Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOASIAL DAN ILMU POLTIK

Matakuliah : Studi Hadis


Prodi/semester : Ilmu Politik/I
Nama : Wahyu Agung Nuril Fahmi
Nim : 10040122118
Jenis UAS : Ujian Tulis
Waktu : Rabu, 04 Januari 2023

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!.

1. Jelaskan pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitas sanadnya, serta macam-macam
hadis mutawatir dan hadis ahād!

2. Jelaskan macam-macam hadis da'if yang disebabkan karena terputus sanadnya, bagaimana
cara untuk mengetahui hadis palsu (mawdu')? Jelaskan!

3. Apa saja yang diperlukan bagi seseorang yang akan melakukan penelitian hadis, terangkan
mengapa dalam periwayatan hadis terjadi perbedaan redaksi matan hadis!

4. Jelaskan dan uraikan delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam memahami hadis
menurut Yusuf al-Qardawi dan berikan contoh pada masing-masing!

Selamat mengerjakan !

JAWABAN

1. Pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitas sanadnya dibedakan menjadi dua,
yaitu hadis mutawatir dan hadis ahād.
Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang dari
banyak tempat sehingga tidak mungkin bahwa mereka semua membuatnya upaya.
Hadis semacam ini memiliki kualitas sanad yang sangat kuat dan dianggap benar.
Contoh hadis mutawatir adalah hadis tentang kewajiban puasa Ramadan dan haji.
Hadis Ahād adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu atau beberapa orang. Ini
adalah hadis yang lebih lemah dari hadis mutawatir, namun masih dianggap benar jika
kualitas sanadnya bagus. Contohnya adalah hadis tentang cara membayar zakat
2. Macam-macam hadis da’if yang disebabkan oleh terputusnya sanadnya adalah
sebagai berikut:
1. Hadis Mu’allaq: Hadis ini berasal dari riwayat yang terputus di awal
sanadnya.
2. Hadis Mudallas: Hadis ini berasal dari riwayat yang terputus di akhir
sanadnya.
3. Hadis Mursal: Hadis ini berasal dari riwayat yang terputus di tengah
sanadnya.
4. Hadis Mu’dil: Hadis ini berasal dari riwayat yang terputus di tengah-tengah
sanadnya.
Untuk mengetahui hadis palsu (mawdu’), cara yang paling efektif adalah
dengan memeriksa sanadnya. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari sanad hadis,
yaitu nama-nama perawi yang membawanya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Jika nama perawi yang tercantum dalam sanad hadis tidak diketahui atau
tidak dikenal, maka hadis tersebut harus dikeluarkan. Selain itu, jika ada lompatan
generasi dalam sanad hadis, maka hadis tersebut juga harus diperiksa dengan lebih
teliti. Jika ada yang tidak benar, maka hadis tersebut harus dikeluarkan.
3. Para ahli hadis menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang diperlukan dalam
melakukan penelitian hadis, yaitu: 1. Ilmu Usul al-Hadis: Ini adalah cabang ilmu yang
membahas tentang asal-usul hadis, bagaimana hadis itu disampaikan, siapa yang
menyampaikannya, dan sebagainya. Ilmu ini sangat penting untuk memastikan bahwa
hadis yang disebutkan benar-benar merupakan hadis yang sahih atau valid. 2. Ilmu
Manuskrip: Ilmu ini membahas tentang bagaimana hadis ditulis, bagaimana
manuskrip hadis dipelihara, dan bagaimana manuskrip hadis ditelaah. 3. Ilmu
Perbandingan: Ilmu ini membahas tentang perbandingan antara hadis yang berbeda,
yang dapat menunjukkan bagaimana hadis yang berbeda bisa memiliki redaksi yang
berbeda. 4. Ilmu Tasawuf: Ilmu ini membahas tentang bagaimana hadis diterima oleh
masyarakat. 5. Ilmu Tafsir: Ilmu ini membahas tentang bagaimana hadis
memengaruhi tafsir al-Qur'an. Mengapa dalam periwayatan hadis terjadi perbedaan
redaksi matan hadis? Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor, yaitu
pengaruh budaya, pengaruh orang yang menyampaikan hadis, dan juga karena adanya
perbedaan dalam cara mengutip hadis. Selain itu, perbedaan redaksi matan hadis juga
dapat disebabkan oleh adanya kesalahan dalam mengingat hadis, atau karena hadis itu
sendiri berbeda dari yang diharapkan. Namun, meski ada perbedaan redaksi hadis,
nilai-nilai ajaran dalam hadis tetap sama.
4. Yusuf al-Qardawi menyebutkan delapan aspek yang harus diperhatikan dalam
memahami hadis: 1. Asbab al-Nuzul: Ini adalah alasan atau latar belakang kenapa
hadis tersebut diturunkan. Contoh: Hadis tentang berjual beli yang diturunkan pada
kondisi pasar yang tidak adil. 2. Maslahah Mursalah: Ini adalah tujuan umum yang
diinginkan oleh Nabi dari hadis tersebut. Contoh: Hadis tentang kesopanan dan adab
yang diturunkan untuk menjaga hubungan baik antara orang-orang. 3. Islah al-
Manahij: Ini adalah proses memahami hadis secara komprehensif. Contoh: Hadis
tentang sikap berbakti kepada orang tua yang membutuhkan pemahaman yang lebih
luas tentang budaya dan etika dalam masyarakat. 4. Ta’wil: Ini adalah proses
interpretasi hadis dengan mempertimbangkan konteks zaman dan kebutuhan
masyarakat saat ini. Contoh: Hadis tentang tata cara salat yang dapat diinterpretasikan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern. 5. Takhsis: Ini adalah proses
mengklasifikasikan hadis ke dalam kategori yang berbeda. Contoh: Hadis tentang
membayar zakat yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori “wajib” atau
“sunnah”. 6. Istihsan: Ini adalah proses menilai hadis untuk menentukan apakah hadis
tersebut masih relevan untuk masa kini. Contoh: Hadis tentang cara menyikat gigi
yang dapat dinilai untuk menentukan apakah masih relevan dengan perkembangan
teknologi modern. 7. Istishab: Ini adalah metode yang digunakan untuk menentukan
apakah hadis masih berlaku dalam situasi tertentu. Contoh: Hadis tentang cara
memotong rambut yang dapat dinilai untuk menentukan apakah masih berlaku untuk
masyarakat modern. 8. Qiyas: Ini adalah proses membandingkan hadis dengan situasi
yang sama yang muncul di masa lalu. Contoh: Hadis tentang cara menyikat rambut
yang dapat dibandingkan dengan cara yang digunakan oleh orang-orang di masa lalu.

Anda mungkin juga menyukai