Kelompok 5:
MOCH .ARIE SAPUTRA (09.2022.1.00736)
MOHAMMAD RIZALDHY TRIONO (09.2022.1.00735)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah kami
ini adalah”EKOLOGI PEMBANGUNAN “.kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sebagai tim
penyusun menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah ini menjadi
lebih baik serta bermanfaat bagi pembaca.
Tim penyusun
2
DAFTAR ISI
EKOLOGI PEMBANGUNAN.......................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................5
1.4 Manfaat...............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 Pengertian...........................................................................................................................6
2.2 Manfaat dan resiko lingkungan dalam pembangunan......................................................11
2.3 Pembangunan berkelanjutan.............................................................................................12
2.4 Teori Pembangunan..........................................................................................................15
a. Teori Modernisasi........................................................................................................16
b. Teori Dependensi........................................................................................................18
c. Teori Sistem Dunia.....................................................................................................19
BAB III..........................................................................................................................................21
PENUTUP..................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
kemerosotan. Bahkan bila kerusakan terlalu parah, dapatlah terjadi kepunahan kehidupan kita
sendiri, atau paling sedikit ekosistem tempat kita hidup dapat mengalami keambrukan yang akan
mengakibatkan banyak kesulitan. Pembangunan demikian bersifat tidak berkelanjutan.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami manfaat dan
risiko pembangunan dalam Ekologi
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ekologi pembangunan adalah Salah satu cabang ekologi yang mempelajari tentang
lingkungan hidup sebagai objek kajian dalam hubungannya dengan pembangunan adalah ekologi
pembangunan. Studi ini sangat pesat pembangunannya berhubungan dengan banyaknya kasus
kerusakan lingkungan sebagai akibat dari proses pembangunan. Pembangunan adalah upaya-
upaya yang di arahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Upaya-upaya untuk
memperoleh kesehjateraan atau taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua orang
dimanapu berada. Khusunya di negara-negara berkembang, pembangunan merupakan pilihan
penting dilakukan guna mencapai kesehjateraan penduduknya.
Upaya di bidang pertanian dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Lahan di
perluas dan pupuk di tingkatkan jumlah maupun mutunya melalu sistem teknologi. Saran-saran
insfrastruktur ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi. Sektor
industri dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan pertanian, tetapi juga
untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan. Industri selain meningkatkan
pendapatan, juga berperan untuk menyerap tenaga kerja. Dengan demikian pembangunan
merupakan sarana bagi pencapaian taraf kesejahtraan manusia. Namun demikian, setiap
pembangunan tidak terlepas dari adanya dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan.
Lingkungan menjadi semakin rusak berupa pencemaran, dan kerusakan sumber-sumber hayati
seperti penipisan cadangan hutan (deforestization), punahnya bermacam-macam biota , baik
spesies binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Disamping itu terjadi pula berbagai penyakit
sebagai akibat dari pencemaran industri.1[2]
1
6
Di jepang timbul berbagai penyakit-penyakit aneh pada waktu mulai berkembangnya
industri di negri itu. Penyakit itu di kenal dengan mini mata diase berupa terganggunya fungsi
otak. Ada pula penyait itai-itai yang merusak sum-sum tulang, ginjal, dan menimbulkan
kematian. Di identifikasi, penyakit tersebut berasal dari buangan pabrik ke sungan dan teluk,
dimana korban pada umumnya adalah para nelayan. Contoh jepang yang di sebutkan, mewakili
begitu banyak kasus pencemaran yang terjadi dengan berbagai fariannya, merupakan studi
menarik bagi ekologi pembangunan. Khsususnya yang di alami oleh negara-negara sedang
berkembang, kasusnya pencemaran dan keruskan alam, tampaknya seakan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam pembangunan yang di jalankan lingkungan dan sumber-sumber alami
menjadi obyek utama dalam semua program pembangunan. Hutan, barang-barang tambang, atau
pola ekspolitasi atas semua aset-aset lingkungan seperti pasir, binatang-binatang liar, tumbuh-
tumbuhan bahkan barang-barang antik, dan alat-alat budaya tradisional dijadikan sebagai obyek
untuk mencukupi kebutuhan negara dan rakyatnya. Industri dan perdagangan diarahkan sebagai
alat akselerasi pembangunan, tetapi sebagian pula menjadi alat pelipatan gandaan kerusakan
alam dan lingkungan. Karena pembangunan yang digiatkan semuanya berbaris lingkungan dan
sumber-sumber alam.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, tidak ada pilihan kecuali meneruskan
pembangunan dengan tingkat risiko maha hebat bagi lingkungan dan kekayaan alamnya. Namun
pembangunan, risiko yang terjadi akan lebih besar pula di banding dengan keadaan membangun.
Maka bagi negara-negara berkembang, pembangunan menjadi suatu yang bersifat simalakama.
Membangun mempunyai risiko besar, tanpa membangun tetap pula mempunya risiko besar. Atas
dasar itulah adanya teori zero growt, yakni kebijakan yang di terapkan seluruh dunia untuk
menekan pertumbuhan ekonomi dan kependudukan, sangat tidak populer bagi negara-negara
berkembang.
Dari sudut pandang ekologi pembangunan, teori diatas dipandang tidak tepat. Karena
konsep disiplin ini tidak pernah menawarkan suatu kebijakan tanpa pertumbuhan. Pembangunan
dan pertumbuhan adalah pilihan yang tidak perlu ditiadakan, tetapi harus dicari sebagai solusi
yang signifikasi : bagaimana menekan berbagai dampak yang terjadi akibat dari pembangunan
dan bagaimana supaya lingkungan dan sumber-sumber alam tidak menjadi rusak dan habis
dalam program mencapai tingkat pertumbuhan.(Zulfakhryzz, n.d.)
7
Berdasarkan deskripsi diatas, timbul pertanyaan apa saja yang menjadi obyek kajian dari
ekologi pembangunan. Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu kiranya dipahami
dulu apa yang dimaksud dengan ekologi pembangunan. Ekologi pembangunan terdiri dari
paduan kata ekologi dan pembangunan. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari anatara
organisme dan lingkungan. Pembangunan (development) adalah the application of human,
financial, and physical resources to satisfy human needs and improve the quality of life.
Pembangunan merupakan tuntunan tentang sumber daya manusia, keuangan dan sumber-sumber
alam untuk memuaskan kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Ada pakar yang
menyoroti dampak dari kebijakan pembangunan terhadap sistem ekologi. Ada sebagian
mengatakan bagaimana hubungan antara pola pembangunan dengan faktor-faktor konservasi
alam dan lingkungan. Otto Soemarwoto dalam hubungannya dengan studi amdal (analisis
mengenai dampak lingkungan) mengatakan bahwa ilmu ekologi pembangunan adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara pembangunan dan lingkungan.
Apabila disimak bagaimana manusia mengupayakan tingkat kesejahteraanya dalam
hubungan dengan lingkungan dapatlah dikatakan bahwa ekologi pembangunan adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan segala prilakunya guna
mengupayakan tingkat kesehjateraan yang maksimal dengan lingkungan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari eksistensinya. Berdasarkan pengertian diatas dapat diuraikan bahwa
ekologi pembangunan mengkaji beberapa aspek sebagai berikut :
8
c) Kebijakan menekan resiko lingkungan
9
dominasi pembangunan terhadap lingkungan tetap berkembang hingga kemudian melahirkan
pergantian baru agar tidak terdapat pandangan (kesan) bahwa lingkungan selalu menjadi korban
dalam pembangunan.
Para environmentalist tampaknya belum puas karena jika membicarakan pembangunan,
selalu tidak bisa dilepaskan dari suatu titik pandang khususnya bagi negara berkembang, di mana
lingkungan (aspek-aspek kekayaan sumberdaya alam) berperan sebagai obyek yang harus
dikorbankan.Konsepnya ialah bagaimana mengubah sumberdaya-sumberdaya alam supaya
bernilai ekonimis riel bagi kesejahteraan bangsa.
Ekologi pembangunan kiranya memfokuskan kajian supaya paradigma pembangunan
dicakupkan sebagai aspek lingkungan. Apabila paradigma pembangunan diintegralkan kepada
aspek lingkungan maka tidak tampak prinsip keutamaan (priority) pembangunan. Artinya
pembangunan tidak dipandang sebagai segala-galanya dan berhadapan dengan lingkungan tidak
terdapat alasan untuk mengorbankan atau menelentarkan lingkungan demi pembangunan.
Guna mengubah orientasi dari penekanan (priority) pembangunan (pertumbuhan ekonomi),
maka dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) terdapat penekanan
yang sama terhadap aspek pembangunan ekonomi dan aspek lingkungan. Lebih dari itu, karena
tujuan pembangunan berkelanjutan adalah kesejahteraan masyarakat, diintegralkanlah aspek
sosial budaya, sehingga pembangunan berkelanjutan mengandung tigas spek: ekonomi,
lingkungan , dan sosial budaya.
Konsep pemikiran dalam hubungan hubungan dalam hubungan antara pembangunan dengan
lingkungan, muncul pula secara lebih jauh dengan konsep berkelanjutan ekologi. Pecentus
konsep berkelanjutan ekologi, ini adalah A.sonny keraf, seorang ahli etika yang kemudian
menjadi Menteri Negara lingkungan Hidup (1999-2001). Dikatakannya bahwa berkelanjutan
ekologi mengandung ekologi mengandung perhatian penting kepada aspek-aspek lingkungan
tetapi dengan tatap menjamin kualitas kehidupan ekonomi dan sosial budaya. konsep ini berbeda
dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yakni paradigma yang dianut adalah perhatian pada
pembangunan ekonomi sambil menekankan kepentingan proporsional atas aspek lingkungan dan
aspek sosial budaya.
10
Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita
dapat melihatnya disekitar kita. Sungai kita bending, dengan bendungan itu kita dapatkan
manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah
tergenangnya kampong dan sawah, tergusurkan penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan
hewan. Kayu dalam hutan kita tebang. Devisa dalam jumlah besar kita dapatkan dari ekspor
kayu. Sebaliknya kita menghadapi risiko kepunahan hewan dan tumbuhan, bertambahnya erosi,
rusaknya tata air dan terjadinya padang alang-alang. Batubara kita manfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu,
jelaga dan gas SO2. Transfor kita tambah, hubungan dari satu tempat ketempat lain menjadi
mudah. Tetapi risikonya ialah pencemaran udara dan kebisingan, serta kecelakaan lalu lintas.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilemma. Pandangan kita
terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih
melihat manfaatnya dan mengentengkan risikonya, karena mereka terdesak oleh urgensi sasaran
dan tekanan factor politik. Sebaliknya media media massa dan para cendikiawan sering dapat
melihat risiko yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan. Mereka bersifat
lebih berhati-hati, karena tidak merasakan adanya urgensi sasaran dan desakan factor politik.
Betapapun, baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara berimbang. Risiko kita
terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan manfaatnya saja dapat
membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau membesar-
besarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik memperhatikan
manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan menimbulkan pertentangan. Tetapi
dengan tidak berbuat sesuatu pun aka nada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan apabila kita
berbuat sesuatu , jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda oleh risiko lingkungan,
sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan untuk membangun atau
tidak membangun, melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan dan
dengan demikian muto hidup dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan
lingkungan. Analisis manfaat dan risiko lingkungan merupakan alat untuk pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
11
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan
ialah :
a)Terpeliharanya proses ekologi yang esensial
b)Tersedianya sumberdaya yang cukup
c)Lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai
Ketiga factor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan, melainkan juga
mempunyai dampak terhadap pembangunan. Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan
tidak cukup untuk melakukan analisis. Dampak lingkungan yang hanya berlaku untuk
perencanaan proyek pembangunan. Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didsarkan
pada konsepsi yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap
proyek, pengelolaan lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan dini
pengelolaan lingkungan untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan, tetapi
belum mempunyai rencana pembangunan.
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh Komisi Sedunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Laporan komisi itu
diumumkan pada tahun 1987 dan berjudul Hari Depan Kita Bersama (our Common Future).
Komisi diketuai oleh Gro Brundtland, perdana menteri Norwegia. Definisi itu mempunyai
wawasan jangka panjang antar generasi. Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan
berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita
hidup, melainkan juga harus adanya pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar
Negara dan antar kelompok di dalam sebuah Negara. Ini berarti bahwa kesenjangan sosial
ekonomi sekarang ada antara Negara maju dan Negara sedang berkembang serta kesenjangan
antara kelompok masyarakat kaya dan masyarakat miskin dimasing-masing Negara harus
dikurangi. Pemerataan itu tidak hanya terjadi didalam satu generasi melainkan juga antar
generasi. Dalam Konperensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan (UNCED) di Rio de
Janeiro, Brasil, dalam tahun 1992 pembangunan berkelanjutan menjadi tema pokok. Konperensi
tersebut menghasilkan program kerja PBB untuk pembangunan berkelanjutan yang diberi nama
agenda 21.
a. Proses Ekologi
12
Didalam alam terdapat proses ekologi yang menjadi penopang kehidupan kita. Rusaknya
proses ekologi itu akan membahayakan kehidupan dibumi kita. Energi untuk proses ekologi
didapatkan dari matahari. Dibawah ada beberapa proses ekologi :
a) Efek rumah kaca
b) Fostosintesis
c) Penambatan nitrogen
d) Pengendalian populasi
e) PenyerbukanKemampuan memperbaharui diri
f) Fungsi Hidro-ologi
Pembangunan adalah usaha untuk dapat menaikan manfaat yang kita dapatkan dari
sumberdaya. Kenaikan manfaat itu dapat kita capai dengan menggunakan lebih banyak
sumberdaya. Kenaikan manfaat dapat juga dicapai dengan menaikan efesiensi pengguna
sumberdaya, tanpa menaikan jumlah sumberdaya yang kita pakai. Dengan usaha kita
mendapatkan hasil yang lebih besar dengan sejumlah sumberdaya yang sama. Ke dalam usaha
menaikan efesiensi penggunaan sumberdaya termasuk pula daur ulang. Usaha menaikan
efesiensi terutama penting dengan makin langkahnya persediaan sumberdaya relatif terhadap
kebutuhan. Kenaikan kebutuhan itu disebabkan baik oleh kenaikan jumlah penduduk, maupun
karena kenaikan permintaan per-orang. Usaha menaikan efesiensi pengguna sumberdaya tidak
saja penting untuk sumberdaya yang tak terperbarui, melainkan juga untuk yang terpebarui.
Usaha itu penting dari dua segi.
Pertama, untuk sumberdaya yang terpebarui kenaikan intensitas eksploatasi mempertinggi
resiko kerusakan sumberdaya. Kerusakan itu dapat membuat sumberdaya itu menjadi tak
terpebarui, kecuali dengan biaya yang tinggi seperti yang telah diuraikan di muka. Kedua,
penggunaan sumberdaya dalam jumlah yang makin besar pada umumnya akan memperbesar
masalah pencemaran. Pencemaran itu secara umum akan mengurangi kemampuan lingkungan
untuk mendukung pemangunan berkelanjutan. Cara yang ketiga untuk dapat menjamin
persediaan sumberdaya selama mungkin ialah mencari sumberdaya alternatif. Misalnya untuk
suatu keperluan kita menggunakan sumberdaya yang telah langka. Mencari sumberdaya
13
alternatif hanyalah mungkin apa bila ada keanekan sumberdaya, merupakan usaha yang esensial
dalam pembangunan.Berkurangnya keanekaan sumberdaya, berarti berkurangnya pilihan. Dan
ini berarti menurunnya mutu lingkungan hidup. Arti penting usaha itu tidak saja untuk hari kini,
melainkan juga untuk hari ke depan. Harus dijaga agar pembangunan tidak menutup secara dini
pilihan kita di hari depan. Sebab “kebutuhan kita tidak saja terus bertambah, melainkan juga
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Sumberdaya yang paling utana ialah manusia. Pada akhirnya manusialah yang menentukan
berhasil atau gagalnya pembangunan. Kuantitas sumberdaya manusia kita besar, tetapi mutunya
masih rendah. Seyogyanya pembangunan mempunyai tujuan utama menaikan mutu sumberdaya
manusia. Dengan mutu sumberdaya alam dapat diatasi. Misalnya, jepang, singapura dan
nederland tidak banyak mempunyai sumberdaya alam. Tetapi mutu sumberdaya manusianya
tinggi.
c. Lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi sangatlah penting bagi kesinambungan
pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup
di dalam kondisi sosial-budaya dan ekonomi tertentu. Dalam pembangunan faktor ekonomi
faktor mendapat perhatian yang seperlunya, karena semua orang sadar bahwa pembangunan tak
akan dapat berkelanjutan, apabila ekonomi tidak mendukungnya. Beberapa hal yang dianggap
penting diuraikan di bawah :
a. Pemerataan Pembangunan
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah mensyaratkan, bahwa pemerataan adalah
unsur penting dalam pembangunan. Walaupun usaha telah dilakukan untuk mencapai tujuan ini,
namun hasilnya belumlah menggembirakan. Di dalam ekologi terdapat hukum yang menyatakan,
apabila dua ekosistem yang berbeda tingkat perkembangannya berhubungan satu sama lain,
terjadilah tukar-menukar materi, energi dan informasi antara keduanya. Tetapi arus tukar-
menukar materi, energi dan informasi antara keduanya. Tetapi arus tukar-menukar materi, energi
dan informasi itu asimetris, yaitu arus dari ekosistem yang lebih berkembang ke yang kurang
berkembang lebih kecil dari yang sebaliknya. Jadi, yang lebih berkembang mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari hubungan itu dibanding dengan ekosistem yang kurang
berkembang. Dalam ekologi dikatakan ekosistem yang kurang berkembang dieksploitasi oleh
yang lebih berkembang. Tingkat perkembangan ekosistem itu dapat diukur dari tingkat
14
organisasi dan keanekaan, dan dalam ekosistem manusia juga dari tingkat pendidikan dan
keterampilan.
b. Persaingan
Persaingan terjadi apabila sumberdaya yang digunakan oleh sekelompok individu menjadi
langka relatif terhadap kebutuhan masing-masing individu. Di dalam dunia hewan persaingan
antara individu suatu jenis akan menyebabkan terdesaknya individu yang lemah ke daerah yang
marjinal. Cara hidup individu itu sendiri tidak berubah. Secara ekologis hal ini disebut
melebarnya relung jenis tersebut. Bila persaingan itu terjadi antara jenis, masing-masing jenis itu
akan berusaha untuk hidup dengan lebih efisien. Maka terjadilah spesialisasi. Dengan spesialisasi
itu cara hidup telah berubah. Relung jenis berubah menjadi sempit.
Didalam masyarakat manusia persaingan juga sering terjadi. Didalam masyarakat agraris,
lahan merupakan sumber daya yang sering diperebutkan. Persaingan makin intenstif dengan
makin menurunnya nilai nisbah lahan terhadap petani. Persaingan antara petani dapat
dianalogikan dengan persaingan antara individu dalam satu jenis. Dalam hal ini jenis itu adalah
jenis petani. Individu petani yang terdesak pindah kedaerah yang marjinal. Mereka tetap menjadi
petani dan membuka lahan di daerah yang tidak subur dengan lereng curam.
Apabila terjadi pembangunan yang membutuhkan lahan yang luas, misalnya waduk, wilayah
industry, dan pemukiman, luas lahan pertanian berkurang. Jika petani yang tergusur oleh proyek
itu tidak dapat mendapatkan pekerjaan proyek itu, nilai nisbah lahan terhadap petani akan
menurun. Dengan demikian tekanan penduduk meningkat dan daerah yang marjinal di desa dan
di kota akan diduduki oleh petani itu. Akibatnya ialah kerusakan lingkungan, jadi pembangunan
yang menggunakan lahan luas dan tidak memperhatikan penduduk local, akan mengakibatkan
kerusakan lingkungan karena naiknya tekanan penduduk.
a. Masyarakat terasing
Yang dimaksud dengan masyarakat terasing ialah masyarakat yang hidup terpisah dari
masyarakat umum dan mempunyai gaya hidup dan nilai kebudayaan yang berbeda dari
masyarakat umum. Di Indonesia terdapat dua jenis masyarakat terasing yang menduduki
dua ujung ekstrem dalam kemasyarakatan kita. Yang pertama ialah masyarakat terasing
yang primitif yang hidup di daerah yang terpencil, misalnya di pedaleman Sumatra,
Kalimantan dan Irian Jaya. Yang kedua ialah masyarakat terasing yang modern yang hidup
di lokasi proyek pembangunan yang besar yang menggunakan teknologi yang modern.
15
2.4 Teori Pembangunan
Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti bahwa negara Dunia Ketiga merupakan
negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat
sebagai negara modern. aliran modernisasi memiliki ciri-ciri dasar antara lain: ”Sumber
perubahan adalah dari dalam atau dari budaya masyarakat itu sendiri (internal resources) bukan
ditentukan unsur luar”. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Dalam rangka
mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan
seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses sistematik.
Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial, termasuk di
dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dsb. Ciri-ciri pokok teori
modernisasi:
1. Modernisasi merupakan proses bertahap.
3. Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi dan
Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
4. Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
6. Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner,
dan bukan perubahan revolusioner.
16
Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of growth- models) proses pembangunan
bergerak dalam sebuah garis lurusyakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju
dengan tahap2 sebagai berikut:
1. Masyarakat Tradisional dan masyarakat pertanian. Ilmu pengetahuan masih belum banyak
dikuasai.
2. Prakondisi untuk Lepas Landas dan masyarakat tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat
dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.. contoh adanya campur
tangan untuk meningkatkan tabungan masyarakat terjadi, dimana tabungan tersebut
dimanfaatkan untuk sektor2 produktif yang menguntungkan. Misal Pendidikan
3. Lepas Landas ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi. Tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5%-10 %.
5. Jaman konsumsi masal yang tinggi pada tahap ini pembangunan sudah berkesinambungan.
c) Berdasarkan kepercayaan tsb kemudian mereka bekerja keras u/ menghilangkan kecemasan.
Sikap inilah yg diberi nama “etika protestan”.
17
Membahas faktor-faktor non ekonomi yg ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi
lingkungan”. Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan pengaturan
kelembagaan yg terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan motivasi.
f. Alex Inkeles & David H. Smith
Ciri-ciri manusia modern:
a) Keterbukaan thd pengalaman dan ide baru
b) Berorientasi ke masa sekarang dan masa depan
c) Punya kesanggupan merencanakan
d) Percaya bahwa manusia bisa menguasai alam
Bila dalam teori Modernisasi Klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan,
dalam teori Modernisasi Baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Teori
Modernisasi, klasik maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut
kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
2. Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di
negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran,
system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
18
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-
tokoh di atas, yakni:
1. Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat
diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni:
a. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat
eksploitatif.
b. Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam
bentuk kekuasaan financial-industri.
c. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan
melalui monopoli teknologi industri.
1. negara core atau pusat, mengambil keuntungan yang paling banyak, karena kelompok ini
dapat memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas tertentu
Menurut Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun kelas,” misalanya dari
negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara pinggiran, dan
sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pernah
suatu saat Inggeris, Belanda, dan Perancis adalah negara pusat yang berperan dominan dalam
19
sistem dunia, namun kemudian Amerika Serikat muncul menjadi negara terkuat (pusat) seiring
hancurnya negara-negara Eropa dalam Perang Dunia II.
Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu:
1. Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal negara
pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena mahal sedangkan
komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran mengambil tindakan yang berani
untuk melakukan industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik
kelas dari negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
2. Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan
industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa
yang disebut dengan MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di
negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk
bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi setengah
pinggiran.
3. Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan negaranya.
Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari
eksploitasi negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan perusahaan-
perusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang
ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem dunia
memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat,
perilaku dan gaya hidup masyarakat.
c. ekologi pembangunan mengkaji beberapa aspek sebagai berikut :
d. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilemma. Pandangan kita terhadap
dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat
manfaatnya dan mengentengkan risikonya, karena mereka mereka terdesak oleh urgensi sasaran
dan tekanan factor politik. Sebaliknya media media massa dan para cendikiawan sering dapat
melihat risiko yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan.
e. Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan ialah :
a) Terpeliharanya proses ekologi yang esensial
b) Tersedianya sumberdaya yang cukup
c) Lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai
3.2 Saran
Semoga dengan selesai dibuatnya makalah ini, dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi pembaca. Dan apabila ada kekurangan dari makalah ini, kami selaku penulis
mengharapkan adanya koreksi terhadap kekurangan tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
23