DAN
SISTEM ACTIVITY BASED BUDGETING
MATA KULIAH
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Oleh : KELOMPOK 10
Nama Anggota : Lukmanul Arifin
Nama Anggota : Nanang Indriyanto
Nama Anggota : Dalindra Hafri
Kelompok 10:
ii
Sistem Pengendalian Manajemen
Daftar Isi
iii
Sistem Pengendalian Manajemen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa
melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan yang
menjalankan usaha membutuhkan system penyusunan program dan sistem activity based
budgeting . Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penyusun mencoba untuk
menyampaikan bahwa system penyusunan program dan sistem activity based budgeting memiliki
arti penting dalam manajemen perusahaan Contoh Makalah system penyusunan program dan
sistem activity based budgeting yang di berikan oleh perusahaan-perusahaan. Sehingga pembaca
dapat mengambil manfaat yang terkandung dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis rumuskan adalah:
1. Apa pengertian system penyusunan program dan sistem activity based budgeting?
2. Bagaimana konsep penyusunan program dan sistem activity based budgeting ?
3. Apa saja komponen penyusunan program dan sistem activity based budgeting ?
4. Bagaimana pentingnya penyusunan program dan sistem activity based budgeting ?
C. Tujuan
Makalah ini kami buat untuk membahas masalah penyusunan program dan sistem
activity based budgeting . Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan ilmu
pengetahuan kita tentang hal ini.
D. Manfaat
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, kiranya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
4
Hasil makalah ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu baik bagi kami maupun para
pembaca, serta diharapkan mampu menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi pembaca lain yang
ingin melakukan penulisan terkait pembahasan yang serupa.
2. Manfaat Praktis
Semoga hasil makalah ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan untuk dapat
menganalisis berbagai aspek dalam dunia bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM PENYUSUNAN PROGRAM
5
1. Sistem Penyusunan Program
1.1. Pendahuluan
6
1.3. Fungsi Sistem Penyusunan Program Dalam Sistem Manajemen Strategik
Seluruh keluaran yang dihasilkan dari tahap perumusan strategi dan perencanaan
strategik bersifat kualitatif. Untuk membuktikan apakah informasi kualitatif tersebut
dapat diwujudkan, diperlukan alat untuk mengevaluasi ketercapaian visi, tujuan, dan
sasaran strategik. Di samping itu, diperlukan pula alat untuk mengevaluasi efektivitas
misi, strategi, dan inisiatif strategik yang digunakan untuk mewujudkan visi, tujuan,
dan sasaran strategik tersebut. Program dipilih untuk menjabarkan inisiatif strategik
guna mewujudkan sasaran strategik. Program disusun untuk mengevaluasi
ketercapaian sasaran strategik dan efektivitas inisiatif strategik.
Dalam proses penyusunan program, setiap inisiatif strategik mission centers dan
service centers dijabarkan ke dalam program. Program merupakan langkah besar yang
memerlukan waktu beberapa tahun untuk melaksanakannya dan memerlukan sumber
daya besar untuk mewujudkannya. Ketercapaian sasaran strategik diukur berdasarkan
ukuran hasil (outcome measure atau lag indicator) yang telah ditetapkan dalam
perencanaan strategik. Melalui penjabaran inisiatif strategik ke dalam program, dapat
dihitung kuantitas ukuran hasil yang dapat dicapai melalui program, sehingga target
pencapaian ukuran hasil yang diharapkan dapat diukur ketercapaiannya. Pada
hakikatnya sistem penyusunan program merupakan alat untuk secara strategik
mengalokasikan dana ke dalam program-program yang menjanjikan ketercapaian
sasaran strategik perusahaan.
7
1.6. Program sebagai Alat untuk Pengalokasian Dana dalam Usaha Pelipatgandaan
Kekayaan Perusahaan
Dalam lingkungan kompetitif, perusahaan harus bersaing di dua pasar sekaligus: (1)
pasar modal dan (2) pasar komersial. Di pasar modal, perusahaan harus mampu
memenangkan pilihan investor dalam memperoleh modal yang akan diinvestasikan
untuk menghasilkan produk dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan customer. Di pasar
komersial, perusahaan harus mampu memenangkan pilihan customer melalui
penyediaan produk dan jasa yang melampaui harapan customer. Gambar 5.6
melukiskan karakteristik pasar kompetitif dan syarat yang menentukan keberhasilan
jangka panjang perusahaan dalam memasuki setiap pasar.
Gambar 5.6 Karakteristik Dua Pasar yang Dimasuki oleh Perusahaan dan Syarat yang
Menentukan Keberhasilan Jangka Panjang Perusahaan Di Setiap Pasar
Penciptaan dan ekspansi bisnis membutuhkan dana dari investor. Untuk menarik
investor dalam melakukan investasi, manajemen berkewajiban untuk meyakinkan
investor, bahwa manajemen perusahaan berkemampuan untuk melipatgandakan dana
investor melalui pengelolaan yang baik. Pelipatgandaan dana investor diwujudkan
melalui pengelolaan yang baik, dan pengelolaan yang baik dicerminkan melalui
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik diwujudkan dengan membangun
keterkaitan (linkage) yang erat antara trend perubahan lingkungan bisnis, SWOT
analysis, hasil envisioning, strategi, sasaran strategik, inisiatif strategik, program, dan
anggaran. Perencanaan yang baik menjanjikan hasil baik dilipatgandakannya dana
yang diinvestasikan oleh investor ke dalam perusahaan.
8
Pendapatan yang diterima dari customer digunakan untuk memenuhi kepentingan
berbagai pemangku kepentingan dengan urutan prioritas sebagai berikut:
1. Pemasok produk dan jasa pembayaran oleh perusahaan atas harga barang dan jasa
yang diolah oleh perusahaan menjadi produk dan jasa yang dimanfaatkan oleh
customer.
2. Distributor, agen penjualan pembayaran oleh perusahaan atas biaya distribusi,
komisi keagenan atas produk dan jasa yang dijual melalui distributor dan agen
penjualan.
3. Personel pembayaran oleh perusahaan atas gaji, upah, tunjangan, dan bonus
kepada personel perusahaan.
4. Masyarakat lingkungan pembayaran oleh perusahaan atas manfaat yang
dinikmati oleh masyarakat lingkungan
5. Kreditur pembayaran oleh perusahaan atas bunga atas kredit yang digunakan
oleh perusahaan untuk membelanjai operasinya.
6. Pemerintah pembayaran oleh perusahaan atas pajak penghasilan atas laba yang
diperoleh perusahaan.
7. Pemegang saham (investor) pembayaran oleh perusahaan atas dividen yang
menjadi hak pemegang saham.
Program dijabarkan lebih lanjut ke dalam anggaran yang merupakan rencana laba
jangka pendek (short-range profit plan) dengan periode waktu umumnya satu tahun
atau kurang. Anggaran berisi bagian berbagai program yang akan dilaksanakan dalam
tahun tertentu. Program menjadi matarantai yang menghubungkan antara strategi
perusahaan dengan anggaran tahunan. Melalui inisiatif strategik dan program, strategi
perusahaan diterjemahkan dan dijabarkan ke dalam anggaran tahunan.
Program dibagi menjadi dua macam: program baru dan program berjalan. Program
baru adalah rencana kegiatan jangka panjang baru yang dipilih untuk menjabarkan
inisiatif strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik sekarang. Program
9
berjalan (on-going program) adalah rencana kegiatan jangka panjang yang masih
dilaksanakan untuk menjabarkan inisiatif strategik yang ditetapkan dalam perencanaan
strategik yang lalu. Program baru memerlukan sistem evaluasi komprehensif
mengingat setiap program memerlukan komitmen dana dalam jumlah besar untuk
jangka waktu panjang ke depan. Program berjalan memerlukan review secara periodik
untuk mengevaluasi efektivitas program dalam mewujudkan sasaran strategik yang
ditetapkan dalam perencanaan strategik di masa lalu. Penyusunan program dilakukan
melalui sistem formal penyusunan program suatu sistem formal untuk
mempertimbangkan dan memilih secara menyeluruh program-program yang disusun
untuk menjabarkan inisiatif strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik.
Program nirlaba timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-
syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk
melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya karena air
limbah yang telah digunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan
mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan
perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah, sebelum air tersebut
dibuang ke luar pabrik.
Karena sifatnya merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, maka program
jenis ini tidak memerlukan pertimbangan ekonomis sebagai kriteria untuk mengukur
perlu atau tidaknya pengeluaran tersebut.
10
1.10. Proses Penyusunan Program
Tahap-tahap utama proses penyusunan program adalah sebagai berikut:
1. Penjabaran inisiatif strategik ke dalam program
2. Pengisian kartu program
3. Penyusunan informasi keuangan projeksian
4. Review dan persetujuan program.
Pemerincian lebih lanjut informasi dalam kartu program ke dalam workbook. Informasi
tertentu dalam kartu program perlu didokumentasikan lebih lanjut dalam workbook,
untuk kepentingan penyediaan referensi dalam pelaksanaan program atau dalam
mempertimbangkan revisi program, jika dalam proses penyusunan program terjadi
perubahan strategi, sasaran strategik, atau inisiatif strategik. Biasanya data yang
berkaitan dengan informasi kuantitaif nonkeuangan dan kuantitaif keuangan
projeksian memerlukan rincian dalam workbook.
11
ke dalam kegiatan-kegiatan dan membuat informasi keuangan projeksian untuk setiap
program. Untuk setiap program, kegiatan yang digunakan untuk menjabarkan program
dikelompokkan ke dalam dua golongan: (1) kegiatan investasi dan (2) kegiatan operasi
program. Untuk program bermotif laba, kegiatan operasi program terdiri dari dua
golongan: (1) kegiatan pemerolehan pendapatan dan (2) kegiatan pembiayaan operasi
program. Untuk program nirlaba, kegiatan operasi program hanya berupa pembiayaan
operasi program.
Setiap manajer yang ditugasi dalam perencanaan program diwajibkan untuk
mengisi kartu program. Dalam kartu program tersebut, data tentang usulan program
didokumentasikan yang mencakup:
1. Nama program
2. Inisiatif strategik yang dijabarkan melalui program yang bersangkutan.
3. Sasaran strategik dan target yang hendak diwujudkan melalui program yang
bersangkutan.
4. Strategi dan tujuan yang berkaitan dengan program.
5. Pemilik program yang mengusulkan program.
6. Rationale (alasan) pengusulan program.
7. Deskripsi ringkas program.
8. Manfaat program
9. Asumsi yang melandasi program
10. Informasi keuangan projeksian yang akan dihasilkan dari program ini. Informasi
keuangan projeksian terdiri dari:
a. Investasi projeksian, pendapatan projeksian, biaya projeksian, laba projeksian
(projected investment, projected revenues, projected costs, dan projected profit)
untuk program-program bermotif laba.
b. Investasi projeksian dan biaya projeksian (projected costs) untuk program-
program nirlaba.
c. Arus kas projeksian (projected cash flows) baik untuk program bermotif laba
maupun program nirlaba.
Pengisian kartu program tersebut dapat dilakukan oleh manajer yang memiliki ide
atau yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakan program atau oleh staf fungsi
perencanaan.
Investasi projeksian. Setiap program akan mengonsumsi dana dalam jumlah besar dan
dana tersebut akan terikat dalam jangka panjang. Oleh karena itu, investasi dalam
program memerlukan pertimbangan masak, sebelum investasi dilaksanakan. Manajer
yang bertanggung jawab atas program dituntut untuk memprojeksikan jumlah dana
yang akan diinvestasikan untuk melaksanakan program dan jadwal waktu
pengeluarannya. Informasi tentang investasi projeksian yang diperlukan untuk running
program akan bermanfaat untuk mengevaluasi kelayakan ekonomis program yang
diusulkan. Informasi tentang keseluruhan investasi projeksian yang diperlukan untuk
running berbagai program akan bermanfaat untuk memutuskan metode pembelanjaan
yang dipilih oleh perusahaan.
Pada dasarnya semua investasi yang dilakukan oleh perusahaan harus dapat
ditutup dari pendapatan (revenues) yang diperoleh dari penjualan produk dan jasa
kepada customer dalam jangka waktu tertentu. Namun oleh karena tidak semua
program dirancang untuk menghasilkan pendapatan, pada tahap penyusunan program
12
ini, investasi yang akan dilaksanakan untuk program nirlaba harus dipastikan dapat
ditutup dari pendapatan yang akan diperoleh dari program bermotif laba.
Pendapatan projeksian (projected revenues). Sebagaimana telah disebutkan di muka,
program yang diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: (1) program
bermotif laba (profit-motive program). dan (2) program nirlaba (non-profit program).
Biaya projeksian (projected costs). Setiap program memerlukan investasi dan investasi
ini akan menimbulkan biaya untuk mengoperasikan program berupa: (1) employee
resource biaya yang dikeluarkan untuk gaji personel, tunjangan kesejahteraan
personel, dan insentif personel (2) expense resource biaya-biaya selain biaya personel
(contoh: biaya bahan baku, biaya energi, biaya telekomunikasi, biaya asuransi, biaya
sewa kantor, biaya depresiasi aktiva tetap) .
Program penambahan kapasitas produksi misalnya, memerlukan investasi dalam
mesin baru. Kos mesin baru ini akan mengakibatkan bertambahnya biaya berupa biaya
depresiasi mesin selama umur ekonomisnya di masa depan. Di samping itu, tambahan
mesin baru ini akan mengakibatkan tambahan biaya berupa biaya operasi mesin baru
yang terdiri dari employee resource (seperti gaji, upah, tunjangan kesejahteraan,
insentif) dan expense resource (seperti biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya
energi, biaya asuransi). Program promosi produk misalnya, memerlukan kos yang
besar sehingga perlu ditunda pembebanannya sebagai deferred charges. Beban ini
kemudian mengakibatkan timbulnya biaya tambahan berupa amortisasi biaya promosi
selama taksiran jangka waktu manfaat promosi tersebut di masa depan.
Laba projeksian (projected profit). Untuk program bermotif laba, penyusun program
perlu memprojeksikan laba yang dapat dihasilkan dari program tersebut. Laba dihitung
dengan cara:
1. Menghitung selisih pendapatan dengan biaya (baik biaya kas maupun biaya
nonkas).
2. Menghitung penghematan biaya atau peningkatan pendapatan dari peningkatan
produktivitas yang diperoleh dari program penggantian
Arus kas projeksian. Program membutuhkan investasi besar yang harus dapat ditutup
dari arus kas masuk bersih (net cash inflows) yang diperoleh dari program yang
bersangkutan.
Oleh karena itu, untuk program bermotif laba diperlukan perhitungan kelayakan
ekonomis program secara individual dengan membandingkan total investasi yang
diperlukan untuk melaksanakan program yang bersangkutan dengan arus kas masuk
bersih yang diperkirakan akan diperoleh selama umur ekonomis program. Oleh karena
uang memiliki nilai waktu (time value of money), maka arus kas masuk bersih yang
diterima di masa depan memiliki nilai waktu uang yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan arus kas masuk bersih yang diterima sekarang. Oleh karena itu, biasanya
metode nilai tunai (present value method) atau metode internal rate return (IRR
method) dipakai untuk menilai kelayakan ekonomis program bermotif laba.
Arus kas keluar terdiri dari biaya tunai (cash costs) dan pajak penghasilan. Biaya
tunai adalah biaya berupa kas atau dalam jangka pendek akan dibayar dalam bentuk
tunai.
Biaya nonkas adalah biaya yang pengeluaran kasnya telah dilakukan berupa
investasi, sehingga selama masa umur ekonomis investasi, biaya tersebut berupa sunk
costs, seperti biaya depresiasi.
13
Dengan demikian, untuk menghitung arus kas masuk bersih (net cash inflows)
dari suatu investasi, prosedur perhitungan berikut ini diperlukan:
1. Menghitung arus kas masuk dari pendapatan penjualan produk dan jasa kepada
customer.
2. Menghitung biaya tunai dengan mengurangkan biaya nonkas (misalnya biaya
depresiasi) dari total biaya.
3. Menghitung kas keluar untuk pajak penghasilan dengan cara sebagaimana yang
dilukiskan pada Gambar 5.16.
4. Menghitung arus kas keluar dengan cara menjumlahkan biaya tunai dengan kas
keluar untuk pajak penghasilan.
5. Menghitung arus kas masuk bersih dengan cara mengurangkan arus kas masuk
dengan arus kas keluar.
Nilai waktu uang (time value of money). Investasi pada hakikatnya penanaman
sekarang dana dalam suatu usaha dengan harapan akan diperoleh arus kas masuk bersih
di masa depan. Perbedaan waktu sekarang pada saat investasi dilakukan dengan masa
yang akan datang pada waktu arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi mempunyai
nilai waktu uang (time value of money). Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan
penutupan kembali investasi, harus dipertimbangkan nilai waktu uang dan arus kas.
Perencanaan laba jangka panjang (long-range profit planning). Di muka telah
disebutkan bahwa penyusunan program (programming) pada hakikatnya merupakan
perencanaan laba jangka panjang (long-range profit planning) suatu proses untuk
merumuskan langkah-langkah strategik yang direncanakan mampu menghasilkan laba
tertentu yang diharapkan, sebanding dengan investasi yang akan dilakukan selama
periode program. Projeksi keuangan yang dibuat dalam penyusunan program harus
berangkat dari perhitungan laba yang diharapkan (desired profit) dari seluruh program
yang digunakan untuk menjabarkan inisiatif strategik. Perhitungan laba yang
diharapkan ditentukan oleh total investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan dan
cost of capital yang ditanggung oleh perusahaan dari penggunaan investasi tersebut
untuk menghasilkan pendapatan.
Dengan demikian informasi tentang total investasi yang direncanakan akan dilakukan
selama periode program menjadi kunci untuk perencanaan laba jangka panjang ini.
Di antara berbagai program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, ada program
bermotif laba dan program nirlaba. Investasi dalam program nirlaba tidak dapat
menghasilkan arus kas masuk yang dapat digunakan untuk menutup investasi dan
biaya operasi program tersebut. Oleh karena itu, penutupan investasi dan biaya operasi
program nirlaba dibebankan ke program-program bermotif laba. Dengan demikian
pada waktu menentukan desired rate of return yang diharapkan dari program bermotif
laba, perencana program harus memperhitungkan beban penutupan investasi dan biaya
operasi program nirlaba.
Setelah program bermotif laba dinilai kelayakan ekonomisnya secara individual,
akuntan manajemen kemudian membuat rekapitulasi arus kas masuk bersih
keseluruhan program, yang mencakup program bermotif laba dan program nirlaba.
Rekapitulasi total arus kas masuk bersih ini terdiri dari total investasi, arus kas masuk,
arus kas keluar, dan arus kas masuk bersih (selisih antara arus kas masuk dengan arus
kas keluar) untuk setiap program. Dari rekapitulasi total arus kas masuk bersih
keseluruhan program ini dapat dinilai kelayakan ekonomis program-program secara
keseluruhan, dengan membandingkan antara total investasi dengan total arus kas
masuk bersih keseluruhan program, setelah mempertimbangkan nilai waktu uang.
14
Metode nilai tunai (present value method) dan metode internal rate of return dapat
digunakan untuk menilai kelayakan ekonomis keseluruhan program ini.
Neraca projeksian
Neraca projeskisn berisi aset projeksian, liabilitas dan modal projeksian pada akhir
masa jangka waktu rencana laba jangka panjang. Informasi ini digunakan untuk
mengukur hasil pelipatgandaan kekayaan dengan menyajiikan posisi keuangan pada
akhir masa jangka waktu frencana laba jangka panjang.
15
1.11. Anggaran Tahunan Disusun Berdasarkan Program
Program yang telah disetujui kemudian dipakai sebagai dasar untuk menyusun
anggaran tahunan. Anggaran pada dasarnya merupakan perencanaan jangka pendek
yang berisi rencana pengimplementasian program yang akan dilaksanakan dalam tahun
anggaran tertentu. Dalam Gambar 5.28 diberi contoh anggaran tahun 2010, 2011, dan
2012 yang disusun berdasarkan rincian satu program masing-masing dari perspektif
customer dan perspektif proses serta beberapa program dari perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Dalam contoh tersebut program-program lain dalam perspektif
customer, perspektif proses, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tidak
diperlihatkan dalam gambar, untuk menyederhanakan contoh.
16
Gambar 5.28 Anggaran Tahunan yang Disusun Berdasarkan Program
17
Gambar 5.29 Keluaran yang Dihasilkan oleh Sistem Perumusan Strategi, Sistem
Perencanaan Strategik, dan Sistem Penyusunan Program
18
PEMBAHASAN
ACTIVITY BASED BUDGETING
2.1 PENDAHULUAN
Sistem penyusunan anggaran (budgeting) merupakan tahap keempat proses SPPM. Tahap
ini merupakan tahap terpendek jangka waktunya di antara tahap lain dalam proses
perencanaan. Tahap perencanaan sebelumnya sistem perumusan strategi, sistem
perencanaan strategik, sistem penyusunan program mencakup jangka waktu ke depan
yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu yang dicakup oleh anggaran.
Uraian dalam bab ini dimulai dengan penjelasan konsep anggaran dan pentingnya
tahap penyusunan anggaran dalam proses SPPM. Kemudian secara mendalam
diungkapkan berbagai kelemahan yang melekat dalam sistem penyusun anggaran
19
tradisional. Kemudian uraian dilanjutkan ke penyusunan anggaran dengan Balanced
Scorecard sebagai rerangka dan aktivitas sebagai basis (activity-based budgeting). Uraian
dalam bab ini diakhiri dengan gambaran proses penyusunan activity-based budgeting.
Tujuan penulisan bab ini adalah untuk menggambarkan pendekatan perencanaan laba
jangka pendek perusahaan yang lebih efektif untuk memfokuskan usaha seluruh personel
perusahaan untuk menciptakan nilai melalui pemuasan kebutuhan customer. Di samping
itu, uraian dalam bab ini juga dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana activity-
based budgeting mampu membangkitkan kegairahan seluruh personel dalam melakukan
improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan value
bagi customer. Mengingat dalam lingkungan bisnis sekarang customer sangat dominan,
penggeseran ke pendekatan activity-based budgeting dalam perencanaan laba jangka
pendek bukan lagi merupakan masalah pilihan, namun sudah menjadi sesuatu yang
menentukan kelangsungan hidup organisasi perusahaan.
20
Gambar dilukiskan posisi sistem penyusunan anggaran dalam total business planning.
21
Dalam Bab 19 Rerangka Pendesainan Proses SPPM telah dibahas bahwa sistem
manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard terdiri dari tiga komponen sistem: (1)
sistem trendwatching, SWOT analysis, envisioning, dan pemilihan strategi, (2) sistem
penerjemah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam action
plans yang komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang, serta (3) resource management
system. Pada Gambar Gambar 19.9 Tiga Kelompok Sistem dalam Proses SPPM, terlihat
bahwa sistem penyusunan anggaran merupakan tahap kedua dalam resource management
system yang dilakukan setelah penyusunan program selesai dilaksanakan. Sebagai bagian
dari resource management system, sistem penyusunan anggaran digunakan dalam
merencanakan laba untuk jangka waktu pendek, biasanya satu tahun atau kurang. Sistem
penyusunan anggaran merupakan tahap perencanaan pengelolaan sumber daya yang
terpendek jangka waktunya dan merupakan tahap perencanaan terakhir, sebelum rencana
pengelolaan sumber daya diimplementasikan. Oleh karena pada dasarnya organisasi
perusahaan merupakan institusi pencipta kekayaan, penyusunan anggaran merupakan
tahap penting dalam resource management system.
Melalui sistem penyusunan anggaran, direncanakan jumlah dan nilai sumber daya yang
akan diperoleh organisasi dari customer melalui result-producing activities yang akan
dilaksanakan selama tahun anggaran dan jumlah dan nilai sumber daya perusahaan yang
akan dikonsumsi oleh result-producing activities, result-contributing activities, support
activities, dan hygiene and housekeeping activities dalam memenuhi kebutuhan customer
selama jangka waktu yang sama. Penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan
perencanaan penciptaan nilai (value creation), sehingga sistem penyusunan anggaran harus
menjanjikan dihasilkannya laba memadai selama jangka waktu anggaran, agar organisasi
mampu memenuhi tujuannya—menciptakan kekayaan. Oleh karena itu, sistem
penyusunan anggaran disebut pula sebagai system perencanaan laba jangka pendek ( Short
run profit planning).
22
MITOS REALITAS
1. Anggaran merupakan tanggung 1. Anggaran merupakan tanggung
jawab fungsi keuangan, atau lebih jawab semua fungsi, terutama fungsi
sempit lagi fungsi anggaran. operasi.
Gambar ini melukiskan proses cascading company scorecard melalui dua tahap
tersebut di atas. Cascading yang dilukiskan pada Gambar tersebut hanya bersifat
deskriptif—untuk memberikan gambaran bagaimana sasaran strategik, ukuran hasil,
ukuran pemacu kinerja, target dan inisiatif strategik jenjang organisasi tertinggi (company
24
scorecard) dituangkan ke scorecard jenjang mission center. Cascading yang dilukiskan
pada Gambar tersebut tidak bersifat preskriptif—suatu aturan yang harus dilaksanakan
sebagaimana yang tercermin pada gambar tersebut. Pada gambar tersebut dilukiskan proses
cascading dilaksanakan dengan menuangkan sasaran strategik, ukuran hasil, ukuran
pemacu kinerja, target, dan inisiatif strategik setiap perspektif jenjang organisasi tertinggi
(company) ke sasaran strategik, ukuran hasil, ukuran pemacu kinerja, target, dan inisiatif
strategik di perspektif yang sama di jenjang organisasi di bawahnya (mission center dan
service center). Cascading tidak selalu berjalan sebagaimana yang dilukiskan dalam
Gambar tersebut.
25
Cascading Company Scorecard Ke Mission Center Scorecard oleh
Manajer Sistem dan Manajer Fungsional Utama
Dalam struktur organisasi lintas fungsional sebagaimana yang dilukiskan pada Gambar,
unit organisasi yang termasuk dalam mission center adalah: (1) organisasi sistem dan (2)
organisasi fungsional utama. Organisasi sistem didesain untuk memobilisasi para ahli dan
peralatan yang dikelola oleh organisasi fungsional utama untuk melayani customer.
Organisasi fungsional utama didesain untuk menyediakan para ahli dan peralatan untuk
dimanfaatkan oleh organisasi sistem dalam melayani customer. Dengan demikian mission
centers terdiri dari dua kelompok unit organisasi:
1. Organisasi sistem yang terdiri dari: Sistem Pemasaran, Sistem Rawat Jalan, Sistem
Rawat Inap, dan Sistem Rawat Darurat, Sistem Rawat Intensif, dan Sistem Riset dan
Pengembangan.
2. Organisasi fungsional utama yang terdiri dari: medik, keperawatan, diagnostik,
farmasi, gizi, dan bedah sentral
Sasaran strategik di perspektif keuangan dalam company scorecard dijadikan sebagai
sasaran strategik di perspektif keuangan untuk semua jenjang organisasi. Dengan demikian
yang perlu dilakukan cascading adalah sasaran strategik di perspektif customer, proses,
serta pembelajaran dan pertumbuhan dalam company scorecard.
Gambar ini melukiskan proses cascading company scorecard ke mission center
scorecard. Contoh yang dipakai adalah cascading sasaran strategik “meningkatnya kualitas
jasa” di company scorecard ke mission center scorecard: Sistem Rawat Jalan dan Medik.
Dalam proses cascading company scorecard, manajer Sistem Rawat Jalan mengajukan
pertanyaan kepada dirinya: “Sasaran strategik apa yang harus dicapai oleh Sistem Rawat
Jalan agar memberikan kontribusi signifikan kepada perusahaan dalam mencapai sasaran
strategik organisasi: “meningkatnya kualitas jasa?” Oleh karena manajer Sistem Rawat
Jalan bertanggung jawab untuk memobilisasi seluruh sumber daya perusahaan dalam
memberikan layanan kepada pasien rawat jalan, maka manajer Sistem Rawat Jalan
memilih perspektif customer untuk memberikan kontribusi kepada company scorecard di
perspektif customer dengan merumuskan sasaran strategik: “meningkatnya kualitas jasa
layanan rawat jalan” dengan ukuran hasil “jumlah pasien rawat jalan baru” dan ukuran
pemacu kinerja “tingkat kesalahan layanan.” Inisiatif strategik pilihan untuk mencapai
sasaran strategik tersebut adalah “meningkatkan ketepatan tindakan medik untuk pasien
rawat jalan.”
26
Gambar Cascading Company Scorecard ke Mission center Scorecard oleh Manajer Sistem
Rawat Jalan dan Manajer Medik
Oleh karena dalam organisasi lintas fungsional, manajer fungsional utama tidak
berhubungan langsung dengan penyediaan layanan bagi customer, namun di bawah
pimpinan dan koordinasi dari manajer sistem, maka dalam proses cascading, manajer
organisasi fungsional utama mendasarkan cascading-nya pada scorecard unit organisasi
sistem. Dalam contoh ini, manajer Medik mendasarkan cascading unit organisasinya
berdasarkan scorecard Sistem Rawat Jalan. Dalam Gambar, mission center Medik juga
memberi kontribusi signifikan dalam pencapaian sasaran strategik “meningkatnya kualitas
jasa” di company scorecard. Manajer Medik bertanggung jawab untuk menyediakan staf
medik untuk memberikan medical treatment kepada pasien. Oleh karena itu, manajer
Medik memilih perspektif pembelajaran dan pertumbuhan untuk memberikan kontribusi
signifikan ke pencapaian sasaran strategik perusahaan dalam company scorecard.
27
2.7 PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS AKTIVITAS
Penyusunan anggaran berbasis Balanced Scorecard mengarahkan penyusunan anggaran ke perwujudan visi melalui
strategi pilihan. Melalui cascading company scorecard ke scorecard unit organisasi yang lebih rendah dapat
dihasilkan sasaran dan inisiatif strategik mission center dan service center. Inisiatif strategik setiap mission center
dan service center dijabarkan lebih lanjut ke dalam program. Kemudian setiap program dibuatkan kartu program
yang antara lain berisi informasi tentang kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun selama jangka waktu program,
prakiraan investasi yang akan dilakukan dalam jangka waktu program, prakiraan pendapatan yang akan diperoleh
setiap tahun selama jangka waktu program, prakiraan biaya yang akan dikeluarkan setiap tahun selama jangka
waktu program, prakiraan arus kas yang diterima dan dikeluarkan setiap tahun selama jangka waktu program.
Berdasarkan informasi dalam kartu program inilah anggaran untuk tahun tertentu disusun dengan merinci lebih
lanjut kegiatan, investasi, pendapatan, biaya, dan arus kas yang diprakirakan per bulan selama tahun anggaran.
Dengan cascading company scorecard sebagaimana yang diuraikan di atas ini, dibangun hubungan yang erat antara
anggaran dengan visi, tujuan, dan strategi organisasi
28
Gambar Penjabaran Program ke dalam Anggaran Tahunan
Activity-based budgeting berperan besar dalam penjabaran program ke anggaran. Penjabaran program ke
anggaran pada hakikatnya merupakan kegiatan memperhalus prakiraan pendapatan, biaya, dan cost of capital yang
akan diperoleh atau dikeluarkan dalam tahun anggaran melalui berbagai pemacu nilai berikut ini: penciptaan dan
pertumbuhan pangsa pasar, peningkatan laju pertumbuhan penjualan, peningkatan profit margin, pengurangan
biaya, pengurangan pajak penghasilan, pengurangan beban modal, dan peningkatan produktivitas aktiva.
Activity-based budgeting dilandasi dengan rerangka keterkaitan antara customer,
produk/jasa, aktivitas, dan sumber daya sebagaimana dilukiskan pada Gambar. Dari model
ini terlihat bahwa customer lah yang menjadi penyebab utama keberadaan suatu organisasi.
Customer lah yang menyebabkan suatu organisasi menghasilkan produk dan jasa, karena dari
customer lah mengalir kas masuk yang menjadikan suatu organisasi mampu self propelling—
hidup dengan kekuatannya sendiri; bukan hidup yang ditopang oleh investor. Produk dan jasa
29
yang dibutuhkan oleh organisasi memerlukan aktivitas untuk menghasilkannya. Dan oleh
karena produk dan jasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan customer, maka hanya
aktivitas yang menambah nilai bagi customer lah (value-added activities) yang seharusnya
dipilih untuk menghasilkan produk dan jasa. Aktivitas lah yang menjadi penyebab sumber
daya dikonsumsi. Itulah sebabnya dalam manajemen modern, titik pusat pengelolaan
diletakkan pada aktivitas, karena aktivitas lah yang digunakan untuk menghasilkan produk
dan jasa bagi customer dan aktivitas lah yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya.
Pengelolaan yang menjadikan aktivitas sebagai titik pusat bertujuan untuk menghasilkan
customer value dalam memenangkan pilihan customer, yaitu dengan menghasilkan manfaat
terbaik bagi customer secara cost effective. Cost effectiveness tercapai jika sumber daya hanya
dikonsumsi oleh value- added activities dalam upaya untuk menghasilkan produk dan jasa
bagi customer.
Customer
Gambar Keterkaitan Antara Customer, Produk dan Jasa, Aktivitas, dan Sumber Daya
30
digunakan untuk memperoleh pendapatan menjadi ukuran apakah aktivitas yang
dilaksanakan oleh perusahaan selama tahun anggaran dapat menciptakan nilai (value
creation) atau menghancurkan nilai (value destruction). Oleh karena itu, activity-based
budgeting pada dasarnya merupakan perencanaan aktivitas untuk penciptaan nilai. Dalam
penciptaan nilai, fokus perhatian penyusun anggaran diarahkan ke tujuh pemacu nilai
(value drivers) berikut ini:
1. Pemerolehan atau pertumbuhan pangsa pasar
2. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan
3. Peningkatan produktivitas aktiva
4. Peningkatan profit margin
5. Pengurangan pajak penghasilan
6. Pengurangan biaya
7. Pengurangan biaya modal (cost of capital)
Nilai yang diciptakan diukur dengan menggunakan ukuran economic value added
(EVA) yang dihitung dengan formula berikut ini:
Dampak setiap pemacu nilai terhadap komponen EVA dilukiskan pada Gambar
31
NILAI
EVA
PEMACU
NILAI
Peningkatan
Produktivitas
Aktiva
Peningkatan Laju Pengurangan Pajak
Pertumbuhan Penghasilan
Penjualan
Peningkatan
Profit Margin
Gambar Ukuran Nilai EVA, Komponen EVA, dan Pemacu Nilai yang Berkaitan
32
Activity-based budgeting merupakan proses perencanaan pengerahan dan
pengarahan seluruh aktivitas perusahaan ke pemacu nilai. Secara umum, aktivitas
perusahaan untuk penciptaan nilai dikelompokkan ke dalam empat golongan: (1) result-
producing activities, (2) result-contributing activities, (3) support activities, dan (4)
hygiene and housekeeping activities.
Result-producing activities adalah aktivitas yang secara langsung berkaitan dengan
penyediaan produk dan jasa bagi customer luar. Kelompok aktivitas ini mendatangkan
pendapatan bagi perusahaan. Contoh result producing activities adalah: aktivitas fungsi
penjualan (perusahaan manufaktur), aktivitas fungsi pemberian kredit (perbankan),
aktivitas pelayanan medik (institusi pelayanan kesehatan), dan aktivitas pelayanan kapal
(pelabuhan). Dalam proses penyusunan activity-based budgeting, manajer result-
producing activities bertanggung jawab untuk merencanakan langkah-langkah untuk
memacu nilai berikut ini: penciptaan atau pertumbuhan pangsa pasar, peningkatan laju
pertumbuhan penjualan, peningkatan profit margin, peningkatan produktivitas aktiva.
Result-contributing activities adalah aktivitas yang memberikan dukungan secara
langsung kepada result-producing activities dalam penyediaan produk dan jasa bagi
customer. Contoh result contributing activitiesadalah: aktivitas fungsi produksi
(perusahaan manufaktur), aktivitas fungsi legal (perbankan), aktivitas laboratorium dan
rekam medik (institusi pelayanan kesehatan), dan aktivitas pemeliharaan dermaga
(pelabuhan). Dalam proses penyusunan activity-based budgeting, manajer result-
contributing activities bertanggung jawab untuk merencanakan langkah-langkah untuk
memacu nilai berikut ini: pengurangan biaya, dan peningkatan produktivitas aktiva.
Support activities adalah pusat jasa yang menyediakan layanan bagi result- producing
activities dan result-contributing activities. Contoh support activities adalah: aktivitas
fungsi keuangan dan akuntansi (perusahaan manufaktur), aktivitas fungsi sumber daya
manusia (perbankan), aktivitas akuntansi dan keuangan (institusi pelayanan kesehatan),
dan aktivitas akuntansi dan keuangan (pelabuhan). Dalam proses penyusunan activity-
based budgeting, manajer support activities bertanggung jawab untuk merencanakan
langkah-langkah untuk memacu nilai berikut ini: pengurangan biaya, pengurangan pajak
penghasilan, peningkatan produktivitas aktiva.
Hygiene and housekeeping activities adalah pusat jasa yang menyediakan layanan
kebersihan dan kerumahtanggaan bagi result-producing activities, result-contributing
activities, dan support activities. Contoh hygiene and housekepping activities adalah:
aktivitas fungsi kebersihan lingkungan dan aktivitas kafetaria. Dalam proses penyusunan
activity-based budgeting, manajer hygiene and housekeeping activities bertanggung jawab
untuk merencanakan langkah-langkah untuk memacu nilai berikut ini: pengurangan biaya
dan peningkatan produktivitas aktiva.
Secara bersama-sama (kerja sama lintas fungsional) result-producing activities dan
result-contributing activities dikerahkan dan diarahkan ke tujuh pemacu nilai berikut ini:
(1) pemerolehan atau pertumbuhan pangsa pasar, (2) peningkatan laju pertumbuhan
penjualan, (3) peningkatan profit margin, (4) peningkatan produktivitas aktiva, (5)
pengurangan biaya, (6) pengurangan pajak penghasilan, (7) dan pengurangan biaya modal
(cost of capital). Dalam pengerahan dan pengarahan ke tujuh pemacu nilai tersebut, result-
producing activities dan result-contributing activities didukung oleh support activities dan
hygiene and housekeeping activities.
33
Mindset yang Melandasi Activity-Based Budgeting
Activity-based budgeting dilandasi oleh tiga mindset: customer value mindset, continuous
improvement mindset, dan organizational system mindset. Customer value mindset
mengarahkan proses penyusunan anggaran untuk menjadikan organisasi mampu
menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customer melalui berbagai
value-added activity bagi customer. Continuous improvement mindset mendorong seluruh
personel untuk merencanakan improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang
digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan value bagi customer. Organizational
system mindset menghasilkan aktivitas pemberdayaan karyawan dan pengembangan
organisasi nirbatas (boundaryless organization) yang menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman bagi personel untuk secara optimum memanfaatkan kompetensi dan komitmen
mereka.
Perbedaan Activity-Based Budgeting dengan Functional-Based
Budgeting
Activity-based budgeting berbeda secara signifikan dibandingkan dengan functional- based
budgeting.
1. Fokus functional-based budgeting adalah perwujudan tujuan fungsi (seperti fungsi
pemasaran, fungsi produksi, dan fungsi keuangan), sehingga seringkali tujuan
perusahaan secara keseluruhan terabaikan. Activity-based budgeting, di lain pihak,
berfokus ke pencapaian tujuan sistem—serangkaian proses yang didesain untuk
menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan customer, baik intern maupun
ekstern.
2. Manajer yang bertanggung jawab sebagai penyusun anggaran (budgetee) dalam
functional-based budgeting adalah manajer fungsional—manajer yang memimpin
personel yang memiliki keahlian spesifik dan sempit. Spesialisasi keahlian personel di
bawah manajer fungsional mengurangi kemampuan mereka untuk memecahkan
masalah atau menggarap peluang bisnis yang kompleks. Di lain pihak, penyusun
anggaran dalam activity-based budgeting terutama adalah: case manager dan team
leader. Kedua tipe pemimpin ini memimpin berbagai personel yang memiliki berbagai
keahlian, sehingga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah atau menggarap
peluang bisnis yang kompleks dalam waktu cepat.
3. Tujuan yang hendak dicapai melalui functional-based budgeting adalah: (1)
menjalankan bagian dari sistem yang telah ada, (2) memenuhi kebutuhan fungsi, (3)
menyediakan tolok ukur untuk pengendalian pelaksanaan pekerjaan fungsi, dan (4)
alokasi sumber daya (resource allocation). Di lain pihak, activity-based budgeting
bertujuan untuk: (1) melaksanakan improvement terhadap sistem (bukan hanya bagian
dari sistem), (2) memuasi kebutuhan customer, baik intern maupun ekstern,
(3) mencari peluang bisnis, bukan sekadar penyelesaian masalah-masalah bisnis yang
dihadapi, dan (4) mewujudkan penciptaan nilai (value creation) melalui manajemen
berbasis aktivitas. Secara ringkas perbedaan functional-based budgeting dengan
activity-based budgeting disajikan pada Gambar 26.18.
34
pemasaran. Berdasarkan prakiraan penjualan ini, kemudian dilakukan alokasi sumber daya
ke fungsi-fungsi lain seperti teknik, produksi, pengadaan, keuangan, akuntansi, keamanan,
SDM untuk menunjang perwujudan prakiraan penjualan yang dibuat oleh fungsi
pemasaran.
2. Oleh karena fokus penyusunan anggaran adalah pada perencanaan aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan value bagi customer, baik intern maupun ekstern,
penyusun anggaran memperoleh gambaran jelas antara penyebab dengan akibat.
Pendapatan dihasilkan dari pengerahan result-producing activities, result-
contributing activities, support activities, dan hygiene and housekeeping activities
ke pemacu nilai berikut ini: (1) pemerolehan dan pengembangan pangsa pasar, (2)
peningkatan laju pertumbuhan penjualan, (3) peningkatan profit margin, (4)
peningkatan produktivitas aktiva. Pengurangan biaya dihasilkan dari pengerahan
result-producing activities, result-contributing activities, support activities, dan
hygiene and housekeeping activities ke pemacu nilai berikut ini: (1) pengurangan
biaya, (2) pengurangan pajak penghasilan, dan
35
(3) pengurangan cost of capital.
Oleh karena biaya timbul sebagai akibat dari adanya aktivitas, cara yang efektif
ditempuh oleh personel dalam pengurangan biaya adalah dengan mengelola penyebab
timbulnya biaya tersebut—aktivitas. Anggaran merupakan langkah strategik untuk
melaksanakan pengurangan biaya (cost reduction) melalui perencanaan aktivitas yang
mengkonsumsi biaya. Penyusun anggaran memanfaatkan informasi berlimpah tentang
aktivitas untuk menyusun anggaran biaya. Informasi tentang activity driver dan
resource driver yang berkaitan dengan setiap aktivitas menyebabkan kejelasan sebab
akibat antara cost object, aktivitas, dan biaya. Kejelasan sebab-akibat inilah yang
menyebabkan personel mempunyai target yang jelas yang harus dicapai selama tahun
anggaran. Kejelasan target, seperti target non-value-added activities yang akan
dikurangi dan dieliminasi, cost reduction target, serta target peningkatan penghasilan
(revenue enhancement target), akan meningkatkan kejelasan peran yang disandang
oleh personel sehingga kondisi seperti ini akan membangkitkan semangat dalam diri
personel di dalam mewujudkannya.
3. Activity-based budgeting mendorong personel untuk mengimplementasikan cara
berpikir berbasis sistem (system thinking)—keputusan improvement di satu bidang
tidak dapat dilepaskan pengaruhnya terhadap bidang lainnya. Keseluruhan lebih
penting daripada sekadar bagian-bagiannya. Hal ini berbeda dengan functional- based
budgeting, yang memandang bagian (atau fungsi) lebih penting daripada keseluruhan.
36
Gambar Proses Penyusunan Anggaran Berbasis Aktivitas
2.9 Harga Jual = Kos Penuh (Full Cost) + Laba Memadai yang
Diharapkan
Alasan yang mendasari formula tersebut adalah bahwa perusahaan harus dapat
memperoleh pendapatan dalam jumlah memadai untuk dapat menutup kos produk atau jasa
dan menghasilkan laba memadai. Alasan tersebut masuk akal jika produsen memegang
kendali di pasar (posisi monopoli) dan produk/jasa memiliki usia yang panjang.
37
Dalam kondisi pasar yang di dalamnya customer memegang kendali bisnis, penentuan
harga jual berdasarkan formula tersebut akan mengakibatkan perusahaan rentan untuk
ditinggalkan oleh customer. Oleh karena itu, logika penentuan harga jual produk diubah
seratus delapan puluh derajat. Harga jual produk ditentukan oleh kesediaan customer untuk
membayar, sedangkan produsen bertanggung jawab untuk membuat produk dengan biaya
yang mampu menghasilkan laba memadai.
Dalam penyusunan activity-based budget, budgetees juga perlu menerapkan
pendekatan target costing sebagaimana diuraikan di atas. Budgetees tidak berangkat dari
berapa biaya yang akan dikeluarkan oleh timnya untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
customers (sebagaimana yang biasa dilakukan dalam penyusunan functional-based
budget), namun harus berangkat dari berapa biaya yang dapat ditanggung oleh customer.
Biaya yang dapat ditanggung oleh customer inilah yang dijadikan sebagai target costs dan
dijadikan sebagai dasar untuk merancang berbagai aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai target costs tersebut. Pendekatan ini di samping memfokuskan kegiatan
penyusunan anggaran ke kebutuhan customers (melalui usaha untuk mengetahui berapa
biaya yang dapat ditanggung oleh customers), juga memacu budgetees untuk melakukan
improvement terhadap sistem yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
customers (dengan penetapan target costs yang harus dicapai dalam tahun anggaran).
Target costs dihitung dengan formula sebagai berikut:
Aktivitas penambah nilai (value added activity). Aktivitas penambah nilai adalah
38
aktivitas untuk mempertahankan perusahaan atau bagiannya tetap bertahan dalam
bisnisnya. Beberapa aktivitas penambah nilai merupakan aktivitas yang harus dilaksanakan
(required activities), yaitu aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan yang dikeluarkan
pihak yang berwenang. Beberapa aktivitas penambah nilai lain merupakan aktivitas
kebijakan (discretionary activity). Aktivitas penambah nilai yang berupa aktivitas
kebijakan harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Aktivitas tersebut menyebabkan perubahan keadaan.
2. Perubahan keadaan tidak dapat dicapai dengan aktivitas sebelumnya.
3. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan.
Sebagai contoh, dalam proses produksi buku, terdapat tiga aktivitas: setting,
pencetakan, dan penjilidan. Aktivitas setting adalah aktivitas penyusunan tata letak naskah
(page layout) yang menghasilkan plat yang siap untuk dicetak. Aktivitas ini merupakan
aktivitas penambah nilai karena: (1) aktivitas tersebut menyebabkan perubahan keadaan,
dari naskah yang belum siap cetak menjadi plat yang berisi naskah yang siap cetak, (2)
perubahan keadaan tersebut tidak dapat dicapai dengan aktivitas sebelumnya, dan (3)
aktivitas setting memungkinkan pencetakan naskah dapat dilaksanakan. Lihat Gambar
26.23 untuk memperjelas persyaratan suatu aktivitas disebut sebagai aktivitas penambah
nilai.
Perubahan dalam
aktivitas penambah Aktivitas ini Aktivitas pen
nilai tidak dapat menyebabkan nilai memung
dilakukan dalam perubahan aktivitas beri
aktivitas sebelumnya dapat dilaksa
Aktivitas
Penambah
Aktivitas Aktivitas
Sebelumnya Nilai Berikutnya
Karakteristik aktivitas penambah nilai tersebut mudah diamati dalam aktivitas ope-
rasional, namun sulit untuk menentukan apakah aktivitas manajerial memiliki ketiga
karakteristik tersebut. Aktivitas manajerial khusus didesain untuk mengelola aktivitas
penambah nilai yang lain—untuk menjamin aktivitas penambah nilai yang lain
dilaksanakan secara efisien dan pada waktu yang semestinya. Apakah aktivitas supervisi
menyebabkan perubahan keadaan? Jawabannya ada dua: (1) aktivitas supervisi merupakan
sumber daya yang memungkinkan aktivitas operasional melakukan perubahan keadaan.
Oleh karena itu, aktivitas supervisi merupakan masukan bagi aktivitas penambah nilai lain,
(2) supervisi menghasilkan keteraturan dengan mengubah keadaan aktivitas yang tidak
terkoordinasi menjadi aktivitas terkoordinasi.
39
Improvement terhadap aktivitas penambah nilai dilakukan dengan: (1) activity
selection dan (2) activity sharing. Rencana improvement ini akan menghasilkan
perhitungan target cost reduction yang dapat dihasilkan dalam tahun anggaran.
Aktivitas bukan penambah nilai . (non value added activity) Aktivitas bukan penambah
nilai merupakan aktivitas yang tidak diperlukan dalam menghasilkan value bagi customer.
Aktivitas yang tidak memenuhi salah satu dari tiga kriteria aktivitas penambah nilai
tersebut di atas merupakan aktivitas bukan penambah nilai. Penyimpangan dari dua
karakteristik pertama merupakan ciri khas aktivitas bukan penambah nilai. Inspeksi
terhadap hasil setting merupakan aktivitas bukan penambah nilai, aktivitas pendeteksi
keadaan, bukan aktivitas pengubah keadaan. Dengan demikian aktivitas inspeksi tidak
memenuhi karakteristik pertama karena inspeksi bukan merupakan aktivitas pengubah
keadaan. Contoh lain adalah aktivitas pengerjaan kembali produk rusak. Aktivitas ini
memenuhi karakteristik pertama, karena pengerjaan kembali produk rusak mengubah
produk yang rusak menjadi produk yang baik. Namun, aktivitas ini tidak memenuhi
karakteristik kedua, karena aktivitas ini seharusnya telah dapat dicapai dengan aktivitas
sebelumnya, sehingga pengerjaan kembali produk rusak tersebut merupakan pemborosan,
dan tidak menambah nilai bagi customer.
40
Improvement terhadap aktivitas bukan penambah nilai dilakukan dengan: (1) activity
reduction dan (2) activity elimination. Rencana improvement ini akan menghasilkan
perhitungan target cost reduction yang dapat dihasilkan dalam tahun anggaran.
41
3.
4. RANGKUMAN
Pergeseran struktur organisasi ke tim lintas fungsional dan pergeseran manajemen ke
manajemen berbasis aktivitas menuntut perubahan pendekatan dalam proses
penyusunan anggaran. Activity-based budgeting telah menggeser pendekatan
fungsional dalam penyusunan anggaran. Rencana laba jangka pendek yang disusun
berbasis aktivitas lebih memperjelas apa yang akan dilakukan oleh personel dalam
memuasi kebutuhan customers. Di samping itu, activity-based budgeting mampu
mewujudkan semangat personel dalam melakukan improvement berkelanjutan terhadap
sistem yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customers.
Pendekatan ini menjanjikan efektivitas rencana laba jangka pendek yang disusun oleh
organisasi, mengingat telah bergesernya kendali bisnis ke tangan customers. Paul
Sharman memperkirakan bahwa activity-based costing akan diterima oleh semua
organisasi (di U.S.A.) sebagai mekanisme penentuan object cost. Di samping itu, cross-
functional, process-based, activity-based budgeting akan dengan segera menggantikan
functional based budgeting.2
Activity-based budgeting mengarahkan personel dalam menghasilkan target cost
reduction selama tahun anggaran. Faktor penting yang memberdayakan personel dalam
menghasilkan target cost reduction dalam proses penyusunan anggaran adalah
informasi berlimpah tentang aktivitas seperti: customer aktivitas, nilai aktivitas
dipandang dari sudut customer (value- and non-value-added activities), resource driver,
resource driver quantity, activity driver, activity driver quantity, cycle effectiveness,
perilaku biaya dalam hubungannya dengan aktivitas, tipe aktivitas (volume-related
activities and non-volume- related activities), cost object. Informasi lengkap tentang
aktivitas inilah yang menjadikan personel perusahaan well-equipped untuk melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas (activity-based management), sehingga mereka berdaya
untuk menjanjikan target cost reduction dalam penyusunan anggaran. Meskipun
demikian, activity-based budgeting tidak hanya berfokus ke biaya, namun juga
diarahkan pula ke penciptaan nilai terbaik bagi customer.
Penerapan pendekatan activity-based budgeting dalam penyusunan rencana laba
jangka pendek perusahaan bukan lagi merupakan masalah pilihan, namun sudah
merupakan masalah kelangsungan hidup perusahaan. Jika trend perusahaan-perusahaan
yang bermain di pasar global menuju ke activity-based budgeting, waktu tidak lagi
berpihak kepada eksekutif Indonesia dalam hal penerapan pendekatan activity-based
budgeting tersebut. Bab ini mencoba memicu kesadaran ini dan menjelaskan bagaimana
mengadopsi pendekatan baru dalam penyusunan rencana laba jangka pendek
perusahaan. Untuk mengakhiri bab ini, disajikan berikut ini kata-kata bijak dari David
Jaquith: “Good result without good planning come from good luck, not good
management.” Suatu hasil yang berasal dari keberuntungan tidak akan dapat diulangi
lagi pencapaiannya oleh organisasi. Good management tercermin dari good planning
yang disusun oleh personel organisasi. Good result sebagai akibat dari good planning
akan menjanjikan keberhasilan jangka panjang, karena keberhasilan
organisasi berasal dari kapabilitas untuk merencanakan dan
mewujudkan rencana tersebut ke dalam kenyataan. Kapabalitas itulah yang
menjanjikan keberhasilan jangka panjang.
42
S 1 Akuntansi STIE Bhakti Pembangunan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
43
S 1 Akuntansi STIE Bhakti Pembangunan
aktivitas dipandang dari sudut customer (value- and non-value-added activities),
resource driver, resource driver quantity, activity driver, activity driver quantity,
cycle effectiveness, perilaku biaya dalam hubungannya dengan aktivitas, tipe
aktivitas (volume-related activities and non-volume- related activities), cost object.
Informasi lengkap tentang aktivitas inilah yang menjadikan personel perusahaan
well-equipped untuk melakukan pengelolaan terhadap aktivitas (activity-based
management), sehingga mereka berdaya untuk menjanjikan target cost reduction
dalam penyusunan anggaran. Meskipun demikian, activity-based budgeting tidak
hanya berfokus ke biaya, namun juga diarahkan pula ke penciptaan nilai terbaik
bagi customer
B. Saran
Dengan disususnnya makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui tentang materi
system penyusunan program dan Sistem Activity Based Budgeting sehingga menjadikan
mahasiswa dapat menentukan kegiatan usaha secara efektif dan efisien pada perusahaan.
DARTAR PUSTAKA
Mulyadi, Setiawan, Johny, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi ke-2,
Cetakan ke-1, Salemba Empat, Jakarta.
44
S 1 Akuntansi STIE Bhakti Pembangunan