Dosen Pengampu:
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Pengertian Ijma’..............................................................................2
B. Macam-macam ijma’......................................................................3
C. Kedudukan dan permasalahan ijma’...............................................5
D. Pengertian Qiyas.............................................................................6
E. Macam-macam hilal dan cara mencari illat....................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan Pengertian Ijma’ ?
2. Sebutkan Macam-macam ijma’ ?
3. Jelaskan Kedudukan dan permasalahan ijma’ ?
4. Jelaskan Pengertian Qiyas?
5. Sebutkan Macam-macam hilal dan cara mencari illat ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Ijma’
2. Mengetahui macam-macam ijma’
3. Mengetahui kedudukan dan permasalahan ijma’
4. Mengetahui pengertian qiyas
5. Mengetahui macam-macam hilal dan cara mencari illat
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. IJMA’
1. Pengertian Ijma’
Arti ijma’ menurut Bahasa adalah sepakat,setuju,sependapat.Atau
juga dapat diartikan bahwa ijma’ berasal dari kata َ اَجْ َمع ُْٓواkesepakatan
kata ini terdapat pada QS.yusuf (15)
ۚ ت ْالج
َذا َوهُ ْم اَلNا َ ْم ِر ِه ْم ٰهNِ ِه لَتُنَبَِّئنَّهُ ْم بNٓا اِلَ ْيNNَُبِّ َواَوْ َح ْين ِ َوْ هُ فِ ْي َغ ٰيبNNُوا اَ ْن يَّجْ َعلN
ْٓ Nفَلَ َّما َذهَبُوْ ا بِ ٖه َواَجْ َم ُع
َيَ ْش ُعرُوْ ن
Nah ijma’ juga dapat diartikan sebagai ketetapan hati untuk melakukan
sesuatu keterangan ini terdapat pada QS.Yunus (71)
ا ٰيت هّٰللا فَعلَى هّٰللاNٰ Nذكيْريْ بNْ Nَامي وتNNَر َعلَ ْي ُكم مقNُوا ْت ُل َعلَ ْيهم نَبا َ نُوْ ۘح ا ْذ قَال لقَوْ مه ٰيقَوْ م ا ْن َكانَ َكب
ِ َ ِ ِ ِ ِ ِ َ ْ ِ َّ ْ َ ِ ِ ِٖ ِ َ ِ ٍ َ ِْ َ
ي َواَل تُ ْن ِظرُوْ ِنَّ َت فَاَجْ ِمع ُْٓوا اَ ْم َر ُك ْم َو ُش َر َك ۤا َء ُك ْم ثُ َّم اَل يَ ُك ْن اَ ْم ُر ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ُغ َّمةً ثُ َّم ا ْقض ُْٓوا اِل
ُ تَ َو َّك ْل
2
Dari keterangan di atas disimpulkan bahwa kesepakatan pertama hanya
terjadi pada satu orang saja,sedangkan pada keterangan kedua
kesepakatan atau ketepatan hatinya dilakukan oleh banyak orang.1
Jadi ijma’ adalah niat yang kuat dalam memecahkan masalah setelah
wafatnya Rosulullah yang dilakukan oleh orang orang tertentu yang di
sebut mujtahid,para mujtahid sendiri memiliki kriteria yang harus
dipenuhi agar dapat disebut mujtahid,selain itu mereka harus melakukan
ijtihad terlebih dahulu untuk memecahkan suatu masalah,tapi tentu saja
ijtihad ini harus berdasarkan al-qur’an dan hadis,dan hanya terjadi pada
masalah yang berhubungan dengan syara’.3 Selain itu,ijma’juga memiliki
syarat dan rukun4
3
f. Para mujtahid harus mendasarkan ijma’ pada qur’an dan hadist
2. Macam-macam ijma’
Ijma’ sendiri dibagi menjadi dua macam.
Dilihat dari cara penyampaian(keputusan kesepakatan)nya dibagi
menjadi berikut5:
a. Qouli : kesepakatan berdasarkan pendapat yang dikeluarkan para
mujtahid dan diakui sah dalam forum tersebut.
b. Fi’li : kesepakatan mujtahid dalam mengamalkan sesuatu.
c. Sukuti : diamya mujtahid maksudnya tidak ada mujtahid yang
membantah terhadap pendapat suatu masalah bukan karena
adanya penghalang.
5
Suratno, Modul Siap Untuk Kemenag, (Semarang: Dina Utama, 2011), hal: 132.
6
Totok Jumantoro, Samsul Munir, Kamus Ilmu Ushul Fiqh,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal:
106.
4
b. Ijma’ Ahli Madinah kesepakatan ulama Madinah terhadap suatu
masalah.
c.Ijma’ Ulama Kuffah kesepakatan ulama kuffah terhadap suatu
masalah.
d. Ijma’ Khulafaur Rasyidin penyesuaian paham khalifah yang empat
terhadap suatu soal yang diambil dalam suatu masa atas suatu
hukum.
e.Ijma’ Ahlu Bait kesepakatan keluarga nabi dalam suatu masalah.
B. QIYAS
5
1. Pengertian qiyas
Menurut etimologi kata qiyas berasal dari kata qasa yang berarti
mengukur7
6
c. Illat (penyebab masalahnya)
d. Hukum Al-ashl ( hukum syara’ yang ada nashnya pada ashl
yang dijadikan hukunm untuk far’u)
7
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara
zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan
mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
Dari sini dapat di qiyas bahwa segala bentuk kerusakan atau
kesalahan pengelolaan yang menyebabkan hilangnya harta tersebut
juga dilarang seperti halnya memakan harta anak yatim.
c) Qiyas adna
Qiyas dimana hukum far’u lebih lemah dari pada hukum
asalnya,contohnya mengqiyaskan hukum apel pada gandum
dalam hal riba fadl (riba yang terjadi karena adanya kelebihan
diantara keduanya,yaitu bahan pokok dan makanan).
Dalam kasus ini illat hukumnya adalah baik apel ataupun
gandum merupakan jenis makanan yangbisa dimakan dan
ditakar.
3. Kedudukan qiyas dan permasalahannya
Kedudukan qiyas sebagai salahsatu hujjah umat islam tentunya
memiliki permasalahan penolakan dan penerimaan diantaranya seperti
masalah berikut:
Para kelompok jumhur ulama menggunakan qiyas terhadap masalah
yang tidak dijelaskan pada nash namun tentu saja mereka
menggunakan pada kadar yang secukupnya,yang mana perlakuan
mereka berdasarkan dalil surah yasin 78-79
Ayat 78
dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada
kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang
belulang, yang telah hancur luluh?"
Ayat 79
Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali
yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. (QS.
Yasiin: 78-79)
8
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyamakan kemampuan-Nya
menghidupkan tulang belulang yang telah berserakan di kemudian
hari dengan kemampuan-Nya dalam menciptakan tulang belulang
pertama kali. Artinya bahwa Allah menyamakan menghidupkan
tulang tersebut kepada penciptaan pertama kali.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ijma’ adalah niat yang kuat dalam memecahkan masalah setelah
wafatnya Rosulullah yang dilakukan oleh orang orang tertentu yang di
sebut mujtahid. Adapun macam-macam ijma diantaranya yaitu: qouli,fi’li,
sukuti.
Keduudukan ijma’ Ijma’ menempati hujjah islam setelah al-Qur’an
dan hadist.Salah satu bentuk menaati ijma’ yaitu dengan menaati anjuran
ulil amri karena ulil amri merupakan orang-orang pilihan Allah.
Qiyash menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam
qur’an dan hadist dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang
ada nashnya. Macam-macam qiyas : qiyas aulawy, qiyas masawy, qiyas
adna.
Kedudukan qiyas sebagai salahsatu hujjah umat islam tentunya
memiliki permasalahan penolakan dan penerimaan
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kedepannya kami akan lebih
berhati-hati dalam menjelaskan dan menulis pembahasan mengenai ragam
masalah dalam bimbingan dan konseling. Kami selaku penulis sangat
menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami mohon maaf dan kami juga sangat berharap atas
kritikan dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat untuk kita semua dan khususnya bagi pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Saif al-Din al-Amidi, op. Cit, hal.101; ‘Abdul ‘Aziz al-Bukhari, op. Cit. dan al-
Syaukani, op. Cit.
Totok Jumantoro, Samsul Munir, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Prof. Muhammad Abu Zahrah. Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2008.
11