbingan dan konseling disekolah.

6. Bagi pembaca untuk menjadi sebuah motivasi dalam mengetahui

perkembangan BK di sekolah

7. Bagi penulis lanjutan sebagai pedoman untuk melanjutkan karya

ilmiah yang akan dilanjutkannya


21

F. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami proposal atau

kata-kata yang terdapat dalam proposal ini, maka penulis menjelaskan judul

sebagai berikut:

Pelaksanaan : Proses atau cara, perbuatan melaksanakan

(rancangan dan keputusan)

Konseling individual : Layanan konseling yang diselenggarakan oleh

seorang konselor terhadap seorang klien dalam

rangka pengentasan masalah pribadi

klien. 11

SMPN I Dua Koto : Salah satu sekolah yang ada di pasaman yang

tempat penelitian.

Secara keseluruhan yang penulis maksud dengan judul diatas adalah

“Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Di SMP N I Dua Koto

Pasaman”

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelasnya dan untuk memudahkan pemahaman para

pembaca dan agar lebih terarahnya pembahasan penelitian ini, maka dapat

dilihat pada sistematikanya yang dibagi kepada 5 (lima) bab sebagai berikut:

11
Prayitno, Seri Kegiatan Pendukung Konseling(L.1-L.9), (Padang:Universitas Negeri
Padang, 2004) hal 1
22

Bab 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

penjelasan judul serta sistematika penulisan.

Bab II landasan teoritis yang berisi tentang konsep dasar konseling

perorangan, tujuan konseling perorangan, fungsi konseling perorangan

komponen layanan konseling perorangan, pelaksanan layanan konseling

perorangan, teknik layanan konseling perorangan dan etika dasar konseling.

Bab III Metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik

pengolahan data.

Bab IV Hasil penelitian tentang pelaksanaan layanan konseling

individual di SMP N I Dua Koto Pasaman

Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.


23

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konseling Individual

1. Pengertian Konseling Individual

Istilah konseling berasal dari bahasa inggris yaitu “to counsel” yang

secara etimologis berarti “to give advice” atau memberi saran atau nasehat.

Konseling juga memiliki arti memberikan nasehat atau memberi anjuran

kepada orang lain secara face to face. Jadi, konseling berarti pemberian

nasehat atau penasehatan kepada orang lain secara perorangan yang

dilakukan dengan tatap muka. 12

Konseling Individual adalah layanan konseling yang berlangsung

dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor

dan klien yang membahas berbagai masalah yang dihadapi klien.13

Konseling individual merupakan salah satu jenis layanan konseling

yang diselenggarakan oleh seorang konselor kepada seorang klien dalam

rangka pengentasan masalah pribadi klien. Dalam suasana tatap muka

dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor membahas berbagai

hal yang dialami oleh klien,pembahasan tersebut bersifat mendalam dan

12
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islami, (Jakarta,2013), hal. 10
13
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2007) hal. 163
24

menyentuh hal-hal pentig tentang diri klien ,bersifat meluas meliputi berbagai

sisi yang menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik

menuju kearah pengentasan masalah.14

Dalam pendapat lain disebutkan bahwa konseling individual

merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta

didik (klien) mendapatkan mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara

perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan

pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya.15

Pengertian konseling menurut para ahli yaitu:

1. Prayitno dan Erman Amti konseling perorangan adalah ”proses

pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling

oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami sesuatu

masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi

klien”

2. Gibson & Mitchell menyatakan defenisi konseling perorangan

”konseling perorangan adalah hubungan satu-ke satu yang

melibatkan seorang konselor terlatih dan berfokus pada beberapa

14
Prayitno, L.I-L.9. (UNP, 2004), Hal 1
15
Dewa Ketut Sukardi. (Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling
Disekolah), Hal 63
25

aspek penyesuaian klien, perkembangan, maupun kebutuhan

pengambilan keputusan.16

Jadi kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pernyataan dari para

ahli, konseling perorangan proses pemberian bantuan secara profesional

melalui hubungan khusus secara pribadi oleh konselor kepada perorangan

yang sedang mengalami suatu masalah yaitu klien dalam suasana langsung

(tatap muka) dengan tujuan agar klien dapat meningkatkan pemahaman

tentang dirinya, merubah prilaku mengembangkan potensi diri sesuai dengan

keputusan yang diambil serta membantu mengentaskan masalah yang

dihadapi sehingga bermuara pada teratasinya masalah tersebut.

Dalam layanan konseling perorangan konselor memberikan ruang

dan suasana yang memungkinkan klien membuka diri setransparan mungkin.

Dalam suasana seperti itu, ibaratnya klien sedang berkaca. Melalui kaca itu

klien memahami kondisi diri sendiri (dan lingkungannya) dan permasalahn

yang dialami, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, serta kemungkinan

upaya untuk mengatasi masalahnya itu. Hasil berkaca itu mengarahkan dan

menggerakkan klien untuk segera dan secermat mungkin melakukan tindakan

pengentasan atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya.17

16
http;//konseling indonesia.com/
17
Prayitno, L.I-L.9, (UNP, 2004) Hal 2
26

2. Tujuan Layanan Konseling individual

a. Tujuan umum layanan konseling perorangan

Tujuan umum layanan konseling perorangan adalah

terentaskannya masalah yang dialami klien. Apabila masalah klien itu

dicirikan sebagai:

a) Sesuatu yang tidak disukai adanya

b) Suatu yang ingin dihilangkan

c) Sesuatu yang menghambat atau menmbulkan kerugian18

Maka upaya pengentasan masalah klien melalui konseling

perorangan akan mengurangi intensitas ketidaksukaan atas keberadaan

sesuatu yang dimaksud atau mengurangi intensitas hambatan dan

kerugian yang ditimbulkan oleh suatu yang dimaksudkan itu. Dengan

layanan konseling perorangan beban klien diringankan, kemampuan

klien ditingkatkan potensi klien dikembangkan.

Tujuan umum layanan konseling perorangan adalah

pengentasan masalah klien dengan demikian, fungsi pengentasan

sangat dominan dalam layanan ini.

18
Prayitno,L.I-L.9, (Universitas Negeri Padang, 2004) Hal 4
27

b. Tujuan khusus layanan konseling perorangan

Tujuan khusus layanan konseling perorangan dapat dirinci dan

secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling yang secara

keseluruhan diembannya.

a) Melalui layanan konseling perorangan klien memahami seluk-

beluk masalah yang dialami secara mendalam dan

komprehensif, serta positif dan dinamis (fungsi pemahaman)

b) Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi

dan sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik

masalah yang dialami oleh klien itu (fungsi pengentaan).

Pemahaman dan pengentasan masalah merupakan fokus yang

sangat khas, kongkrit dan langsung ditangani dalam layanan

konseling perorangan.

c) Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai

unsur positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang

pemahaman dan pengentasan masalah klien dapat dicapai

(fungsi pengembangan/pemeliharaan.)

d) Pengembangan/pemeliharaan potensi unsur-unsur positif yang

ada pada diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah,

akan merupakan kekuatan bagi tercegah menjalarnya masalah


28

yang sedang dialami itu, serta (diharapkan) tercegah pula

masalah-masalah baru yang mungkin timbul

e) Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya

hak-hak klien sehingga klien teraniaya dalam kadar tertentu,

layanan konseling individual dapat menangani sasaran yang

bersifat advokasi (fungsi advokasi). Melalui layanan konseling

individual memiliki kemampuan untuk membela diri sendiri

menghadapi keteraniayaan itu.

Kelima sasaran yang merupakan wujud dari keseluruhan fungsi

konseling itu, secara langsung mengarah kepada dipenuhinya kualitas

untuk keperikehidupan sehari-hari yang efektif (effective daily

living).19

3. Fungsi Layanan Konseling individual

Fungsi layanan konseling dibagi menjadi:

a. Fungsi pemahaman

Fungsi yang diperoleh klien saat klien memahami seluk beluk

masalah yang dialami secara mendalam dan kompherensif serta

positif dan dinamis.20

19
Prayitno, L.I-L.9. (Universitas Negeri Padang, 2004) Hal 4
20
Prayitno Dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling,(Jakarta:Rineka Cipta,
2004) Hal 4
29

b. Fungsi pengentasan

Fungsi yang mengarahkan klien kepada pengembangan

persepsi, sikap dan kegiatan demi teretaskannya masalah klien

berdasarkan pemahaman yang diperoleh klien.

c. Fungsi pengembangan/pemeliharaan

Merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan

masalah klien.

d. Fungsi pencegahan

Fungsi yang akan mencegah menjalarnya masalah yang sedang

dialami klien dan mencegah masalah-masalah baru yang

mungkin timbul.

e. Fungsi advokasi

Fungsi yang akan menangani sasaran yang bersifat advokasi

jika klien mengalami pelanggaran hak-hak.

4. Komponen Khusus Layanan Konseling individual

Dalam layanan konseling perorangan berperan dua pihak, yaitu

seorang Konselor dan seorang Klien.21

a. Konselor

Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling, yang

memiliki kewenangan dan mandat secara profesional untuk


21
Prayitno, L.I-L.9. (Universitas Negeri Padang,2004) Hal 6
30

melaksanakan kegiatan pelayanan konseling. Dalam layanan konseling

perorangan konselor menjadi aktor yang secara aktif mengembangkan

proses konseling melalui dioperasionalkan pendekatan, teknik dan

azas-azas konseling terhadap klien. Dalam proses konseling, selain

media pembicaraan verbal, konselor juga dapat menggunakan media

tulisan, gambar, media, media elektronik, dan media pembelajaran

lainnya, serta media pengembangan tingkah laku. Semua hal itu

diupayakan konselor dengan cara-cara yang cermat dan tepat, demi

terentaskannya masalah yang dialami klien.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang konselor adalah:

a) Keyakinan atau pandangan konselor tentang kebaikan dan

kecenderungan positif manusia. Konselor harus mampu

dalam meyakini klien bahwa klien mengandung kebaikan

yang perlu dikembangkan, dan tugas seorang konselor

adalah menemukan, mengungkapkan dan mengembangkan

kebaikan-kebaikan pada diri klien tersebut.22

b) Kemampuan konselor untuk benar-benar menerima klien

sebagaimana adanya, yang dalam hal ini ada hal yang perlu

diingat yaitu: pertama, konselor berkehendak untuk

membiarkan adanya perbedaan antara seorang konselor

dengan klien. Kedua, konselor menyadari bahwa


22
Prayitno, Dasar Dan Dinamika Hubungan Konseling (UNP, 2012), Hal 13
31

pengalaman yang akan dijalani oleh klien adalah usaha

yang penuh dengan perjuangan, pembinaan, dan perasaan.

c) Sikap konselor penuh pengertian terhadap klien, mengerti

secara mendalam tentang segala sesuatu yang disampaikan

klien.

d) Sikap konselor terhadap ilai dan norma, yaitu konselor

tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap norma dan

nilai-nilai yang dianut oleh klien

e) Sikap konselor terhadap upaya pelayanan konseling, yaitu

keahlian konselor yang dimaksudkan itu menyangkut

WPKNS konselor, yaitu Wawasan, pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap yang secara keseluruhan

menunjang upaya pengentasan masalah klien.

b. Klien

Klien adalah seorang perorangan yang sedang mengalami

masalah, atau setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin

disampaikan kepada orang lain. Klien menanggung semacam beban,

uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ia ingin, atau ada

sesuatu yang ingin atau perlu dikembangkan pada dirinya, semuanya

itu agar ia mendapatkan suasana pikiran atau perasaan yang lebih

ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti, dan hal-hal


32

positif lainnya dalam menjalani hidup sehari-hari dalam rangka

kehidupan dirinya secara menyeluruh.

Klien datang dan bertemu konselor dengan cara yang berbeda-

beda. Ada yang datang dengan sendiri dengan kemauan yang kuat

untuk memenuhi konselor (self-referral) ada yang datang dengan

perantaraan orang lain bahkan ada yang datang (mungkin terpaksa)

karena didorong atau diperintah oleh pihak lain. Kedatangan klien

bertemu konselor disertai dengan kondisi tertentu yang ada pada diri

klien. Apapun latar belakang kedatangan klien, dan bagaimanapun

juga kondisi diri klien sejak paling awal pertemuannya dengan

konselor, semuanya itu harus disikapi oleh konselor dengan penerapan

azas kekinian dan prinsip “klien tidak pernah salah”.

Jenis/macam klien berdasarkan sifat dan prilakunya yaitu:

a) Klien terpaksa

Adalah klien yang kehadirannya diruang konseling

bukan atas keinginannya sendiri. Ciri-ciri klien terpaksa

yaitu: bersifat umum, enggan berbicara, curiga terhadap

konselor dan kurang bersahabat.23

23
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Hal 41
33

b) Klien krisis

Adalah jika seorang menghadapi musibah, seperti

kematian (orang tua, pacar, istri/suami, anak yang

dicintai)

c) Klien sukarela

Artinya klien yang hadir diruang konseling atas

kesadaran sendiri, karena ada maksud dan tujuannya.24

Dengan ciri-ciri sebagai berikut: mudah terbuka, hadir

atas kehendak sendiri, bersedia mengungkapkan

rahasia, bersikap sahabat.

d) Klien bermusuhan

Klien yang bermasalah cukup serius bisa menjelma

menjadi klien bermusuhan. Sifat-sifatnya yaitu:

tertutup, menentang, bermusuhan dan menolak secara

terbuka.

5. Azas-Azas Layanan Konseling individual

Kekhasan yang paling mendasar layanan perorangan adalah

hubungan interpersonal yang sangat intens antara klien dan konselor25.

Azas dalam konseling perorangan meliputi:

24
Sofyan Willis, Konseling Individual Dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2014) Hal 116
25
Prayitno, (Universitas Negeri Padang), Hal 10
34

a. Kerahasiaan

Semua rahasia pribadi klien yang terbongkar menjadi

tanggung jawab penuh konselor untuk melindunginya. Keyakinan

klien akan adanya perlindungan yang demikian itu menjadi

jaminan untuk suksesnya pelayanan.

b. Kesukarelaan dan keterbukaan

Kesukarelaan penuh klien untuk menjalani proses layanan

konseling perorangan bersama konselor menjadi buah terjaminnya

kerahasiaan pribadi klien. Dengan demikian kerahasiaan-

kesukarelaan menjadi unsur dwi-tunggal yang mengantarkan klien

ke arena proses layanan konseling perorangan. Azas kerahasiaan-

kesukarelaan akan menghasilkan keterbukaan klien.

c. Kemandirian

d. kekinian

6. Materi Umum Layanan Konseling individual

Materi yang dapat diangkat melalui layanan konseling perorangan ada

berbagai macam, yang pada dasarnya tidak terbatas. Layanan ini

dilaksanakan untuk segenap masalah siswa secara perorangan (dalam

segenap bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan

karir.
35

7. Tahap Pelaksanaan Layanan Konseling individual

Dalam keseluruhan proses layanan konseling perorangan, konselor

harus menyadari posisi dan peran yang sedang dilakukannya. Secara

menyeluruh proses konseling perorangan dari kegiatan paling awal

sampai kegiatan akhir, meliputi 5 tahap yaitu:

a. Tahap pengantaran

Proses pengantaran adalah mengantarkan klien

memasuki kegiatan konseling dengan segenap pengertian,

tujuan, dan prinsip dasar yang menyertainya. Proses

pengantaran ini ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang

bersuasana hangat, tidak menyalahkan, penuh pemahaman, dan

penstrukturan yang jelas. Apabila proses awal berjalan efektif,

maka klien akan termotivasi untuk menjalani proses konseling

selanjutnya.26

b. Tahap penjajakan

Proses penjajakan dapat diartikan untuk memasuki

ruang yang berisi hal-hal yang bersangkut paut dengan

permasalahan dan perkembangan klien. Sasaran penjajakan

adalah hal-hal yang dikemukakan klien dan hal-hal lain yang

26
Sulistyarini Dan Moh.Johar, Dasar-Dasar Konseling (Jakarta: Prestasi Pustaka,2014) Hal
227
36

perlu dipahami tentang diri klien. Seluruh sasaran penjajakan

in adalah berbagai hal yang selama ini terpendam, tersalah-

artikan, atau terhambatnya perkembangan diri klien.

c. Tahap penafsiran

Hasil proses penafsiran ini pada umumnya adalah

aspek-aspek realita dan harapan klien dengan berbagai variasi

dinamika psikisnya. Dalam rangka penafsiran, upaya diagnosis

dan prognosis dapat memberikan manfaat yang berarti.

d. Tahap pembinaan

Proses pembinaan ini secara langsung mengacu kepada

pengentasan masalah dan pengembangan diri klien. Dalam

tahap ini, disepakati strategi dan intervensi yang dapat

memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan strategi

terutama ditentukan oleh sifat masalah, gaya dan teori yang

dianut konselor, serta keinginan klien. Dalam langkah ini

konselor dan klien mendiskusikan alternatif pengentasan

masalah dengan berbagai konsekuensinya, serta menetapkan

rencana tindakannya.

e. Tahap penilaian

Upaya pembinaan melalui konseling diharapkan

menghasilkan terentaskannya masalah klien. Ada tiga jenis

penilaian yang dilakukan dalam konseling perorangan yaitu:


37

a. Penilaian segera (laiseg)

b. Penilaian jangka pendek(laijapen)

c. Penilaian jangka panjang(laijapang)

8. Tahap Pelaksanaan Konseling individual

Secara umum, konseling terdiri dari tahap yaitu:

a. Tahap awal

Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor sampai

konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini,

beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:

a) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien.

Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada

terpenuhinya azas-azas bimbingan dan konseling terutama

azas kesukarelaan, keterbukaan, kerahasiaan dan kegiatan

b) Memperjelas dan mendefenisikan masalah. Jika hubungan

konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah

melibatkan diri,maka konselor harus membantu

memperjelas masalah klien.

c) Membuat penaksiran dan penjajakan. Konselor berusaha

menjajaki atau menaksir kemungkinan masalah dan

merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan

membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan

berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.


38

d) Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara

konselor dengan klien, yang berisi:

a) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan

yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak

berkeberatan

b) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor

dan klien

c) Kontrak kerja sama dalam proses konseling, yaitu

terbinanya peran dan tanggung jawab bersama

antara konselor dan konseling dalam seluruh

rangkaian kegiatan konseling.

b. Tahap inti (tahap kerja)

Setelah tahap awal dilaksanakan dengan baik,proses konseling

selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap

ini, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:

a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih

dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien

mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah

yang sedang dialaminya


39

b) Konselor melakukan penilaian kembali (reassessment),

bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang

dihadapi klien.

c) Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara. Hal ini

bisa terjadi jika:

1) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan

atau wawancara konseling, serta menampakkan

kebutuhan untuk mengembangkan diri dan

memecahkan masalah yang dihadapinya

2) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-

teknik konseling yang bervariasi dan dapat

menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas, dan benar-

benar peduli terhadap klien.

3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.

Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak

tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun

klien.

c. Tahap akhir (tahap tindakan)

Pada tahap akhir ini, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:

a) Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai

hasil proses konseling.


40

b) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses

konseling sebelumnya.

c) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling

(penilaian segera).

d) Membuat perjanjian untuk pertemuan selanjutnya.

Pada tahap akhir ditandai beberapa hal yaitu:

a) Menurunnya kecemasan klien

b) Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat

dan dinamis.

c) Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang

dihadapinya.

d) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan

program yang jelas

Sedangkan menurut pendapat lain bahwa tahap koseling itu dibagi menjadi 3

yaitu:

a. Tahap awal

Tahap ini disebut juga tahap defenisi masalah, karena tujuannya

adalah supaya konselor bersama klien mampu mendefenisikan


41

masalah klien yang ditangkap/dipilih dari isu-isu atau pesan-pesan

klien dengan dialog konseling.27

Teknik konseling yang harus ada pada tahap awal ini adalah:

a) Attending

b) Empati primer

c) Refleksi perasaan

d) Eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, dan eksplorasi

ide

e) Menangkap ide-ide

f) Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka klien untuk meneruskan

pembicaraannya dengan memberikan lebih banyak uraian

mengenai hal yang telah dikemukakannya. 28

g) Mendefenisikan masalah bersama klien

h) Dorongan minimal

Adalah semua isyarat, anggukan, sepatah kata, atau suara

tertentu, gerakan anggota badan, atau pengulangan kata-

kata kunci yang menunjukkanbahwa seorang konselor

mempunyai perhatian dan ikut serta dalam pembicaraan

klien.

27
Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek,( Bandung: Alfabeta,2014) Hal
239
28
Munro, Penyuluhan (Counseling), (Ghalia Indonesia, I983) Hal 49
42

b. Tahap pertengahan konseling

Tahap ini bertujuan untuk mengolah/mengerjakan masalah klien

(bersama klien) yang telah didefenisikan pada tahap awal.

Pada tahap ini teknik konseling yang dibutuhkan adalah:

a) Memimpin (leading)

b) Memfokuskan (focusing)

c) Konfrontasi (confrontating)

d) Mendorong (supporting)

e) Menginformasikan (informing)

f) Memberi nasehat (advising)

g) Menyimpulkan (summarizing)

h) Pertanyaan terbuka (open question)

Tujuan tahap pertengahan yaitu:

a) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan

kepedulian klien lebih jauh

b) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara

c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.29

c. Tahap akhir konseling

Tahap ini bertujuan agar klien mampu menciptakan tindakan-

tindakan positif seperti perubahan perilaku dan emosi, serta

29
Sofyan Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung:Alfabeta, 2014) Hal 52
43

perencanaan hidup masa depan yang positif setelah dapat mengatasi

masalahnya. Klien akan mandiri, kreatif dan produktif.

Teknik konseling yang ada dalam tahap ini mencakup teknik yang

ada dalam tahap awal dan pertengahan yaitu:

a) Menyimpulkan

Pada akhir sesi konseling konselor membantu

klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang

menyangkut tentang :

1) Bagaimana keadaan perasaan klien

saat ini terutama mengenai

kecemasan

2) Memantapkan rencana klien

3) Pokok-pokok yang akan dibicarakan

selanjutnya pada sesi berikutnya.

Misalnya konselor berkata kepada

klien “ Apakah sudah dapat kita buat

kesimpulan akhir?”

b) Memimpin (Leading)

Keterampilan memimpin bertujuan untuk : agar klien

tidak menyimpang dari fokus pembicaraan dan agar arah

pembicaraan lurus kepada tujuan konseling.


44

c) Merencanakan

Menjelang akhir sesi konseling seorag konselor harus

dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana

berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang

produktif baju kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik

adalah hasil kerjasama konselor dengan klien

d) Mengevaluasi

Pada tahap akhir ditandai beberapa hal yaitu:

1) Menurunnya kecemasan klien

2) Perubahan perilaku klien ke arah yang

lebih positif, sehat dan dinamis

3) Pemahaman baru dari klien tentang

masalah yang dihadapinya

4) Adanya rencana hidup masa yang akan

datang dengan program yang jelas.30

Tujuan tahap akhr ini adalah sebagai berikut:

a) Memutuskan perubahan sikap dan prilaku yang memadai

b) Terjadinya transfer of learning pada diri klien

c) Melaksanakan perubahan prilaku

d) Mengakhiri hubungan konseling.31

30
Sulistyarini, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi Pustaka , 2014)Hal 232
31
Sofyan Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014) Hal 53
45

9. Teknik-Teknik Layanan Konseling individual

a. Teknik umum layanan konseling individual

Pengembangan proses layanan konseling perorangan oleh

konselor dilandasi oleh suasana penerimaan, posisi duduk, dan hasil

penstrukturan. Lebih lanjut, konselor menggunakan berbagai teknik

untuk mengembangkan proses konseling individual yang efektif dalam

mencapai tujuan layanan. Teknik tersebut meliputi:

a) Kontak mata

Konselor dapat berkomunikasi secara penuh perhatianjika

ia memelihara” kontak mata” dengan klien yang

dihadapinya melalui usaha konselor. Melakukan kontak

mata itu klien akan sadar bahwa ia sedang diperhatikan

secara psikologis.32

b) Kontak psikologis

Adalah langkah konselor untuk menjadi dan merasakan

suasana yang ada di dalam diri klien sehingga terasa ada

kaitannya antara jiwa konselor dan klien

32
Soli Abimanyu, Teknik Dan Laboratorium Konseling, (Jakarta, Proyek Debdikbud, 1996)
Hal 36
46

c) Ajakan untuk berbicara

Jka klien diajak untuk berbicara secara jelas dan tidak

dihujani dengan serangkaian pertanyaan, dapat diharapkan

dia akan mengemukakan masalahnya dengan baik. Ajakan

untuk berbicara ini sekaligus disertakan didalam sikap, cara

duduk, isyarat, dan suara konselor33

d) 3 M ( mendengar dengan cermat, memahami secara tepat,

merespon secara tepat dan positif)

3 M merupakan teknik dasar dalam keseluruhan proses

konseling, teknik 3 M secara berturu-turut saling terkat,

artinya keberhasilan teknik pertama akan menentukan

teknik berikutnya. Tanpa memperhatikan dengan baik,

konselor tidak bisa memahami, tanpa memahami juga

mustahil onselor akan dapat memberikan respon yang

tepat.34

e) Keruntutan

Suatu keterampilan yang mengandung makna bahwa

konselor mampu memberi reaksi dan respon secara tepat

dan selalu mengacu pada inti dari isi pembicaraan klien.

33
Munro, Penyuluhan (Counseling), (Ghalia Indonesia, 1983)Hal 48
34
Soli Abimanyu, Teknik Dan Laboratorium Konseling, (1996) Hal 89
47

f) Pertanyaan terbuka

Adalah pertanyaan terbuka mengajak klien untuk

meneruskan pembicaraannya dengan memberikan lebih

banyak uraian mengenai hal yang telah dikemukakannya. 35

g) Dorongan minimal

Keterampilan yang bertujuan untuk membuat agar klien

terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan

dapat mencapai tujuan.

h) Refleksi(isi dan perasaan)

Merupakan keterampilan konselor untuk memantulkan

kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan

pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap

prilaku verbal dan non verbal.

i) Penyimpulan

Adalah proses menyatukan semua yang telah

dikomunikasikan selama bagian tertentu atau seluruh

pertemuan, dan merupakan cara alami untuk mengakhiri

atau menutup satu bagian atau tahap pembicaraan tertentu

atau untuk memulai sesuatu yang baru.

35
Mundro, Penyuluhan (Counseling),(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1979) Hal 49
48

j) Penafsiran

Adalah penjelasan-penjelasan atau pengertian-pengertian

tentang suatu keadaan. Penafsiran dapat dirtikan semua

interpretasi dalam penafsiran cara-cara yang dapat

dipecahkan dan diuraikan.

k) Konfrontasi

Adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk

melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara

prkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal

dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan.

l) Ajakan untuk memikirkan sesuaru

Adalah suatu cara konselor mengajak klien mencari jalan

untuk mengupayakan pemecahan masalah klien diluar

konteks yang dibicarakan oleh klien.

m) Peneguhan hasrat

Keinginan yang kuat dari klien untuk bersedia mengubah

tingkah lakunya adalah salah satu faktor penting dalam

konseling. Hal yang paling penting adalah bila klien

memilih dan menetapkan sendiri tujuan yang ingin

dicapainya akan memungkinkan klien mau untuk bekerja

keras untuk mencapai tujuan tersebut.


49

n) Suasana diam

Adalah suasana berhenti saat memberikan kesempatan

kepada klien untuk memikirkan, merasakan, memahami,

menghayati, dan proses suasana yang terjadi dalam diri

klien, suasana diam berlangsung selama 15-30 detik

tergantung pada manfaatnya suasana diamnya.

o) Penilaian

Adalah memulai sejauh mana klien melaksanakan rencana

perubahan tingkah laku yang telah direncanakan atau tidak

rencana, kemudian konselor membicarakannya bersama

agar klien merasa terganggu untuk melaksakannya lagi.

p) Pelaporan

Penerapan teknik-teknik tersebut diatas dilakukan secara

elektik, dalam arti tidak harus berurutan satu persatu yang satu

mendahului yang lain, melainkan terpilih dan terpadu mengacu kepada

kebutuhan proses interaksi efektif sesuai dengan objek yang

direncakan dan suasana proses pembentukan yang berkembang.

Kontak psikologis dibina sejak awal-awal proses layanan yang di

dalamnya ada ajakan untuk berbicara selanjutnya berkembanglah

interaksi intensif antara klien dan konselor melalui pertanyaan terbuka,

refleksi, penyimpulan, penafsiran, yang kadang-kadang (sesuai dengan


50

keperluan) diselingi konfrontasi, ajakan untuk memikirkan sesuatu

yang lain, dan peneguhan hasrat. Dalam pada itu, kontak mata, 3 M,

keruntutan dan dorongan minimal selalu mewarnai dan menyertai


36
seluruh dinamika interaksi.

Teknik “memfrustasikan” dan srategi “tiada maaf” hanya

digunakan secara benar-benar terpilih untuk membangkitkan dan klien

akan tantangan yang harus ia hadapi serta meningkatkan motivasi dan

semangat dalam memasuki dan menggapai kesempatan yang terbuka.

Kedua teknik ini, dan juga konfrontasi, seringkali diikuti oleh

“suasana diam”.

Teknik berkenaan dengan transferensi dan kontranferensi dapat

dimunculkan dalam proses layanan dengan kontak psikologis yang

benar-benar intens. Intensitas proses layanan dapat ditempuh labih

jauh melalui teknik-teknik eksperimensial, analisis pengalaman masa

lampau, dan asosiasi bebas. Teknik-teknik yang terakhir dilakukan

untuk keperluan pendalaan yang khas sesuai dengan permasalahan

klien. Untuk pendalaman yang dimaksudkan itu, dan untuk

memberikan suasana bersifat afektif, sentuhan jasmaniah.

Proses layanan konseling individual diakhiri dengan kegiatan

penilaian dan pelaporan. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap kali


36
Prayitno, L.I-L.9, (UNP,2004),hal 19
51

sesi layanan konseling individual, khususnya untuk kegiatan penilaian

segera (laiseg).

b. Teknik khusus layanan konseling individual

Dalam keeklektikan proses layanan konseling individual,

teknik-teknik khusus digunakan untuk membina kemampuan tertentu

pada diri klien. Kemampuan ini lebih terarah kepada tuntutan yang

harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari (effective daily living).

Jenis-jenis teknik khusus itu adalah:

a) Pemberian informasi

b) Pemberian contoh dan latihan bertingkah laku

Dalam pemberian contoh ini konselor dapat bertindak

sebagai model dan sebagai seorang kawan ( dari klien)

c) Pemberian contoh pribadi

Pemberian contoh pribadi dapat mengalihkan perhatian dari

klien dan memperlemah kedudukan klien sebagai titik

pusat dalam hubungan konseling.

d) Perumusan tujuan

Teknik yang dapat digunakan untuk membantu klien dalam

meruuskan tujuan adalah mendorongnya untuk memikirkan

beberapa kemungkinan cara bertindak atau bertingkah laku.


52

e) Latihan penanganan(sederhana dan penuh)

f) Kesadaran tubuh

g) Desensitisisasi dan sensitisasi

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku

melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari

memikirkan sesuatu, menenangkan diri, dan

membayangkan sesuatu.

h) Kursi kosong

Teknik yang digunakan untuk melatih klien berkomunikasi

dengan orang tertentu dan arah komunikasi itu akan

dilatihkan dengan memakai alat bantu sebuah kursi kosong.

i) Permainan peran dan permainan dialog

j) Latihan keluguan

k) Latihan seksual

l) Analasis transaksional

m) Analisis gaya hidup

n) Kontrak

Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan lien

yang berisi kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan

waktu pertemuan oleh klien danapakah konselor tidak


53

keberatan, kontrak tugas artinya konselor apa tugasnya dan

klien apa tugasnya.37

Penggunaan teknik-teknik khusus dalam layanan konseling

perorangan juga terpilih dan terpadu secara elektik. Teknik khusus

hanya digunakan untuk mencapai tujuan masalah-masalah tertentu saja

dan juga digunakan untuk mencapai tujuan spesifik tertentu perlu

dikuasai klien dalam pengentasan masalah.

Secara sepsifik, penerapan teknik-teknik khusus lebih banyak

menuntut kegiatan yang bersifat tindakan (modus action) daripada

bicara(modus ation). Klien terlibat aktif secara langsung menjalani

berbagai kegiatan atau tindakan dalam rangka membentuk diri sendiri

untuk menguasai kemampuan tertentu. Dalam hal ini konselor ebih

banyak berperan sebagai pelatih profesional.

Teknik-teknik khusus lainnya yang dapat disebutkan adalah

pemberian nasehat. Teknik ini kurang efektif untuk diterapkan.

Nasihat mudah diucapkan (oleh siapapun juga), enak didengar. Dalam

proses layanan konseling individual penggunaan nasehat sebaiknya

dihindarkan.

10. Pelaksanaan Konseling individual

Seperti halnya layanan-layanan yang lain, layanan konseling perorangan,

juga menempuh beberapa tahapan kegiatan yaitu:


37
Sofyan Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek (Bandung:Alfabeta, 2014) Hal 51
54

a. Perencanaan yang meliputi kegiatan :

a) Mengidentifikasi klien

b) Mengatur waktu pertemuan

c) Mempersiapkan tempat dan perangkat teknis

penyelenggara layanan

d) Menetapkan fasilitas layanan

e) Menyiapkan kelengkapan administrasi38

b. Pelaksanaan yang meliputi kegiatan:

a) Menerima klien

b) Menyelenggarakan penstrukturan

c) Membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-

teknik

d) Mendorong pengentasan masalah klien ( bisa digunakan

teknik-teknik khusus)

e) Memantapkan komitmen klien dalam pengentasan

masalahnya

f) Melakukan penilaian segera

c. Melakukan evaluasi jangka pendek

d. Menganalisis hasil evaluasi (menafsirkan hasil konseling

perorangan yang telah dilaksanakan).

38
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2007) Hal 163
55

e. Tindak lanjut meliputi kegiatan:

a) Menetapkan jenis arah tindak lanjut

b) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-

pihak terkait

c) Melaksanakan rencana tindak lanjut

f. Laporan yang meliputi kegiatan:

a) Menyusun laporan layanan konseling perorangan

b) Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau

madrasah dan pihak lain terkait

c) Mendokumentasikan laporan
56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) bersifat

deskriptif kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang

diamati.39

Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana realita

yang terjadi dilapangan mengenai Pelaksanaan Layanan Konseling individual

Di SMP N I Dua Koto Pasaman.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMP N I Dua Koto yang terletak di

Kenagarian Simpang Tonang Kecamatan Dua Koto. Sekolah ini peneliti

jadikan sebagai lokasi penelitian dengan beberapa dasar pertimbangan karena

disekolah ini terlihat fenomena tentang pelaksanaan layanan konseling

individual seperti yang telah dijelaskan dalam Bab I bahwa disekolah ini

dalam pelaksanaan layanan konseling individual siswa yang

melaksanakannya kurang sukarela, kurang terbuka dan ada juga yang merasa

terpaksa dalam mengikuti konseling individual.

39
Lexy J,Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995)
Hal 3
57

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia mempunyai

banyak pengalaman tentang latar penelitian.40 Dalam penelitian ini penulis

memilih teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini yaitu orang tersebut yang dianggap paling

tahu tentang apa yang diharapkan atau mungkin dia sebagai penguasa

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang

diteliti.41 Jadi informan mempunyai banyak pengalaman tentang latar

penelitian, ia secara sukarela menjadi anggota tim penelitian. Adapun yang

menjadi informan kunci penelitian adalah adalah guru BK disekolah ini ada

dua orang guru BK dan informan pendukungnya adalah juga wali kelas IX.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung yang dilakukan oleh penelitian dalam rangka

pengumpulan informasi tetentu. Observasi adalah suatu proses

pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan

rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang

40
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,,,,hal .90
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.300
58

sebenarnya maupun situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.42

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik wawancara karena jika

dengan wawancara selalu berkomunikasi dengan orang, sedangkan

observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek

alam.43

Dalam penelitian ini yang akan diobservasi adalah Pelaksanaan

layanan konseling individual di SMPN I Dua Koto.

2. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula.44

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam

dengan narasumber yaitu guru Bk, dengan tujuan untuk mengetahui

hal yang berkaitan dengan konseling individual yang dilaksanakan.

Orang yang akan diwawancara merupakan orang yang bisa

memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan berkaitan

dengan hal-hal yang akan diteliti. Dalam hal ini penulis menggunakan

42
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Hal 153
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011)
Hal 145
44
Cholid Narbuko Dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian(Jakarta: Bumi Aksara, 2005) Hal 70
59

wawancara terbuka, yaitu wawancara dengan menggunakan pedoman

pokok masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data secara tertulis dengan

melihat arsip atau dokumentasi yang ada dilapangan tempat penelitian.

Jadi dalam hal ini penulis akan melihat secara langsung arsip dan

dokumen buku kasus siswa untuk memperoleh data-data tentang

pelaksanaan layanan konseling individual di SMP N I Dua Koto.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel.45Dokumentasi dapat berupa :

a. SATLAN ( satuan layanan)

b. Lapelprog (laporan pelaksanaan program)

c. Program Bk

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah :

1. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

menfokuskan pada hal penting, dicari tema dan polanya serta

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Dan Suatu Pendekatan, Proses (Jakarta:Rineka
Cipta, 1998) Hal 243
60

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.46

2. Display data yaitu penyajian data dengan kegiatan menampilkan

informasi yang dapat melalui kegiatan reduksi, kemudian

informasi diperoleh bai melalui observasi maupun wawancara

dihimpun data diorganisasikan berdasarkan fokus masalah

penelitian, yaitu sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif.47 Dan hasil

display data inilah ditarik suatu kesimpulan sementara yang

kemudian dilakukan verifikasi atau pembuktian kebenaran.

3. Editing, yaitu meneliti kembali data atau catatan-catatan untuk

dipersiapkan sebelum dituangkan kedalam laporan penelitian

kedalam bahasa yang baik.

4. Triangulasi data

Dalam pengujian krediabilitas data terhadap hasil penelitian ini,

peneliti hanya menggunakan triangulasi data. Dimana triangulasi

dalam pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.48

46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif, dan R&D,
hlm 341
47
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif, dan R&D,
hlm 341
48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif, dan R&D,
hlm 372
61

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan atau

mengecek kembali tingkat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif.
62

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini penulis memaparkan hasil penelitian tentang Pelaksanaan

Layanan Konseling Individual Di SMPN I Dua Koto Pasaman . Sumber data

adalah guru BK di sekolah. Penulis melakukan penelitian dengan mewawancarai

guru BK sekolah untuk mencari data tentang pelaksanaan layanan konseling

individual disekolah tersebut.

A. Hasil Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang penulis teliti setelah mewawancarai guru BK

diperoleh hasil sebagai berikut:

Temuan peneliti tentang pelaksanaan layanan konseling individusl yang

dilakukan oleh guru pembimbing di SMPN 1 Dua Koto Pasaman.

1. Cara melakukan konseling individual dengan siswa

Melalui wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (LS)

mengatakan bahwa:

“Sebagai seorang guru Bk disekolah ini saya sangat peduli tentang


permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa, sehingga jika saya
mendengar ada siswa yang memiliki masalah maka saya akan langsung
membuat surat pemanggilan dan langsung memberikan kepada siswa
tersebut agar siswa merasa bahwa apapun masalah yang dihadapi ternyata
masih ada orang lain yang peduli, dan disekolah ini juga menyediakan
khusus tempat untuk melakukan konseling dan dengan keadaan tersebut
agar siswa lebih leluasa atau lebih terbuka dalam menceritakan
63

permasalahan yang dihadapinya tanpa takut akan diketahui oleh orang


lain”.49

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Jika saya mendengar ada seorang siswa yang bermasalah atau sedang
dalam menghadapi sebuah masalah maka saya akan memberikan surat
pemanggilan kepada siswa tersebut, dan langsung memberikannya kepada
siswa tersebut yang tujuannya agar siswa tersebut merasa bahwa
ada orang yang peduli terhadap permasalahan yang ia hadapi, dan
disekolah ini menyediakan ruangan BK yang memadai untuk
melaksanakan konseling dengan setiap klien”.50

Kesimpulannya bahwa guru Bk melakukan konseling individual

setelah diberikannya surat pemanggilan kepada siswa yang terkait untuk

memberikan pemecahan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Dalam pemberian surat pemanggilan terkadang saya sendiri yang


memberikan langsung kepada siswa tersebut, dan terkadang juga melalui
perantara ada juga yang saya berikan kepada teman sekelasnya dan
terkadang juga melalui guru mata pelajaran yang akan masuk dikelasnya,
tapi disekolah ini lebih dominan pemanggilan secara langsung, terkadang
tanpa surat pemanggilan karena terkadang masalahnya sudah terlalu gawat,
yang untuk surat pemanggilan itu hanya kepada siswa yang memiliki
masalah yang tergolong ringan”.51

49
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Desember 2017
50
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
51
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Desember 2017
64

Wawancara yang dilakukan dengan guru Bk yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Surat pemanggilan yang telah dibuat akan diberikan kepada siswa dengan
cara memberikan langsung, dan ada juga yang melalui perantara yaitu
teman sekelasnya, dan ada juga yang dititipkan kepada guru yang akan
masuk dikelas siswa tersebut agar diberikan kepada siswa yang
bersangkutan, tapi lebih dominan dengan panggilan langsung kepada siswa
untuk melakukan konseling jika memang masalah tersebut sudah sangat
berat”.52

Kesimpulan yang dapat diambil bahwasanya guru Bk memberikan

surat pemanggilan secara langsung kepada siswa dan ada juga yang melalui

perantara seperti kepada teman sekelas maupun kepada wali kelas dan juga

ada yang diberikan atau dititipkan kepada guru mata pelajaran yang akan

masuk ke kelas tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“ Laporan yang diberikan oleh wali kelas kepada saya lebih dominan
tentang kehadiran siswa, seperti yang sering alpa, terlambat dan juga tidak
memperhatikan ketika guru sedang memberikan materi pelajaran, dan ada
juga terkadang laporan dari wali kelas tentang siswa yang nilainya sangat
rendah, dengan rekomendasi tersebutlah saya akan melakukan konseling
individual dengan siswa untuk mengentaskan segala permasalahan yang
dihadapi oleh siswa agar tidak semakin memberikan dampak yang lebih
buruk”.53

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

52
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
53
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Desember 2017
65

“Dalam melakukan konseling individual selain dari pemanggilan surat ada


juga laporan yang didapatkan dari wali kelas. Wali kelas tersebut
melaporkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa, masalah yang paling
sering dilaporkan yaitu tentang siswa yang jarang masuk kelas, datang
terlambat kesekolah dan juga siswa yang kurang menghargai guru ketika
sedang belajar”.54

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu wali kelas memberikan laporan

kepada guru BK tentang permasalahan yang dihadapi siswa yang lebih

dominan tentang kehadiran siswa seperti jarang masuk sekolah dan suka

terlambat datang ke sekolah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Yang sering memberikan laporan kepada saya yaitu guru PAI atau guru
agama, karena dalam mata pelajaran tersebut siswa sangat tidak sopan,
sehingga guru tersebut merasa kurang nyaman dalam memberikan
pelajaran, ada juga pernah mendapat laporan dari guru PAI tersebut bahwa
ada seorang siswa yang selama 2 kali pertemuan tidak pernah mengikuti
pembelajaran dengan guru tersebut”

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Laporan yang saya dapatkan tentang permasalahan siswa lebih sering dari
guru Agama, karena menurut laporan yang saya terima bahwa ada siswa
yang ketika sedang memberikan materi terkadang siswa itu berlaku kurang
sopan, dan kadang guru tersebut merasa tidak dihargai”55

54
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
55
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
66

Kesimpulannya bahwa guru yng sering memberikan laporan tentang

permasalahan siswa yaitu guru mata pelajaran PAI atau Agama, karena dari

laporan tersebut dinyatakan siswa memberikan sikap yang kurang baik

ketika dalam kelas dan ada juga siswa yang jarang masuk

2. Tahap Pelaksanaan layanan konseling individual

Pelaksanaan layanan konseling individual melalui beberapa tahap yaitu:

tahap pengantaran, tahap penjajakan, tahap penafsiran, tahap pembinan,

tahap penilaian dan tahap pengakhiran

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Tahap pengantaran itu adalah membawa klien untuk mengikuti konseling,


dan dalam tahap ini seorang guru BK akan memberikan motivasi agar
siswa tersebut termotivasi dalam melaksanakan konseling, dan dalam tahap
ini tugas seorang guru Bk adalah memberikan penstrukturan baik secara
penuh maupun tidak penuh, dalam artian seorag siswa yang menjadi klien
akan diberikan pentrukturan penuh jika siswa tersebut belum pernah
melakukan konseling sebelumnya, dan untuk siswa yang telah pernah
melakukan konseling maka akan diberikan penstrukuran sebagian atau
dalam artian inti-inti tentang konseling saja hanya sekedar untuk
mengingatkan siswa kembali tentang pengertian, asaz, tujuan maupun
tentang hal lain yang berkaitan dengan konseling”.56

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap pengantaran ini adalah mengantarkan klien untuk memasuki


wilayah konseling, disini dibutuhkan kecakapan seorang guru BK untuk
56
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
67

memberikan suasana yang hangat kepada siswa dalam melakukan


konseling, yang dalam tahap ini seorang guru Bk harus mampu
menerapkan penstrukturan dengan baik, penstrukturan yang diberikan
bertujuan untuk memberikan pengetahuan siswa tentang konseling yang
akan dilakukan”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Dalam tahap ini guru Bk menerima klien yang datang keruang Bk untuk
melakukan konseling, yang dalam hal ini baik karena klien datang dengan
pemanggilan dengan surat panggilan maupun datang secara suka rela,
dalam tahap ini siswa akan diantarkan untuk memasuki konseling dengan
memberikan penstrukturan agar klien mampu memahami tentang konseling
yang akan dilaksanakan".57

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Pengantaran yang dimaksud dalam hal ini yaitu diterapkan dengan


menerima klien yang datang keruang Bk untuk melaksanakan konseling
meskipun terkadang hal tersebut terjadi karena adanya laporan dari wali
kelas maupun guru mata pelajaran”58

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Bentuk pelakasanaannya adalah menerima klien yang datang, kemudian


mengawali konseling dengan memberikan penstrukturan atau menjelaskan
tentang konseling yang akan dilakukan”

57
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
58
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
68

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap ini dilakukan dalam bentuk penerimaan terhadap klien dan


menjelaskan tentang konseling yang akan dilakukan”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“ Sebenarnya dalam setiap pelaksanaan konseling yang dilakukan tidak


dapat direncanakan, karena teknik tersebut akan didapatkan ketika sedang
melakukan konseling, namun dalam hal ini dalam tahap pengantaran teknik
yang biasa dipakai adalah pertanyaan terbuka agar klien mampu
menceritakan dan mampu terbuka dalam permasalahannya, kemudian
teknik dorongan minimal agar klien merasa bahwa guru BK mempunyai
perhatian terhadap permasalahan yang dihadapinya dan banyak teknik yang
lain”.59

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Sebenarnya teknik yang dipakai dalam konseling individual tidak bisa


ditetapkan karena teknik itu akan datang dengan sendirinya ketika
melakukan konseling namun sebagai contoh teknik yang dipakai dalam
tahap pengantaran yaitu dorongan minimal, 3M, dan juga pertanyaan
terbuka, sedangkan dalam tahap penjajakan juga bisa dilakukan dengan
pertanyaan terbuka, keruntutan dan sentuhan psikologis dan dalam tahap
pembinaan seperti pemberian nasehat, informasi,dan contoh
pribadi”.Teknik yang biasa digunakan dalam tahap ini seperti pertanyaan
terbuka agar klien tidak lagi merahasiakan tentang permasalahan yang
sedang dihadapi, kemudian teknik leading atau memimpin klien agar bisa
menghadapi segala permasalahan yang dirasakan “.60

59
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
60
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
69

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Tahap pengantaran itu dilakukan setelah klien datang keruang konseling”

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap pengantaran itu dilakukan setelah siswa datang menemui guru BK


keruangan konseling untuk melakukan konseling”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Tahap penjajakan yaitu konselor mulai menjajaki permasalahan yang


dihadapi oleh klien atau mencoba untuk memasuki permasalahan yang
dihadapi oleh klien”61

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap penjajakan yaitu guru Bk atau seorang konselor memasuki


permasalahan yang dihadapi klien dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan masalah klien itu”.62

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Pelaksanaan tahap penjajakan ini dilakukan dengan bentu seperti


wawancara kepada siswa terkait dengan permasalahan yang sedang
dihadapainya”.

61
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
62
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
70

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap penjajakan ini dilakukan dengan menggali secara dalam


peramasalahan yang dihadapi oleh siswa dan dalam tahap inilah
keprofesionalan seorang guru Bk dilihat, yaitu sejauh mana ia bisa
menggali seluruh permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang
melaksanakan konseling dengannya”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Dalam tahap penjajakan masalah ini teknik yang sangat dibutuhkan yaitu
3M karena dengan hal itu guru BK akan lebih bisa paham tentang masalah
yang sedang diceritakan siswa, dan siswa pun akan merasa bahwa guru Bk
tersebut bisa mendengarkannya dengan baik, selanjutnya ada juga
konfrontasi yaitu melihat apakah ada perbedaan antara ucapan siswa dan
juga ekspresi yang dimunculkan, selanjutnya dorongan minimal, yang
tujuannya agar siswa merasa bahwa guru BK juga merasakan apa yang
dirasakan hal ini sama dengan empati dan banyak juga teknik lainnya”.63

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Teknik yang dapat digunakan dalam tahap ini seperti pertanyaan terbuka,
agar klien lebih terbuka dalam menceritakan permasalahannya, dan
terkadang juga bisa dengan teknik refleksi baik itu isi maupun perasaan,
dan tidak lupa juga tentang 3M dan terkadang juga membutuhkan teknik
kursi kosong dan pemberian contoh”.64

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

63
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
64
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
71

“Waktu dalam memberikan tahap ini tentu setelah melakukan pengantaran,


yaitu tepatnya setelah dilakukan penstrukturan, setelah guru BK membawa
siswa kedalam proses konseling tentu langkah selanjutnya yaitu mencoba
untuk menggali permasalahan siswa”.

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap ini diberikan setelah dilakukan tahap pengantaran, karena setelah


guru Bk mencoba membawa siswa kedalam proses konseling maka guru
Bk memiliki tugas untuk melakukan tahap penjajakan yaitu menjajaki
masalah siswa”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Tahap penafsiran bisa jadi dikatakan kita mencoba menafsirkan


permasalahan yang dihadapi klien, yang didalamnya ada aspek-aspek yang
nyata dan juga tentang harapan klien”65

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF)

mengatakan bahwa:

“Tahap penafsiran yaitu guru Bk mulai menafsirkan hal-hal yang bersifat


nyata yang berkaitan dengan harapan seorang siswa yang menjadi klien
terkait dengan masalahnya”.66

65
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
66
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
72

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Dalam tahap penafsiran ini seorang guru BK berusaha untuk memberikan


penafsiran-penafsiran terhadap hal-hal yang terjadi pada diri siswa yang
menjadi klien, yang nantinya guru Bk tersebut akan mendapatkan aspek-
aspek yang nyata dalam diri siswa dan adanya harapan-harapan yang
ditimbulkan dalam diri siswa”.

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Dalam hal ini dilihat kemampuan seorang guru BK dalam menafsirkan


harapan-harapan yang akan dicapai oleh siswa yang sedang mengalami
masalah. Guru BK juga harus pandai dalam menerapkan teknik-teknik
dalam tahap ini, agar apapun yang diharapkan oleh klien dapat terlaksana
dengan baik”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Dalam teknik penafsiran teknik yang dipakai seperti refleksi isi maupun
perasaan yang dalam teknik ini seorang guru Bk mencoba menafsirkan
perasaan maupun tentang isi permasalahan yang sedang dihadapi oleh
siswa. Selanjutnya teknik yang digunakan adalah peneguhan hasrat yaitu
guru BK yang mencoba menguatkan apa yang akan dilakukan oleh siswa
seperti siswa yang akan mengubah tingkah lakunya kearah yang lebih baik,
maka seorang guru BK akan memberikan semacam peneguhan hasrat
kepada siswa”.67
Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Dalam tahap penafsiran ini seorang guru BK akan memberikan teknik-


teknik yang mungkin akan memperkuat keinginan siswa dalam mencapai
sebuah perubahan seperti dalam memberikan contoh pribadi agar siswa
67
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
73

tersebut lebih yakin dalam melaksanakan harapan-harapan yang ada dalam


dirinya. Selanjutnya juga diberikan refleksi isi maupun perasaan siswa
terhadap masalahnya tersebut”.68

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah

dilakukan adalah teknik yang dipakai dalam tahap penafsiran adalah adalah

refleksi isi maupun perasaan dan juga pemberian contoh pribadi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Tahap pembinaan yaitu membina siswa dalam perencanaan pengentasan


masalah yang dihadapi siswa. Permasalahan tersebut setelah didapatkan
solusi pengentasannya maka tugas seorang guru Bk adalah mencoba
membina apa-apa yang akan dilakukan oleh siswa agar mampu keluar dri
masalah yang dihadapinya”.

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap pembinaan kata kuncinya adalah membina, yaitu mencoba untuk


memotivasi atau mengarahkan siswa untuk menemukan aalternatif atau
solusi pengentasan masalah yang dihadapi dan merencanakan tindakan
yang akan diperbuat”.69

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Yang dilakukan dalam tahap pembinaan adalah memberikan nasehat-


nasehat ataupun informasi-informasi yang akan menguatkan klien dalam
menemukan alternatif pengentasan masalahnya, selanjutnya ketika siswa
sudah mampu menemukan solusi setelah didiskusikan maka akan kembali
diberikan penguatan atau semacam arahan agar siswa mengetahui apa

68
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
74

dampak yang akan ditimbulkan setelah menetapkan solusi pengentasan


masalahnya”.70

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Guru BK melakukan atau memberikan pembinaan, arahan, atau


pertimbangan kepada siswa terhadap solusi yang telah didiskusikan dengn
dengn guru Bk, apakah nantinya solusi tersebut akan berdampak positif
atau malah sebaliknya, jadi disini peran seorang guru BK dalam
mengarahkan arah pengentasan masalah yang dihadapi siswa, yang dalam
artiannya disinilah siswa akan menemukan atau menentukan solusi
permasalahannya sendiri”.

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah

dilakukan adalah yang dilakukan guru BK dalam tahap pembinaan adalah

memberikan arahan, nasehat ataupun pertimbangan kepada siswa tentang

apa yang akan dilakukannya untuk mengentaskan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Teknik yang dipakai oleh guru BK dalam tahap ini adalah yang terutama
3M yang sangat penting, dan juga teknik peneguhan hasrat untuk
meyakinkan siswa terhadap apa yang akan dilakukan, memberikan
informasi dan juga pemberian contoh”.71

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

70
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
71
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
75

“Teknik yang diperlukan dalam tahap ini seperti kontak psikologis untuk
memperkuat siswa dalam rencananya menyelesaikan masalah, dalam tahap
ini juga diperlukan suasana diam agar siswa mampu berpikir secara jernih
tentang hal-hal yang berhubungan dengan solusi permasalahannya, dan ada
juga teknik memikirkan suatu yang lain, yang tujuannnya agar siswa
tersebut tidak hanya memikirkan satu solusi saja, dan harus mampu
memikirkan solusi yang lain, yang nantinya solusi yang didapatkan juga
tepat”.72

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah

dilakukan adalah teknik yang dipakai dalam tahap pembinaan adalah 3M,

peneguhan hasrat, dan ajakan memikirkan suatu yang lain.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Tahap penilaian adalah suatu tahap dimana seorang guru BK mulai


menilai proses konselng yang telah dilaksanakan, baik itu tentang
permasalahan yang dihadapi, maupun soslusi yang didapatkan setelah
konseling, ada yang berkaitan dengan perasaan maupun terkait dengan
komitmen yang akan dijalankan oleh siswa dalam pengentasan
masalahnya. Penilaian ini dilakukan dalam bentuk layanan segera itu yang
selalu diterapkan dengan menanyakan langsung kepada siswa yang terkait
dengan AKURS, dan dalam hal ini diberikan penilaian secara lisan dan
bukan dalam bentuk tulisan”

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Tahap penilaian dapat diartikan bahwa guru Bk memberikan penilaian


konseling yang sudah dilakukan dengan siswa, yang biasanya penilaian ini
berisi tentang AKURS yag didalamnya terdapat juga komitmen siswa
dalam pengentasan masalahnya”.73

72
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
73
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
76

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Bentuk pelaksanaannya dalam tahap ini adalah dengan menanyakan


kepada siswa tentang hal baru apa yang didapatkan setelah dilakukan
konseling serta bagaimana perasaan siswa setelah menceritakan segala
permasalahannya kepada guru Bk”.74

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Bentuknya adalah menilai sejauh mana siswa berubah setelah melakukan


konseling, dan melihat bagaimana tentang komitmen yang telah dijalankan
yang dalam konseling siswa telah mampu merencanakan komitmen
tersebut”.

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah

dilakukan adalah bentuk pelaksanaan dalam tahap penilaian yaitu guru BK

menanyakan kepada siswa tentang hal baru yang didapaktan setelah

konseling dan tentang komitmen yang akan dilakukan setelah melakukan

konseling.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Adapun teknik yang dipakai dalam penilaian ini adalah perumusan tujuan
yaitu siswa merumuskan tujuan-tujuan yang akan diperolehnya setelah
mendapatkan solusi yang tepat yang sebelumnya sudah didiskusikan
dengan guru BK dan juga teknik kontrak yang ada dalam teknik umum
yang didalamya nanti ada kontrak waktu yaitu kembali membicarakan
waktu untuk pelaksanaan konseling lanjutan senadainya terjadi hambatan

74
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
77

dalam melakukan solusi atau solusi telah dilakukan namun ada lagi
masalah yang baru yang timbul”.75

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Teknik dalam tahap penilaian ini yang sering dilakukan adalah perumusan
tujuan, yaitu siswa mengetahui apa saja tujuan-tujuan yang akan dicapai
setelah solusi yang telah dirasa tepat untuk diterapkan dalam pengentasan
masalah yang dihadapi”.76

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah

dilakukan adalah bahwasanya teknik yang umunya diterapkan dalam tahap

penilaian adalah perumusan tujuan dan kontrak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Bentuk penilaian yang diberikan adalah penilaian segera, penilaian jangka


pendek dan juga penilaian jangka panjang”

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan


bahwa:

“Bentuk penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian segera


atau laiseg, penilaian jangka pendek atau laijapen dan juga penilaian jangka
panjang atau laijapang”.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti disekolah ini bahwanya guru

BK memberikan ketiga penilaian tersebut yang termasuk penilaian segera,

75
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
76
Wawancara Dengan Guru Bk Nelfiani, Januari 2018
78

penilaian jangka pendek dan penilaian jangka panjang, hanya saja penilaian

segera yang diberikan adalah secara lisan bukan tulisan

Kesimpulan yang didapatkan adalah penialain yang dilakukan oleh

guru BK meliputi penilaian segera, penilaian jangka pendek dan penilaian

jangka panjang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Dalam pengaplikasian kelima tahap tersebut tentu diusahakan agar dapat


berjalan dengan maksimal, meskipun terkadang juga dirasa masih ada yang
kurang dengan pengaplikasian tersebut”.77

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF)

mengatakan bahwa:

“Kelima tahap tersebut memang harus diaplikasikan dengan baik agar


konseling yang dilakukan juga berjalan seperti yang diharapkan, namun
dalam konseling yang dilakukan terkadang kelima tahap tersebut belum
efektif dalam pelaksanaannya”.78

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil wawancara adalah guru Bk

selalu berusaha agar tahap yang diterapkan dapat berhasil dan memberikan

solusi yang terbaik bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK (LS)

bahwa:

“Keberhasilannya tentu berbeda antara setiap siswa yang melakukan


konseling, namun setiap konseling yang dilakukan akan berhasil atau akan

77
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
78
Wawancara Dengan Guru BK Nelfiani, Januari 2018
79

dianggap berjalan dengan baik jika tahap tersebut dapat teraplikasikan


dengan baik, terutama dalam tahap penjajakan karena dalam tahap
tersebutlah permasalahan yang dihadapi siswa dapat diketahui secara
mendalam, dan dalam artian bahwa setiap tahap itu memiliki makna
tersendiri”.79

Wawancara yang dilakukan dengan guru BK yaitu (NF) mengatakan

bahwa:

“Keberhasilan dalam penerapan tahap tersebut tidk dapat direncanakan,


karena dalam setiap tahap memiliki peran yang sangat penting, namun
seorang guru BK tentu akan mengusahakan agar konseling yang
dilakukannya berhasil dan berjalan lancar, agar siswa yang menghadapi
masalah dapat terbantu dengan cepat dan menemukan solusi yang tepat”.80

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa keberhasilan dalam

pelaksanaan konseling individual dengan menerapkan setiap tahap tidak

dapat diketahui, namun dapat dilihat dari pengentasan permasalahan klien

yang telah menemukan solusi setelah didiskusikan dengan guru BK.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan sebaik mungkin berdasarkan

metode dan prosedur penelitian ilmiah yang sesuai dengan jenis penelitian.

Meskipun demikian peneliti menyadari bahwa peneliti hanya sebagai manusia

biasa, kekurangan dan kekeliruan mungkin saja terjadi, karena hal tersebut

79
Wawancara Dengan Guru BK Leli Sumarti, Januari 2018
80
Wawancara dengan guru Bk nelfiani, januari 2018
80

sudah menjadi sifat kemanusiaan makhluk yang memiliki keterbatasan.

Segala yang benar dan mutlak hanyalah hasil cipta, karsa, dan karya dari

Allah SWT. Adapun keterbatasan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Informan yang diambil dari penelitian ini yaitu ada informan kunci

yaitu 2 orang guru Bk dan 1 orang wali kelas

2. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (filed research)

bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata atau lisan dari

orang- orang dan pelaku yang diamati yang terjadi dilapangan

sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu,

maka pada bab ini diuraikan kesimpulan mengenai pelaksanaan layanan

konseling perorangan di SMPN I Dua Koto bahwa berdasarkan analisis

penulis di SMPN I Dua Koto tersebut secara umum upaya yang dilakukan

oleh guru BK sebagai berikut:

Pelaksanaan konseling individual dilakukan dengan memebrikan surat

pemanggilan kepada siswa, laporan dari kelas dan laopran dari guru mata
81

pelajaran. Konseling individual yang dilakukan oleh guru Bk disekolah ini

melaui 5 tahap pelaksanaan konseling yaitu tahap pengantaran, penjajakan,

penafsiran, pembinaan dan penilaian. Dan dilaksanakan sesuai dengan tugas

pokok seorang guru Bk melalui penyusunan program, pelaksanaan program,

ealuasi terhadap pelaksanaan pogram dan melakukan tindak lanjut terhadap

program yang telah dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis ingin

mengajukan saran dan masukan untuk pihak- pihak terkait antaranya:

1. Kepada kepala sekolah di SMPN I Dua Koto

Kepada bapak kepala sekolah agar lebih meningkatkan pengawasan

terhadap pelaksanaan layanan Bk terutama dalam konseling individual

yang akan berkaitan langsung dengan permasalahan siswa

2. Kepada guru Bk

Kepada pihak guru Bk agar lebih meningkatkan lagi pelaksanaan

konseling individual agar siswa-siswa yang menghadapi permasalahn

mendapatkan penanganan secara langsung, dan mampu menciptakan

suasana yang lebih nyaman lagi bagi siwa yang melaksanakan

konseling.

3. Kepada siswa
82

Dari pihak siswa agar mampu memanfaatkan bimbingan dan konseling

yang ada di sekolah, karena dengan hal tersebut dapat membantu dalam

permasalahan yang terjadi pada diri siswa, meningkatkan rasa peduli

terhadap permasalahan yang dihadapi, dan lebih giat dalam mencari

bantuan guru pembimbing dalam menuntaskan permasalahan yang

dirasakan agar layanan Bk lebih baik lagi dalam kualitas maupun

kuantitas

4. Kepada para pembaca

Penulis harapkan untuk memberikan sumbangan dan saran yang

membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai