Anda di halaman 1dari 3

Diabetes pada Lansia

Oleh dr. Nurul Larasati, BMedSc

Proses penuaan secara alami dapat menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh. Pankreas
adalah salah satu organ yang mengalami penurunan sehingga dapat terjadi gangguan produksi
hormon insulin pada orang lanjut usia (lansia). Maka, tidak jarang ditemui orang lanjut usia
(lansia) yang baru memiliki kadar glukosa darah tinggi atau diabetes tipe 2 pada masa
senjanya. Walau, ada pula lansia yang sedari muda sudah memiliki diabetes tipe 2.

Lansia yang memiliki diabetes dalam waktu cukup lama umumnya memiliki kualitas hidup yang
kurang baik karena penyakit ini memiliki pengaruh negatif terhadap fisik dan psikologis
penderitanya. Sehingga, pencegahan dan pengendalian kadar glukosa darah perlu menjadi
prioritas.

Faktor risiko diabetes


Selain penurunan fungsi organ karena usia, faktor risiko lain yang dapat meningkatkan
timbulnya diabetes antara lain:
- riwayat keluarga dengan diabetes
- kelebihan berat badan (overweight atau obesitas),
- penggunaan obat-obatan tertentu, seperti golongan kortikosteroid dan diuretik, serta
- gaya hidup sedenter (minim aktivitas fisik).

Sayangnya, gejala diabetes dapat berbeda-beda pada setiap lansia dan bisa pula tidak
menunjukkan gejala untuk jangka waktu yang lama. Selain itu, lansia dengan diabetes memiliki
risiko tinggi mengalami komplikasi bila tidak mengelola penyakitnya dengan baik. Komplikasi
dari diabetes diantaranya penyakit jantung dan pembuluh darah, kebutaan, dan kerusakan saraf
dan ginjal. Maka, pemeriksaan rutin menjadi sangat penting bagi lansia.

Mengelola kadar glukosa darah pada lansia


Mengelola kadar glukosa darah adalah kunci dari hidup dengan diabetes. Beberapa langkah
yang perlu dilakukan untuk mencapai kadar glukosa darah yang baik, selain makan makanan
bergizi seimbang dan olahraga rutin, yaitu:
1. Disiplin minum obat
Minum obat dengan disiplin akan membantu lansia mengelola kadar glukosa darah dan
menurunkan risiko komplikasi. Catat obat apa saja yang dikonsumsi, dosis, dan jadwal
minumnya. Simpan obat-obatan di tempat yang aman. Bicarakan dengan dokter bila
merasakan efek samping yang mengganggu. Jika menggunakan insulin, pelajari juga
cara penyuntikan yang benar.

2. Melakukan pemeriksaan glukosa darah mandiri (PGDM)


Pemantauan kadar glukosa darah tidak hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tapi
juga di rumah, atau disebut juga pemeriksaan glukosa darah mandiri. Frekuensi dan
waktu pemeriksaan akan ditentukan oleh dokter yang menangani sesuai dengan kondisi
lansia. PGDM yang dilakukan dengan baik dan benar akan memberikan gambaran
glukosa darah tubuh yang sesungguhnya. Hasil pemeriksaan ini dapat digunakan
sebagai panduan untuk dokter menyesuaikan pengobatan, aktivitas fisik, dan kebutuhan
nutrisi.

Bagaimana masa depan lansia dengan diabetes?


Prognosis, atau masa depan, lansia dengan diabetes tidak sebaik lansia tanpa diabetes. Lansia
dengan diabetes yang berusia di atas 75 tahun memiliki risiko komplikasi paling tinggi.
Kelompok ini lebih rentan mengalami serangan jantung, gagal ginjal stadium akhir, dan
hipoglikemia dimana kadar glukosa darah turun hingga terlalu rendah. Namun demikian, lansia
yang baru didiagnosis dengan diabetes di usia senjanya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan lansia yang sudah memiliki diabetes sebelum memasuki usia lanjut.

Mencegah lansia dari diabetes


Cara yang paling efektif untuk mencegah diabetes pada lansia adalah melalui perbaikan gaya
hidup, yang meliputi diet dan aktivitas fisik.

Olahraga rutin bermanfaat untuk mencegah diabetes sebab dapat memperbaiki sensitivitas
insulin. Selain itu olahraga juga menurunkan risiko sarkopenia (penurunan massa dan kekuatan
otot) dan obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa perbaikan gaya hidup dapat menurunkan
risiko diabetes hingga 71%.

Panduan olahraga yang umum disarankan untuk mencegah dan bagi lansia dengan diabetes
adalah sebagai berikut:
- Setiap minggu: minimal 150 menit olahraga intensitas ringan-sedang, misalnya jalan
cepat, atau cukup 70 menit olahraga intensitas tinggi.
- Dua kali atau lebih setiap minggu: latihan kekuatan otot, biasanya menggunakan
tambahan beban.

Usia tua seringkali dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes melitus.
Dasar dari perawatan lansia dengan diabetes adalah meningkatkan, atau setidaknya
mempertahankan, kualitas hidupnya saat ini. Maka, ketika lansia sudah terdiagnosis diabetes,
pengelolaan penyakit perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Referensi:
1. Mordarska K, et al. “Diabetes in elderly”. Prz Menopauzalny. 2017 Jun;16(2):38-43.
2. Endocrine Society (2022). Diabetes and Older Adults. https://www.endocrine.org/patient-
engagement/endocrine-library/diabetes-and-older-adults
3. Milita F, et al. “Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada Lanjut Usia di Indonesia (Analisis
Riskesdas 2018)”. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 17, No. 1, Januari 2021.
Infografik

Diabetes pada Lansia

Proses penuaan dikaitkan dengan penurunan fungsi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan kesehatan,
seperti diabetes melitus. Maka tidak jarang ditemui orang lanjut usia (lansia) yang baru memiliki kadar glukosa darah
tinggi pada masa senjanya. Walau, ada pula lansia yang sedari muda sudah memiliki diabetes tipe 2.

Dasar dari perawatan lansia dengan diabetes adalah meningkatkan, atau setidaknya mempertahankan, kualitas
hidupnya saat ini. Maka, pengelolaan penyakit perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh ketika lansia sudah
terdiagnosis diabetes.

Faktor risiko diabetes pada lansia antara lain:


- usia lanjut,
- riwayat keluarga dengan diabetes,
- kelebihan berat badan (overweight atau obesitas),
- penggunaan obat-obatan tertentu, seperti golongan kortikosteroid dan diuretik, serta
- gaya hidup sedenter (minim aktivitas fisik).

Mengelola kadar glukosa darah Bagaimana masa depan lansia dengan diabetes?
1. Makan makanan bergizi seimbang.
Utamakan makanan tinggi protein dan rendah Lansia dengan diabetes yang berusia di atas 75
karbohidrat. tahun memiliki risiko komplikasi paling tinggi.
2. Olahraga rutin dengan kehati-hatian dan sesuai Kelompok ini lebih rentan mengalami serangan
dengan kemampuan lansia. jantung, gagal ginjal stadium akhir, dan hipoglikemia.
- Minimal 150 menit per minggu untuk
olahraga intensitas ringan-sedang Namun, lansia yang baru didiagnosis dengan
(misalnya jalan cepat), atau 70 menit/ diabetes di usia senjanya memiliki masa depan, atau
minggu untuk olahraga intensitas tinggi. prognosis, yang lebih baik dibandingkan lansia yang
- Minimal 2 kali per minggu latihan sudah memiliki diabetes sebelum memasuki usia
kekuatan otot, biasanya menggunakan lanjut.
tambahan beban.
3. Disiplin minum obat.
Konsultasikan juga dengan dokter mengenai efek
samping yang mengganggu. Jika menggunakan
insulin, pelajari cara penyuntikan yang benar.
4. Melakukan pemeriksaan glukosa darah mandiri
(PGDM).
Frekuensi dan waktu pemeriksaan ditentukan
oleh dokter sesuai dengan kondisi lansia. PGDM
akan memberikan gambaran variasi kadar
glukosa darah harian yang dapat digunakan
untuk melihat respon pengobatan.

Ayo cegah lansia dari diabetes!


Cara yang paling efektif untuk mencegah diabetes pada lansia adalah melalui perbaikan gaya hidup, yang meliputi
diet dan aktivitas fisik.

Olahraga rutin bermanfaat dalam memperbaiki sensitivitas insulin sehingga kadar glukosa darah bisa lebih
terkendali. Olahraga juga menurunkan risiko sarkopenia (penurunan massa dan kekuatan otot) dan obesitas.
Menurut penelitian, perbaikan gaya hidup dapat menurunkan risiko diabetes hingga 71%.

Anda mungkin juga menyukai