Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.AKT KEUANGAN 1

PRODI S1 PENDIDIKAN
AKUNTANSI

NILAI :

CRITICAL BOOK REVIEW

Nama : Winni rahmayani br depari

Nim : 7202442007

Dosen pengampu : SAUT M SILABAN

TUTI SRIWENDARI

Mata kuliah : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmatnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunaan makalah ini atas pemenuhan tugas CRITICAL
BOOK REVIEW Mata kuliah pengantar AKUNTANSI KEUANGAN 1 dalam bentuk
maupun isinya sederhana.semoga tugas ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedomanbagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca khusus nya saya sebagai mahasiswa , sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik dan dapat belajar dalam
mengerjakan tugas KKNI dengan baik

Tugas ini saya akui masih banyak kekurangan karna pengalaman yang saya miliki sangat
kurang.oleh karna itu saya harapkankepada pembaca untuk memberikan masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehinga tugas- tugas KKNI saya lebih
baik sebelumnya

Medan mei 2020

periview
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................


1.2 Tujuan............................................................................................................
1.3 Manfaat .........................................................................................................

BAB II ISI BUKU.....................................................................................................

2.1.........................................................................................................................Identitas
buku ...............................................................................................................
2.2 Ringkasan Bab yang Sama.............................................................................

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................

3.1 Kelebihan.......................................................................................................
3.2 Kelemahan......................................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang,
barang atau jasa yang dijual secara kredit. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pengertian piutang adalah uang yang dipinjamkan (yang dapat ditagih
dari seseorang) atau tagihan uang perusahaan kepada para pelanggan yang diharapkan
akan dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun sejak tanggal keluarnya tagihan.
Pengertian piutang dalam akuntansi lebih dipersempit, yaitu salah satu unsur dari
aktiva lancar (aset ekonomi yang mudah dicairkan) dalam neraca perusahaan, yang timbul
akibat adanya penjualan barang, jasa atau pemberian kredit terhadap debitur, yang pada
umumnya diberikan tempo 30 hingga 90 hari untuk pembayarannya.Intinya, dalam
akuntansi, piutang digunakan untuk menjelaskan adanya tuntutan pada pihak luar
perusahaan, yang diharapkan akan selesai dengan penerimaan sejumlah uang tunai.
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa
perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan
setelah tanggal transaksi jual beli. Dengan kata lain, piutang timbul karena adanya
pemberian kredit kepada debitur yang pelunasannya dilakukan secara mengangsur atau
dengan cicilan.Ada kalanya sebuah piutang menjadi piutang tak tertagih jika belum ada
pembayaran ketika jatuh tempo. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya
piutang tak tertagih ini adalah :Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah,
Turunnya penjualan dan naiknya piutang, Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap,
Turunnya piutang diikuti turunnya penjualan dengan jumlah yang lebih besar, Naiknya
penjualan diikuti naiknya piutang dengan jumlah yang lebih besar.

1.2 Tujuan
 Untuk menyelesaikan tugas wajib mata kuliah Akuntansi Keuangan 1
 Untuk menambah pengetahuan mengenai Akuntansi Keuangan 1
 Untuk Meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam mencari informasi di bab yang
sama.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah agar para pembaca lebih mengerti
tentang Akuntansi Keuangan , menambah wawasan pengetahuan betapa pentingnya
mempelajari Akuntansi Keuangan dalam kehidupan. Penulisan cbr ini juga bermanfaat
dalam melatih berfikir dalam mengkritisi suatu isi buku.

BAB II
ISI BUKU
2.1 Identitas Buku
(Buku Utama)

1. Judul : Akuntansi Keuangan 1


2. Pengarang : Tim Dosen Pendidikan Akuntansi
3. Penerbit : Universitas Negri Medan
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun terbit : 2021

(Buku Pembanding)
1. Judul : Konsep Dasar Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
2. Pengarang : Umi Muawanah dan Fahmi Poernawati
3. Penerbit : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional
4. Kota terbit : Jakarta
5. Tahun terbit : 2008
2.2 Ringkasan Bab yang Sama
(BUKU UTAMA)
BAB 4
PIUTANG
Pengertian dan kompisisi piutang
Piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang atau jasa kepada pihak lain akibat
transaksi dimasa lalu. Dalam arti luas, piutang adalah hak atau tuntunan terhadap pihak lain
atas uang, barang atau jasa. Namun demikian untuk kepentingan akuntansi,
pada umumya diartikan sebagai tuntunan (klaim) keuangan terhadap pihak lain, baik
terhadap perseorangan maupun terhadap badan. Piutang suatu perusahaan dapat terjadi
karena bermacam-macam transaksi, tetapi pada umumnya terjadi sebagai akibat transaksi
penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit (on account). Oleh karena itu
dipandang dari sudut terjadinya, piutang dapat diklasifikasikan sebagai beriut:
a. Piutang yang terjadi karena transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit, biasa
disebut dengan “Piutang Usaha” (Trade Receivable).
Piutang dapat dibedakan antara:
 Piutang dagang yang tidak didukung dengan bukti formal dalam bentuk penjanjian
tertulis,disebut dengan “Piutang Usaha” (Account Receivable). Tetapi dalam praktek
isitilah “Piutang Dagang” sering digunakan untuk kelompok piutang yang tidak
didukung oleh bukti formal
 Piutang dagang yang didukung dengan bukti formal berupa surat wesel atau promes,
disebut “Piutang Wesel” atau “Wesel Tagih” (Notes Receivable).
b. Piutang yang terjadi bukan karena penjualan barang atau jasa (Piutang Non dagang).
Piutang ini terjadi antara lain karena :penjualan surat berharga secara kredit, pinjaman
yang diberikan kepada karyawan atau pejabat-pejabat perusahaan, uang muka kontrak
pembelian atau sebagainya. Kelompok piutang tersebut dalam neraca sering
diinformasikan sebagai “Piutang Lain-lain”. Dari klasifikasi piutang seperti diuraikan di
atas, dalam buku ini dibahas mengenai piutang usaha (piutang dagang) dan piutang wesel.

Piutang Tak Tertagih

Piutang dagang dapat dilaporkan di neraca sebesar jumlah kas (neto) yang dapat
direalisasi.Jumlah kas (neto) yang dapat direalisasi adalah jumlah kas yang diterima.Hal ini
untuk menghindari pelaporan piutang dagang yang terlalu besar karena biasanya ada sebagian
piutang dagang yang tidak dapat ditagih. Perusahaan biasanya menganggap suatu piutang
tidak dapat ditagih apabila:

a. Mendengar debitur dinyatakan valid


b. Jumlah hutang debitur sedemikian kecil sehingga jumlah tidak tidak berarti lagi
c. Debitur pindah tanpa memberitahukan alamatnya yang baru
d. Debitur sudah ditagih berkali-kali tidak mau melunasinya

Dalam laporan neraca, piutang dagang akan dikurangi dengan piutang dagang yang
diperkirakan tidak dapat ditagih. Taksiran piutang dagang yang tidak dapat ditagih ini dicatat
dalam rekening cadangan piutang dan kerugian piutang dagang.Adanya taksiran-taksiran
piutang yang tidak dapat tertagih juga membawa dampak dalam laporan laba/rugi.Perkiraan
besarnya piutang dagang yang tidak dapat ditagih mencegah laporan biaya yang terlalu
rendah, untuk biaya ini digunakan rekening kerugian piutang.
Jurnal penyesuaian sehubungan dengan ini adalah:

Kerugian piutang Rp.XXX

Cadangan kerugian piutang Rp.XXX

Metode Penghapusan Piutang

Pengakuan dan pencatatan kerugian piutang dapat dillakukan dengan cara

a. Method Langsung (Direct Method) Dengan cara ini kerugian piutang diakui dan dicatat
ketika debitur sudah tidak mungkin lagi membayar utangnya
b. Metode Cadangan (allowance Method) Metode cadangan menentukan kerugian pada
tanggal laporan keuangan dengan memperkiraan jumlah tertentu yang tidak bisa ditagih.
Jurnal ini bisa ditentukan tiap periode, bertambah menjadi jumlah yang diinginkan atau
ditambah dengan jumlah tertentu dari analisa umur piutang

Pengertian Wesel
Wesel adalah perintah tertulis tanpa syarat kepada seseorang atau badan, untuk
membayar uang kepada penarik atau ordernya, pada tanggal yang ditentukan. Dalam
pengertian Terkandung hal-hal sebagai berikut:
a. Wesel ditarik oleh pihak yang mempunyai tagihan (Kreditur). Dengan demikian bagi
pihak penarik merupakan”piutang Wesel” atau “Wesel Tagih”(Notes receivable).
b. Wesel merupakan perintah tertulis kepada pihak yang mempunyai hutang (debitur), untuk
membayar sejumlah yang tanpa syarat, dalam arti kewajiban membayar wesel tidak dapat
dihubungkan (dikompensasikan) dengan hutang penarik kepada pihak tertarik. Dengan
demikian bagi pihak tertarik merupakan “Hutang Wesel” atau “Wesel Bayar” (Notes
Payable)
c. Dalam surat wesel harus tercantum antara lain mengenai:
 Jumlah uang yang harus dibayar. Jumlah ini disebut Nilai (harga) nominal wesel
 Tanggal yang menunjukan kapan wesel harus dilunasi, disebut tanggal jatuh tempo
wesel
Wesel perdagangan atau wesel yang timbul karena transaksi jual beli barang, dapat dibedakan
antara lain:
a. Wesel berbunga Wesel berbunga adalah wesel yang selain memuat jumlah yang harus
dibayar, juga memuat janji pembayaran bunga dengan suku bunga tertentu. Bunga wesel
dihitung sejak tanggal penarikan sampai tanggal jatuh tempo wesel. Dalam wesel
nilai(harga)pada saat penerikan wesel. Nilai wesel pada saat jatuh temponya adalah nilai
nominal ditambah dengan bunga yang diperhitungkan.
b. Wesel Tidak Berbunga Wesel tidak berbunga adalah wesel yang hanya mencantumkan
jumlah nominal yang harus dibayar tanpa membuat janji pembayaran bunga. Dengan
demikian jumlah nominal yang tercantum dalam surat wesel adalah niali wesel pada saat
jatuh temponya.

(BUKU PEMBANDING)

BAB 4
PIUTANG
A. Pengertian Piutang
Piutang adalah jumlah klaim atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang.
Tagihan ini bisa dilakukan terhadap individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Contoh
transaksi transaksi yang menimbulkan piutang antara lain adalah penjualan barang atau
jasa secara kredit, pemberian pinjaman kepada nasabah atau karyawan, memberi uang
muka pada anak perusahaan.

B. Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya dukungan perjanjian secara
tertulis dan berdasarkan hubungannya dengan aktivitas usaha utama perusahaan.
Berdasarkan ada tidaknya dukungan perjanjian tertulis, piutang diklasifikasikan menjadi
dua yaitu piutang usaha (account receivable) dan piutang wesel (notes receivable).
Piutang usaha yaitu piutang yang timbul dari aktifitas utama perusahaan yang tidak
didukung dengan perjanjian tertulis untuk penyelesaiannya dan piutang wesel (notes
receivable) yaitu piutang yang timbul dari aktifitas utama perusahaan yang didukung
dengan perjanjian tertulis untuk penyelesaiannya. Berdasarkan hubungannya dengan
aktivitas usaha utama perusahaan piutang diklasifikasikan menjadi :
1. Piutang Usaha (Account Receivable) adalah piutang yang timbul dari penjualan
barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang dilakukan secara kredit. Piutang
yang terjadi sebagai akibat penjualan barang dan jasa utama perusahaan ini berjangka
pendek sehingga dikelompokkan ke dalam aset lancar.
2. Piutang Bukan Usaha (Non Account Receivable) adalah piutang yang timbul bukan
dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang bukan usaha ini
bersifat macam-macam tergantung jangka waktu penagihannya. Ada yang
dikelompokkan sebagai aset lancar sperti piutang bunga, persekot piutang dividen dan
lain-lain. namun juga ada yang dapat dikelompokkan sebagai aset tidak lancar
misalnya adalah piutang wesel yang memiliki jangka waktu penagihannya lebih dari
satu periode akuntansi.
Piutang bukan usaha antara lain:
 Piutang dividen
 Persekot asuransi
 Piutang bunga
 Piutang pegawai
 Piutang pesanan pembelian saham
 Piutang pendapatan sewa
 Tagihan kepada pelanggan untuk pengembalian tempat barang misal botol, drum,
dan lain-lain

C. Penilaian Piutang Usaha


Piutang akan dicantumkan dalam neraca sebesar jumlah yang akan dapat direalisasikan
(nilai realisasi / penyelesaian / realizable / settlement value) yaitu jumlah yang
diharapkan dapat ditagih. Jumlah yang diharapkan dapat ditagih dihitung dengan cara
mengurangi jumlah piutang yang ada dengan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih.
Misalnya PT Cendekia pada tanggal 31 Desember 2006 mempunyai saldo piutang usaha
Rp. 100.000.000,-. Dari piutang tersebut yang diperkirakan tidak dapat tertagih sebesar
Rp. 15.000.000,- dikarenakan kondisi pelanggannya mengalami kebangkrutan. Jadi
jumlah yang diharapkan diterima adalah Rp. 85.000.000 (Rp. 100.000.000,- dikurangi Rp.
15.000.000,-). Jumlah piutang yang tidak dapat tertagih diakui sebagai kerugian piutang.
Kerugian piutang ini dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan sebagai beban
lainlain. Besarnya kerugian piutang dapat ditentukan dengan menggunakan metode
penghapusan langsung atau metode cadangan.
1. Metode penghapusan langsung
Jumlah kerugian piutang atau piutang yang dihapuskan dapat diakui dan
dilaporkan jika terdapat bukti yang meyakinkan bahwa pelanggan benar-benar tidak
dapat melunasinya. Sehingga jumlah piutang yang dilaporkan dalam neraca adalah
sebesar nilai bruto bukan nilai yang diharapkan dapat diterima
2. Metode Cadangan
Jika menggunakan metode cadangan, perusahaan setiap akhir tahun harus
menentukan berapa taksiran besarnya piutang tak tertagih yang akan diakui dan
dilaporkan sebagai kerugian piutang pada periode berjalan. Sehingga jumlah piutang
yang dilaporkan dalam neraca adalah sebesar jumlah yang diharapkan dapat diterima.
3. Saldo Piutang
Perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang akhir periode dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang
2. cadangan ditambah persentase tertentu dari saldo piutang
3. jumlah cadangan dinaikkan sampai jumlah yang dihitung dengan menganalisis
umur piutang

D. Disposisi Piutang
Piutang merupakan salah satu jenis aset lancar perusahaan setelah kas. Piutang dapat
dikonversi menjadi kas pada saat jatuh tempo. Seringkali perusahaan dihadapkan pada
masalah lamanya menunggu jatuh tempo piutang padahal perusahaan membutuhkan kas
dengan segera. Untuk itu manajemen seringkali membuat kebijakan untuk mempercepat
konversi piutang menjadi kas dengan cara mendisposisi piutang tersebut. Disposisi
piutang dapat dilakukan dengan menggadaikan piutang atau menjual piutang kepada
pihak lain.
1. Penggadaian Piutang
Perusahaan menggadaikan piutang untuk mendapatkan pinjaman dari
lembagalembaga keuangan lain seperti bank atau lembaga pembiayaan. Lembaga
keuangan ini dapat memberikan pinjaman jika perusahaan menjaminkan piutang
piutang yang dimilikinya. Penagihan piutang tetap dilakukan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Hasil penagihan digunakan untuk melunasi pinjaman kepada lembaga
keuangan tersebut. Pelanggan perusahaan dapat diberitahu atau tidak diberitahu jika
piutangnya digadaikan.
2. Penjualan / Pemfaktoran/ Anjak Piutang
Untuk memenuhi kebutuhan kas yang segera disamping dilakukan dengan
cara menggadaikan piutang perusahaan dapat menjual piutang tersebut kepada
lembaga-lembaga keuangan. Lembaga keuangan yang membeli piutang perusahaan
akan sepenuhnya menerima pelunasan maupun risiko tidak tertagihnya piutang
tersebut. Pelanggan perusahaan yang piutangnya dijual akan mendapatkan
pemberitahuan bahwa piutangnya telah dijual kepada lembaga keuangan sehingga
pelanggan mempunyai kewajiban melunasinya kepada lembaga tersebut.

E. Piutang Wesel (Wesel Tagih)


Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang.
Wesel dibedakan menjadi dua yaitu:
 wesel berbunga adalah wesel yang mempunyai tingkat bunga yang ditetapkan
 wesel tanpa bunga adalah wesel yang bunganya sudah termasuk didalam jumlah
nominalnya sehingga bunga tidak dinyatakan secara eksplisit.
Wesel wesel ini ada yang dapat dipindah tangankan atau dijual atau didiskonto kepada
pihak lain seperti bank, tetapi ada juga yang tidak bisa dipindahtangankan. Pendiskontoan
wesel akan dilakukan sebelum jatuh tempo. Seperti dalam hal piutang usaha, maka
piutang wesel juga bisa dibedakan menjadi wesel dagang, wesel dari pegawai dan lain-
lain. Pada umumnya piutang wesel dapat kelompokkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Piutang wesel tidak berbunga
2. Piutang wesel berbunga
Piutang wesel berbunga adalah piutang wesel dimana debitor akan dikenai
sejumlah bunga tertentu seperti yang tertera dalam lembar weselnya selama umur wesel.
Sedangkan piutang wesel tidak berbunga adalah piutang wesel yang tidak bersyarat
pembayaran bunga, yang berarti debitor tidak dikenai bunga wesel.
F. Pencatatan Piutang Wesel (Wesel Tagih)
Wesel tagih akan dicatat sebesar nilai sekarang (present value) dari arus kas masa
depan yang diharapkan diterima. Nilai sekarang wesel jangka pendek umumnya tidak
berbeda dengan nilai jatuh temponya (jika ada selisih jumlahnya tidak material), sehingga
untuk wesel jangka pendek umumnya akan dicatat sebesar nilai nominalnya.
Wesel tagih jangka panjang dinilai sekarang atau lebih awal dengan tingkat
bunga pasar yang berlaku pada saat wesel diterbitkan. Jika tingkat bunga yang
ditetapkan untuk wesel tagih sama dengan tingkat bunga pasar, maka wesel tersebut
terjual sebesar nilai nominalnya. Tetapi jika tingkat bunga wesel yang ditetapkan tidak
sama dengan tingkat bunga pasar maka wesel tagih tersebut akan terjual dengan nilai
yang berbeda dengan nilai nominalnya. Perbedaan antara nilai nominal dengan nilai
sekarang arus kas yang diterima disebut agio atau disagio.

I. Penilaian Piutang Wesel (Wesel Tagih)


Wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai bersih yang dapat
direalisasi yakni jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan yang diperlukan yaitu
besarnya piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Perhitungan dan estimasi yang
terlibat dalam penilaian wesel tagih jangka pendek sama seperti piutang, demikian pula
untuk pencatatan beban piutang yang tak tertagih sekaligus penyisihannya / cadangannya.

J. Mendiskontokan Wesel
Yang dimaksud dengan mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank
dengan menggunakan wesel sebagai jaminan. Pada saat perusahaan ingin
mendiskontokan wesel, yang juga perlu diperhatikan disini adalah penentuan tanggal/ hari
jatuh tempo
1. Wesel Tidak Berbunga
Jumlah uang yang diterima pada tanggal 22 April 2006 adalah :
Nilai jatuh tempo: Rp. 200.000.000,-
Diskonto : Rp. 200.000.000,- x 10% x 71/360 3.944.444,-
Uang yang diterima Rp. 196.055.556,-

2. Wesel Berbunga
Misalnya wesel di atas berbunga sebesar 12% setahun dan didiskontokan dengan
diskonto sebesar 10% setahun. Jumlah yang diterima pada tanggal 22 April 2006
adalah :
Nilai nominal wesel Rp. 200.000.000,-
Bunga : 12% x 3/12 x Rp. 200.000.000,- 6.000.000,-
Nilai jatuh tempo wesel Rp. 206.000.000,-
Diskonto : Rp.206.000.000 x 10% x 71/360 4.062.778,-
Uang yang diterima Rp. 201.937.222,-
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kelebihan Buku

Buku I Buku II
Tampilan cover tampak Tampilan cover tampak
menarik, sehingga menarik menarik, sehingga menarik
minat pembaca untuk minat pembaca untuk
membacanya. membacanya.
Penggunaan bahasa dalam Penggunaan bahasa dalam
penulisan buku ini cukup penulisan buku ini cukup
sederhana sehingga mudah sederhana sehingga mudah
untuk dipahami. untuk dipahami.

3.2. Kekurangan Buku

Buku I Buku II
Terlalu banyak penjelasan Terlalu sedikit penjelasan
mengenai isi dan penjelasan yang digunakan dalam
buku akuntansi tersebut, setiap sub.
sehingga pembaca hanya
sekedar mengetahui
rumusnya saja.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan critical dari ketiga buku ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesamaan dalam buku ini dalam penulisan di setiap sub bab. Dan memiliki pemahaman yang
cukup dimengerti.

4.2. Saran

Saran penulis adalah agar ketiga buku diatas dapat disusun lebih baik lagi agar
semakin menarik minat pembaca terutama mahasiswa dalam membahas pengantar
manajemen yang terkait dengan bab diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Pendidikan Akuntansi, Akuntansi Keuangan 1.


Medan: Universitas Negri Medan, 2021.
Umi Muawanah dan Fahmi Poernawati, Konsep Dasar Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional,
2008.

Anda mungkin juga menyukai