Homiletics Bener
Homiletics Bener
1
Duane Litfin, Public Speaking (Grand Rapids: Baker, 1992), 28 – 30.
2
Leadership Journal, Summer 2004, Vol. XXV / 3, 75.
1
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Pendahuluan
- Dalam pendahuluan, pendengar mencari sesuatu yang menarik untuk bisa mendengar lebih
lanjut.
- Sekali Anda menangkap pikiran mereka, suatu hal yang mudah untuk melanjutkan topik
pembicaraan.
- Tetapi sekali Anda tidak bisa menangkap pikiran mereka, suatu hal yang sangat sulit untuk
mengubahnya.
Ringkasan
- Merupakan sebuah ringkasan dari semua yang sudah dibicarakan dalam beberapa kalimat
yang mudah dimengerti dan diingat
- Mungkin ringkasan dari poin-poin yang Anda berikan.
- Adalah sebuah hal yang penting untuk memikirkan kalimat-kalimat terakhir yang bisa membuat
pendengar terus mengingat topik Anda.
2
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
- Persiapan yang matang dan latihan yang cukup sangat diharuskan untuk membuat semuanya
berjalan lancar dan mudah.
- “Perlu 3 minggu persiapan untuk sebuah pembicaraan yang menarik dan baik” (Mark Twain).
Di atas Mimbar
- Adalah sebuah hal yang sangat membantu, jika Anda memilih 3 atau 4 orang di antara
pendengar – lebih baik dari berbagai sektor, dengan tujuan supaya Anda kelihatan
memberikan perhatian ke seluruh ruangan.
- Pilihlah orang-orang yang kelihatannya sedang bahagia dan menikmati pembicaraan Anda.
3
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
KHOTBAH EKSPOSITORI
3
Litfin, 102.
4
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Definisi
1. “Expository preaching explains a passage in such a way to lead the congregation to a true and
practical application of that passage.” 4
2. Expository preaching is the communication of a biblical concept, derived from and transmitted
through a historical, grammatical, and literary study of a passage in its context, which the Holy
Spirit fist applied to the personality and experience of the preacher, then through the preacher,
applies to the hearers.“5
Karakteristik
1. Hanya berdasarkan 1 bagian utama dari Alkitab : Referensi ayat-ayat lain hanya menjadi
pelengkap, contoh, atau memperjelas argumen dari eksposisi perikop utama.
2. Setia pada pemikiran penulis Alkitab : Khotbah ekspositori tidak menjelaskan teks berdasarkan apa
yang diingini pembicara, tapi mengkhotbahkan arti asli/orisinil yang dimaksud penulis Alkitab.
3. Kepaduan: Ekspositori murni mengandung 1 ide central dari teks yang disebut Ide Utama. Setiap
bagian Alkitab pasti punya maksud tertentu yang terpadu!
4. Aplikasi: Ekspositori menghubungkan kebenaran Alkitabiah kepada hidup pendengar melalui
tujuan asli, arti, atau fungsi dari sebuah teks.
Ringkasan: Jadi, apa itu ekspositori, dan apa yang bukan ekspositori?
Ekspositori bukanlah … Ekspositori adalah …
Khotbah dari beberapa teks Alkitab Fokus pada 1 perikop
Menyeleksi apa yang Anda ingin katakan dari Memperhatikan apa yang Tuhan katakan
teks melalui penulis
Komentari eksegesis ayat per ayat atau survey Fokus pada 1 ide utama
detail dari sebuah perikop
Komentari tanpa arah Komentari yang tepat sampai sebuah akhir
Penjelasan tanpa menjawab kebutuhan Penjelasan yang menghubungkan teks pada
hidup
Khotbah melalui sebuah buku Alkitab Khotbah dari sebuah teks
4
Walter L. Liefeld, New Testament Exposition: From Text to Sermon (Grand Rapids: Zondervan,
1984), 6.
5
Haddon W. Robinson, Biblical Preaching: The Development and Delivery of Expository Messages,
2nd Ed., (Grand Rapids: Baker Academic, 2001), 21.
5
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
A. Berdasarkan pada sebuah teks di dalam Alkitab yang menunjukkan kehendak Tuhan . Ketika kita
berkhotbah dari teks asli Alkitab, kita lebih bebas dari kesalahan.
B. Mengajarkan Firman Tuhan dalam situasi yang dipilih oleh Roh Kudus . Ini akan melindungi dari
“pembuktian kemurnian teks” yang tidak benar (mengambil suatu ayat dan tidak perduli dengan
konteks ayat untuk membuktikan sebuah poin) dan “membuat sesuatu menjadi prinsip”
(menciptakan sebuah kebenaran atau prinsip yang diaplikasikan untuk semua orang).
C. Mempunyai kekuatan dan kekuasaan illahi . Firman Tuhan sangat efektif dibandingkan khotbah
terbaik seorang manusia, untuk menyentuh kehendak manusia dan menjawab kebutuhan mereka.
D. Mengarahkan perhatian pendengar kepada Alkitab . Dengan mengajarkan jemaat untuk mendapat
jawaban dari Alkitab sendiri, seorang pengkhotbah membebaskan dirinya sendiri dari anggapan
bahwa dia berkuasa mutlak. Khotbah ekspositori mengingatkan jemaat bahwa kekuasaan mutlak
hanya pada Alkitab – bukan pengkhotbah!
E. Mencukupi kebutuhan manusia untuk kepuasan rohani . Khotbah ekspositori yang baik tidak
mencengangkan pendengar, melainkan mengenyangkan mereka.
F. Membuat seorang pengkhotbah bisa mengkhotbahkan seluruh buku -buku di dalam Alkitab.
Ekposisi yang sistematis menyediakan alat untuk seseorang dapat mengerti pemikiran utama dari
setiap buku Alkitab.
A. Menuntut suatu masa belajar yang lengkap dari sebuah perikop (mempelajari latar belakang,
struktur penulisan, alur pikir penulis, study kata, dll.)
B. Menuntut observasi prinsip-prinsip kuat Hermeneutika.
C. Menuntut perhatian pada konteks yang lebih besar dari sebuah buku, bahkan kumpulan tulisan
(mis: tulisan-tulisan Paulus).
D. Menuntut kesetiaan pada format-format literal (narasi, perumpamaan, puisi, dll.) dari sebuah
perikop dan konteksnya.
E. Menuntut kemampuan untuk mencocokkan perikop dengan kebutuhan jemaat.
F. Menuntut kemampuan dan pengalaman untuk memperhatikan baik-baik ide utama yang diajarkan
dalam sebuah perikop.
6
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
IDE UTAMA
7
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
IDE EKSEGETIKAL
6
Robinson, 35.
8
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Pendahuluan
A. Dalam membuat outline khotbah, tujuan akhir adalah untuk mendapat ide homiletikal (ide yang
disampaikan kepada pendengar), dan membuat semua poin-poin utama dari khotbah yang
mendukung ide homitletikal ini.
B. Tetapi sebelum mendapat ide homiletikal, seorang pengkhotbah harus terlebih dahulu
menemukan ide eksegetikal (ide asli penulis Alkitab ketika dia menuliskan sebuah bagian
Alkitab). Dengan menemukan ide eksegetikal, kita akan belajar melakukan pemikiran serius
sebelum membuat outline khotbah yang baik.
C. Dengan mencari dan menemukan ide eksegetikal, maka kita akan terhindar dari resiko
mengkhotbahkan sebuah pelajaran Alkitab dari bagian Alkitab yang tidak mengajarkan hal
tersebut.
Langkah 1: Tulislah setiap ayat untuk menyingkirkan semua kalimat yang tidak diperlukan.
Contoh: Yakobus 1:5-6
Ay. 5:
- Jika ada orang yang kurang hikmat
- Orang yang kurang hikmat harus minta pada Allah
- Allah memberi kepada semua orang dengan murah hati
Ay. 6:
- Orang yang kurang hikmat harus minta dengan iman
- Iman berarti tidak bimbang sama sekali
- Orang yang bimbang sama seperti gelombang laut
Catatan tentang latar belakang perikop: Di sini Yakobus sedang berbicara kepada 12 suku Israel –
Yak. 1:1 (orang-orang Kristen Yahudi) dari gereja mula-mula, yang setelah kematian Stefanus
tersebar sampai ke daerah Phoenicia, Cyprus, dan Syrian Antioch (Kisah 8:1; 11:19). Dalam
keadaan yang terpecah itu mereka banyak mengalami tekanan dan penderitaan (Yak. 1:2-4).
Sebagai pemimpin dari Gereja di Yerusalem, Yakobus mengirimkan surat untuk menguatkan dan
memberikan instruksi kepada mereka bagaimana menghadapi penderitaan. Jadi orang yang
kurang hikmat di sini adalah orang-orang Kristen Yahudi yang menghadapi penderitaan dan
mengalami kesulitan mengerti alasan mengapa mereka menderita.
9
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Langkah 2: Kelompokkan kalimat yang sama dalam judul utama untuk menampakkan bagian-
bagian besar dalam perikop.
Berdasarkan konteks perikop, ada 2 bagian besar:
I. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan kurang hikmat, harus meminta hikmat kepada
Allah (ay. 5)
II. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan meminta hikmat kepada Allah harus meminta
dengan iman (ay. 6)
Langkah 3: Tulislah bagian-bagian besar ini, dan tambahkan sub-sub point (yakinkan semua
kalimat dalam langkah 1 sudah termasuk di dalamnya).
I. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan kurang hikmat, harus meminta hikmat
kepada Allah (ay. 5).
II. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan meminta hikmat kepada Allah harus
meminta dengan iman (ay. 6).
A. Meminta hikmat dari Allah harus dengan iman yang teguh (ay. 6a).
B. Iman yang teguh berarti tidak bimbang sama sekali, percaya penuh 100% (ay. 6b).
1. Orang yang bimbang tidak dapat apa-apa (ay. 7).
2. Orang yang bimbang tidak tenang hidupnya (ay. 8).
Langkah 4: Ringkaslah poin-poin utama menjadi sebuah kalimat subyek dan komplemen yang
disebut sebagai IDE EKSEGETIKAL
I. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan kurang hikmat, harus minta hikmat kepada Allah
(ay. 5)
10
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
II. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan meminta hikmat kepada Allah harus meminta
dengan iman (ay. 6).
=
Ide Eksegetikal: Cara yang diberikan Yakobus kepada orang Kristen Yahudi yang menderita adalah
dengan berdoa meminta hikmat kepada Allah dengan iman yang teguh.
INI YANG DISEBUT IDE EKSEGETIKAL! Ide yang kita ambil dari teks itu sendiri!
Daftar Kalimat Tata Bahasa Pembantu (untuk membantu Anda menentukan kalimat-kalimat
eksegetikal):
11
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Z1 Z2
Siapa? Dengan siapa … adalah …
Kepada siapa …
Untuk siapa …
Apa? Keuntungan dari … adalah …
Karakteristik dari …
Identitas dari …
Obyek dari …
Respon dari …
Hasil dari …
Ujian dari …
Di mana ? Tempat di mana … adalah di …
Kapan? Saat ketika / sebelum / sesudah / adalah …
Selama …
Mengapa? Alasan untuk … adalah karena / untuk /supaya …
Tujuan untuk …
Motivasi dari …
Konsekuensi dari …
Sebab dari …
Bagaimana? Cara untuk … adalah dengan / melalui …
Keunikan dari … adalah …
12
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
“Akibat perbuatan immoralitas Samson dengan “Tuhan menghukum seorang “superman” dengan
Delilah, Tuhan menghukum dia dengan tinggal di kuil kehalusan seorang wanita.”
Dagon.”
“Cara yang harus dilakukan murid-murid dalam “Doa pribadi lebih baik dari pada doa jalanan.”
berdoa adalah berdoa secara rahasia dan pribadi,
dan bukan untuk ditonton seperti orang Farisi.”
“Cara berdoa untuk menyenangkan hati Tuhan “Tuhan memberkati doa pribadi lebih dari pada doa
adalah doa dengan tulus dan pribadi, bukan di depan umum.”
dipertontonkan seperti orang Farisi.”
“Alasan Yesus mencuci kaki murid-muridNya adalah “Jika Anda mengasihi orang lain seperti Yesus, maka
karena Dia berusaha untuk menjadi teladan melayani Anda tidak akan peduli dengan kotoran.”
orang lain dengan rendah hati.”
Contoh:
Outline Eksegetikal Outline Homiletikal
I. Alasan orang Korintus tidak dapat menerima I. Orang percaya yang terus bersikap seperti
doktrin yang murni seperti pada waktu mereka orang tidak percaya tidak akan dapat menerima
13
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
IA. Orang Korintus tidak dapat menerima 1B. Kita tidak akan dapat menerima
ajaran yang murni karena mereka masih ajaran yang murni selama kita
bersikap seperti orang tidak percaya. terus menerus bersikap seperti
orang tidak percaya.
Jadi, langkah kita dalam membuat argumentasi (berlawanan dengan urutan outline presentasi
kita), mulai dari IA, kemudian berpindah ke Prinsip Umum (Poin I), baru turun lagi ke IB.
Model ini adalah dasar dari semua metode pembuatan outline homiletikal.
14
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
2. Eksegese-lah (galilah) Bagian Alkitab itu (analisalah setiap bagian) dan Kumpulkan Catatan-catatan Anda.
a. Mohon hikmat kepada Tuhan, kemudian bacalah Alkitab terjemahan yang umum digunakan oleh jemaat
gereja. Tuliskan setiap pertanyaan yang Anda pikir akan ditanyakan oleh setiap anggota jemaat (kalau
tidak, dalam 15 jam kemudian, Anda akan mempunyai semua jawaban, tetapi Anda lupa pertanyaan-
pertanyaannya!). Setelah ditulis, jawablah pertanyaan-pertanyaan itu.
b. Bacalah terjemahan-terjemahan lain dan catat perbedaan-perbedaan dan pertanyaan tambahan.
c. Bacalah terjemahan asli jika Anda sanggup; gunakan semua “alat” dan lakukan studi kata pada kata-
kata penting.
d. Bacalah komentari-komentari
1) Bacalah sebuah komentari ekspositori untuk membantu Anda menemukan “gambar utama” dan
masalah-masalah dari bagian Alkitab tersebut.
2) Carilah dan temukan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam komentari bahasa Yunani dan Ibrani
(jika Anda bisa membaca bahasa itu!).
3) Bacalah komentari khotbah (oleh John Stott, Warren Wiersbe, Swindoll, dll).
Contoh:
15
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
e. Ringkaslah poin-poin utama Anda dalam sebuah kalimat subyek-komplemen yang disebut “ide
eksegetikal.”
16
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
1). Deduktif: Ide utama dinyatakan pada awal khotbah, kemudian baru didukung.
a). Outline ini jelas, tetapi kurang menarik. Outline ini mengikuti subpoin-subpoin
eksegetikal.
b). Contoh: sebuah ide untuk dijelaskan, sebuah prinsip untuk diaplikasikan, sebuah
pernyataan untuk dibuktikan.
2). Induktif: Ide utama tidak secara nyata dinyatakan, tetapi muncul secara jelas pada
kesimpulan.
a). Outline ini kurang jelas, tetapi lebih menarik. Poin-poin eksegetikal perlu dikerjakan
ulang.
b). Outline ini juga lebih baik untuk pendengar-pendengar awam, karena membuat mereka
membangun kesimpulan mereka dari argumentasi yang diberikan.
c). Contoh: sebuah subyek yang harus dilengkapi, sebuah masalah yang harus dijelaskan,
sebuah cerita yang harus diceritakan, sebuah penyebab dengan efek-efek sampingnya.
b. Tulislah poin-poin utama Anda dengan ayat referensinya dengan mengikuti susunan perikop.
c. Bangunlah masing-masing poin ini dengan 2 hal dalam pikiran Anda: 3 pertanyaan pembangun dalam
langkah 4, dan jawaban-jawaban untuk hal-hal utama yang sudah didapat dalam langkah 1.
17
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
10. Buatlah Manuskrip Khotbah dan Latihlah sampai Khotbah itu Anda Hafal
a. Buatlah manuskrip dari seluruh khotbah (termasuk ayat-ayat) untuk membuat Anda memilih kata-kata
yang terbaik dan membuat khotbah ini bisa digunakan dalam kesempatan-kesempatan lain.
b. Hafalkan khotbah itu dengan berlatih 6-8 kali, setiap kalinya jauhkan diri Anda dari catatan Anda.
Latihlah gerakan tubuh di depan cermin.
c. Jika waktu pendek, paling sedikit hafallah pendahuluan, kesimpulan, dan illustrasi-illustrasi kunci.
ILLUSTRASI
Beberapa pendapat mengenai pemakaian illustrasi dalam khotbah:
- “Apa yang dilakukan hanyalah menghibur orang saja, bukan menyampaikan Firman Tuhan!”
- “Apa tidak cukup untuk berkhotbah dari Alkitab? Apakah sebagai pengkhotbah, Saya harus
memikirkan juga bagaimana bercerita dan melucu?”
18
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
- “Gara-gara TV, jemaat tidak bisa duduk diam dan berkonsentrasi mendengarkan khotbah.
Sebagai pengkhotbah, Saya harus menambahkan illustrasi dalam khotbah Saya. Saya betul-
betul benci hal itu!”
Ravi Zacharias: “One of the important roles of the preacher is to be a connector. What has helped me
in making the connection is to see a sermon incorporating three components: the argument (or
proclamation), the illustration, and the application.” 7
Definisi
“Illustrations are “life-situation” stories within sermons whose details (whether explicitly told or
iimaginatively elicited) allow listeners to identify with an experience that elaborates, develops,
and explains scriptural principles.” 8
“To shed light on, to make bright, make clear.” 9
Kegunaan Illustrasi
1. Illustrasi membuat sebuah khotbah menarik untuk didengarkan.
2. Illustrasi menyatakan ulang, menjelaskan, mengaplikasikan ide pemikiran dari Firman Tuhan
dengan menghubungkan kepada pengalaman-pengalaman yang masuk akal.
3. Illustrasi membuat seseorang gampang mengingat sebuah pelajaran.
4. Illustrasi menciptakan komunikasi antara pembicara dan pendengar.
19
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Pengalaman-pengalaman pribadi
Insiden sejarah
Kutipan
Cerita latar belakang pembuatan lagu
Cerita surat kabar
Statistik
Data ilmu pengetahuan
Puisi
Pengalaman orang lain
Dll.
4. Gunakan sesuatu yang diketahui untuk menjelaskan sesuatu yang tidak diketahui.
5. Buatlah illustrasi memadai untuk pendengar.
6. Jangan hanya menceritakan sebuah cerita – dramatisasi!
Humor yang baik dan mendukung point khotbah mempunyai 4 elemen 10:
- Materi yang baik (lelucon, cerita humor, situasi humor, kalimat humor, dll.).
- Penyampaian yang tepat.
- Kenal pendengar.
- Citra diri yang sehat.
2. Berlebihan: biasanya terjadi ketika pembicara baru saja mendengar sebuah cerita yang sangat
bagus dan tidak bisa menunggu untuk menceritakannya kepada pendengar.
3. Egosentris: pembicara menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian, jagoan rohani. Illustrasinya
biasanya adalah pengalaman-pengalamannya yang luar biasa, yang terlalu berlebihan, yang
terlalu rohani.
5. Manipulasi: pembicara memanipulasi emosi pendengar untuk mendapatkan suatu hasil. Misal:
memberikan persembahan. Cerita yang menggerakkan emosi bukan selalu menunjukkan hasil
bimbingan Roh Kudus.
10
Rusty Wright and Linda Raney Wright, 500 Clean Jokes and Humorous Stories and How to Tell
Them (Uhrichsvile, Ohio: Barbour, 1985), 15.
20
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Mencari Illustrasi
Minta, pinjam, atau bahkan “curi” illustrasi dimanapun Anda bisa, dari:
- Khotbah yang Anda dengar (gereja, chapel, kaset, dll.).
- Berita, artikel surat kabar.
- Buku-buku Kristen.
- Buku-buku sekuler.
- Majalah: Reader’s Digest, Time, Tempo, dll.
- Renungan Harian.
- Khotbah tertulis.
- Kejadian-kejadian dalam hidup sehari-hari.
- Pengalaman pribadi Anda (yang murni, fresh, tidak dibuat-buat).
- Pengalaman hidup orang lain.
- Imajinasi Anda (buatlah sebuah scenario atau percakapan yang seakan-akan pendengar Anda
ada di dalamnya).
- Film, TV, iklan.
- Dll.
APLIKASI
Sering kali seorang pembicara tidak membuat aplikasi spesifik dari kebenaran Firman Tuhan ke dalam
kehidupan nyata, karena:
Dia belum mengaplikasikannya untuk dirinya sendiri.
21
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Dia tidak punya tujuan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan pendengarnya sebagai
respon setelah mendengar Firman.
Dia merasa bahwa yang perlu dilakukannya hanya “menyampaikan Firman Tuhan” dan “Roh
Kudus yang bertugas membuat aplikasi untuk pendengar.”
Dia tidak cukup waktu untuk membuat aplikasi.
Dia tidak kenal pendengarnya.
Pendengar akan mendengarkan pembicara jika kebutuhannya (needs) disentuh. Psychologist Abraham
Maslow memberikan 6 level kebutuhan (needs) manusia:
1. Physiological Needs: kebutuhan dasar manusia, seperti: makanan, kesehatan tubuh.
2. Safety Needs: kebutuhan akan rasa aman.
3. Love and Belonging Needs: kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok, misalnya:
bagian dari keluarga, club, kelompok kesukuan, atau bangsa.
4. Esteem Needs: kebutuhan untuk dihargai sebagai pribadi manusia.
5. Aesthetica Needs: kebutuhan untuk ikut andil dalam kegiatan kemanusiaan.
6. Self-actualization Needs: kebutuhan untuk “sesuatu yang lebih,” untuk memaksimalkan potensi
yang dimiliki.
INGAT: Kita semua ingin dipenuhi kebutuhannya! Jika Anda dapat menyentuh kebutuhan-kebutuhan
manusia dalam pembicaraan Anda, dapat dipastikan Anda akan didengarkan.
Scott A. Wenig mengatakan: “If preaching is to be transformational, it must address the needs, hurts,
temptations, and trials of listeners.”11
22
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
90 kata kerja untuk membantu membuat aplikasi Firman Tuhan ke dalam sebuah aksi spesifik:
Terima Akui Jawablah
Akui Temukan Korbankan
Analisalah Ikuti Selamatkan
Tanyakan Berilah Jadwalkan
Tanya diri sendiri Pergilah Seleksilah
23
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Persyaratan Pendengar
12
Duane Litfin, 90.
24
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Persyaratan Pembicara
Argument
Illustrasi
Tata Bahasa
Konteks
APLIKASI
EKSPOSISI
EKSPOSISI APLIKASI
PENDAHULUAN
Pentingnya
- Menciptakan rasa tertarik untuk mendengar lebih jauh
- Memperkenalkan sebuah masalah
25
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
KESIMPULAN
A. Pentingnya
1. Memberikan pernyataan ulang poin-poin agar pendengar mengingat
2. Memberikan aplikasi pada hal-hal yang belum disentuh pada tubuh khotbah
26
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
PENYAMPAIAN
27
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
Aristotle: “Strings of unconnected words, and constant repetitions of words and phrases, are very
properly condemned in written speeches, but not in spoken speeches – speakers use them freely, for
they have a dramatic effect” 15 (Kalimat-kalimat transisi dari kata-kata yang tidak berhubungan, dan
pengulangan kata / frase yang konstan, tidak diperbolehkan dalam tulisan, tetapi tidak dalam
pengungkapan dengan kata-kata – pembicara-pembicara memakai kalimat-kalimat transisi dengan
bebas, karena kalimat-kalimat itu memiliki efek dramatis).
15
Quoted in Duane Litfin, Public Speaking A Handbook for Christians (Grand Rapids: Baker, 1992),
275.
28
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
3. Penyampaian yang efektif mulai dari keinginan. Jika Anda tidak ingin
menyampaikannya dengan baik, Anda tidak akan pernah bisa!
G. Kontak mata: jangan khotbah pada langit-langit, jendela, lantai, atau sepatu orang.
H. Suara:
Nada: variasikan nada (tinggikan dan rendahkan suara Anda)
Volume: jangan hanya berteriak, tapi juga berbisik
Kecepatan: kontrol kecepatan berbicara Anda
Pause: berikan pause yang panjang untuk membuat efek, tapi jangan terlalu
banyak
Latihan: latihlah khotbah Anda di depan cermin, sambil berdiri, bergerak dan
ber-ekspresi. Kalau mungkin bahkan latihlah di mimbar untuk menentukan
gerakan apa yang akan dan perlu dilakukan.
MANUSKRIP KHOTBAH
Mengapa harus membuat manuskrip?
29
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
- Memaksa Anda untuk memilih, bukan kalimat asal jadi, tapi kata-kata dan kalimat terbaik.
- Membuat Anda untuk berpikir jauh di muka dari pada menggunakan kalimat-kalimat usang.
- Kenyataan: hanya sedikit dari kita yang adalah pembicara ekstemporan, yang bisa
mendapatkan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat tanpa persiapan tertulis.
- Mengulang: membuat manuskrip khotbah memungkin Anda untuk menggunakan khotbah yang
sama beberapa tahun kemudian tanpa kehilangan isi asli khotbah Anda (meskipun harus
digumulkan lagi bersama dengan Tuhan).
- Pada dasarnya membuat manuskrip membantu Anda untuk menjadi pembicara yang menarik.
1. Lebih baik dalam bentuk outline. Setiap pointnya merupakan kalimat lengkap, ayat-ayat yang
akan dibaca digaris bawahi, dan kata-kata yang tidak perlu didengar pendengar ditaruh dalam
tanda kurung.
30
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
31
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
A. BERKUASA
Apakah itu kata-kata Firman Tuhan?
Apakah itu dihasilkan dari pergumulan dan doa?
B. SEDERHANA
Outlinenya jelas?
Logis? Apa? Mengapa? Kapan?
Alurnya baik? Point-point equal? Ada kalimat transisi antar point? Ada hubungan antara
point?
Ada fokus utama? Ide utama?
i. MURNI
Secara eksegetikal akurat?
Tidak ada hal-hal yang tersembunyi (hal-hal yang sepertinya Anda tahu padahal sebenarnya
Anda tidak tahu)?
ii. KONKRET
Aplikasi spesifik (Apa)?
Petunjuk yang jelas (Bagaimana)?
Kesimpulan yang powerful?
iii. MENARIK
Penggunaan illustrasi / humor yang memperjelas point?
Penggunaan penelitian dari perikop?
o Cerita asli di-dramatisir
o Perbandingan kisah untuk menjelaskan sesuatu yang tidak jelas
o Pertanyaan kunci, misal: “Apa yang dipelajari asaf dalam rumah Allah?”
16
Stuart Briscoe, The Subtle Temptations of Preaching, in Bill Hybels, Stuart Briscoe, & Haddon
Robinson, “Mastering Contemporary Preaching” (Portland, Oregon, Multnomah, 1989), 141 – 151.
32
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
1. KESOMBONGAN
o Ketika khotbah anda “bagus,” dan mendapat pujian, terima saja. Memang khotbah itu
adalah hasil usaha anda secara tekhnis. “We do our best, let God do the rest!”
3. KEMALASAN
o Malas persiapan bisa disebabkan karena anda justru menyadari bahwa pendengar
anda tidak menuntut terlalu tinggi.
o Kemalasan akan terlihat jika “isi” khotbah terlalu ringan. Tidak ada penelitian Alkitab
yang akurat, tidak ada aplikasi yang menusuk, dan tidak ada illustrasi yang
menyentuh.
4. PLAGIARISME
o Boleh saja memakai khotbah orang lain sama persis, tapi beri credit. Atau:
o Memakai khotbah orang lain boleh saja, sebatas point-point. Tapi “isi”nya tetaplah
harus sebagai hasil dari pergumulan pribadi.
o Sebagai pemula, seorang pengkhotbah memang justru harus meniru khotbah orang
lain, tapi harus tiru khotbah yang baik!
33
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori
o Memberikan asumsi yang tidak dikatakan Alkitab HANYA BISA dilakukan jika anda
sudah mengerti Alkitab sebagai satu kesatuan yang utuh (mencapai level analytical –
syntetical – evaluation Taxonomy Benjamin Bloom).
o B. Bloom’s Taxonomy (level-level ratio manusia):
Knowledge
Comprehensive
Aplication
Analytical
Syntetical
Evaluation
6. PROMOSI DIRI
o Jangan terlalu banyak gunakan illustrasi yang menceritakan tentang “kemenangan,
kesuksesan, kehebatan” diri sendiri.
o Dalam berkhotbah, promosikan Tuhan!
7. MENYENANGKAN ORANG
o Jangan hanya pilih topik-topik yang menyenangkan orang saja, dan menghindari topik
tentang “persembahan, iri hati, talenta, kemarahan, pengampunan, dll.”
34