elisa kusrini
elisa_kusrini@yahoo.com
MATERI
1. Pendahuluan
2. Klasifikasi Material & ABC Analysis
3. Cycle counting
4. Perencanaan Material
5. Penilaian Persediaan
2
Logistic cycle
MASTER DATA
MATERIAL
PERMINTAAN INVENTORY
KEBUTUHAN CONTROL
LOGISTICS
PENGHAPUSAN
PENGADAAN
PENYISIAHAN
CYCLE
DISTRIBUSI
PENERIMAAN
TRANSPORTASI
PERGUDANGAN
3
Proses Pengadaan
Proses Penentuan
9
Pembayaran 1 Kebutuhan / PR
8 2 Membuat RKS
Verifikasi
& OE
Invoice Procurement
7 3 Sourcing
4 Pemilihan
6 5
Custom Vendor
clearance Proses PO
Monitor PO
Good Receipt
5
Pengertian Inventory
4
Kerugian adanya Inventory
• Biaya tinggi
• Kesulitan dalam pengontrolan
• Menyembunyikan masalah produksi
5
Pengurangan Persediaan
Mengurangi Waste
8
Pengurangan Persediaan
Mengurangi Waste
Mengurangi persediaan mengungkapkan
masalah sehingga dapat diselesaikan.
WIP
Unreliable Vendors Capacity Imbalances
Scrap
9
Pengurangan Persediaan
Mengurangi Waste
Mengurangi persediaan mengungkapkan
masalah sehingga dapat diselesaikan.
10
Pressures dalam jumlah inventory
9
Tolak Ukur Pengendalian
Persediaan (Inventory Control
a. Effisien → Turn Over Ratio , adalah ratio yang
mengukur tingkat efisiensi pengendalian suatu TOR = MATERIAL KELUAR
persediaan. Turn Over Ratio merupakan ratio antara RATA RATA PERSEDIAAN
jumlah nilai pemakaian material satu tahun terakhir
dengan jumlah nilai persediaan akhir. Makin tinggi
angka TOR berarti makin efisien.
b. Effektif → Sevice Level , adalah ratio antara jumlah
permintaan material yang dapat dipenuhi dari
persediaan dengan jumlah seluruh permintaan
material. Service level dipergunakan untuk mengukur
SL = MATR’L YG DIPENUHI
tingkat efektifitas pengendalian suatu
persediaan. Makin tinggi angka Service level, berarti TOTAL PERMINTAAN
makin efektif.
2. Klasifikasi Material
Model ABC
• Klasifikasi ABC atau sering juga disebut sebagai analisis ABC
merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam
susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu
per periode waktu ( harga per unit material dikalikan volume
penggunaan dari material itu selama periode tertentu).
10
Klasifikasi ABC
36
Kriteria Kekritisan (criticality)
◼ Level B : Kritis
• Stok item material yang dapat menyebabkan tertundanya perbaikan
sehingga tidak dapat beroperasi secara optimal
17
Pengelompoka persediaan : Metode ABC
% Rp
• % items : 20
100
A • % Rp vol : 80
80
• % items 30 60
B • % Rp vol : 15 A
40
20
• % items 50 B C
0
C • % Rp vol : 5 0 50 100
% items
18
Manfaat Klasifikasi ABC
19
Contoh Kasus : Klasifikasi ABC
Item Kebutuhan (unit) Harga/unit (Rp)
1 135 1800
2 70 240
3 65 190
4 90 15
5 65 1300
6 65 2
7 225 200
8 115 20
9 110 4
10 60 3
20
Item Kebutuha Harga/uni Total % kumu Class
n (unit) t (Rp) Harga latif
(Rp)
21
Item Kebutuhan Kebutuhan Total Harga Total Harga
(unit) (%) (Rp) (%)
1, 5 200 20 327.500 80,655
7,2 295 29,5 61.800 15,220
3,8,4,9,10,6 505 50,5 16.750 4,125
Total 1.000 406.050
22
Klasifikasi ABC : Kebijakan
Manajemen
24
Rutin/Stock
Barang yang mempunyai pemakaian rutin atau
memiliki kecenderungan rutin atas usulan dari user,
misal :
• Bahan baku
• Bahan penolong
• Pelumas
• Beberapa sparepart yang consumption ratenya
jelas
25
Insurance
• Barang yang mempunyai peranan penting/vital
terhad operasional pabrik,pengadaannya
lama/sulit, tidak dapat diprediksi kerusakannnya
dan perbaikannya membutuhkan waktu yang lama,
• Misal rotor dan turbin
26
In Transit
• Barang yang dibeli atas dasar permintaan user yang untuk
sementara berada di gudang, menunggu pengambilan (pemakaian)
oleh user sesuai dengan program kerjanya.
Surplus:
• Barang yang tidak dapat dipakai dan simanfaatkan lagi karena:
• Unit/equipment/plantnya sudah tidak beroperasi lagi.
• Fisiknya rusak karena lamanya penyimpanan (expired).
27
Frekuensi Pemakaian
Menurut frekwensi pemakaiannya, barang rutin/stock items
terbagi lagi menjadi :
28
3. Stock taking
• Perhitungan berkala secara fisik barang
yang ada digudang.
• Didasarkan pada klasifikasi ABC
– Item A dihitung lebih sering (mis harian)
Annual $ Volume
A
B
C
14
Kegunaan:
Financial reporting
Security dan menghindari kecurangan
Indikator efisiensi gudang
Menjamin keputusan pembelian kembali barang di
gudang berdasarkan data stok yang akurat
15
ITC M11:U4:4.4-7
Periodic stock counting
Semua item dihitung secara bersama misalnya
setahun sekali.
16
ITC M11:U4:4.4-8
Menggunakan kategori ABC.Contoh :
17
ITC M11:U4:4.4-9
Contoh: Cycle Counting
Sebuah perusahaan menerapkan cycle
counting program. Class A items akan
dihitung bulanan,Class B items akan
dihitung kuartalan dan klas C akan dihitung
setengah tahunan.
5% dari stock masuk dalam kategori A,
20% masuk Class B, dan 75% masuk Class
C. Jika perusahaan punya 16,000 SKUs
(unique inventory items), Berapa banyak
item akan dihitung setiap hari? Assumsi
ada 200 hari per tahun untuk cycle
18
counting.
Number
Number of Counts
Class of Items per Item Total
Counts
of Item per Class per Year per Year
A 800 12 9,600
B 3,200 4 12,800
C 12,000 2 24,000
Total 16,000 46,400
19
Example: Cycle Counting
The cycle-counting personnel harus
menghitung 232 inventory items per hari.Jika
rata-rata seorang pekerja dapat menhitung
24 items per day,Berapa orang diperlukan
untuk menghitung?
• Jumlah pekerja untuk menghitung
Number of items counted per day
=
Number of items per day per counter
= 232/24 = 9.67 or 10 counters
20
Tolerance
(untuk selisih antara catatan dan
perhitungan)
38
Contoh kartu stock opname
40
Perbedaan Hasil Perhitungan
48
Penentuan Material Stock
Analisa Persediaan dengan model Inventory
Pengendalian tingkat persediaan material mempergunakan formula
Minimum-Maximum (Min-Max), dan penentuan jumlah yang harus dipesan
mempergunakan formula Economic Order Quantity (EOQ), kecuali
beberapa jenis material yang diyakini jumlah pemakaiannya konstan atau
stabil dari periode ke periode dapat dipergunakan fixed Ordering Formula.
• Minimum Inventory = SS
• Maximum Inventory = SS + EOQ = SS + (2xdxl)
• Reorder Point (ROP) = d × l + SS
49
Penetapan ROQ (EOQ)
•Menetapkan maksimum 2 ROL
•Menetapkan 1,5 – 3 ROL
•Batasan lain seperti aspek teknis minimum
order,kapasitas gudang,kapasitas vessel,kapasitas
sarana bongkar muat,dll
22
Model Persediaan
Max
EOQ
Min
SS
0
51
Penentuan Safety Stock
• Safety Stock (SS) adalah dilema, jika terjadi stock out akan
berakibat terganggunya proses produksi dan jika berlebihan
akan membengkakan biaya penyimpanan. Oleh karena itu
perlu diadakan penyeimbangan (penentuan level yang
36
seimban
• Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perusahaan
melakukan safety stock, yaitu :
1. Biaya atau kerugian yang tinggi yang disebabkan oleh
stockout.
2. Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat.
3. Resiko stock out meningkat.
4. Biaya penyimpanan safety stock yang murah
23
Metode Menentukan Safety Stock
❑ Berdasar Intuisi. Besarnya safety stock berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
❑ Service level tertentu. Ditentukan berdasarkan tingkat efektifitas
perusahaan mensuplai barang
❑ Besarnya safety stock biasanya tergantung pada ketidakpastian
pasokan maupun permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian
pasokan bisa diwakili oleh standar deviasi lead time dari supplier
sedangkan ketidakpastian permintaan diwakili oleh standar deviasi
permintaan perperiode.
❑ Interaksi antara permintaan dan lead time pada penentuan safety stock
ditunjukkan oleh tabel berikut :
24
Penentuan Safety Stock
25
Penentuan Safety Stock lanjutan…
26
27
Contoh :
Diketahui lead time pengiriman adalah 5; 4; 6; 4;6 hari
besarnya permintaan perhari 6; 3; 4; 5;2 ton.
Jika service level 95%.
Maka : l (rata rata lead time) = 5 ( (5+4+6+4+6)/5))
d (rata-rata demand) = 4 ( (6+3+4+5+2)/5))
29
Pengawasan Material Rutin
1) Persediaan Berlebih. 3) Persediaan mati.
a). Persediaan berlebih merupakan bagian dari persediaan material a). Persediaan mati merupakan bagian dari
yang melampaui batas tingkat persediaan yang diijinkan, yaitu persediaan material yang memenuhi kriteria
12 bulan pemakaian. sebagai berikut:
b) Indikasi adanya persediaan berlebih dapat dilihat dari 1. Tidak ada peralatan induknya.
rendahnya Turn Over Ratio (TOR),yaitu kurang dari 1.
2. 5 (lima) tahun tidak bergerak dan tidak ada
c) Terhadap persediaan berlebih tersebut perlu dilakukan upaya- prospek pemakaiannya
upaya pemecahan yang paling menguntungkan perusahaan,
b). Terhadap material persediaan yang tidak ada
seperti dijual atau ditawarkan ke unit usaha lain.
pemakaiannya selama lebih dari 2 (dua) tahun
d) Apabila terdapat persediaan berlebih yang mengarah kepada perlu dila-kukan reevaluasi sesuai siklus
terjadinya dead stock, maka review pengisian-nya harus standarisasi.
dihentikan.
c). Apabila material tersebut dikatagorikan sebagai
2) Persediaan Kelebihan. dead stock, maka material tersebut dikeluarkan
dari persediaan dan daftar material standard. Untuk
a) Persediaan kelebihan adalah merupakan persediaan sisa dari
selanjutnya dibuatkan usulan penghapusan dengan
suatu kegiatan khusus tertentu, seperti: proyek.
tujuan pelepasan yang paling menguntungkan
b) Terhadap adanya indikasi kelebihan persediaan, perlu dilakukan perusahaan.
evaluasi terhadap pola perencanaan dan pemakaiannya.
c) Kelebihan persediaan dapat ditawarkan ke unit pengusahaan
perusahaan lainnya. 30
Alat Ukur Persediaan
1. Tingkat Perputaran Persediaan (inventory
turnover rate): yaitu nilai pemakaian selama
setahun dibagi rata-rata persediaan selama
setahun yang menggambarkan berapa kali
dalam setahun suatu barang
diambil/ditransaksikan.
Misal :
Sparepart tertentu ITO ; 2,5 kali = 4,8 bulan.
.
31
2. Inventory days of supply:
Rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa
beroperasi dengan jumlah persediaan yang
dimiliki.
3. Fill rate(service level):
Persentase jumlah item tersedia ketika diminta
oleh pelanggan
61
5. Metode Penilaian Persediaan
Barang
62
Metode Penilaian Persediaan
Barang
• Metode Harga Pokok :
a. Metode masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
c. Metode Rata-rata Tertimbang
d. Metode Indikasi Khusus
• Metode harga Pokok atau Harga Pasar Yang Lebih Rendah.
• Metode Harga Jual
Metode FIFO
• Menentukan harga pokok penjualan barang
dihitung berdasarkan harga pokok persediaan awal
disusul dengan hara pokok pembelian pertama.
• Persediaan akhir barang dihitung berdasarkan
harga pokok pembelian yang terakhir disusul
dengan harga pokok pembelian sebelumnya.
Metode LIFO
• Harga pokok penjualan barang ditentukan
berdasarkan harga pokok pembelian yang terakhir
disusul dengan harga pokok pembelian
sebelumnya.
• Persediaan akhir barang dihitung berdasarkan
harga pokok persediaan awal disusul dengan harga
pokok pembelian yang pertama.
Metode Rata-rata Tertimbang
• Harga pokok penjualan barang dihitung dengan
cara mengalikan harga pokok rata-rata dengan
jumlah kuantitas barang yang terjual.
• Persediaan akhir barang dihitung dengan cara
mengalikan harga pokok rata-rata dengan jumlah
kuantitas barang yan tersisa akhir periode.
Metode Indentifikasi Khusus
• Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang harus sama denngan arus biaya.
• Sehingga harus dipisahkan tiap-tiap jenis barang
berdasarkan harga pokoknya untuk masing-masing
kelompok dibuat kartu persediaan, sehingga
masing-masing harga pokok dapat diketahui.
Contoh Penggunaan Metode
Persediaan awal barang jenis A PT XYZ sebanyak 100 unit @ Rp 2.500. Selama bulan
januari 2010 melakukan transaksi pembelian dan penjualan sbb:
Tanggal Keterangan
05 Jan 2010 Pembelian sebanyak 250 unit @ 2.700
10 Jan 2010 Pembelian sebanyak 450 unit @ 2.800
15 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 400 unit
18 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 225 unit
20 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 500 unit @ 2.600
25 Jan 2010 Pembelian sebanyak 250 unit @ 2.900
28 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 150 unit @ 3.200
29 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 200 unit
30 Jan 2010 Penjualan sebanyak 450 unit
Contoh Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah
Metode FIFO
Barang Jenis A
Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah
1 jan
2010 100 2,5 250
5 jan 250 2,7 675 100 2,5 250
250 2,7 675
10 jan 450 2,8 1.260 100 2,5 250
250 2,7 675
450 2,8 1.260
15 jan 100 2,5 250
250 2,7 675
50 2,8 140 400 2,8 1.120
18 jan 225 2,8 630 175 2,8 490
1 jan
2010 100 2,5 250
5 jan 250 2,7 675 100 2,5 250
250 2,7 675
10 jan 450 2,8 1.260 100 2,5 250
250 2,7 675
450 2,8 1.260
15 jan 400 2,8 1.120 100 2,5 250
250 2,7 675
50 2,8 140
18 jan 50 2,8 140 100 2,5 250
175 2,7 472,5 75 2,7 202,5
20 jan 500 2,6 1.300 100 2,5 250
75 2,7 202,5
500 2,6 1.300
25 jan 250 2,8 7.251 175 2,8 490
500 2,6 1.300
250 2,9 725
150 3,2 480
71
Metode Rata-rata Tertimbang
Barang Jenis A
Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah
1 jan
2010 100 2,5 250
5 jan 250 2,7 675 350 2,64 925
74
75