Anda di halaman 1dari 34

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. V DENGAN


GANGGUAN PERILAKU KEKERASAAN DI RAWAT INAP
RUANG BANGAU
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR

Kelompok 1

Dosen pembimbing :
Ns.Mareta Akhiriansyah, S.Kep,M.Kep
Pembimbing Klinik
Ns. Novriansyah, S.Kep
Disusun Oleh :
1. Juwinto Iliwandi 22.14901.15.33
2. Anggun Riski Rahmiani Y 22.14901.10.03
3. Dina Anita Sari 22.14901.10.45
4. Vivin Paradila Aisyah 22.14901.10.18
5. Stella Feren Mayriska 22.14901.10.11
6. Lastiani Dona R 22.14901.10.12
7. Sastri Windari 22.14901.10.14
8. Faisal Tanjung 22.14901.11.01
9. Ghina Firyaal L 22.14901.11.28
10. Lusiana Sari 22.14901.10.09
11. Agum Satrio 22.14901.10.37
12. Maria Ulfa 22.14901.10.38
13. Yuyun Efrianti 22.14901.10.40
14. Dian Aditya Widyanti 22.14901.10.41
15. Vina Sagita 22.14901.10.43
16. Ronaldo 22.14901.15.21
17. Hoyril Malik 22.14901.15.27
konsep teori
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di
lakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Amatiria, 2012). Perilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).
rentang respon
Keterangan:
1. Asertif Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan kelegaan.
2. Frustasi Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan
tidak dapat menemukan alternatifnya.
3. Pasif Klien merasakan tidak dapat mengungkapkan prasaannya,
tidak berdaya dan menyerah.
4. Agresif Gekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol,
mendorong orang lain dengan ancaman.
5. Kekerasan Prasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang
kontrol, disertsi amuk, merusak lingkungan.
Etiologi
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku

1. Verbal
b. Bicara kasar
c. Suara tinggi, membentak atau teriak
d. Mengancam secara verbal atau fisik
e. Mengupat dengan kata-kata kotor suara keras
f. Ketus.
Etiologi
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungam
e. Amuk/agresif.

3. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman dan nyaman
c. Rasa terganggu
a. Dendam dan jengkel
b. Tidak berdaya
c. Bermusuhan dan mengamuk
d. Ingin berkelahi
e. Menyalahkan dan menuntut.
Etiologi
3. Intelektual
a. Mendominasi
b. Cerewet
c. Kasar
d. Berdebat
e. Meremehkan
f. Sarkasme.

3. Spritual
a. Merasa diri berkuasa
b. Merasa diri benar
c. Mengkritik pendapat orang lain
d. Menyinggung prasaan orang lain
e. Tidak peduli dan kasar.
tanda dan gejala
A. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak
dan memukul bila tidak sengaja ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/
pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal, mengancam,
mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus (Keliat, 2013)
tanda dan gejala
2. Prilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain,
merusak lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman
dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat, meremehakan dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual, merasa
diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan,
kekerasan, ejekan, dan sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan
melakukan penyimpangan seksual (Keliat, 2013)
A. Factor Predisposisi dan
1. Presipitasi
Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah
factor biologis, psikologis dan sosiokultural
a. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri) Teori ini menyatakan bahwa
perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang
sangat kuat.
2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik) Pengalaman marah adalah
akibat dari respon psikologi terhadap stimulus eksternal, internal maupun
lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013)
A. Factor Predisposisi dan
Presipitasi
b. Factor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi) Menurut teori ini
perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan
prustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku) Kemarahan adalah proses belajar, hal ini
dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi) Bertingkah laku adalah kebutuhan
dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui
berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku
destruktif.
A. Factor Predisposisi dan
Presipitasi
C. Faktor Sosiokultural
1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat
mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif.
2) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialisasi(Deden dan Rusdin,
2013)
A. Factor Predisposisi dan
Presipitasi
2. faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
(serangan fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus
hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut
terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan (Deden dan Rusdin,
2013)
Perilaku
1. Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness) Perilaku yang sering
ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif.
3. Memberontak (acting Out) Perilaku yang muncul biasanya
disertai akibat konflik perilaku “Acting Out” untuk menarik
perhatian orang lain.
4. Perilaku Kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang
ditinjaukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungaa(Deden dan Rusdin, 2013)
Mekanisme koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor meliputi status sosial ekonomi,
keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi
oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga menggunakan
kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,
2012)
Sumber koping
A. Sumber Koping
Banyak hal yang menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR pada individu. Agresif dapat
menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan.
Kecemasan dibagi menjadi tiga cara:
1. Mengungkapkan marah secara verbal
1. Menekan/mengikari rasa marah
2. Menentang prasaan marah
A. Penatalaksanaan Umum : Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Medis
a. Farmakalogi
1) Anti antietas dan hipnotik sadatif
2) Anti depresan
3) Matlexon dan proponolol.
Sumber koping
1. Non medis
a. Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena masalah sebagian orang merupakan
perasaan dan tingkah laku orang lain.
b. Terapi musik
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena dengan
perasaan terhibur maka klien dapat mengontrol emosinya.
a. Terapi relaksasi nafas dalam
Dengan terapi relaksasi nafas dalam pada klien dapat menimbulkan rasa nyaman dan rileks.
b. Terapi pukul bantal
Dengan terapi pukul bantal klien mampu menyalurkan energi dari emosi yang dirasakan dengan cara yang tepat.
c. Terapi psiko religius
Dengan terapi ini klien dapat lebih dekat dengan Yang Maha Esa. Dengan menerapkan sholat, berdoa, dan dzikir
untuk menenangkan emosi dari kejiwaan klien.
Diagnosa keperawatan

A. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan.
2. Gangguan konsep diri: HDR.
3. Perilaku mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
fokus intervensi
fokus intervensi
fokus intervensi
fokus intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.V (L)
Tanggal Pengkajian : 01-02-2023
Umur : 20 tahun
RM No. : 08-64-05
Informan : Pasien

II. ALASAN MASUK


Klien mengatakan mengamuk memukul temannya
dengan memukul-mukul dinding. Klien juga
mengatakan sulit mengontrol emosinya . Awal mula
pasien melakukan kekerasan karena melampiaskan
amarah karena Tn.V pernah menjadi korban bully.
Masalah keperawatan : Perilaku Kekerasan
ANALISA DATA

No DATA MASALAH KEPERAWATAN

1 DS : Perilaku kekerasaan :
1.  Klien mengatakan sangat mudah
emosi
 Klien mengatakan sering mengamuk
DO:
 Kontak mata yang tajam
 Wajah memerah dan tegang
 Suara pada pasien cukup ketus
 Nada bicara pasien tinggi
 Tangan mengepal
2 DS: Mencederai diri sendiri dan orang
2.  Klien mengatakan pernah lain
mencederai temannya sendiri
 Klien mengatakan bahwa dirinya
korban dari bullying
 Pasien mudah emosi
.
DO
 Klien mudah mengamuk
 Klien ketika emosi kadang-kadang
melempar barang yang ada di
sekitarnya
3 DS Gangguan konsep diri: Harga
3.  Klien berulang kali diri
mengatakan malu karena
masuk RSJ untuk kedua
kalinya
 Klien mengatakan malu
dan merasa tidak berguna
dan merasa putus asa

DO
 Tampak
produktivitas
menurun (jarang
mengikuti kegiatan)
 Klien tampak melakukan
perawatan diri dengan
baik.
I. Pohon Masalah
Perilaku menciderai diri sendiri, orang lain, lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri: HDR


Gambar 4.1 Pohon masalah

J. Diagnosa Keperawan
Perilaku Kekerasan
•Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Kep Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
o

TUM: Klien dapat mengontrol prilaku 1. Setelah pertemuan klien menunjukkan tanda- Sp 1
Perilaku
kekerasan. tanda percaya kepada perawat: 1. Bina hubungan saling percaya;
Kekeras TUK: a. Wajah tersenyum 2. Mengidentifikasi penyebab marah
an 1. Klien dapat membina b. Mau berkenalan 3. Membantu klien untuk
hubungan saling percaya. c. Ada kontak mata mengungkapkan tandatanda perilaku
2. Klien dapat mengidentifikasi d. Bersedia menceritakan perasaannya. kekerasan yang dialaminya
penyebab prilaku kekerasan 1. Setelah pertemuanklien menceritakan penyebab 4. Mendiskusikan dengan klien perilaku
yang dilakukannya. perilaku kekerasan yang dilakukannya. kekerasan yang dilakukan
3. Klien dapat mengudentifikasi a. Menceritakan penyebab perasaan jengkel atau 5. Mendiskusikan dengan klien akibat
tanda-tanda prilaku kesal baik dari diri sendiri maupun lingkungan. negatif (kerugian) yang dilakukan dan
kekerasan. 1. Setelah pertemuan klien menceritakan tanda- cara mengendalikan perilaku
4. Klien dapat mengidentifikasi tanda saat terjadi perilaku kekerasan: kekerasan dengan cara fisik pertama
jenis perilaku kekerasan yang a. Tanda-tanda fisik: Mata merah, tangan dank e dua( latihan nafas dalam dan
pernah dilakukan. mengepal, ekspresi tegang. pukul bantal dan kasur ).
5. Klien dapat mengidentifikasi b. Tanda emosional: Perasaan marah, jengkel
akibat perilaku kekerasan. bicara kasar.
c. Tanda sosial: Bermusuhan yang di alami saat
terjadi perilaku kekerasan
1. Setelah pertemuan klien menjelaskan:
a. Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini
dilakukan.
b. Perasaannya saat melakukan perilakukekerasan.
c. Efektifitas cara yang dipakai dalam
menyelesaikan masalah.
1. Setelah pertemuan klien menjelaskan akibat
tindakan kekerasan yang dilakukannya:
a. Diri sendiri: luka, dijauhi teman.
b. Orang lain/keluarga: luka, tersinggung,
ketakutan.
c. Lingkungan: barang, benda rusak.
Perila Klien dapat Setelah pertemuan klien dapan SP 2
ku mencegah atau menjelaskan perinsip benar 1. Mengevaluasi
Keker mengendalikan minum obat ( benar pasien, obat, pertemuan
asan perilaku dosis, waktu, cara pemberian ). sebelumnya;
kekerasannya 2. Membantu klien
dengan terapi obat. mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan obat ( prinsip 5
benar obat )
3. Menyusun jadwal
minum obat secara
teratur.
Perila 1. Melatih cara 1. Setelah pertemuan klien SP 3
ku mencegah / dapat mengatakan bahwa 1. Mengevaluasi
Keker mengontrol klien sedang kesal, pertemuan
asan perilaku tersinggung seperti “ saya sebelumnya
kekerasan kesal anda berkata seperti 2. Melatih klien cara
secara verbal ( itu mengotrol perilaku
menolak dengan 2. Klien dapat menerapkan kekerasan secara
baik, meminta cara latihan verbal verbal ( meminta,
dengan baik, menyampaikan perasaan menolak, dan
mengungkapkan dengan baik dalam mengungkapkan
perasaan dengan keseharian. marah secara baik
baik 3. Memasukkan kedalam
2. Menyusun jadwal jadwal kegiatan
latihan harian.
mengungkapkan
secara verbal.
Perila Klien dapat Menganjurkan klien sholat, SP 4
ku mencegah / berdo’a dan ibadah lainnya. 1. Mengavaluasi
Keker mengendalikan pertemuan
asan perilaku sebelumnya
kekerasannya secara 2. Membantu klien
spiritual. mengendalikan
perilaku kekerasan
secara spiritual (
latihan beribadah dan
berdo’a
3. Membuat jadwal
ibadah dan berdo’a.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus pengkajian khusus dengan klien resiko perilaku kekerasan,
selama berinteraksi dan wawancara dengan Tn.V, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Hasil pengkajian didapatkan klien mengatakan
 Klien mengatakan jika keinginannya tidak terpenuhi klien suka mengamuk, wajah
tampak tegang, nada suara tinggi, suka mondar-mandir, mengepalkan tangan,
klien tampak mondar-mandir.
 Diagnosa prioritas yang diangkat pada Tn. V yaitu perilaku kekerasan dan harga
diri rendah.
 Rencana Tindakan yang dilakukan pada Tn.V yaitu membina hubungan saling
percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Melatih mengontrol
perilaku kekerasan dengan strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan, terapi
psikoreligius dan melatih klien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki klien menggunakan strategi pelaksanaan harga diri rendah.
 Implementasi keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan adalah melatih
cara mengontrol amarah dengan strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan
dan terapi psikoreligius. Implementasi keperawatan pada klien harga diri rendah
adalah melatih kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien dengan
menggunakan strategi pelaksanaan harga diri rendah.
 Evaluasi diperoleh bahwa setelah 6 hari pertemuan klien dapat mengontrol
emosinya dan mampu memilih serta melakukan aspek positif yang masih klien miliki.
Saran
 Bagi pasien dan keluarga
Pasien diharapkan lebih memahami dan dapat menerapkan
selalu cara mengontrol emosi agar kondisi tidak labil dan tidak
terjadi lagi perilaku kekerasan , dan mempertahankan interaksi
dengan orang lain. keluarga seharusnya berperan penting
dalam mendukung kesembuhan klien,Karena orang
terdekatlah faktor utama dalam kesembuhan seseorang.
 Bagi perawat
Asuhan keperawatan sebaiknya dapat digunakan oleh
perawat sebagai wawasan tambahan dan acuan intervensi
yang dapat diberikan pada klien yang mengalami resiko
perilaku kekerasan. Perawat diharapkan dapat memberikan
inspirasi lebih banyak lagi dalam memberikan intervensi
keperawatan pada kasus resiko perilaku kekerasan.
 Bagi akademik
Dapat memberikan tambahan dan referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya mengenai
asuhan keperawatan jiwa dengan kasus perilaku kekerasaan
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2023.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Muamnu'ah. (2014). Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Mempengaruhi kualitas


Hidup Pasien Skizofrenia.
American Psychological Association. (2014). Stress : The Different Kids of Stres.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Perdede , J. A.& Laila, R. (2020). Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa.
Pardede, J. A., Siregar, L.M., Halawa, M. (2020). Beban Dengan Koping.
Pitayanti & Hartono A. (2020). Journal Of Community Engagement In Health.
Rekam Medik RSKJ Soeprapto Kota Bengkulu. (2021)
Sari. (2014). Keperawatan Spiritual Pada Pasienskizofrenia.
Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan). alih bahasa: Achir
Yani edisi III. Jakarta : EGC
Word Health Organization. Firmly Committed the Principles Set Outin the Preambel to
the Constitution. (2019) Available from: www.who.int
Yosep. (2010). Buku Ajaran Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Yusuf. (2016). Kebutuhan Spiritual Konsep Danaplikasi Dalam Keperawatan. Penerbit
Mitra WAcana Media.
Awaludin, I. N. (2016). Upaya Peningkatan Kemampuan Mengontrol Emosi Dengan
Cara Fisik Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan Di RSJD
dr. Arif Zainudin Srakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dermawan, D., & Rusdi. (2013) Teori-teori
Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Goleman, D. (2009) Dan Jaringansmk
Muhammadiyah 1 Moyudan. Keliat, B. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai