Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

BUDIDAYA LOBSTER AIR LAUT


 
 
 
 
 
DISUSUN OLEH
NAMA: SITI KHAIRUNNISA DJAINI
NIM: 1111420002
JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN
 
 
 
 
 
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO
TAHUN 2020
 
 
BAB 1
PENDAHULUAN
1,1 Latar belakan
Lobster laut (Panulirus sp.) atau udang barong merupakan salah satu komoditas
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Komoditas ini tidak asing dikalangan
masyarakat penggemar makanan laut (sea food). Lobster terkenal dengan dagingnya yang
halus serta rasanya yang gurih dan lezat. Jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya,
lobster memang jauh lebih enak. Tidak salah jika makanan ini merupakan makanan yang
bergengsi yang hanya disajikan di restoran-restoran besar dan hotel-hotel berbintang.
Karena harganya yang mahal, lobster biasanya hanya dikonsumsi oleh kalangan ekonomi
atas.
            Mangsa pasar lobster tidak hanya terbatas di dalam negeri, namun juga diluar
negeri. Permintaan akan lobster selalu meningkat tajam setiap tahunnya. Pada tahun
1990, ekspor lobster ke Belanda, yang merupakan salah satu negara penggemar lobster
di Eropa Barat, mencapai 745,132 ton atau 89,59% dari total ekspor lobster Indonesia
(826 ton).
            Di Asia, Jepang dan Hongkong merupakan pengimpor lobster terbesar.
Masyarakat di kedua negara ini  terkenel sebagai penggemar masakan laut, termasuk
lobster. Di Jepang, lobster biasanya disajikan dalam bentuk lobster rebus, dan digunakan
untuk menghormati tamu-tamu asing. Selain itu, lobster sering kali disajikan dalam acara
pernikahan sebagai pengganti kado.
            Meskipun termasuk negara penghasil lobster, kebutuhan lobster Jepang belum
terpenuhi sehingga harus mengimpor dari negera lain. Pada tahun 1990, ekspor lobster
Indonesia ke Jepang mencapai 53.443 kg atau 6,43% dari total ekspor lobster Indonesia.
Permintaan Hongkong akan lobster tidak jauh berbada dengan Jepang
.            Selain itu, tingginya harga lobster juga disebabkan oleh terbatasnya volume
produksi. Penetapan harga lobster biasanya didasarkan pada jenis, ukuran, dan kondisi
fisik lobster itu sendiri.
Harga lobster tergolong tinggi baik di pasar domestik maupun pasar ekspor.  Nilai lobster
yang tinggi dan akses pasar yang lancar mendorong penangkapan lobster di alam
dilakukan secara intensif. 
Volume permintaan dan harga lobster yang cenderung meningkat setiap tahun akan
sangat menarik minat nelayan untuk mengadakan penangkapan secara lebih intensif.
Demikian juga potensi perairan laut Indonesia baru dimanfaatkan sekitar 658.000
km2 (60%), yang berarti masih ada sekitar 438.800 km2 (40%) yang belum dimanfaatkan.
Dari total luas perairan laut Indonesia (1.097.000 km2), 6.782,48 km2 (0,62) diantaranya
merupakan habitat lobster. Pemanfaatan peluang tersebut dapat dilakukan dengan
optimalisasi penangkapan di seluruh perairan Indonesia, dengan menggunakan alat
tangkap tertentu yang tetap memperhatikan kelestarian habitat alami lobster. Selain
dengan penangkapan, dapat juga dilakukan usaha budidaya lobster secara intensif (dalam
bak secara terkontrol). Selain memenuhi permintaan pasar, usaha budidaya juga
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan produksinya. Dikhawatirkan suatu saat
populasi lobster laut Indonesia akan berkurang dan bahkan mungkin punah sehingga
perlu dilakukan upaya untuk melestarikannya.
 
1.2 Maksud dan tujuan
·        meningkat kan produksi lobster sehingga dapat memenusi perimintaan pasar
·        Meningkatka kesejahteraan nelayan pesisir pantai
·        Memberdayakan ekonomin pesisir pantai
 
BAB 2
RENCANA KEGIATAN
2.1 Lokasi
Pengembangan budidaya lobster ini akan di laksanakan di kabupaten gorontalo utara
dengan maksud lebih mengintensifkan usaha ini. Untuk memenuhi permintaan pasar
yang serta meningkatkan kwalitas lobster. Lokasi pengembangan di kacamatan ponelo
kabupaten gorontalo utara Untuk memenuhi persyarataan lokasi budidaya, masih
memerlukan penataan dan pengembangan sesuain persyaratan teknis agar dapat
mendukung system yang akan di terapkan.
3.3 Rencana dan pengembangan usaha
Kegiatan persiapan sebagai berikut
1.     pembuatan  kerambah  7-12 meter di dasar laut
2.     pengadaan induk dan benih lobster
3.     pengadaan pakan
4.     pengadaan alat perikananan
5.     pengadaan pupuk dan obat obatan
kegiatan prodeksi:
Dalam usaha budidaya lobster terdapat dua kegiatan utama, yaitu pembenihan dan
pembesaran. Berikut penjelasan proses dan langkah budidaya pada dua kegiatan utama
tersebut
1.     pembenihan
kegiatan ini merupakan tahap awal dalam usaha budidaya lobster untuk memperoleh
benih yang kemudian akan dibesarkan. Sesuai dengan PERMEN KP Nomor 56 tahun
2016 bahwa benih lobster dilarang dijualbelikan sehingga pengusaha budidaya lobster
harus mampu memijahkan lobster yang kemudian dapat memproduksi benih lobster
dalam usaha tersebut. Dalam tahap ini, perlu menyiapkan calon induk yang memiliki
kualitas baik (tidak cacat). untuk waktu pembenihan mulai dari telur menutas hingga telur
menutas membutuhkan waktu 4 hinggan 6 bulan
2.     pembesaran
usaha pembesaran lopster akan membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 10 bulan memang
cukup lama di banding usaha budidaya lainnya akan tetapi keuntungan yang di dapat
dalam budidaya lopster ini juga tidak sedikit
3.     kegiatan pasca panen dan pemasaran
penanganan pascapanen sangat menentukan harga pasar karena kondisi ikan tetap segar
sampai konsumen. Menangani penanganannya harus dilakukan secara hati-hati sesuai
dengan aturan teknis pasca panen yang standar.
Untuk saat ini pemasarannya untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan kota-kota
besar.
 
 
 
 
 
 
BAB 3
ANGGARAN BIAYA BUDIDAYA LOBSTER
1.     Biaya Investasi dan Penyusutan  Investasi awal merupakan modal yang harus
disediakan sebelum melakukan kegiatan produksi atau usaha yaitu pada tahun ke-0
(tahun pendirian perusahaan) dengan asumsi dan persyaratan sebagai berikut : a) Dalam
satu tahun dilakukan 2 kali siklus produksi, yaitu per siklus selama 6 bulan. b) Penebaran
benih di keramba dengan berat 0,5 ons, asumsi harga benih Rp.30.000,- /kg. dengan
tingkat kelangsungan hidup (SR) sampai panen sebesar 75 %. c) Pemanenan dilakukan
ketika waktu pemeliharaan sudah mencapai 6 bulan (1 siklus) dan rata-rata bobot lobster
2 ons dengan jumlah total panen 800 ekor ( dalam 4 petak keramba ) dengan harga jual
( panen ) Rp. 380.000,- / Kg. d) Kelayakan usaha diperhitungkan berdasarkan Analisa laba
rugi, B/C Ratio, Break Even Point (BEP), dan Pay Back Period (PBP). Unsur-unsur yang
termasuk dalam biaya investasi yaitu : kontruksi, peralatan yang berhubungan dengan
produksi dan harus disediakan sebelum proses produksi. Biaya investasi yang dibutuhkan
untuk menjalankan usaha budidaya lobster adalah Rp. 39.965.000,- dan penyusutannya
adalah Rp. 2.049.400,- untuk lebih jelas rinciannya dapat dilihat daftar berikut ini : 1.
Kontruksi KJA - Balok Kayu (34 Batang) Total harga : 2.210.000 - Papan Kayu (24
lembar) Total harga : 1.200.000 - Pelampung (15 buah) Total harga : 3.000.000 - Baut
(90 pasang) Total harga : 180.000 - Paku (5 kg) Total harga : 75.000 - Tali PE (10 kg)
Total harga : 150.000 - Jangkar (4 buah) Total harga : 4.000.000 - Tali jangkar (20 kg)
Total harga : 400.000 - Jaring (6 buah) Total harga : 3.600.000 - Biaya lain-lain - Total
harga : 200.000 - Upah sarana/prasarana - Total harga : 500.000 - Perahu motor (1 unit)
Total harga : 6.500.000 - Freezer (1 unit) Total harga : 6.000.000 - Mesin semprot (1
unit) Total harga : 6.000.000 - Kompresor (1 unit) Total harga : 4.500.000 - Bak fiber (1
unit) Total harga : 500.000 - Selter (pipa) (1 unit) Total harga : 60.000 - Peralatan kerja (1
unit) Total harga : 1.000.000 Total Harga : Rp.39.965.000 Sedangkan biaya pennyusutan
dari barang-barang tersebut adalah : Rp. 4.098.800/tahun Keterangan : a. Balok kayu
ukuran 7 x 14 x 400 cm b. Papan kayu ukuran 3 x 25 x 400 cm c. Pelampung volume 200
lt d. Baut diameter 10 mm, panjang 250-260 mm e. Paku 7 inchi f. Tali PE untuk
pelampung berukuran diameter 8 mm g. Jangkar dengan berat 75 kg h. Tali jangkar
berdiameter 250 mm i. Jaring berukuran 3 x 3 x 3 m, mesh size 0,75 imchi, D 12 dengan
diameter tali ris 6 mm j. Perahu motor temple 15 PK k. Freezer berukuran volume 600 lt
l. Bak fiber ukuran 1 ton 2. Biaya Operasional Biaya operasional dibagi menjadi dua
macam yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap
yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha pembesaran lobster tiap tahunnya adalah
sebesar Rp.26.418.800 dan biaya tidak tetapnya adalah Rp. 68.088.800,-. Untuk
perinciannya dapat dilihat tabel dibawah ini : a) Biaya tetap per tahun - Biaya Penyusutan
= Rp. 4.098.800,- - Perawatan 5 % dari Investasi = Rp. 1.920.000,- - Gaji Karyawan @
Rp.900.000 x 12 bulan 2 orang = 21.600.000 - Listrik 12 bulan x Rp.40.000 = 480.000,-
Jumlah = Rp.28.098.800 b) Biaya tidak tetap per tahun - Benih 1400 ekor x Rp.30.000 x
2 siklus ( 1 tahun) = Rp. 8.400.000,- - Pakan ikan rucah 900 kg x @ Rp.5.000 x 2 siklus =
Rp. 9.000.000,- - Bahan bakar (solar) 6 liter/hari x @ 3500 = Rp. 7.560.000,- Jumlah =
Rp.24.960.000,- Sedangkan untuk mengetahui besarnya biaya produksi per ekor lobster
adalah : = Biaya Tetap : Jumlah lobster yang dipanen Rp.28.098.800 : 320 kg = Rp.
87.808,- Jadi, untuk menghasilkan lobster (dengan berat ikan rata-rata 200 gram, total
panen 320 kg, diperlukan biaya tetap per kg adalah sebesar Rp. 87.808,-. Dari
penjumlahan biaya tetap dan tidak tetap diatas, maka biaya operasional nya dapat dilihat
pada perhitungan dibawah ini : Biaya operasional = Biaya tetap + Biaya tidak tetap =
Rp.28.098.800 + Rp.24.960.000,- = Rp. 53.058.800,- Hasil produksi menghasilkan
lobster (kepadatan rata-rata 200 ekor/lubang), jumlah total lubang sebanyak 4 lubang
(jaring apung) sedangkan jumlah total panen per tahun sebanyak 1600 ekor (320 kg).
Perhitungan penjualan adalah : Pendapatan = 1600 ekor (320 kg) x Rp. 380.000,- x 1
tahun = Rp. 121.600.000,- Jadi pendapatan yang diperoleh dalam 1 tahun sebesar Rp.
121.600.000,- sebelum dipotong pajak pendapatan sebesar 10 % dari pendapatan
penjualan. Pendapatan = Pendapatan – ( 10 % x pendapatan) = Rp. 121.600.000,- (Rp.
12.160.000) = Rp. 109.440.000,- Jadi pendapatan yang diperoleh selama 1 tahun
sebesar Rp. 109.440.000,- 3.Analisa Laba Rugi Analisa laba rugi = Pendapatan - Biaya
total operasional = Rp. 109.440.000,- - Rp. 53.058.800,- = Rp. 56.381.200,- Budidaya
pembesaran lobster mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 56.381.200,-/ tahun.
4.Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Analisi B/C ratio dapat digunakan untuk menilai layak
tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Bila nilai B/C yang diperoleh sama dengan 1
(satu), berarti titik impas (cash in flows sama dengan cash out flows), sehingga perlu
pembenahan. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek
tersebut layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk
dikerjakan. Rumus B/C ratio adalah sebagai berikut : B/C ratio = Total Pendapatan : Total
Biaya Operasional B/C ratio = Rp. 109.440.000,- : Rp. 53.058.800,- = 2,06 (Feasible)
Dari perhitungan B/C ratio dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio pada usaha produksi
pembesaran lobster tersebut menguntungkan atau feasible (go) untuk dijalankan yaitu
pada angka 2,06. Bila B/C ratio < 1 usaha tidak layak untuk dijalankan, B/C ratio > 1
usaha tersebut menguntungkan sehingga usaha dapat dilanjutkan. 5. Break Even Point
(BEP) Perhitungan BEP digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan
dimana pada titik tersebut proyek tidak untung dan tidak rugi (total revenue = total cost).
Selama proyek/perusahaan masih berada di bawah titik BEP, selama itu juga perusahaan
tersebut masih mengalami kerugian. Untuk menghitung BEP dapat digunakan rumus
dibawah ini : Break Even Point (produksi) : BEP (Produksi) = Total Biaya Operasional :
Harga Penjualan BEP (Produksi) = Rp. 53.058.800,- : Rp. 380.000,- = 139 Kg /tahun
Break Even Point (harga) : BEP (Harga) = Total Biaya Operasional : Total Produksi BEP
(Harga) = Rp. 53.058.800,- : 320 kg = Rp.165.808,- / Kg Jadi usaha pembesaran lobster
ini akan mengalami titik impas (BEP) pada saat menghasilkan lobster sebanyak 139 kg
dengan harga per kg Rp.165.808,-. 6. Analisa Pay Back Period (PBP) Analisa Pay Back
Period adalah waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi.
Suatu indikator yang dinyatakan dalam ukuran waktu yaitu berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang dikeluarkan. Semakin cepat dalam
pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena
semakin lancar dalam perputaran modal. Analisa tersebut dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut : PBP = Investasi : (Keuntungan + Penyusutan) x 1 tahun PBP = Rp.
39.965.000,- : (Rp. 56.381.200,- + Rp. 2.049.400,-) x 1 tahun PBP = 0,68 tahun (8 Bulan,
4 hari) Artinya modal investasi usaha yang digunakan akan kembali dalam jangka waktu 8
bulan 4 hari.
 
 BAB 4
PENUTUP
Usaha Pengembangan lopster ini ini yang berorietasi kepada ekonomi kerakyatan
merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial di negara kita.
Melalui usaha ini diharapkan dapat memanfaatkan ganda, berupa penyediaan lapangan
kerja / kesempatan berusaha di daerah pedesaan, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
 
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha baik pebenihan maupun pembesaran lobster
sangat menguntungkan. Selain itu, usaha tersebut tidak memerlukan lahan yang luas.
 
Rencana pengembangan Ikan Gurame di Kota Banjar, proposal semoga dapat menjadi
pertimbangan dan pada akhirnya terealisasi. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua.
 
DAFTAR PUSTAKA
http://nindiyanastiti.blogspot.com/2014/11/budidaya-lobster-laut.html?m=1
https://originalmutiara.com/page/92/analisis-finansial-usaha-budidaya-lobster-air-laut-
skala-menengah
https://fdokumen.com/document/proposal-bisnis-lobster.html

Anda mungkin juga menyukai