Anda di halaman 1dari 75

INVENTORY MANAGEMENT

elisa kusrini
elisa_kusrini@yahoo.com
MATERI

1. Pendahuluan
2. Klasifikasi Material & ABC Analysis
3. Cycle counting
4. Perencanaan Material
5. Penilaian Persediaan

2
Logistic cycle

LOGISTICS
CYCLE

3
Proses Pengadaan

Proses Penentuan
9
Pembayaran 1 Kebutuhan / PR
8 2 Membuat RKS
Verifikasi
& OE
Invoice Procurement
7 3 Sourcing

4 Pemilihan
6 5
Custom Vendor
clearance Proses PO
Monitor PO
Good Receipt

5
Pengertian Inventory

Inventory adalah persediaan barang .


Inventory manajemen memfokuskan
pada perencanaan dan pengendalian
finished goods, raw materials,
purchased parts, work-in-progress dan
retail items.

Manajemen Inventory digunakan untuk


menentukan kapan dan berapa banyak
memesan barang.Tujuan ini
mempertimbangkan adanya t perbedaan
capaian pada masing-masing bagian
3
Mengapa inventory diperlukan?
• Untuk menjaga independensi operasi
• Untuk memenuhi demand yang bervariasi
• Untuk fleksibilitas jadwal operasi
• Untuk pengaman dari variabilitas pengiriman raw
materials
• Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas.
• Untuk Menjaga pengaruh inflasi dan kenaikan
harga

4
Kerugian adanya Inventory
• Biaya tinggi
• Kesulitan dalam pengontrolan
• Menyembunyikan masalah produksi

5
Pengurangan Persediaan
Mengurangi Waste

Tingkat persediaan Work in process


(masalah tersembunyi)

Unreliable Vendors Capacity Imbalances


Scrap

8
Pengurangan Persediaan
Mengurangi Waste
Mengurangi persediaan mengungkapkan
masalah sehingga dapat diselesaikan.

WIP
Unreliable Vendors Capacity Imbalances
Scrap

9
Pengurangan Persediaan
Mengurangi Waste

Mengurangi persediaan mengungkapkan


masalah sehingga dapat diselesaikan.

Unreliable Vendors WIP


Capacity Imbalances
Scrap

10
Pressures dalam jumlah inventory

Pressure untuk lower inventory


• Inventory investment
• Inventory holding cost

Pressure untuk higher inventory


• Customer service
• Other costs related to inventory: lost sales

9
Tolak Ukur Pengendalian
Persediaan (Inventory Control
a. Effisien  Turn Over Ratio , adalah ratio yang
mengukur tingkat efisiensi pengendalian suatu TOR = MATERIAL KELUAR
persediaan. Turn Over Ratio merupakan ratio antara RATA RATA PERSEDIAAN
jumlah nilai pemakaian material satu tahun terakhir
dengan jumlah nilai persediaan akhir. Makin
tinggi angka TOR berarti makin efisien.
b. Effektif  Sevice Level , adalah ratio antara
jumlah permintaan material yang dapat dipenuhi dari
persediaan dengan jumlah seluruh permintaan
material. Service level dipergunakan untuk mengukur
tingkat efektifitas pengendalian suatu persediaan. SL = MATR’L YG DIPENUHI
Makin tinggi angka Service level, berarti makin efektif. TOTAL PERMINTAAN
2. Klasifikasi Material
Model ABC
• Klasifikasi ABC atau sering juga disebut sebagai analisis ABC
merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam
susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu
per periode waktu ( harga per unit material dikalikan volume
penggunaan dari material itu selama periode tertentu).

• Analisis ABC dapat juga diterapkan menggunakan kriteria lain


bukan semata – mata berdasarkan kriteria biaya tergantung
pada faktor – faktor penting apa yang menentukan material
itu.

• Kriteria sering digunakan : Usage, Critical, LeadTime

10
Klasifikasi ABC

Klasifikasi ABC adalah suatu tools yang digunakan


untuk mengelompokkan stock item material
berdasarkan kriteria kekritisan (criticality) level
ABC, ketersediaan (availability) level ABC, Usage
(rupiah pemakaian)

36
Kriteria Kekritisan (criticality)

 Level A : Sangat kritis


• Stock item material yang dapat menyebabkan plant stop, kehilangan
produksi (misalnya hanya satu alat yang digunakan untuk
memproduksi kapasitas 100%).

 Level B : Kritis
• Stok item material yang dapat menyebabkan tertundanya perbaikan
sehingga tidak dapat beroperasi secara optimal

 Level C : Kurang Kritis


• Stok item material yang tidak berdampak langsung bagi operasi,
(misalnya consumable item; stationery; stok yang ditahan vendor).
37
Kriteria Ketersediaan (availability)

Level A : Long Lead Time



Stok item material dimana proses pengadaannya memerlukan waktu total lead time :
 Di atas 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender untuk unit A
 Di atas 150 (seratus lima puluh) hari kalender untuk unit B
Level B : Medium Lead Time

Stok item material dimana proses pengadaannya memerlukan waktu total lead time:
 60 s/d 240 (enam puluh s/d dua ratus empat puluh) hari kalender untuk
unit A.
 45 s/d 150 (empat puluh lima s/d seratus lima puluh) hari kalender untuk unit B.
Level C : Short Lead Time

Stok item material dimana proses pengadaannya memerlukan waktu total lead time :
Kurang dari 60 (enam puluh) hari kalender untuk unit A.
 Kurang dari 45 (empat puluh lima) hari kalender untuk unit B.
Analisis VEN
• Analisis VEN merupakan analisa yang
digunakan untuk menetapkan prioritas
pembelian obat serta menentukan tingkat
stok yang aman dan harga penjualan obat.
Kategori dari obat-obat VEN yaitu:
• Vital
• Essensial
• Non essensial

17
Pengelompoka persediaan : Metode ABC

• % items : 20 % Rp
• % Rp vol : 100
A
80 80
• % items 30 60

B • % Rp vol : 15 40
A
20
• % items 50 B C
0
C • % Rp vol : 5
0 50 100
% items
18
Manfaat Klasifikasi ABC

1. Frekuensi penghitungan inventori ( cycle counting )

2. Prioritas rekayasa ( engineering )


3. Prioritas pembelian ( perolehan )
4. Keamanan.
5. Keputusan investasi
6. Sistem pengisian kembali ( replenishment system )

19
Contoh Kasus : Klasifikasi ABC
Item Kebutuhan (unit) Harga/unit (Rp)
1 135 1800
2 70 240
3 65 190
4 90 15
5 65 1300
6 65 2
7 225 200
8 115 20
9 110 4
10 60 3

20
Item Kebutuha Harga/ Total % kumu Class
n (unit) unit (Rp) Harga latif
(Rp)

1 135 1800 243 60% 59.84% A


5 65 1300 84.5 21% 80.66% A
7 225 200 45 11% 91.74% B
2 70 240 16.8 4% 95.87% B
3 65 190 12.35 3% 98.92% C
8 115 20 2.3 1% 99.48% C
4 90 15 1.35 0.33% 99.82% C
9 110 4 0.44 0.11% 99.92% C
10 60 3 0.18 0.04% 99.97% C
6 65 2 0.13 0.03% 100.00% C
Total 1   406.05 100%    

21
Item Kebutuhan Kebutuhan Total Harga Total Harga
(unit) (%) (Rp) (%)
1, 5 200 20 327.500 80,655
7,2 295 29,5 61.800 15,220
3,8,4,9,10,6 505 50,5 16.750 4,125
Total 1.000 406.050

22
Klasifikasi ABC : Kebijakan
Manajemen

Deskripsi Kelas Kelas Kelas C


A B
Fokus Perhatian Manj Utama Normal Cukup
Control Ketat Normal Longgar
Safety Stock Banyak Normal Cukup
Akurasi Peramalan Tinggi Normal Cukup
Cycle Counting 1 – 3 bulan 3 – 6 bulan 6 –12 bulan

Analisis ABC, bukan semata – mata berdasarkan kriteria


biaya, tetapi juga tergantung pada faktor – faktor
penting yang menentukan material itu. 23
Klasifikasi Persediaan
• R (ROL =Reorder Level/rutin)
• Z = Insurance
• I = In transit
• E = surplus

24
Rutin/Stock
Barang yang mempunyai pemakaian rutin atau
memiliki kecenderungan rutin atas usulan dari user,
misal :
• Bahan baku
• Bahan penolong
• Pelumas
• Beberapa sparepart yang consumption ratenya
jelas

25
Insurance
• Barang yang mempunyai peranan penting/vital
terhad operasional pabrik,pengadaannya lama/sulit,
tidak dapat diprediksi kerusakannnya dan
perbaikannya membutuhkan waktu yang lama,
• Misal rotor dan turbin

26
In Transit
• Barang yang dibeli atas dasar permintaan user yang untuk
sementara berada di gudang, menunggu pengambilan (pemakaian)
oleh user sesuai dengan program kerjanya.

Surplus:
• Barang yang tidak dapat dipakai dan simanfaatkan lagi karena:
• Unit/equipment/plantnya sudah tidak beroperasi lagi.
• Fisiknya rusak karena lamanya penyimpanan (expired).

27
Frekuensi Pemakaian
Menurut frekwensi pemakaiannya, barang rutin/stock items
terbagi lagi menjadi :

- Fast moving items


- Medium Moving items
- Slow Moving items

28
3. Stock taking
• Perhitungan berkala secara fisik barang
yang ada digudang.
• Didasarkan pada klasifikasi ABC
– Item A dihitung lebih sering (mis harian)

Annual $ Volume
A
B
C

14
Kegunaan:
Financial reporting
Security dan menghindari kecurangan
Indikator efisiensi gudang
Menjamin keputusan pembelian kembali barang di
gudang berdasarkan data stok yang akurat

15
ITC M11:U4:4.4-7
Periodic stock counting
Semua item dihitung secara bersama misalnya
setahun sekali.

Continuous or cycle counting


Item dihitung secara rutin (A lebih sering dari pada B
dan C). Dapat juga setiap transaksi terjadi,stock
dihitung untk memastikan zero error.

16
ITC M11:U4:4.4-8
Menggunakan kategori ABC.Contoh :

A class items every two months

B class items every six months

C class items every twelve months

17
ITC M11:U4:4.4-9
Contoh: Cycle Counting
Sebuah perusahaan menerapkan cycle
counting program. Class A items akan
dihitung bulanan,Class B items akan
dihitung kuartalan dan klas C akan dihitung
setengah tahunan.
5% dari stock masuk dalam kategori A,
20% masuk Class B, dan 75% masuk Class
C. Jika perusahaan punya 16,000 SKUs
(unique inventory items), Berapa banyak
item akan dihitung setiap hari? Assumsi
ada 200 hari per tahun untuk cycle
counting. 18
Number
Number of Counts
Class of Items per Item Total Counts
of Item per Classper Year per Year
A 800 12 9,600
B 3,200 4 12,800
C 12,000 2 24,000
Total 16,000 46,400

19
Example: Cycle Counting
The cycle-counting personnel harus
menghitung 232 inventory items per hari.Jika
rata-rata seorang pekerja dapat menhitung
24 items per day,Berapa orang diperlukan
untuk menghitung?
• Jumlah pekerja untuk menghitung
Number of items counted per day
=
Number of items per day per counter
= 232/24 = 9.67 or 10 counters
20
Tolerance
(untuk selisih antara catatan dan
perhitungan)

Figure .Inventory record


36
accuracy
Toleranc
e

Figure .Inventory accuracy with


37
tolerances
Tolerance Example
Problem

Part Number Shelf Count Inventory Record Tolerance

A 1500 1550 +/- 5%

B 120 125 +/- 2% Outside


Tolerance
C 225 230 +/- 3%

D 155 155 +/- 0%

38
Contoh kartu stock opname
40
Perbedaan Hasil Perhitungan

Jumlah yang diambil tidak cocok dengan dokumen permintaan


 Barang yang salah yang terambil untuk suatu order
 Barang diambil dari lokasi yang salah
 Barang ditempatkan pada lokas yang salah
 Unit perhitungan tidak sama (seperti, each, pair, meter, kg, kaleng,
kotak, liter dll.)
 Kesalahan data entri
 Barang yang rusak bercampur dengan yang baik
 Pergerakan barang tidak tercatat dengan baik
42
43
44
45
4. Perencanaan Material Rutin/Stock
a. Rencana Kebutuhan Material (RKM).
1)RKM dibuat oleh fungsi pemakai berdasarkan program
kerjanya dengan menetapkan jumlah dan kapan barang
dibutuhkan, serta dengan memperhitungkan faktor lead time
pengadaan barang.
2)Kebutuhan material yang tertuang didalam RKM dianalisa
oleh pengelola material dengan memperhitungkan posisi
persediaan, pola pemakaian rutin dan pesanan berjalan.
3)Fungsi pemakai harus memberikan segala informasi
mengenai rencana kerja beserta perubahan-perubahannya.

46
Perencanaan Material Stock
b. Dasar Pengendalian.
Pengendalian persediaan disamping menggunakan
formula Min-Max atau Ordering Formula, harus
memperhatikan intensitas kegiatan atau program kerja yang
telah direncanakan dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.
c. Review Stock.
1)Pengelola material berkewajiban melakukan review stock
setiap saat untuk selalu menjaga persediaan pada tingkat
yang optimal.
2)Tingkat persediaan yang optimal menunjukkan nilai dan
jumlah item yang sewajarnya diinvestasikan atau disimpan 47
Penentuan Material Stock
Penentuan Jumlah dan Jenis Kebutuhan.
1) Didalam menentukan jumlah dan jenis kebutuhan material harus diperhitungkan hal-
hal sebagai berikut:
(a) Jumlah yang diperlukan
(b) Pemakaian yang lalu (past consumption)
(c) Lead time
(d) Pesanan berjalan (Outstanding order)
(e) Proyeksi kedepan
2) Material untuk proyek atau keperluan khusus lainnya diperhitungkan secara khusus
(terpisah dari material persediaan).
3) Dalam menentukan jumlah dan jenis material persediaan yang akan dibeli/diadakan,
harus dicegah kemungkinan terjadinya surplus material dimasa yang akan datang.

48
Penentuan Material Stock
Analisa Persediaan dengan model Inventory
Pengendalian tingkat persediaan material mempergunakan formula
Minimum-Maximum (Min-Max), dan penentuan jumlah yang harus dipesan
mempergunakan formula Economic Order Quantity (EOQ), kecuali
beberapa jenis material yang diyakini jumlah pemakaiannya konstan atau
stabil dari periode ke periode dapat dipergunakan fixed Ordering Formula.

• Minimum Inventory = SS
• Maximum Inventory = SS + EOQ = SS + (2xdxl)
• Reorder Point (ROP) = d × l + SS

49
Penetapan ROQ (EOQ)
• Menetapkan maksimum 2 ROL
• Menetapkan 1,5 – 3 ROL
• Batasan lain seperti aspek teknis minimum
order,kapasitas gudang,kapasitas vessel,kapasitas
sarana bongkar muat,dll

22
Model Persediaan

Max

EOQ

SS Min
0

51
Penentuan Safety Stock
• Safety Stock (SS) adalah dilema, jika terjadi stock out akan
berakibat terganggunya proses produksi dan jika berlebihan
akan membengkakan biaya penyimpanan. Oleh karena itu perlu

36
diadakan penyeimbangan (penentuan level yang seimban
• Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perusahaan
melakukan safety stock, yaitu :
1. Biaya atau kerugian yang tinggi yang disebabkan oleh
stockout.
2. Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat.
3. Resiko stock out meningkat.
4. Biaya penyimpanan safety stock yang murah

23
Metode Menentukan Safety Stock
 Berdasar Intuisi. Besarnya safety stock berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
 Service level tertentu. Ditentukan berdasarkan tingkat efektifitas
perusahaan mensuplai barang
 Besarnya safety stock biasanya tergantung pada ketidakpastian
pasokan maupun permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian
pasokan bisa diwakili oleh standar deviasi lead time dari supplier
sedangkan ketidakpastian permintaan diwakili oleh standar deviasi
permintaan perperiode.
 Interaksi antara permintaan dan lead time pada penentuan safety stock
ditunjukkan oleh tabel berikut :

24
Penentuan Safety Stock

Sdl = Sd × √l Sdl = √ ((d² × Sl² )+ (l ×


Safety stock ditentukan Sd²))
variabel oleh ketidakpastian Safety stock ditentukan
permintaan oleh interaksi dua
ketidakpastian
permintaan Sdl = d × Sl
Sdl = 0
Safety stock ditentukan
konstant Tidak diperlukan safety oleh ketidakpastian lead
stock time

konstant Lead time variabel

25
Penentuan Safety Stock lanjutan…

l = rata-rata periode lead time


d = rata-rata permintaan perperiode
sl = standart deviasi lead time
sd = standart deviasi permintaan per periode
Safety stock (SS) = Z × Sdl
Nilai Z diterjemahkan dari keputusan manajemen, jika manajemen
memberikan toleransi terjadinya kekurangan 5 kali untuk setiap 100
siklus pemesanan, berarti service level yang diinginkan adalah 95%.
Nilai Z yang berkorelasi dengan service level 95% adalah 1,645
Reorder Point (ROP) = permintaan selama lead time + safety stock
= (d × l) + SS

26
27
Contoh :
Diketahui lead time pengiriman adalah 5; 4; 6; 4;6 hari
besarnya permintaan perhari 6; 3; 4; 5;2 ton.
Jika service level 95%.
Maka : l (rata rata lead time) = 5 ( (5+4+6+4+6)/5))
d (rata-rata demand) = 4 ( (6+3+4+5+2)/5))

Sl = ( √ ((5-5)2 + (4-5)2 + (6-5)2 + (4-5)2 + (6-5)2)/ (5-1)) = ( √(0+1+1+1+1)/4) = √ 1


Sl² = 1
Sd = ( √ ((6-4)2 +(3-4)2 + (4-4)2 + (5-4)2 + (2-4)2)/ (5-1)) = √((4+1+0+1+4)/4)= √2.5
Sd² = 2,5
Sdl = √ (d² × Sl² + (l × Sd²)
Sdl = √((16 × 1 )+ (5 × 2,5)) = √28,5 = 5,3
(SS) = Z × Sdl
SS = 1,645 × 5,3 = 8,7 ton
ROP = d × l + SS
ROP = 4 × 5 + 8,7 = 28,7 ton
EOQ = 2x ROL = 2x d x l = 2X 4X5 = 40
Max = EOQ + SS = (2 x d x l) + SS = 40 + 8,7 = 48,7
Max = (2X5x4) + 8,7 = 48,7 ton
28
Contoh Menghitung SS Mechanical seal = :
Diketahui lead time pengiriman tetap = 4 bulan
besarnya permintaan per tahun

Jika service level 95%, hitunglah SS.

29
Pengawasan Material Rutin
1) Persediaan Berlebih. 3) Persediaan mati.
a). Persediaan berlebih merupakan bagian dari persediaan a). Persediaan mati merupakan bagian dari persediaan
material yang melampaui batas tingkat persediaan yang material yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
diijinkan, yaitu 12 bulan pemakaian. 1. Tidak ada peralatan induknya.
b) Indikasi adanya persediaan berlebih dapat dilihat dari
2. 5 (lima) tahun tidak bergerak dan tidak ada
rendahnya Turn Over Ratio (TOR),yaitu kurang dari 1. prospek pemakaiannya
c) Terhadap persediaan berlebih tersebut perlu dilakukan
b). Terhadap material persediaan yang tidak ada
upaya-upaya pemecahan yang paling menguntungkan pemakaiannya selama lebih dari 2 (dua) tahun
perusahaan, seperti dijual atau ditawarkan ke unit usaha lain.
perlu dila-kukan reevaluasi sesuai siklus
d) Apabila terdapat persediaan berlebih yang mengarah standarisasi.
kepada terjadinya dead stock, maka review pengisian-nya harus
c). Apabila material tersebut dikatagorikan sebagai
dihentikan. dead stock, maka material tersebut dikeluarkan dari
2) Persediaan Kelebihan. persediaan dan daftar material standard. Untuk
a) Persediaan kelebihan adalah merupakan persediaan selanjutnya dibuatkan usulan penghapusan dengan
sisa dari suatu kegiatan khusus tertentu, seperti: proyek. tujuan pelepasan yang paling menguntungkan
perusahaan.
b) Terhadap adanya indikasi kelebihan persediaan, perlu
dilakukan evaluasi terhadap pola perencanaan dan
pemakaiannya.
c) Kelebihan persediaan dapat ditawarkan ke unit
pengusahaan perusahaan lainnya. 30
Alat Ukur Persediaan
1. Tingkat Perputaran Persediaan (inventory
turnover rate): yaitu nilai pemakaian selama
setahun dibagi rata-rata persediaan selama
setahun yang menggambarkan berapa kali dalam
setahun suatu barang diambil/ditransaksikan.

Misal :
Sparepart tertentu ITO ; 2,5 kali = 4,8 bulan.

.
31
2. Inventory days of supply:
Rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa
beroperasi dengan jumlah persediaan yang
dimiliki.
3. Fill rate(service level):
Persentase jumlah item tersedia ketika diminta
oleh pelanggan

61
5. Metode Penilaian Persediaan
Barang

62
Metode Penilaian Persediaan
Barang
• Metode Harga Pokok :
a. Metode masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
c. Metode Rata-rata Tertimbang
d. Metode Indikasi Khusus
•Metode harga Pokok atau Harga Pasar Yang Lebih
Rendah.
•Metode Harga Jual
Metode FIFO
• Menentukan harga pokok penjualan barang
dihitung berdasarkan harga pokok persediaan awal
disusul dengan hara pokok pembelian pertama.
• Persediaan akhir barang dihitung berdasarkan
harga pokok pembelian yang terakhir disusul
dengan harga pokok pembelian sebelumnya.
Metode LIFO
• Harga pokok penjualan barang ditentukan
berdasarkan harga pokok pembelian yang terakhir
disusul dengan harga pokok pembelian
sebelumnya.
• Persediaan akhir barang dihitung berdasarkan
harga pokok persediaan awal disusul dengan harga
pokok pembelian yang pertama.
Metode Rata-rata Tertimbang
• Harga pokok penjualan barang dihitung dengan
cara mengalikan harga pokok rata-rata dengan
jumlah kuantitas barang yang terjual.
• Persediaan akhir barang dihitung dengan cara
mengalikan harga pokok rata-rata dengan jumlah
kuantitas barang yan tersisa akhir periode.
Metode Indentifikasi Khusus
• Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang harus sama denngan arus biaya.
• Sehingga harus dipisahkan tiap-tiap jenis barang
berdasarkan harga pokoknya untuk masing-masing
kelompok dibuat kartu persediaan, sehingga
masing-masing harga pokok dapat diketahui.
Contoh Penggunaan Metode
Persediaan awal barang jenis A PT XYZ sebanyak 100 unit @ Rp 2.500. Selama bulan
januari 2010 melakukan transaksi pembelian dan penjualan sbb:
Tanggal Keterangan
05 Jan 2010 Pembelian sebanyak 250 unit @ 2.700
10 Jan 2010 Pembelian sebanyak 450 unit @ 2.800
15 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 400 unit
18 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 225 unit
20 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 500 unit @ 2.600
25 Jan 2010 Pembelian sebanyak 250 unit @ 2.900
28 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 150 unit @ 3.200
29 Jan 2010 Pemakaian sebanyak 200 unit
30 Jan 2010 Penjualan sebanyak 450 unit
Contoh Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah
Metode FIFO
Barang Jenis A
Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah

1 jan
2010 100 2,5 250

5 jan 250 2,7 675 100 2,5 250


250 2,7 675

10 jan 450 2,8 1.260 100 2,5 250


250 2,7 675
450 2,8 1.260

15 jan 100 2,5 250


250 2,7 675
50 2,8 140 400 2,8 1.120

18 jan 225 2,8 630 175 2,8 490

20 jan 500 2,6 1.300 175 2,8 490


500 2,6 1.300

25 jan 250 2,9 7.251 175 2,8 490


500 2,6 1.300
250 2,9 725
Metode LIFO
Barang Jenis A
Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah

1 jan
2010 100 2,5 250

5 jan 250 2,7 675 100 2,5 250


250 2,7 675

10 jan 450 2,8 1.260 100 2,5 250


250 2,7 675
450 2,8 1.260

15 jan 400 2,8 1.120 100 2,5 250


250 2,7 675
50 2,8 140

18 jan 50 2,8 140 100 2,5 250


175 2,7 472,5 75 2,7 202,5

20 jan 500 2,6 1.300 100 2,5 250


75 2,7 202,5
500 2,6 1.300

25 jan 250 2,8 7.251 175 2,8 490


500 2,6 1.300
250 2,9 725
150 3,2 480

71
Metode Rata-rata Tertimbang
Barang Jenis A
Kartu Persediaan
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tgl
Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah Kuantitas Hrg/unit Jumlah

1 jan
2010 100 2,5 250

5 jan 250 2,7 675 350 2,64 925

10 jan 450 2,8 1.260 800 2,73 2.185


15 jan 400 2,73 1.092 400 2,73 1.092

18 jan 225 2,73 614,25 175 2,73 477,75

20 jan 500 2,6 1.300 675 2,63 1.777,75

25 jan 250 2,9 725 925 2,71 2.502,75

28 jan 150 3,2 480 1.075 2,77 2.982,75

29 jan 200 2,77 554 875 2,77 2.423,75

30 jan 450 2,77 1.246,5 425 2,77 1.177,25


Action Point 2.3-1

Applying the different methods of inventory valuation


Based on the following table (assuming inventory on 31 December of
the previous year was zero)...
Received Issued
Received In Stock
Date Quantity Quantity
Unit Price Quantity
(Units) (Units)
January $90 300 50 250
February 100 150
March $80 600 110 640
April 90 550
May 80 470
June $120 200 170 500
July 160 340
Value of the Unit value of
Inventory valuation method issue in the remaining
July stock in July
1. First in First out (FIFO)
2. Last in First out (LIFO)
3. Weighted Average Costing (WAC)
4. Standard Costing ($100)
5. Replacement Costing ($110) M11:U2:2.3-6
ITC
Upaya menurunkan nilai
persediaan
• Blanked order / framework kontrak
• Consignment
• Long term service agreement
• Monitoring slow moving item dan dead stock
• Koordinasi antar bagian dalam logistik : user,
inventory planning, warehousing,
procurement untuk menjaga ketepatan dan
perubahan data.

74
SEMOGA BERMANFAAT

75

Anda mungkin juga menyukai