Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI PENGAJIAN AHAD PAGI

Untuk Memenuhi Tugas Kemuhammadiyahan


Dosen Pengampu: Saibah S.Pd.i, M.Pd

Oleh:
Sahrul Septian Wijaya
2210611002

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2022
PENGAJIAN 1

INDAHNYA HIDUP DENGAN MEMBERI


Ustd. Saliman, S.Pd

Abu Bakar mengatakan pada nabi Saya lihat rambutmu Kok mulai
memutih Banyak ubannya Ada apa gerangan gitu ya lalu nabi mengatakan saya
badmi [Musik] atuh Wal mursalatu wa Amma yatasa Aluna satunya lagi itu ada
surat apa lupa saya yang satunya itu jadi telah turun padaku surat dan ayat yang
agak berat gitu kata nabi pertama surat hud yang kedua surat al-waqiah yang
ketiga itu surat al-mursalat yang keempat surat Amma yatasa alun Itu surat apa
bapak ibu nah yang ke selanjutnya itu surat itu Itu surat-surat jadi nabi
mengatakan saya bad ne hudu wal waqi’atu wal mursalatu wa Amma yatasa
Aluna telah datang padaku Wahyu yang isinya itu lumayan berat perintah tentang
Istiqomah tadi itu di dalam surat hud itu ada satu ayat di ayat 112 fastaqim Kama
umirta wa Mantab ma’aka wala tatha’maluna Basir kata Allah di surat hud 112 itu
maka hendaklah kamu Istiqomah di jalan Allah sebagaimana umat-umat terdahulu
itu juga diperintahkan untuk Ajeg di jalan Allah itu janganlah kamu melampaui
batas Sesungguhnya Allah itu maha melihat Maha Mengetahui terhadap segala
apa yang kita kerjakan jadi surat-surat Hud surat al-waqiah surat al-mursalat surat
an-naba surat itu itu kata nabi itu surat-surat yang berat sehingga bebannya pada
nabi itu jadi berat.
Allah juga menjanjikan orang-orang yang rajin memberi itu dengan janji-
janji yang luar biasa misalnya Allah berfirman wama syaiin kata Allah dan apa
yang kamu infakkan yang kamu berikan di jalan Allah dari yang kamu miliki dari
yang kita miliki itu kata Allah maka yang Engkau berikan itu akan dikembalikan
oleh Allah pada kita dalam bentuk yang berlipat ganda Allah itu sebaik-baik
pemberi rezeki untuk kita Nah itu janji Allah dan janji Allah itu pasti pasti benar
janji nabi itu pasti benar bahkan di ayat yang lain Bapak Ibu itu ada ilustrasi orang
yang rajin memberi itu digambarkan masa lalu ini kan ilustrasi ya gambaran kalau
kita memberi satu itu digambarkan Allah dalam ayat itu satu itu seperti kita
menanam satu biji tanaman lalu beranak pinak menjadi 7 di ayat tadi itu masing-
masing batang itu berbuah 100 butir lalu kemudian Allah masih menambahkan
Allah akan memberikan tambahan bagi orang-orang yang dikehendaki dan Allah
itu maha luas rezekinya andaikan ada orang kaya nggak mau bantu nggak mau
infaq nggak mau nyah-nya tadi itu Allah mengatakan wasik Allah itu maha luas
rezekinya Alim dan Allah itu Maha Mengetahui apa yang kita miliki.
Sesungguhnya konsepnya dalam Islam itu kan titipan kalau Allah mau
ambil itu nggak ada sulitnya tinggal ada gempa bumi kasih banjir kasih tsunami
kasih apa gitu ya selesai sudah Jadi apa yang kita miliki itu titipan Allah dan
karena itu sebagian yang kita miliki itu penting untuk diinfakkan di jalan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dan harta kita itu kata nabi itu harta yang kita berikan itu
harta kita yang sesungguhnya itu adalah yang kita berikan di jalan Allah
sementara harta yang kita simpan yang kita tabung itu bukan harta kita kata nabi
itu adalah harta yang akan kita wariskan untuk ahli waris kita. Kata nabi hartamu
yang sejati hartamu yang sesungguhnya adalah yang engkau Sumbangkan di jalan
Allah itu yang akan kita bawa kehadirat Allah itu harta kita kata nabi dan harta
yang engkau Simpan yang ketabungan yang kau taruh di bawah bantal masih ada
tidak yang menaruh uang di bank kata nabi itu bukan harta kita itu bukan hartamu
itu adalah harta yang engkau akan wariskan untuk ahli warismu kalau bapak-
bapak saya meninggal maka harta yang kita yang kita tinggalkan itu akan diwarisi
oleh istri oleh anak-anak kita ya kalau istri kita nggak nikah lagi kalau istri kita
nikah lagi gimana kalau ibu-ibu wafat itu yang mewarisikan suami anak-anak ya
kan dan karena itu maka menjadi penting.
PENGAJIAN 2

HAKIKAT DAN KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


Ustd. Abdul Mu’ti

Perintah menuntut ilmu dijelaskan 2x dalam surah Al Alaq yakni perintah


untuk membaca dengan menyebut asma Allah dan perintah yang menegaskan
bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mulia. Kedua perintah tersebut berkaitan
mengenai Tuhan sebagai Dzat pencipta manusia dimana dari hal tersebut kita
dapat memahami mengenai ilmu asal usul manusia, baik itu dalam ilmu sains
maupun ilmu keagamaan.
Jika kita tilik kembali sejarah mengenai masyarakat Mekah pra Islam atau
sebelum diutusnya Muhammad sebagai Rasul dikatakan merupakan masyarakat
jahiliyah. Masyarakat jahiliyah bisa diartikan menjadi dua pengertian yang
pertama masyarakat bodoh karena tingkat buta hurufnya tinggi sementara yang
melek baca tulis minim. Pengertian kedua lebih mengarah kepada sifat dimana
masyarakat waktu itu mencerminkan kurangnya ilmu atau rendahnya akhlak dan
moral. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan pengambaran peristiwa penguburan
bayi perempuan akibat keengganan memiliki seorang anak perempuan. Oleh
karena itu, inti dari peradaban adalah adanya ilmu dan akhlak. Bahkan orang-
orang yang memiliki ilmu dan berakhlak mulia mendapat kemuliaan dari Allah
SWT. Hal tersebut diperjelas dalam QS. AL Mujadalah ayat 11 bahwa Allah
benar-benar akan mengangkat dan memuliakan derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan.
Berbagai hadits pendukung lainnya semakin menegaskan betapa kita untuk
menuntut ilmu. Dipaparkan dalam HR Tirmidzi, “Rasulullah bersabda
barangsiapa yang berangkat untuk menuntut ilmu makan dia berasa di jalan
fisabilillah hingga dia kembali.” Penegasan hadits lainnya diperoleh dari jaminan
Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi siapa yang senantiasa belajar
bahkan akan dimudahkan baginya jalan menuju surga. Satu hal lagi mengenai
menuntut ilmu ialah kita diizinkan untuk bersifat hasad atau iri pada 2 orang yakni
orang yang berilmu dan mengamalkannya serta orang berharta dan berderma
dengan hartanya.
Menutup ceramahnya kali ini, Prof Abdul sekali lagi menanamkan
pemahaman kepada kita perihal keutamaan berilmu dimana dalam hadits
dijelaskan agar kita terhindar dari bahaya. Pertama, jadilah kamu orang yang alim.
Kedua, jika tidak jadilah orang pembelajar. Ketiga, jadilah orang yang suka
mendengarkan ilmu dan keempat jadilah orang yang cinta ilmu dan jangan sampai
tidak menjadi salah satunya. Prof Abdul juga mengaris bawahi bahwa kesuksesan
kita di dunia, akhirat, maupun keduanya adalah berilmu “Jadilah manusia
pembelajar dan berilmu karena dengan ilmu kita akan mendapat kemudliaan di
hadapan manusia dan Allah SWT. Melalui ilmu jugalah kita mendapat
kesejahteraan materiil, jasmani, maupun rohani”, ujar Prof Abdul.
PENGAJIAN 3

CARA MEMAHAMI AGAMA DALAM MUHAMMADIYAH


Ustd. Syamsul Anwar

Dalam pengajian tersebut Ustd.Syamsul menyampaikan tentang Manhaj


Tarjih Muhammadiyah. Menurutnya di dalam memahami agama ada cara-cara
tertentu yang di dalam Muhammadiyah disebut Manhaj Tarjih. “Jadi manhaj tarjih
adalah satu sistem yang terdiri dari empat komponen yang menjadi landasan
untuk memahami agama menurut Majelis Tarjih” tandasnya.
Komponen itu, kata Syamsul, memuat unsur-unsur:
1. Wawasan (atau semangat/persfektif)
2. Sumber ajaran
3. Pendekatan
4. Metode (prosedur teknis) tertentu yang menjadi pegangan dalam
kegiatan ketarjihan. “Kegiatan ketarjihan itu artinya proses
pemahaman agama dalam rangka merespon berbagai masalah yang
timbul” imbuhnya.
Menurut Syamsul, tarjih tidak hanya difahami sebagaimana menurut
pengertian aslinya dalam usul fikih yaitu memperbandingkan – dalam suatu
permusyawaratan – pendapat-pendapat dari ulama (baik dari dalam atau pun dari
luar Muhammadiyah termasuk pendapat imam-imam) untuk kemudian
mengambil mana yang dianggap mempunyai dasar dan alasan yang lebih kuat.
Oleh karena itu, dalam lingkungan Muhammadiyah tarjih diartikan sebagai setiap
aktifitas intelektual untuk merespon permasalahan sosial dan kemanjusiaan dari
sudut pandang agama Islam. Dari situ tampak bahwa bertarjih artinya sama atau
hampir sama dengan melakukan ijtihad mengenai suatu permasalahan dilihat dari
persfektif Islam.
Kemudian Syamsul menguraikan bahwa manhaj tarjih tidak sekedar
bertumpu pada sejumlah prosedur teknis an sich. Hal itu juga dilandasi oleh
wawasan/persfektif pemahaman agama yang menjadi karakteristik pemikiran
Islam dalam Muhammadiyah meliputi lima hal.
1. Pertama wawasan paham agama, putusan tarjih mendefinisikan agama
(yaitu agama Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad saw ialah apa
yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah
yang sahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat (Anwar, 2005).
2. Kedua wawasan tidak berafiliasi mazhab tertentu, memahami agama
dalam persfektif tarjih dilakukan langsung dari sumber-sumber pokoknya,
Al-Qur’an dan Sunnah melalui proses ijtihad dengan metode ijtihad yang
ada. namun ini tidak berarti menafikan berbagai pendapat fukaha yang
ada.
3. Ketiga wawasan toleransi, dalam “Penerangan tentang Hal Tardjih” yang
dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan “Kepoetoesan tardjih moelai dari
meroendingkan sampai kepada tidak ada sifat perlawanan, jakni
menentang ataoe menjatoehkan segala jang tidak dipilih oleh Tardjih itoe.”
Pernyataan ini menggambarkan bahwa Tarjih Muhammadiyah tidak
menegasikan pendapat lain apalagi menyatkan tidak benar.
4. Keempat wawasan keterbukaan, artinya bahwa segala yang diputuskan
oleh Tarjih dapat dikritik dalam rangka melakukan perbaikan, di mana
apabila ditemukan dalil dan argument lebih kuat, maka Majelis Tarjih
akan membahasnya dan mengoreksi dalil dan argument yang dinilai
kurang kuat.
5. Kelima wawasan tajdid, dalam hal ini mempunyai dua arti, dalam bidang
akidah dan ibadah tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan
akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi saw.
Dalam bidang muamalat duniawiah, tajdid berarti mendinamisasikan
kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai
tuntutan zaman.

Anda mungkin juga menyukai