Anda di halaman 1dari 34

Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

MENJADI PEMBICARA YANG BAIK

5 Karakteristik Pembicara yang Baik1


1. Integritas: berkomitmen pada apa yang baik dan luhur.
Apa yang kita pelajari di sini adalah tekhnik bagaimana membuat khotbah ekspositori. Tetapi
kita harus hati-hati di sini, karena: tekhnik TIDAK BISA MENGGANTIKAN KEYAKINAN!
John Stott: “The real secret of expository preaching is not mastering certain techniques but
being mastered by certain convictions.” 2
2. Sensitivitas: kemauan dan kemampuan untuk memberikan respon secara sensitive kepada
pendengar.
3. Pengetahuan: memiliki sesuatu yang berharga untuk disampaikan; tahu betul apa yang
dibicarakan.
4. Kemauan: keinginan (desire) untuk meng-komunikasikan apa yang diketahui kepada
pendengar.
5. Kemampuan: memiliki keahlian berkomunikasi.

Bagaimana Memilih Topik?


 Cari tahu mengenai pendengar Anda:
- Siapa mereka?
- Mengapa mereka ada di sana?
- Dalam hal apa mereka tertarik?
- Berapa banyak mereka sudah tahu tentang topik yang akan Anda bawakan?
Suatu pembicaraan mungkin baik untuk persekutuan ibu-ibu rumah tangga, tetapi belum tentu tepat
untuk persekutuan pemuda.

Bagaimana Merencanakan Apa yang akan Dikatakan?


- Adakan penelitian (riset) tentang topik Anda dengan cermat.
- Cari informasi di perpustakaan tentang fakta-fakta, kutipan-kutipan, buku-buku, artikel di
majalah-majalah atau koran tentang topik Anda.
- Berkomunikasi dengan orang yang ahli dalam bidang tersebut.
- Mulai mengorganisir dan menulis.

1
Duane Litfin, Public Speaking (Grand Rapids: Baker, 1992), 28 – 30.
2
Leadership Journal, Summer 2004, Vol. XXV / 3, 75.

1
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Apa Saja yang Ada dalam Sebuah Pembicaraan?


Pada umumnya, dalam suatu pembicaraan yang baik, ada 3 bagian dasar: Pendahuluan, Isi
Pembicaraan, dan Ringkasan.

 Pendahuluan
- Dalam pendahuluan, pendengar mencari sesuatu yang menarik untuk bisa mendengar lebih
lanjut.
- Sekali Anda menangkap pikiran mereka, suatu hal yang mudah untuk melanjutkan topik
pembicaraan.
- Tetapi sekali Anda tidak bisa menangkap pikiran mereka, suatu hal yang sangat sulit untuk
mengubahnya.

 Bagian utama (isi pembicaraan)


Ada 4 bagian dalam bagian utama yang menjadikan suatu pembicaraan yang baik:
- Untuk menghibur, yang paling sulit dilakukan.
- Untuk memberikan instruksi, yang paling mudah dilakukan jika Anda sudah melakukan riset.
- Untuk mempengaruhi pendengar, yang sering dilakukan dalam kampanye-kampanye, atau
oleh salesman.
- Untuk memberikan inspirasi, yang harus dilakukan oleh seorang pembicara dalam ber-
khotbah.

 Ringkasan
- Merupakan sebuah ringkasan dari semua yang sudah dibicarakan dalam beberapa kalimat
yang mudah dimengerti dan diingat
- Mungkin ringkasan dari poin-poin yang Anda berikan.
- Adalah sebuah hal yang penting untuk memikirkan kalimat-kalimat terakhir yang bisa membuat
pendengar terus mengingat topik Anda.

Bagaimana agar Terdengar Spontan?


- Pembicara-pembicara yang baik adalah orang-orang yang membuat kata-kata mereka
kedengaran spontan, meskipun semua itu adalah kata-kata yang dihafalkan.
- Sebuah cara yang baik adalah dengan menghafalkan poin-poin, jangan kata per kata.

2
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

- Persiapan yang matang dan latihan yang cukup sangat diharuskan untuk membuat semuanya
berjalan lancar dan mudah.
- “Perlu 3 minggu persiapan untuk sebuah pembicaraan yang menarik dan baik” (Mark Twain).

Singkat itu Indah


- 30 menit adalah waktu yang ideal untuk mendengarkan suatu pembicaraan dengan penuh
perhatian. 1 jam adalah batas seseorang dapat mendengarkan secara tenang.
- George Washington, dalam sambutan penobatannya sebagai presiden AS, hanya
membutuhkan 135 kata-kata – merupakan rekor sambutan pengangkatan presiden tersingkat.
- Rekor sambutan terlama adalah William Henry Harrison, pada tahun 1841, yang berbicara
selama 2 jam, kurang lebih 9000 kata-kata, dan dilakukan dalam cuaca dingin karena angin
utara. Keesokan harinya dia terkena demam, dan satu bulan kemudian mati!

Di atas Mimbar
- Adalah sebuah hal yang sangat membantu, jika Anda memilih 3 atau 4 orang di antara
pendengar – lebih baik dari berbagai sektor, dengan tujuan supaya Anda kelihatan
memberikan perhatian ke seluruh ruangan.
- Pilihlah orang-orang yang kelihatannya sedang bahagia dan menikmati pembicaraan Anda.

Bagaimana dengan Demam Panggung?


- Sering kali disebabkan karena pemikiran dari dalam diri kita sendiri yang berkata: “Sebagai
pembicara, aku harus melakukan hal yang berkenan pada pendengarku!”
- Mark Twain: “Ingat saja bahwa pendengarmu tidak mengharapkan terlalu banyak!”
- Dengan persiapan yang matang: pemikiran, latihan, dan keyakinan pada ide-ide Anda, Anda
bisa maju dan mengharapkan kejutan yang menyenangkan!

3
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Menemukan Ide Pembicaraan


Ide-ide pembicaraan untuk membantu Anda menemukan sebuah topik 3:

Adversity Criticism Happiness Life Resurrection


Affliction The Cross of Christ Heaven Love Self-love
Ambition Death Hell Lust Sex
Atheism The devil Holiness Marriage Sin
Authority Discipline Honesty Mercy Suffering
Beauty Duty Hope Miracles Superstition
Belief Doctrine Hospitality Modesty Temptation
Bible Eternity Human nature Morality Thankfulness
Bigotry Evil Human rights Motherhood Theology
Blessings Failure Immorality Motives The tongue
Boasting The fool Injustice Obedience Truth
Brotherhood Freedom Intolerance Opportunity Values
Character Friendship Jealousy Patience Violence
Compassion God Jesus Christ Peace War
Complaining The Gospel Justice Persecution Wealth
Compromise Gossip Kindness Power Wisdom
Courtesy Grief Knowledge Pride Way
Creation Guilt Labor Reason Zeal

KHOTBAH EKSPOSITORI
3
Litfin, 102.

4
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Definisi
1. “Expository preaching explains a passage in such a way to lead the congregation to a true and
practical application of that passage.” 4
2. Expository preaching is the communication of a biblical concept, derived from and transmitted
through a historical, grammatical, and literary study of a passage in its context, which the Holy
Spirit fist applied to the personality and experience of the preacher, then through the preacher,
applies to the hearers.“5

Karakteristik
1. Hanya berdasarkan 1 bagian utama dari Alkitab : Referensi ayat-ayat lain hanya menjadi
pelengkap, contoh, atau memperjelas argumen dari eksposisi perikop utama.
2. Setia pada pemikiran penulis Alkitab : Khotbah ekspositori tidak menjelaskan teks berdasarkan apa
yang diingini pembicara, tapi mengkhotbahkan arti asli/orisinil yang dimaksud penulis Alkitab.
3. Kepaduan: Ekspositori murni mengandung 1 ide central dari teks yang disebut Ide Utama. Setiap
bagian Alkitab pasti punya maksud tertentu yang terpadu!
4. Aplikasi: Ekspositori menghubungkan kebenaran Alkitabiah kepada hidup pendengar melalui
tujuan asli, arti, atau fungsi dari sebuah teks.

Ringkasan: Jadi, apa itu ekspositori, dan apa yang bukan ekspositori?
Ekspositori bukanlah … Ekspositori adalah …
Khotbah dari beberapa teks Alkitab Fokus pada 1 perikop
Menyeleksi apa yang Anda ingin katakan dari Memperhatikan apa yang Tuhan katakan
teks melalui penulis
Komentari eksegesis ayat per ayat atau survey Fokus pada 1 ide utama
detail dari sebuah perikop
Komentari tanpa arah Komentari yang tepat sampai sebuah akhir
Penjelasan tanpa menjawab kebutuhan Penjelasan yang menghubungkan teks pada
hidup
Khotbah melalui sebuah buku Alkitab Khotbah dari sebuah teks

Mengapa Khotbah Ekspositori Sangat Penting?

4
Walter L. Liefeld, New Testament Exposition: From Text to Sermon (Grand Rapids: Zondervan,
1984), 6.
5
Haddon W. Robinson, Biblical Preaching: The Development and Delivery of Expository Messages,
2nd Ed., (Grand Rapids: Baker Academic, 2001), 21.

5
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

A. Berdasarkan pada sebuah teks di dalam Alkitab yang menunjukkan kehendak Tuhan . Ketika kita
berkhotbah dari teks asli Alkitab, kita lebih bebas dari kesalahan.
B. Mengajarkan Firman Tuhan dalam situasi yang dipilih oleh Roh Kudus . Ini akan melindungi dari
“pembuktian kemurnian teks” yang tidak benar (mengambil suatu ayat dan tidak perduli dengan
konteks ayat untuk membuktikan sebuah poin) dan “membuat sesuatu menjadi prinsip”
(menciptakan sebuah kebenaran atau prinsip yang diaplikasikan untuk semua orang).
C. Mempunyai kekuatan dan kekuasaan illahi . Firman Tuhan sangat efektif dibandingkan khotbah
terbaik seorang manusia, untuk menyentuh kehendak manusia dan menjawab kebutuhan mereka.
D. Mengarahkan perhatian pendengar kepada Alkitab . Dengan mengajarkan jemaat untuk mendapat
jawaban dari Alkitab sendiri, seorang pengkhotbah membebaskan dirinya sendiri dari anggapan
bahwa dia berkuasa mutlak. Khotbah ekspositori mengingatkan jemaat bahwa kekuasaan mutlak
hanya pada Alkitab – bukan pengkhotbah!
E. Mencukupi kebutuhan manusia untuk kepuasan rohani . Khotbah ekspositori yang baik tidak
mencengangkan pendengar, melainkan mengenyangkan mereka.
F. Membuat seorang pengkhotbah bisa mengkhotbahkan seluruh buku -buku di dalam Alkitab.
Ekposisi yang sistematis menyediakan alat untuk seseorang dapat mengerti pemikiran utama dari
setiap buku Alkitab.

Kesukaran-kesukaran dalam Khotbah Ekspositori

A. Menuntut suatu masa belajar yang lengkap dari sebuah perikop (mempelajari latar belakang,
struktur penulisan, alur pikir penulis, study kata, dll.)
B. Menuntut observasi prinsip-prinsip kuat Hermeneutika.
C. Menuntut perhatian pada konteks yang lebih besar dari sebuah buku, bahkan kumpulan tulisan
(mis: tulisan-tulisan Paulus).
D. Menuntut kesetiaan pada format-format literal (narasi, perumpamaan, puisi, dll.) dari sebuah
perikop dan konteksnya.
E. Menuntut kemampuan untuk mencocokkan perikop dengan kebutuhan jemaat.
F. Menuntut kemampuan dan pengalaman untuk memperhatikan baik-baik ide utama yang diajarkan
dalam sebuah perikop.

Bagaimana Khotbah Ekspositori bisa MenjawabKebutuhan Manusia?

6
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

A. Tahu kedua kultur secara baik:


1. Dunia kuno/purba: Kerjakan tugas Anda untuk cari tahu latar belakang dan gambaran konsep
tentang perikop. Di sinilah pengetahuan yang baik tentang latar belakang P.L. dan P.B. tidak
bisa diremehkan!
2. Dunia modern: Pelajarilah tingkat pengetahuan Alkitab pendengar, pengalaman mereka
dengan ke-Kristenan. Pokoknya, cari tahu segala sesuatu tentang pendengar Anda dan
kebutuhan-kebutuhan mereka.
B. Mengkhotbahkan situasi kehidupan dari perikop sebelum menjelaskan prinsip-prinsip.
C. Rasakan situasi dari perikop (peristiwa, kata-kata, pengajaran, dll.) dan perhatikan hal-hal dalam
dunia modern yang mendekati/tepat dengan situasi tersebut.

IDE UTAMA

7
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Pengertian Ide Utama:


Haddon W. Robinson mengatakan: “A sermon should be a bullet, not buckshot. Ideally each sermon is
the explanation, interpretation, and application of a single dominant idea supported by other ideas, all
drawn from one passage or several passages of Scripture.” 6

Format Ide Utama:


Ide utama terdiri dari: SUBYEK + KOMPLEMEN
1. SUBYEK: sebuah pernyataan tidak lengkap, pernyataan singkat yang terdiri paling sedikit dari
3 kata yang menggambarkan persoalan utama dari sebuah perikop Alkitab, sebuah kalimat
yang tidak punya komplemen.
a. Subyek menjawab pertanyaan: “Apa yang sedang Saya bicarakan?”
b. Subyek tidak mungkin sebuah kata tunggal, karena kata tunggal tidak mungkin bisa
menjawab pertanyaan di atas.
c. Subyek harus bisa dijadikan sebuah pertanyaan.
d. Contoh:
- Alasan orang harus memuji Allah …
- Ujian dari karakter seseorang …
2. KOMPLEMEN: sebuah pernyataan lengkap atau tidak lengkap yang melengkapi atau
menjawab pertanyaan yang muncul sebagai subyek.
a. Komplemen menjawab pertanyaan: “Apa tepatnya yang sedang Saya katakan?” (Apa
yang sedang Saya katakan tentang subyek).
b. Komplemen sering kali adalah sebuah kalimat-kalimat singkat dari 2 atau 3 poin yang
dinyatakan dalam perikop yang adalah sub-sub poin dari poin utama.
c. Komplemen seharusnya dapat dijadikan sebagai jawaban dari pertanyaan yang timbul
dari subyek. Tetapi, jawaban ini bukan sekedar “ya” atau “tidak.”
Contoh:
Subyek Kata Penghubung Komplemen
Alasan orang harus memuji Allah, Karena Allah itu layak untuk dipuji
Ujian karakter seseorang adalah bagaimana sifatnya ketika sendirian

IDE EKSEGETIKAL

6
Robinson, 35.

8
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Pendahuluan
A. Dalam membuat outline khotbah, tujuan akhir adalah untuk mendapat ide homiletikal (ide yang
disampaikan kepada pendengar), dan membuat semua poin-poin utama dari khotbah yang
mendukung ide homitletikal ini.
B. Tetapi sebelum mendapat ide homiletikal, seorang pengkhotbah harus terlebih dahulu
menemukan ide eksegetikal (ide asli penulis Alkitab ketika dia menuliskan sebuah bagian
Alkitab). Dengan menemukan ide eksegetikal, kita akan belajar melakukan pemikiran serius
sebelum membuat outline khotbah yang baik.
C. Dengan mencari dan menemukan ide eksegetikal, maka kita akan terhindar dari resiko
mengkhotbahkan sebuah pelajaran Alkitab dari bagian Alkitab yang tidak mengajarkan hal
tersebut.

Untuk Menemukan Ide Eksegetikal yang Diperlukan adalah Pertanyaan Hermeneutika:


1. Apa yang sedang dikatakan oleh TEKS (Subyek)?
2. Apa yang dikatakan TEKS tentang Subyek (Komplemen)?

4 Langkah Membuat Outline Eksegetikal

 Langkah 1: Tulislah setiap ayat untuk menyingkirkan semua kalimat yang tidak diperlukan.
Contoh: Yakobus 1:5-6
Ay. 5:
- Jika ada orang yang kurang hikmat
- Orang yang kurang hikmat harus minta pada Allah
- Allah memberi kepada semua orang dengan murah hati

Ay. 6:
- Orang yang kurang hikmat harus minta dengan iman
- Iman berarti tidak bimbang sama sekali
- Orang yang bimbang sama seperti gelombang laut

Catatan tentang latar belakang perikop: Di sini Yakobus sedang berbicara kepada 12 suku Israel –
Yak. 1:1 (orang-orang Kristen Yahudi) dari gereja mula-mula, yang setelah kematian Stefanus
tersebar sampai ke daerah Phoenicia, Cyprus, dan Syrian Antioch (Kisah 8:1; 11:19). Dalam
keadaan yang terpecah itu mereka banyak mengalami tekanan dan penderitaan (Yak. 1:2-4).
Sebagai pemimpin dari Gereja di Yerusalem, Yakobus mengirimkan surat untuk menguatkan dan
memberikan instruksi kepada mereka bagaimana menghadapi penderitaan. Jadi orang yang
kurang hikmat di sini adalah orang-orang Kristen Yahudi yang menghadapi penderitaan dan
mengalami kesulitan mengerti alasan mengapa mereka menderita.

9
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

 Langkah 2: Kelompokkan kalimat yang sama dalam judul utama  untuk menampakkan bagian-
bagian besar dalam perikop.
Berdasarkan konteks perikop, ada 2 bagian besar:

I. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan kurang hikmat, harus meminta hikmat kepada
Allah (ay. 5)

II. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan meminta hikmat kepada Allah harus meminta
dengan iman (ay. 6)

 Langkah 3: Tulislah bagian-bagian besar ini, dan tambahkan sub-sub point (yakinkan semua
kalimat dalam langkah 1 sudah termasuk di dalamnya).
I. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan kurang hikmat, harus meminta hikmat
kepada Allah (ay. 5).

A. Penderitaan bisa membuat seseorang kehilangan hikmat (ay. 5a).


1. Untuk hadapi penderitaan, perlu pengetahuan tentang apa tujuan
penderitaan itu (ay. 2-4).
a. Penderitaan sebetulnya mendatangkan kebahagiaan (ay. 2),
karena:
b. Penderitaan menghasilkan ketekunan (ay. 3).
c. Ketekunan sebagai hasil dari penderitaan membentuk pribadi
yang matang, sempurna, utuh (ay. 4).
2. Hikmatlah yang membuat seseorang bisa mengerti tujuan penderitaan.

B. Hikmat sejati itu hanya berasal dari Allah (ay. 5b).


1. Allah memberikan hikmat kepada semua orang dengan murah hati.
2. Allah tidak pernah menuntut balik pemberian / pertolonganNya – tidak
membangkit-bangkit.

II. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan meminta hikmat kepada Allah harus
meminta dengan iman (ay. 6).

A. Meminta hikmat dari Allah harus dengan iman yang teguh (ay. 6a).

B. Iman yang teguh berarti tidak bimbang sama sekali, percaya penuh 100% (ay. 6b).
1. Orang yang bimbang tidak dapat apa-apa (ay. 7).
2. Orang yang bimbang tidak tenang hidupnya (ay. 8).

 Langkah 4: Ringkaslah poin-poin utama menjadi sebuah kalimat subyek dan komplemen yang
disebut sebagai IDE EKSEGETIKAL
I. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan kurang hikmat, harus minta hikmat kepada Allah
(ay. 5)

10
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

II. Orang Kristen Yahudi yang menderita dan meminta hikmat kepada Allah harus meminta
dengan iman (ay. 6).
=

Ide Eksegetikal: Cara yang diberikan Yakobus kepada orang Kristen Yahudi yang menderita adalah
dengan berdoa meminta hikmat kepada Allah dengan iman yang teguh.
INI YANG DISEBUT IDE EKSEGETIKAL!  Ide yang kita ambil dari teks itu sendiri!

Kalau Ide Eksegetikal ini dibagi menjadi Subyek dan Komplemen:


Subyek: Cara yang diberikan Yakobus kepada orang Kristen Yahudi untuk menghadapi
penderitaan.
Komplemen 1: Orang Kristen Yahudi yang menghadapi penderitaan harus berdoa meminta hikmat
kepada Allah.
Komplemen 2: Orang Kristen Yahudi yang meminta hikmat kepada Allah dalam menghadapi
penderitaan harus memintanya dengan iman.

Pedoman Membuat Kalimat Eksegetikal


Kita bisa memakai format Z1 + X + Z2 + Y
Z1: kalimat tata bahasa pembantu
X: thema
Z2: kata penghubung
Y: sub-thema
Contoh:
Subyek (Z1 + X) Komplemen (Z2 + Y)
Z1 X Z2 Y
Cara merasakan berkat Tuhan adalah dengan memuji Tuhan
Cara menikmati berkat Tuhan adalah dengan memuji Tuhan
Alasan memuji Tuhan adalah karena pujian kepada Tuhan
mendatangkan berkat
Alasan memuji Tuhan adalah karena Tuhan senang dipuji

Daftar Kalimat Tata Bahasa Pembantu (untuk membantu Anda menentukan kalimat-kalimat
eksegetikal):

11
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Z1 Z2
Siapa? Dengan siapa … adalah …
Kepada siapa …
Untuk siapa …
Apa? Keuntungan dari … adalah …
Karakteristik dari …
Identitas dari …
Obyek dari …
Respon dari …
Hasil dari …
Ujian dari …
Di mana ? Tempat di mana … adalah di …
Kapan? Saat ketika / sebelum / sesudah / adalah …
Selama …
Mengapa? Alasan untuk … adalah karena / untuk /supaya …
Tujuan untuk …
Motivasi dari …
Konsekuensi dari …
Sebab dari …
Bagaimana? Cara untuk … adalah dengan / melalui …
Keunikan dari … adalah …

IDE & OUTLINE HOMILETIKAL

12
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Perbedaan antara Ide Eksegetikal dan Ide Homiletikal:

IDE EKSEGETIKAL IDE HOMILETIKAL

“Akibat perbuatan immoralitas Samson dengan “Tuhan menghukum seorang “superman” dengan
Delilah, Tuhan menghukum dia dengan tinggal di kuil kehalusan seorang wanita.”
Dagon.”

“Cara yang harus dilakukan murid-murid dalam “Doa pribadi lebih baik dari pada doa jalanan.”
berdoa adalah berdoa secara rahasia dan pribadi,
dan bukan untuk ditonton seperti orang Farisi.”

“Cara berdoa untuk menyenangkan hati Tuhan “Tuhan memberkati doa pribadi lebih dari pada doa
adalah doa dengan tulus dan pribadi, bukan di depan umum.”
dipertontonkan seperti orang Farisi.”

“Alasan Yesus mencuci kaki murid-muridNya adalah “Jika Anda mengasihi orang lain seperti Yesus, maka
karena Dia berusaha untuk menjadi teladan melayani Anda tidak akan peduli dengan kotoran.”
orang lain dengan rendah hati.”

Untuk Menemukan Ide Homiletikal yang Diperlukan adalah Pertanyaan Homiletika:


1. Apa yang sedang Saya bicarakan (Subyek)?
2. Apa yang sedang Saya bicarakan tentang Subyek (Komplemen)?

Dari Eksegetikal ke Homiletikal:


 Cara untuk bergerak dari outline eksegetikal ke outline homiletikal adalah dengan menempatkan
poin-poin utama Eksegetikal menjadi subpoin “A” dalam outline Homiletikal.
 Artinya: pada outline eksegetikal, poin-poin utamanya adalah: I, II, III. Pada outline homiletikal
poin-poin itu menjadi subpoin: IA, IIA, IIIA.
 Subpoin “B” pada outline homiletikal adalah poin relevansi, poin yang sesuai dengan situasi
pendengar (poin aplikasi).

Contoh:
Outline Eksegetikal Outline Homiletikal
I. Alasan orang Korintus tidak dapat menerima I. Orang percaya yang terus bersikap seperti
doktrin yang murni seperti pada waktu mereka orang tidak percaya tidak akan dapat menerima

13
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

masih menjadi orang percaya yang tidak ajaran yang murni.


dewasa, adalah karena mereka masih bersikap
seperti orang tidak percaya. A. Orang Korintus tidak dapat menerima
doktrin yang murni karena mereka masih
A. Alasan Paulus mengajar orang Korintus bersikap seperti orang tidak percaya.
doktrin dasar adalah karena mereka tidak
dewasa dan tidak bisa menerima doktrin 1. Ketika orang Korintus masih orang
yang murni. percaya yang belum dewasa, mereka
secara natural tidak bisa menerima
B. Alasan orang Korintus masih tidak bisa ajaran yang murni.
menerima doktrin yang murni adalah
karena mereka masih bertingkah seperti 2. Orang Korintus masih tidak dapat
orang tidak percaya, di mana perpecahan di menerima ajaran yang murni karena
antara mereka sendiri adalah buktinya. mereka masih bersikap seperti orang
tidak percaya yang saling bertengkar.

B. Kita tidak akan dapat menerima ajaran


murni selama kita masih terus menerus
bersikap seperti orang tidak percaya.

Alur gerak Outline Homiletikal:

I. Orang percaya yang terus menerus bersikap seperti orang tidak


percaya tidak akan dapat menerima ajaran yang murni.

IA. Orang Korintus tidak dapat menerima 1B. Kita tidak akan dapat menerima
ajaran yang murni karena mereka masih ajaran yang murni selama kita
bersikap seperti orang tidak percaya. terus menerus bersikap seperti
orang tidak percaya.

 Jadi, langkah kita dalam membuat argumentasi (berlawanan dengan urutan outline presentasi
kita), mulai dari IA, kemudian berpindah ke Prinsip Umum (Poin I), baru turun lagi ke IB.

Ringkasnya, model outline homiletikal adalah:


I. Prinsip Umum (Tidak Dibatasi Waktu)
A. Keterangan dari Teks Alkitab (Waktu Lampau)
B. Relevansi / Aplikasi untuk Pendengar Modern (Waktu Sekarang)

 Model ini adalah dasar dari semua metode pembuatan outline homiletikal.

SEPULUH LANGKAH MENYUSUN


KHOTBAH EKSPOSITORI

14
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

1. Pilih Sebuah Bagian Alkitab


a. Pilihlah bagian yang tidak terlalu pendek atau terlalu panjang untuk sebuah khotbah tunggal.
b. Lakukan hal ini paling lambat hari Kamis dalam minggu di mana anda berkhotbah!

2. Eksegese-lah (galilah) Bagian Alkitab itu (analisalah setiap bagian) dan Kumpulkan Catatan-catatan Anda.
a. Mohon hikmat kepada Tuhan, kemudian bacalah Alkitab terjemahan yang umum digunakan oleh jemaat
gereja. Tuliskan setiap pertanyaan yang Anda pikir akan ditanyakan oleh setiap anggota jemaat (kalau
tidak, dalam 15 jam kemudian, Anda akan mempunyai semua jawaban, tetapi Anda lupa pertanyaan-
pertanyaannya!). Setelah ditulis, jawablah pertanyaan-pertanyaan itu.
b. Bacalah terjemahan-terjemahan lain dan catat perbedaan-perbedaan dan pertanyaan tambahan.
c. Bacalah terjemahan asli jika Anda sanggup; gunakan semua “alat” dan lakukan studi kata pada kata-
kata penting.
d. Bacalah komentari-komentari
1) Bacalah sebuah komentari ekspositori untuk membantu Anda menemukan “gambar utama” dan
masalah-masalah dari bagian Alkitab tersebut.
2) Carilah dan temukan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam komentari bahasa Yunani dan Ibrani
(jika Anda bisa membaca bahasa itu!).
3) Bacalah komentari khotbah (oleh John Stott, Warren Wiersbe, Swindoll, dll).

3. Temukan dan Simpulkan Ide Eksegetikal


a. Untuk menemukan Ide Eksegetikal yang diperlukan adalah Pertanyaan Hermeneutika:
(1). Apa yang sedang dikatakan oleh Teks (Subyek)?
(2). Apa yang dikatakan Teks tentang Subyek (Komplemen)?
b. Carilah kata-kata yang lebih sederhana untuk setiap ayat untuk membuang bahasa kiasan dan
memperjelas arti. Jika perikop Anda mempunyai 15-20 ayat, itu adalah sebuah bagian yang cukup
panjang, tulislah beberapa kalimat untuk mengelompokkan ayat-ayat itu, setiap kelompok 3-5 ayat.
c. Kelompokkan kalimat-kalimat yang sama dibawah sebuah judul untuk menemukan bagian-bagian
utama dalam perikop.
d. Tuliskan dengan urut bagian-bagian utama ini, kemudian tentukan dengan yakin berbagai macam sub-
poin yang sudah Anda buat (poin 3a) benar-benar cocok berada di bawah masing-masing bagian
utama. Pisahkan lagi subpoin-subpoin kalau Anda rasa perlu.

Contoh:

15
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Mulailah dari: I.  I. Kemudian  I.


II. A. A.
B. 1.
II. 2.
A. B.
B. II. dll.
___________________________________________________________________________
Jangan mulai dari: I. Untuk menghasilkan: I.
A. A.
1. 1.
2. 2.
B. B.
II. II. dll.

e. Ringkaslah poin-poin utama Anda dalam sebuah kalimat subyek-komplemen yang disebut “ide
eksegetikal.”

4. Buatlah Ide Eksegetikal dengan Memperhatikan 3 Pertanyaan Pembangun:


Pertanyaan yang mana di bawah ini yang sangat diperlukan dalam khotbah Anda untuk pendengar Anda?
a. Jelaskan: Apa arti pernyataan Anda?
b. Buktikan: Apakah hal itu benar? Apakah Saya percaya hal itu? Apakah Saya meragukan?
c. Aplikasikan: Jadi kenapa? Apa artinya hal ini untuk Saya? Perbedaan apa yang dihasilkan?

5. Pikirkan dan Buatlah Ide Homiletikal


a. Pikirkan baik-baik bagaimana pendengar Anda akan mengetahui dan beraksi terhadap ide eksegetikal
Anda.
b. Untuk menemukan Ide Homiletikal yang diperlukan adalah Pertanyaan Homiletika:
(1). Apa yang sedang Saya bicarakan (Subyek)?
(2). Apa yang sedang Saya bicarakan tentang Subyek (Komplemen)?
c. Nyatakan ide eksegetikal ini menjadi sebuah pernyataan singkat yang mudah diingat (sering kali
disebut: Ide Utama).

6. Carilah Tujuan Khotbah


a. Tujuan khotbah menyatakan apa yang Anda inginkan terjadi pada pendengar Anda (dalam tingkah laku
yang dapat disaksikan) sebagai respon terhadap khotbah Anda.
b. Tujuan ini menjawab pertanyaan: “Bagaimana Saya ingin pendengar menjadi berbeda dengan
pengetahuan yang baru, sikap yang baru, atau keahlian yang baru yang Saya sampaikan melalui
khotbah ini?”

7. Buatlah Outline Khotbah


a. Dari langkah no. 4, taruhlah ide utama pada tempat yang paling tepat dalam khotbah Anda.

16
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

1). Deduktif: Ide utama dinyatakan pada awal khotbah, kemudian baru didukung.
a). Outline ini jelas, tetapi kurang menarik. Outline ini mengikuti subpoin-subpoin
eksegetikal.
b). Contoh: sebuah ide untuk dijelaskan, sebuah prinsip untuk diaplikasikan, sebuah
pernyataan untuk dibuktikan.
2). Induktif: Ide utama tidak secara nyata dinyatakan, tetapi muncul secara jelas pada
kesimpulan.
a). Outline ini kurang jelas, tetapi lebih menarik. Poin-poin eksegetikal perlu dikerjakan
ulang.
b). Outline ini juga lebih baik untuk pendengar-pendengar awam, karena membuat mereka
membangun kesimpulan mereka dari argumentasi yang diberikan.
c). Contoh: sebuah subyek yang harus dilengkapi, sebuah masalah yang harus dijelaskan,
sebuah cerita yang harus diceritakan, sebuah penyebab dengan efek-efek sampingnya.
b. Tulislah poin-poin utama Anda dengan ayat referensinya dengan mengikuti susunan perikop.
c. Bangunlah masing-masing poin ini dengan 2 hal dalam pikiran Anda: 3 pertanyaan pembangun dalam
langkah 4, dan jawaban-jawaban untuk hal-hal utama yang sudah didapat dalam langkah 1.

8. Membuat Rencana untuk Kejelasan Penyampaian


a. Ingat, bahwa Anda mengetahui khotbah Anda dalam bentuk outline, tapi pendengar Anda TIDAK
TAHU!
(1) Apa yang hendak Anda katakan … (2) Apa yang didengar pendengar …
I.
A. I.A.B.II.
B.
II.
Untuk menghindari masalah ini, Anda harus secara jelas menekankan poin-poin Anda dengan
beberapa cara:
b. Tambahkan kalimat transisi antara poin-poin utama.
c. Tambahkan pengulangan pernyataan dari poin-poin utama.
d. Tambahkan illustrasi untuk mendukung dan menjelaskan poin-poin utama.
e. Tambahkan aplikasi yang menunjukkan bagaimana ide utama punya sangkut paut dengan kehidupan
nyata.
f. Baca ayat setelah menyatakan apa arti ayat itu (beri penafsiran terlebih dahulu, baru baca!).

9. Persiapkan Pendahuluan dan Kesimpulan


a. Pendahuluan harus menjawab 3 masalah:
1). Menarik perhatian yang baik.

17
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

2). Menciptakan rasa tertarik untuk mendengarkan lebih jauh.


3). Orientasikan pendengar baik kepada ide utama ataupun subyek (atau ke poin 1).
b. Kesimpulan harus menjawab 3 masalah:
1). Meringkas poin-poin utama dari khotbah dan nyatakan ulang ide utama anda.
2). Aplikasikan perikop dalam topik-topik yang belum disentuh dalam tubuh khotbah.
3). Ajaklah pendengar untuk taat.

10. Buatlah Manuskrip Khotbah dan Latihlah sampai Khotbah itu Anda Hafal
a. Buatlah manuskrip dari seluruh khotbah (termasuk ayat-ayat) untuk membuat Anda memilih kata-kata
yang terbaik dan membuat khotbah ini bisa digunakan dalam kesempatan-kesempatan lain.
b. Hafalkan khotbah itu dengan berlatih 6-8 kali, setiap kalinya jauhkan diri Anda dari catatan Anda.
Latihlah gerakan tubuh di depan cermin.
c. Jika waktu pendek, paling sedikit hafallah pendahuluan, kesimpulan, dan illustrasi-illustrasi kunci.

ILLUSTRASI
Beberapa pendapat mengenai pemakaian illustrasi dalam khotbah:
- “Apa yang dilakukan hanyalah menghibur orang saja, bukan menyampaikan Firman Tuhan!”
- “Apa tidak cukup untuk berkhotbah dari Alkitab? Apakah sebagai pengkhotbah, Saya harus
memikirkan juga bagaimana bercerita dan melucu?”

18
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

- “Gara-gara TV, jemaat tidak bisa duduk diam dan berkonsentrasi mendengarkan khotbah.
Sebagai pengkhotbah, Saya harus menambahkan illustrasi dalam khotbah Saya. Saya betul-
betul benci hal itu!”

Ravi Zacharias: “One of the important roles of the preacher is to be a connector. What has helped me
in making the connection is to see a sermon incorporating three components: the argument (or
proclamation), the illustration, and the application.” 7

Definisi
 “Illustrations are “life-situation” stories within sermons whose details (whether explicitly told or
iimaginatively elicited) allow listeners to identify with an experience that elaborates, develops,
and explains scriptural principles.” 8
 “To shed light on, to make bright, make clear.” 9

Motivasi dalam Menceritakan Illustrasi


1. Kebenaran Firman Tuhan harus dicintai lebih dari illustrasi.
2. Illustrasi adalah salah satu cara yang efektif untuk menyentuh hati, pikiran, dan emosi pendengar
dengan Firman Tuhan.

Yang biasa terjadi dengan para pengkhotbah:


 Pengkhotbah-pengkhotbah sering memakai bahasa yang kompleks, tinggi dan kuno (bahasa
theologi, bahasa filsafat, bahasa asing), yang sebagian besar orang tidak mengerti.
 Banyak khotbah yang kosong, membosankan, dan tidak menarik.
 Banyak khotbah yang membicarakan hal-hal yang abstrak (keillahian Kristus, nature dosa
manusia, Allah yang Maha Kasih, dll.).
 Banyak khotbah yang sama sekali tidak memberikan tantangan.
 Khotbah tidak mengkomunikasikan apapun.
 Khotbah tidak memotivasi perubahan apapun dalam hidup pendengar.
 Khotbah terlalu berlebihan.

Kegunaan Illustrasi
1. Illustrasi membuat sebuah khotbah menarik untuk didengarkan.
2. Illustrasi menyatakan ulang, menjelaskan, mengaplikasikan ide pemikiran dari Firman Tuhan
dengan menghubungkan kepada pengalaman-pengalaman yang masuk akal.
3. Illustrasi membuat seseorang gampang mengingat sebuah pelajaran.
4. Illustrasi menciptakan komunikasi antara pembicara dan pendengar.

Cara Menggunakan Illustrasi secara Efektif


1. Selesaikan outline khotbah Anda sedini mungkin supaya dapat mencari illustrasi yang baik dan
tepat.
2. Cari illustrasi dari dunia pendengar Anda – bukan dunia Anda!
3. Gunakan variasi illustrasi dalam khotbah Anda.
 Humor
 Cerita Alkitab
 Visualisasi
 Cerita emosional
7
Dikutip oleh Craig Brian Larson, Contemporary Illustrations for Preachers, Teachers, & Writers
(Grand Rapids: Baker Books, 1996), 7.
8
Bryan Chapel, Using Illustration to Preach with Power (Grand Rapids: Zondervan, 1992), 19.
9
Bruce Mawhinney, Preaching with Freshness (Eugene, Oregon: Harvest House, 1991), 252.

19
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

 Pengalaman-pengalaman pribadi
 Insiden sejarah
 Kutipan
 Cerita latar belakang pembuatan lagu
 Cerita surat kabar
 Statistik
 Data ilmu pengetahuan
 Puisi
 Pengalaman orang lain
 Dll.
4. Gunakan sesuatu yang diketahui untuk menjelaskan sesuatu yang tidak diketahui.
5. Buatlah illustrasi memadai untuk pendengar.
6. Jangan hanya menceritakan sebuah cerita – dramatisasi!

Keuntungan Penggunaan Humor


1. Bisa mengendurkan tegangan pada pendengar dan membantu mereka untuk relax.
Dwight D. Eisenhower: “ Laughter can relieve tension, soothe the pain of disappointment and
strengthen the spirit for the formidable tasks that always lie ahead.”
2. Membuka hati pendengar untuk mendengarkan.
3. Membantu pendengar untuk terus memperhatikan.
4. Mengatasi penolakan atas point-point yang disampaikan.
5. Membuat point diingat oleh pendengar.

Humor yang baik dan mendukung point khotbah mempunyai 4 elemen 10:
- Materi yang baik (lelucon, cerita humor, situasi humor, kalimat humor, dll.).
- Penyampaian yang tepat.
- Kenal pendengar.
- Citra diri yang sehat.

Yang harus Dihindari dalam Menceritakan Illustrasi


1. Bertele-tele: pembicara memberikan detail-detail cerita, dan tidak memberikan point utama cerita.
Waktu dibuang-buang percuma. Ini biasanya terjadi pada orang-orang yang berpikir: “Waktu
khotbah tidak cukup panjang!”

2. Berlebihan: biasanya terjadi ketika pembicara baru saja mendengar sebuah cerita yang sangat
bagus dan tidak bisa menunggu untuk menceritakannya kepada pendengar.

3. Egosentris: pembicara menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian, jagoan rohani. Illustrasinya
biasanya adalah pengalaman-pengalamannya yang luar biasa, yang terlalu berlebihan, yang
terlalu rohani.

4. Khayalan: cerita khayalan diceritakan seperti cerita sungguhan.

5. Manipulasi: pembicara memanipulasi emosi pendengar untuk mendapatkan suatu hasil. Misal:
memberikan persembahan. Cerita yang menggerakkan emosi bukan selalu menunjukkan hasil
bimbingan Roh Kudus.

10
Rusty Wright and Linda Raney Wright, 500 Clean Jokes and Humorous Stories and How to Tell
Them (Uhrichsvile, Ohio: Barbour, 1985), 15.

20
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Pedoman untuk Memberikan Illustrasi


- Apakah illustrasi mendukung point?
- Apakah illustrasi berisi detail-detail yang tidak perlu?
- Akankah illustrasi memberikan kontribusi pada mutu dan kejelasan khotbah?
- Apa motivasi Anda menceritakan illustrasi?

Mencari Illustrasi
 Minta, pinjam, atau bahkan “curi” illustrasi dimanapun Anda bisa, dari:
- Khotbah yang Anda dengar (gereja, chapel, kaset, dll.).
- Berita, artikel surat kabar.
- Buku-buku Kristen.
- Buku-buku sekuler.
- Majalah: Reader’s Digest, Time, Tempo, dll.
- Renungan Harian.
- Khotbah tertulis.
- Kejadian-kejadian dalam hidup sehari-hari.
- Pengalaman pribadi Anda (yang murni, fresh, tidak dibuat-buat).
- Pengalaman hidup orang lain.
- Imajinasi Anda (buatlah sebuah scenario atau percakapan yang seakan-akan pendengar Anda
ada di dalamnya).
- Film, TV, iklan.
- Dll.

APLIKASI
Sering kali seorang pembicara tidak membuat aplikasi spesifik dari kebenaran Firman Tuhan ke dalam
kehidupan nyata, karena:
 Dia belum mengaplikasikannya untuk dirinya sendiri.

21
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

 Dia tidak punya tujuan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan pendengarnya sebagai
respon setelah mendengar Firman.
 Dia merasa bahwa yang perlu dilakukannya hanya “menyampaikan Firman Tuhan” dan “Roh
Kudus yang bertugas membuat aplikasi untuk pendengar.”
 Dia tidak cukup waktu untuk membuat aplikasi.
 Dia tidak kenal pendengarnya.

Mengapa pembicara harus membuat aplikasi?


 Memang benar pada akhirnya Tuhan-lah yang sanggup mengubah hati, tapi sering kali Dia
melakukannya melalui perantara.
 Model penyampaian khotbah dalam Alkitab selalu memberikan aplikasi (Kisah 2:38; Kolole 3-4;
Efesus 4-6, dll.).
 Pendengar bisa membuat aplikasi untuk diri mereka sendiri, tapi biasanya mereka tidak akan
melakukannya.
 Belum tentu pendengar mengerti dan benar-benar tahu tentang diri mereka sendiri.

Pendengar akan mendengarkan pembicara jika kebutuhannya (needs) disentuh. Psychologist Abraham
Maslow memberikan 6 level kebutuhan (needs) manusia:
1. Physiological Needs: kebutuhan dasar manusia, seperti: makanan, kesehatan tubuh.
2. Safety Needs: kebutuhan akan rasa aman.
3. Love and Belonging Needs: kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok, misalnya:
bagian dari keluarga, club, kelompok kesukuan, atau bangsa.
4. Esteem Needs: kebutuhan untuk dihargai sebagai pribadi manusia.
5. Aesthetica Needs: kebutuhan untuk ikut andil dalam kegiatan kemanusiaan.
6. Self-actualization Needs: kebutuhan untuk “sesuatu yang lebih,” untuk memaksimalkan potensi
yang dimiliki.

INGAT: Kita semua ingin dipenuhi kebutuhannya! Jika Anda dapat menyentuh kebutuhan-kebutuhan
manusia dalam pembicaraan Anda, dapat dipastikan Anda akan didengarkan.

Scott A. Wenig mengatakan: “If preaching is to be transformational, it must address the needs, hurts,
temptations, and trials of listeners.”11

Langkah-langkah membuat aplikasi Firman Tuhan:


 Berdoa agar Tuhan memberi kerendahan hati untuk bisa melihat apa yang Tuhan ingin Anda
lihat dalam perikop khotbah Anda.
 Lakukan langkah 1-8 (dalam “10 Langkah Membuat Khotbah Ekspositori”). Observasi dan
penafsiran banyak dilakukan dalam bagian ini yang sangat membantu untuk mencari aplikasi.
 Langkah 5 (membuat ide dan outline homiletikal) sangat membantu Anda untuk mencari
kebenaran perikop ke dalam sebuah prinsip umum / universal.
 Tulislah beberapa contoh spesifik dalam kehidupan pendengar Anda di mana prinsip itu dapat
diaplikasikan. Buatlah sesederhana mungkin dan sangat spesifik. Contoh: “Coba katakan
kepada teman Anda bahwa Anda mengasihi Anda dan akan mengantar dia pulang dari gereja
dengan mobil Anda.”

Area kehidupan untuk mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan:


Kehidupan Kristen dapat dimengerti sebagai sebuah serial hubungan relasi yang baru (2 Korintus 5:17)
yang melibatkan:
11
Scott A. Wenig, “Biblical Preaching that Adapts and Contextualizes,” dalam The Big Idea of Biblical
Preaching, ed. Keith Willhite dan Scott M.Gibson (Grand Rapids: Baker, 1998), 26.

22
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

A. Hubungan Anda dengan Tuhan


- Persekutuan untuk dinikmati
- Perintah untuk ditaati
- Janji untuk dipegang
- Doa untuk dipanjatkan

B. Hubungan Anda dengan Diri Sendiri


- Pengalaman masa lalu dan pelajaran penting dari pengalaman itu
- Pengalaman yang sedang dialami sekarang
- Nilai-nilai, prioritas, standard pribadi
- Harapan-harapan untuk masa depan

C. Hubungan Anda dengan Orang Lain


- Di rumah  orang tua, isteri, suami, anak-anak, mertua, menantu, pembantu, dll.
- Di gereja  pendeta, majelis, saudara seiman, rekan pelayan, rekan hamba Tuhan, dll.
- Di lingkungan sosial  tetangga, tempat kerja, sekolah, dll.
- Di dunia sekuler  lain agama, lain prinsip, non-Kristen, dll.

D. Hubungan Anda dengan Musuh


- Seseorang yang harus diterima
- Nasehat-nasehat yang harus disadari
- Dosa-dosa yang harus dihindari
- Senjata untuk digunakan (Efesus 6:10-18)

90 kata kerja untuk membantu membuat aplikasi Firman Tuhan ke dalam sebuah aksi spesifik:
Terima Akui Jawablah
Akui Temukan Korbankan
Analisalah Ikuti Selamatkan
Tanyakan Berilah Jadwalkan
Tanya diri sendiri Pergilah Seleksilah

23
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Hindari Jagalah Kirimlah


Sensitiflah Tolonglah Bagikan
Relakan Undang Tunjukkan
Bangunlah Menyingkirlah Nyanyikan
Belilah Simpan Luangkan waktu
Pilih Saksikan Berjalanlah
Nyatakan Bangunlah Tontonlah
Kumpulkan Tunggulah Latihlah
Buatlah komitmen Kunjungi Tuliskan
Kontrollah Hargai Menulislah untuk
Hitung Pikirkan tentang Lihatlah ke atas
Ciptakan Berterimakasihlah Buatlah daftar
Putuskan Panggillah Bertahanlah
Lakukanlah Ajarlah Belalah
Doronglah Bicarakan dengan Berserah
Nikmati Ambillah Telponlah
Evaluasi Gantilah Rendahkan diri
Dengarkan Belajarlah Berilah petunjuk
Kasihi Berhentilah Buatlah menjadi kenyataan
Carilah Tetaplah Bacalah
Ingatlah Perbaiki Berlarilah
Aturlah Bersukacitalah Tenanglah
Rencanakan Rekamlah Serahkan
Pujilah Kejarlah Jadilah
Doakan Doakan untuk Berdoalah bersama

Ciri-ciri Khotbah yang baik12:

Persyaratan Pendengar

12
Duane Litfin, 90.

24
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

Khotbah yang baik


Cukup Luas bisa memuaskan Cukup Sempit
tuntutan dua pihak

Persyaratan Pembicara

Khotbah sebagai aplikasi13

Argument
Illustrasi
Tata Bahasa
Konteks

APLIKASI

EKSPOSISI

Aplikasi sebagai target dari ekposisi 14

EKSPOSISI APLIKASI

PENDAHULUAN
Pentingnya
- Menciptakan rasa tertarik untuk mendengar lebih jauh
- Memperkenalkan sebuah masalah

Elemen Pendahuluan yang Baik


- Menarik perhatian pendengar untuk mendengar lebih jauh.
13
Bryan Chapel, Christ-Centered Preaching (Grand Rapids: Baker, 1994), 201.
14
Chapel, Christ-Centered Preaching, 202.

25
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

- Membangkitkan rasa penasaran atau menyentuh kebutuhan pendengar.


- Memperkenalkan Subyek Pembicaraan / Ide Utama.
- Menyediakan latar belakang perikop yang dibahas.
- Memberikan outline secara garis besar.
- Mengumumkan teks Alkitab yang dibahas.
- Terdapat kalimat transisi ke poin pertama.

Materi yang Digunakan dalam Pendahuluan


- Pernyataan yang heboh
- Pertanyaan yang menantang atau serial pertanyaan
- Kutipan yang terkenal
- Insiden lucu
- Contoh konkret
- Sebuah kisah nyata
- Sebuah definisi
- Sebuah perbandingan
- Berita actual dari surat kabar, majalah
- Gambar kartun
- Observasi pribadi
- Perumpamaan
- Sebuah puisi
- Sebuah doa
- Dll.

Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Pendahuluan


- Meminta maaf
- Kalimat yang kompleks
- Kalimat panjang
- Hal-hal abstrak
- Hal-hal yang tidak berhubungan
- Tipuan
- Memberikan detail-detail latar belakang perikop
- Berbicara terlalu pelan
- Menunjukkan terlalu banyak apa yang akan disampaikan
- Humor yang tidak relevan

KESIMPULAN

A. Pentingnya
1. Memberikan pernyataan ulang poin-poin agar pendengar mengingat
2. Memberikan aplikasi pada hal-hal yang belum disentuh pada tubuh khotbah

26
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

3. Mengajak pendengar untuk mempraktekkan


4. Merupakan klimaks dari sebuah khotbah

B. Elemen Kesimpulan yang Baik


1. Nyatakan atau ulangi Ide Utama beberapa kali
2. Nyatakan ulang poin-poin utama
3. Aplikasikan dan ajak pendengar untuk taat

C. Yang Digunakan dalam Kesimpulan


1. Pernyataan ulang Ide Utama atau poin-poin utama
2. Kutipan yang relevan
3. Puisi yang cocok
4. Ajakan yang jujur dan tulus
5. Cerita yang menyentuh
6. Kisah nyata bagaimana kebenaran mempunyai hasil nyata dalam hidup
7. Doa
8. Jawaban atas pertanyaan
9. Tantangan
10. Puisi
11. Janji
12. Memberikan jalan keluar bagi masalah
13. Pernyataan yang keras tetapi menyadarkan
14. Hymne

D. Kesalahan yang harus Dihindari


1. Membuat kesimpulan terlalu panjang
2. Membuat pendengar mengira bahwa Anda akan selesai, padahal belum.
3. Memperkenalkan subyek baru
4. Meminta maaf
5. Berbicara monoton
6. Membiarkan kesimpulan tidak menarik

PENYAMPAIAN

Efektivitas sebuah pembicaraan (khotbah) ditentukan oleh 2 faktor:

27
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

1. Apa yang kita katakan (Content / Isi)


2. Bagaimana kita mengatakannya (Delivery / Penyampaian)

Aristotle: “Strings of unconnected words, and constant repetitions of words and phrases, are very
properly condemned in written speeches, but not in spoken speeches – speakers use them freely, for
they have a dramatic effect” 15 (Kalimat-kalimat transisi dari kata-kata yang tidak berhubungan, dan
pengulangan kata / frase yang konstan, tidak diperbolehkan dalam tulisan, tetapi tidak dalam
pengungkapan dengan kata-kata – pembicara-pembicara memakai kalimat-kalimat transisi dengan
bebas, karena kalimat-kalimat itu memiliki efek dramatis).

PERHATIKAN: Dalam khotbah, Anda menyusun kalimat-kalimat untuk


didengarkan telinga, bukan untuk dibaca mata.

Penggunaan Bahasa dan Tata Bahasa yang Tepat:


1. Kata-kata yang jelas.
2. Kata-kata yang umum digunakan (familiar).
Charles Haddon Spurgeon: “The marketplace cannot learn the language of the college. Let the
college learn the language of the marketplace” (Pasar tidak bisa belajar bahasa sekolah.
Biarlah sekolah yang mempelajari bahasa pasar).
Sebuah hal yang menggoda untuk menggunakan kata-kata yang tidak umum digunakan,
karena “ketidak-umuman” itu sepertinya impressive.
3. Kata-kata pendek.
4. Kata-kata yang akurat.
Dari pada mengatakan: binatang, lebih baik: anjing, ayam, kucing, dst.
5. Kata-kata yang aktif dari pada pasif.
Misal: “Orang itu memukul bola,” lebih baik dari pada “Bola dipukul orang itu.”

Pentingnya Komunikasi Non-Verbal


1. Bahasa tubuh / gerakan meng-komunikasikan lebih jelas dari pada bahasa kata-kata.
2. Jika bahasa non-verbal berlawanan dengan bahasa verbal, maka pendengar akan
lebih percaya pada bahasa non-verbal.

15
Quoted in Duane Litfin, Public Speaking A Handbook for Christians (Grand Rapids: Baker, 1992),
275.

28
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

3. Penyampaian yang efektif mulai dari keinginan. Jika Anda tidak ingin
menyampaikannya dengan baik, Anda tidak akan pernah bisa!

Pentingnya Impact yang diingat orang


Pemikiran 0%
Format, Isi, Kata-kata 7%
Bahasa 0%
Suara 38 %
Gerakan tubuh 55 %

Faktor-faktor Non-verbal untuk Diperhatikan dalam Penyampaian


1. Pakaian dan cara berpakaian: harus sesuai dengan pendengar, situasi dan karakter
pembicara sendiri.

2. Gerakan dan ekspresi:


 Spontan: jangan membuat gerakan terlalu datar
 Pasti: jangan membuat gerakan setengah (lebih baik jangan buat gerakan
apapun)
 Bervariasi: gunakan gerakan yang bervariasi
 Atur mulut dan tubuh sehingga konsisten dan tidak melakukan gerakan yang
aneh.
 Orientasi pendengar: kanan dan kiri pembicara harus disesuaikan dengan
kanan dan kiri pendengar, supaya terlihat natural pada pandangan pendengar.
 Bebas bergerak: sesuai dengan kepribadian dan keluwesan, Anda bisa
berjalan-jalan dan tidak hanya di belakang mimbar.

G. Kontak mata: jangan khotbah pada langit-langit, jendela, lantai, atau sepatu orang.

H. Suara:
 Nada: variasikan nada (tinggikan dan rendahkan suara Anda)
 Volume: jangan hanya berteriak, tapi juga berbisik
 Kecepatan: kontrol kecepatan berbicara Anda
 Pause: berikan pause yang panjang untuk membuat efek, tapi jangan terlalu
banyak
 Latihan: latihlah khotbah Anda di depan cermin, sambil berdiri, bergerak dan
ber-ekspresi. Kalau mungkin bahkan latihlah di mimbar untuk menentukan
gerakan apa yang akan dan perlu dilakukan.
MANUSKRIP KHOTBAH
Mengapa harus membuat manuskrip?

29
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

- Memaksa Anda untuk memilih, bukan kalimat asal jadi, tapi kata-kata dan kalimat terbaik.
- Membuat Anda untuk berpikir jauh di muka dari pada menggunakan kalimat-kalimat usang.
- Kenyataan: hanya sedikit dari kita yang adalah pembicara ekstemporan, yang bisa
mendapatkan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat tanpa persiapan tertulis.
- Mengulang: membuat manuskrip khotbah memungkin Anda untuk menggunakan khotbah yang
sama beberapa tahun kemudian tanpa kehilangan isi asli khotbah Anda (meskipun harus
digumulkan lagi bersama dengan Tuhan).
- Pada dasarnya membuat manuskrip membantu Anda untuk menjadi pembicara yang menarik.

Bagaimana membuat manuskrip?

1. Lebih baik dalam bentuk outline. Setiap pointnya merupakan kalimat lengkap, ayat-ayat yang
akan dibaca digaris bawahi, dan kata-kata yang tidak perlu didengar pendengar ditaruh dalam
tanda kurung.

2. Pemilihan kata-kata dalam penulisan khotbah harus memiliki 2 karakteristik:


A. JELAS: bagaimanapun benarnya suatu pernyataan, Anda tidak tahu artinya sampai Anda
menjelaskannya.
 Outline-nya jelas.
 Kalimat-kalimat pendek.
 Kalimat-kalimat sederhana: berbicara untuk memberi informasi – bukan untuk menekan,
memojokkan.
 Hindari penggunaan “kosa kata khusus” yang hanya dimengerti theology
(eskatologi, pneumatologi, eksegesis, premillenialism, dll.)
 Gunakan kata-kata yang diketahui orang.

2. LANGSUNG & PRIBADI


a. Ingat bahwa Anda berbicara kepada sekelompok orang pada tempat dan waktu yang
khusus.

30
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

b. Gunakan kalimat langsung: Jangan katakan: “Orang Kristen seharusnya memberikan


uang …”, tapi katakana: “Saudara seharusnya memberikan uang Saudara!”
c. Gunakan pertanyaan untuk memancing alur pemikiran.
Contoh: “Jadi apa hubungannya ayat ini dengan kehidupan kita? Lihat ayat 3- 5 yang
mengatakan kepada kita, bahwa kita harus …”
d. Gunakan bahasa sehari-hari secara langsung, tidak perlu menata bahasa dan
menggunakan bahasa Indonesia yang rapi dan indah.

3. Bagaimana Anda bisa menjadi pembicara yang menarik?


o Perhatikan penggunaan bahasa Anda. Dalam pembicaraan-pembicaraan pribadi,
paksa diri Anda untuk menggunakan kata-kata yang segar, dan konkret.
o Pelajari bagaimana orang lain menggunakan bahasa.
o Bacalah cukup keras dan dengan nada bervariasi.

Apa yang harus dilakukan dengan manuskrip khotbah?


- Bawa ke mimbar. Bahayanya: Anda akan membacakan khotbah kepada pendengar.
- Kurangi menjadi 1-2 halaman yang berisi outline.
- Tinggalkan di rumah sehingga Anda khotbah dari ingatan. Tapi cara ini menyita waktu banyak
untuk mengingat dari pada menyita waktu mempersiapkan khotbah.
- Tinggalkan dir umah dan berkhotbah tanpa catatan tapi tanpa perlu mengingat kalimat yang
sama persis pada manuskrip.
- Cara terbaik: bawa manuskrip, ingat bagian-bagian penting (penjelasan point, illustrasi, aplikasi
penting), dan Anda hanya perlu melihat ketika Anda merasa perlu.

Bagaimana berlatih khotbah?


- Bacalah khotbah Anda kata per kata sebanyak 2 kali,
- Khotbah 2 kali lagi sambil sesekali melihat manuskrip.
- Khotbah 2 kali lagi tanpa melihat catatan sama sekali. Setiap kali selesai, lihat catatan Anda
untuk melihat apa yang terlupakan.
- Jika punya waktu, khotbahkan lagi 2 kali sambil melihat diri Anda di cermin dinding yang besar.

Pedoman Membuat Khotbah yang Jelas

31
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

A. BERKUASA
 Apakah itu kata-kata Firman Tuhan?
 Apakah itu dihasilkan dari pergumulan dan doa?

B. SEDERHANA
 Outlinenya jelas?
 Logis? Apa? Mengapa? Kapan?
 Alurnya baik? Point-point equal? Ada kalimat transisi antar point? Ada hubungan antara
point?
 Ada fokus utama? Ide utama?

C. RELEVAN (dari Eksegetikal ke Homiletikal)


 Membicarakan masalah-masalah dalam kehidupan?
 Topik-topik “hot”?

i. MURNI
 Secara eksegetikal akurat?
 Tidak ada hal-hal yang tersembunyi (hal-hal yang sepertinya Anda tahu padahal sebenarnya
Anda tidak tahu)?

ii. KONKRET
 Aplikasi spesifik (Apa)?
 Petunjuk yang jelas (Bagaimana)?
 Kesimpulan yang powerful?

iii. MENARIK
 Penggunaan illustrasi / humor yang memperjelas point?
 Penggunaan penelitian dari perikop?
o Cerita asli di-dramatisir
o Perbandingan kisah untuk menjelaskan sesuatu yang tidak jelas
o Pertanyaan kunci, misal: “Apa yang dipelajari asaf dalam rumah Allah?”

iv. TUJUAN JELAS (bagaimana Anda mau pendengar memberikan respon?)


 Untuk menjelaskan?
 Untuk membuktikan?
 Untuk mengaplikasikan?

Jadi, khotbah yang baik punya 3 karakteristik:

 Penelitian Firman Tuhan AKURAT


 Aplikasi MENUSUK
 Illustrasi MENYENTUH

Godaan dalam Berkhotbah 16

16
Stuart Briscoe, The Subtle Temptations of Preaching, in Bill Hybels, Stuart Briscoe, & Haddon
Robinson, “Mastering Contemporary Preaching” (Portland, Oregon, Multnomah, 1989), 141 – 151.

32
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

1. KESOMBONGAN
o Ketika khotbah anda “bagus,” dan mendapat pujian, terima saja. Memang khotbah itu
adalah hasil usaha anda secara tekhnis. “We do our best, let God do the rest!”

2. MENUDUH, MEMERINTAH, MENYURUH, MEMOJOKKAN


o Ketika anda berdiri di hadapan orang banyak, ada godaan di mana anda akan merasa
punya kuasa untuk mengatakan apa saja.
o Bagi orang yang tidak siap khotbah, “marah-marah” adalah hal yang paling mungkin!
o Jangan gunakan mimbar untuk menyuruh, memaki, memojokkan.

3. KEMALASAN
o Malas persiapan bisa disebabkan karena anda justru menyadari bahwa pendengar
anda tidak menuntut terlalu tinggi.
o Kemalasan akan terlihat jika “isi” khotbah terlalu ringan. Tidak ada penelitian Alkitab
yang akurat, tidak ada aplikasi yang menusuk, dan tidak ada illustrasi yang
menyentuh.

4. PLAGIARISME
o Boleh saja memakai khotbah orang lain sama persis, tapi beri credit. Atau:
o Memakai khotbah orang lain boleh saja, sebatas point-point. Tapi “isi”nya tetaplah
harus sebagai hasil dari pergumulan pribadi.
o Sebagai pemula, seorang pengkhotbah memang justru harus meniru khotbah orang
lain, tapi harus tiru khotbah yang baik!

5. MEMBERIKAN ASUMSI YANG TIDAK DIKATAKAN ALKITAB


o Misal: “Yohanes Markus adalah seorang pengecut,” atau “Petrus adalah seorang
pemotong telinga.”
o Kalau mau memberikan gambaran, pakailah kata “Kemungkinan seperti ini …” , atau
“Bagi saya, Petrus sepertinya memiliki kecenderungan ini.”
o Penggambaran seperti ini tidak disebutkan dalam Alkitab, tapi dengan menggunakan
imajinasi seperti ini, membuat kisah Alkitab menjadi menarik.

33
Homiletika 1 – Menyusun Khotbah Ekspositori

o Memberikan asumsi yang tidak dikatakan Alkitab HANYA BISA dilakukan jika anda
sudah mengerti Alkitab sebagai satu kesatuan yang utuh (mencapai level analytical –
syntetical – evaluation Taxonomy Benjamin Bloom).
o B. Bloom’s Taxonomy (level-level ratio manusia):
 Knowledge
 Comprehensive
 Aplication
 Analytical
 Syntetical
 Evaluation

6. PROMOSI DIRI
o Jangan terlalu banyak gunakan illustrasi yang menceritakan tentang “kemenangan,
kesuksesan, kehebatan” diri sendiri.
o Dalam berkhotbah, promosikan Tuhan!

7. MENYENANGKAN ORANG
o Jangan hanya pilih topik-topik yang menyenangkan orang saja, dan menghindari topik
tentang “persembahan, iri hati, talenta, kemarahan, pengampunan, dll.”

34

Anda mungkin juga menyukai