Anda di halaman 1dari 76

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
DI BPM KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

NAMA : MASAYU WILDANI RIZKIYA


NIM : PO.71.24.2.14.022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

LAPORAN PENELITIAN PENGARUH KOMPRES HANGAT


TERHADAP INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF
DI BPM KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Masayu Wildani Rizkiya


NIM : PO.71.24.2.14.022
Judul Skripsi : “Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif di BPM Kota Palembang
Tahun 2018”

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi D.IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Palembang

Disetujui Pembimbing :

1. Rochmah KM. S.Pd. SKM. M.Kes. (.............................................)


NIP. 195306221975092003

2. Murdiningsih, SST. S.Pd. M.Kes. (.............................................)


NIP. 195712291957112001

Mengetahui,
Ka. Prodi D-IV Kebidanan

Nesi Novita, S.Si.T, M.Kes


NIP. 197308121992032002
ABSTRAK

Rizkiya, Masayu Wildani. 2018. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas


Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif di BPM Kota Palembang Tahun 2018.
Skripsi, Prodi D.IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Palembang. Pembimbing : (1) Rochmah KM S.Pd, SKM, M.Kes. (II)
Murdiningsih, SST, S.Pd. M.Kes.

Kata Kunci : Kompres Hangat, Nyeri Persalinan

Latar belakang: Sekitar 90% ibu bersalin selalu diserati rasa nyeri sedangkan
rasa nyeri pada persalinan merupakan hal yang lazim terjadi. Peristiwa fisiologis
pada saat persalinan terkadang dapat menimbulkan trauma pada ibu karena nyeri
yang dialaminya. Beberapa ibu bahkan ada yang trauma untuk hamil dan
melahirkan lagi karena takut akan mengalami nyeri yang sama. Upaya untuk
menawarkan peredaan rasa nyeri dan kenyamanan bagi wanita bersalin salah
satunya yaitu kompres hangat.
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif.
Metode : penelitian ini menggunakan rancangan Pre Eksperiment dengan desain
One Group Pretest Posttest. Pengambilan sampel ini dengan teknik purposive
sampel. Jumlah sampel 30ibu bersalin. Data penelitian ini diambil dengan
menggunakan lembar observasi, data dianalisis dengan menggunakan uji
Wilcoxon nilai ρ>0,05.
Hasil penelitian : Berdasarkan hasil analisis univariat sebelum dilakukan
kompres hangat sebagian besar nyeri berat (skala 7-9) berjumlah 23 responden
(76,7%), setelah diberikan kompres hangat sebagian besar nyeri sedang (4-6) berjumlah
22 responden (73,7%). Dari uji yang dilakukan, diperoleh nilai signifikan ρ = 0,000,
sehingga nilai ρ>0,05, yang artinya terdapat pengaruh kompres hangat terhadap
intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif. Diharapkan kepada tenaga kesehatan
untuk mengaplikasikan kompres hangat ini sebagai metode untuk mengurangi
nyeri pada ibu bersalin karena kompres hangat dapat memenuhi kebutuhan rasa
nyaman, mengurangi nyeri, mencegah terjadinya spasme otot, vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah ke area nyeri serta dan memberikan rasa hangat.

Daftar bacaan : 30: (2008-2017)


ABSTRACT

Rizkiya, Masayu Wildani. 2018. The Effect of Warm Compress on the Intensity of
Pain in Labor Stage Active Phase 1 at BPM Palembang City Year 2018.
Skripsi, Prodi D.IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Palembang. Pembimbing: (I) Rochmah KM.S.Pd.SKM.M.Kes, (II)
Murdiningsih, SST.S.Pd.M.Kes.

Key words: Warm compress, childbirth pain

Introduction : About 90% of mothers at childbirth experience are always


accompained by pain while the pain in labor is common. Physiological events at
the delivery time can sometimes cause trauma to the mother because of the pain
they experience. Some mothers even have a trauma to get pregnant again for fear
of experiencing the same pain. One of efforts to offer relief of pain in comfort for
maternity women is a warm compress.
Purpose : The purpose of this study was to determine the effect of warm compress
on the intensity of pain in labor stage active phase 1.
Methode : This research method used the Pre Experimental method with one
group pretest posttest design. Purposive sampling technique was used for
sampling method. The sample consisted of 30 respondents.
Result : Based on the result of univariate analysis before the warm compress,
there were 23 respondents (76,7%) had severe pain (scale 7-9), after warm
compress, there were 22 respondents (73,7%) felt moderate pain (scale 4-6).
From result of bivariate test analysis using Wilcoxon, it obtained ρ value = 0,000.
Thus the ρ value is less than 0,05 so that it can be summarized that there is the
effect of warm compress on the intensity of labor pain when the active phase 1.
Conclusion : Therefore, it is desirable for medical staffs to apply this warm
compress as a method to reduce the pain in maternal mothers, because warm
compresses can meet the needs of comfort, reduce pain, prevent muscle spasm,
vasodilatation and increase blood flow to the pain area as to provide a sense of
warmth.

Reading List : 30 (2018-2017)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di BPM Kota Palembang Tahun
2018” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Program Studi D.IV
Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Palembang. Tak lupa shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan saran dari berbagai pihak baik yang diberikan secara lisan maupun tulisan.
Oleh karena dikesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada Ibu Hj. Rochmah KM. S.Pd. SKM. M.Kes. dan Ibu Hj. Murdiningsih, SST,
S.Pd, M.Kes. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes. selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
2. Ibu Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes. selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Ibu Fauziah Hatta, Mala Husin , dan Bakiah Azhar selaku Pimpinan di lokasi
penelitian.
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Palembang, Juli, 2018
Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................... 4
D. Manfaat ....................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


A. Konsep Dasar Persalinan ............................................................................ 6
1. Pengertian .............................................................................................. 6
2. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ........................................................ 6
3. Tanda-Tanda Persalinan ........................................................................ 7
4. Mekanisme Persalinan Normal .............................................................. 8
5. Tahap-Tahap Persalinan ........................................................................ 11
6. Tujuan Asuhan Persalinan ..................................................................... 14
B. Konsep Dasar Nyeri ................................................................................... 15
1. Pengertian .............................................................................................. 15
2. Proses Terjadi Nyeri atau Mekanisme Nyeri ......................................... 15
3. Klasifikasi Nyeri .................................................................................... 17
4. Intensitas Nyeri ....................................................................................... 17
5. Toleransi Nyeri ....................................................................................... 18
6. Penatalakasaan Nyeri ............................................................................. 19
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Nyeri dalam Persalinan ........ 22
8. Penilaian Nyeri ...................................................................................... 23
C. Konsep Nyeri Persalinan ............................................................................ 25
1. Pengertian .............................................................................................. 25
2. Anatomi Nyeri pada Persalinan ............................................................. 26
3. Jalur rasa nyeri pada persalinan ............................................................. 28
4. Penyebab Rasa Nyeri Persalinan ........................................................... 29

ix
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan ........... 30
D. Konsep Kompres Hangat ............................................................................ 32
1. Pengertian .............................................................................................. 32
2. Manfaat .................................................................................................. 32
3. Waktu Pemberian Kompres Hangat ...................................................... 34
4. Cara Kompres Hangat ............................................................................ 34
E. Kerangka Teori ........................................................................................... 36
F. Kerangka Konsep ....................................................................................... 37
G. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ....................................................... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 39
D. Variabel (cara pengukuran dan cara pengamatan) ..................................... 40
E. Definisi Operasional ................................................................................... 41
F. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 42
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 42
H. Teknik dan Analisis Data ........................................................................... 43
I. Langkah-langkah Penelitian ....................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 47
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 47
2. Analisis Univariat ................................................................................. 51
3. Analisis Bivariat ................................................................................... 52
B. Pembahasan ................................................................................................ 53
1. Tingkat Nyeri Responden Sebelum diberikan Kompres Hangat ......... 53
2. Tingkat Nyeri Responden Sesudah diberikan Kompres Hangat ......... 55
3. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif .................................................................................. 56
C. Keterbatan Penelitian .................................................................................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63


LAMPIRAN ................................................................................................... 66

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Kuswanti, 2014:1). Persalinan

normal ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan,

dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir sehingga

menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan ibu. Nyeri menyebabkan

penderitaan dan stres yang jika tidak mereda dapat mengakibatkan respons

terhadap nyeri berikutnya (Andreine, 2016:312).

Sebab mulainya persalinan yaitu karena pada akhir kehamilan kadar

progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif dan hormon oksitosin

bertambah, otot-otot rahim meregang sehingga menimbulkan his ( Nurasiah, Ai

dkk, 2012:4)

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu passage (jalan lahir)

terdiri atas bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan bagian

lunak (otot-otot jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen), power (kekuatan ibu

mendorong janin saat persalinan) yaitu his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligamen , passanger (janin) yaitu bagian yang paling

besar dan keras dari janin adalah kepala janin , dan psikis (psikologi), yaitu

kondisi psikologis ibu bersalin (Kuswanti, 2015:11-24).

Peristiwa fisiologis pada saat persalinan terkadang dapat menimbulkan

trauma pada ibu karena nyeri yang dialaminya. Beberapa ibu bahkan ada yang

trauma untuk hamil dan melahirkan lagi karena takut akan mengalami nyeri

1
2

yang sama. Bagi ibu yang pernah melahirkan, nyeri persalinan merupakan

nyeri yang paling menyakitkan apalagi bagi ibu-ibu yang baru pertama kali

merasakannya (Antriana, Inna, 2016:2).

Penyebab nyeri sebagaimana menurut Bobak (2005), diantaranya karena

kontraksi rahim, sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan menjepit

pembuluh darah, jalan lahir atau vagina serta jaringan otot lunak disekitarnya

meregang, rasa takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormon

prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat mengurangi

kemampuan tubuh menahan rasa nyeri (Uliyah, 2015:126).

Sekitar 90% ibu bersalin selalu disertai rasa nyeri sedangkan rasa nyeri

pada persalinan merupakan hal yang lazim terjadi. Peristiwa fisiologis pada

saat persalinan terkadang dapat menimbulkan trauma pada ibu karena nyeri

yang dialaminya. Beberapa ibu bahkan ada yang trauma untuk hamil dan

melahirkan lagi karena takut akan mengalami nyeri yang sama. Nyeri hebat

pada proses persalinan menyebabkan ibu mengalami gangguan psikologis,

87% post partum, blues yang terjadi dari 2 minggu sampai 1 tahun, 10%

depresi, dan 3% dengan psikosa (Rezeki dan Hartini, 2015, p.278).

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada

pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan

adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan servik

ini maka akan terjadi persalinan (Aprillia, 2014).

Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara teratur

dengan intensitas makin lama makin meningkat. Perut akan mengalami


3

kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses kontraksi akan lebih sering

terjadi. Mulanya kontraksi terasa seperti sakit pada punggung bawah

berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut mirip dengan mules saat haid

(Walyani, 2016:7).

Pengendalian rasa nyeri persalinan penting dilakukan untuk memberi ibu

rasa nyaman ketika akan melakukan persalinan, karena hal tersebut merupakan

salah satu asuhan sayang ibu yang merupakan peran dan fungsi bidan

(Andreinie, 2016:312).

Upaya untuk menawarkan peredaan rasa nyeri dan kenyamanan bagi

wanita bersalin salah satunya yaitu kompres hangat. Kompres panas dapat

meningkatkan suhu lokal pada kulit sehingga meningkatkan sirkulasi pada

jaringan untuk proses metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat mengurangi

spasme otot dan mengurangi nyeri (Nurasiah, 2012:57).

Selain itu penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri

dianggap meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan

oleh iskemia yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut

rangsang nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke

area tersebut (Walsh, 2008:266).

Berdasarkan penelitian Inna Antriana tahun 2016 di BPS Cijati

Majalengka dengan judul Pengaruh Kompres Hangat terhadap Pengurangan

Nyeri Persalinan pada Kala 1 Fase Aktif bahwa ada pengaruh pemberian

kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin kala 1 fase aktif

dengan 30 responden sebelum dan sesudah perlakuan kompres hangat. Hasil

sebelum di kompres hangat didapatkan 3 responden (10,0%) nyeri ringan (1-3),


4

20 responden (66,7%) mengalami nyeri sedang (4-6), sedangkan 7 responden

(23,3%) mengalami nyeri berat (7-9) . Setelah diberikan kompres hangat di

dapatkan sebanyak 11 responden (36,7%) mengalami nyeri ringan (1-3), 17

responden (56,7%) mengalami nyeri sedang (4-6), dan 2 responden (23,3%)

mengalami nyeri berat (7-9) (Antriana, 2016).

Berdasarkan hasil studi awal di di BPM. Fauziah Hatta, BPM. CH. Mala

Husin, BPM Bakiah Azhar bahwa belum pernah dilakukan teknik kompres

hangat dalam mengurangi nyeri persalinan kala 1 fase aktif. Berdasarkan latar

belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri

Persalinan Pada Kala I Fase Aktif Di BPM Kota Palembang Tahun

2018”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri persalinan pada

kala 1 fase aktif di BPM Kota Palembang Tahun 2018?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri persalinan

kala I fase aktif di BPM Kota Palembang Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus
5

a. Diketahuinya distribusi frekuensi nyeri ibu bersalin kala I fase aktif

sebelum diberikan kompres hangat di BPM Kota Palembang Tahun

2018.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat nyeri ibu bersalin kala I fase

aktif setelah di berikan kompres hangat di BPM Kota Palembang Tahun

2018.

c. Diketahuinya pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri

persalinan kala I fase aktif di BPM Kota Palembang Tahun 2018.

D. Manfaat

1. Secara Teoritis

Diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan

tentang salah satu teknik mengurangi nyeri persalinan yaitu kompres

hangat serta dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman meneliti dan menambah pengetahuan serta

wawasan dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah

dan penerapannya pada kasus yang nyata.

b. Bagi BPM dan Petugas Kesehatan

Diharapkan berguna dalam memberikan motivasi untuk penerapan

kompres hangat dalam mengurangi nyeri ibu bersalin kala 1 fase aktif.

c. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan

Kebidanan
6

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan refrensi untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian

Menurut Kuswanti, Ali (2014, p. 1) Persalinan adalah proses

pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui

vagina ke dunia luar uterus.

Menurut Manuaba, (1998) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup

bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Nurasiah, 2012, p. 2).

Menurut Bobak, (2006) Persalinan adalah proses pergerakan keluar

janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalkui jalan lahir (Ilmiah,

2015, p. 2).

2. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Kuswanti (2014, p. 2) Sebab-sebab mulainya persalinan belum

diketahui dengan jelas, banyak faktor yang memegang peranan dan bekerja

sama sehingga terjadi persalinan (Muchtar, 1998) diantaranya:

a. Teori penurunan hormon

1-2 minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan

progesteron mengakibatkan relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen

meningkatkan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terjadi

6
7

keseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron, tetapi akhir

kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.

b. Teori Distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik

otot-otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

c. Teori Iritasi Mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini ditekan

oleh kepala janin maka, akan timbul kontraksi uterus.

d. Teori plasenta menjadi tua

Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesteron yang

mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan

kontraksi rahim.

e. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi seab permulaan

persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium pada setiap

umur kehamilan.

f. Indikasi Partus

Partus dapat ditimbulkan sengan pemberian oksitosin drip, menurut

tetesan perinfus dan pemberian gagang laminaria ke dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, sehingga

timbul kontraksi dan melakukan amniotomi.

3. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut (Nurasiah, 2012, p. 7) Tanda-tanda persalinan, yaitu:

a. Terjadinya his persalinan


8

His persalinan mempunyai sifat:

1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan

2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin

besar.

3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus

4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

a) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat

dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang

menjadikan perdarahan serviks.

b) Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.

Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan

lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil.

4. Mekanisme Persalinan Normal

Menurut Kuswanti, (2014, p. 87) Mekanisme persalinan normal

merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan ukuran dirinya

dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Mekanisme ini

diperlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada

satu garis lurus dengan diameter paling besar dari panggul.

Diameter kepala janin yang perlu diperhatikan:

a. Diameter biparietal: jarak antara 2 parietal (9,5 cm)


9

b. Diameter suboccipito bragmatika: jarak antara pertemuan leher dan

oksiput ke sinsipital (11,5 cm)

c. Occipitomento: jarak dari ubun-ubun kecil ke mentium (dahi) 12,5 cm

– 13,5 cm

Gerakan-gerakan janin dalam persalinan yaitu:

a. Engagement

Adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas

panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik di dalam jalan lahir

dan sedikit fleksi. Pada primi gravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan, sedangkan paa multigravida dapat terjadi pada awal

persalinan.

b. Penurunan

Dimulai sebelum onset persalinan atau inpartu. Penurunan kepala

terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang

mendukung menurut Cuningham dalam buku obstetri William (1995)

dan ilmu kebidanan varney (2002) yaitu:

1) Tekanan cairan amnion

2) Tekanan langsung fundus pada bokong janin

3) Kontraksi otot abdomen

4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang

c. Fleksi

Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju, tetapi

kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar


10

panggul. Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka

diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm,

posisi dagu bergeser ke arah dada janin. Pada pemeriksaan dalam

ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun besar.

d. Rotasi dalam

Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian

terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai di bawah

simpisis. Sebab-sebab adanya putaran paksi dalam:

1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak

fleksi

2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang

disebelah depan atas yaitu hiatus genetalis antara muskulus levator

ani kiri dan kanan.

e. Ekstensi

Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit

langsung pada margo inferior simpisis pubis. Penyebabnya

dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul menagarah

ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara

ekstensi agar dapat melaluinya.

f. Rotasi luar

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh

faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam. Rotasi luar

merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung


11

janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadikum

kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu.

Putar paksi luar ini menjadikan diameter anteroposterior pintu bawah

panggul, di mana satu bahu di anterior di belakang simpisis dan bahu

yang satunya di bagian posterior di belakang perineum. Sutura

sagitalis kembali melintang.

g. Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang

sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu

belakang dan badan seluruhnya (Kuswanti dan Fitria, 2014, p. 87).

5. Tahap-Tahap Persalinan

Menurut Kuswanti, (2014, p. 5-8) Tahapan persalinan dibagi menjadi

4 macam:

a. Kala I

Pada kala serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala

1 dinamakan pula kala pembukaan dinyatakan partus dimulsi his

timbul, dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his wanita. Lendir

bersemu darah disertai sengan pendataran dinyatakan partus. Lendir

yang bersemu darah yang disertai pendataran. Lendir bersemu darah

berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka

dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang

berada di sekitar kanalis servikalis (karena pergeseran krtika serviks.


12

Proses membukanya serviks dibagi dalm 2 macam.

1) Fase laten

Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 macam:

a) Fase akselarasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselarasi

Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari

9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida

pun terjadi demikian, namun fase laten, fase aktif terjadi lebih pendek.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan

multigravida. Pada primigravida Ostium Uteri Interna (OUI) akan

membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis,

baru kemudian Ostium Uteri Eksterna (OUE) membuka. Pada

multigravida OUI sudah sedikit membuka, OUI dan OUE serta

penipisisan dan pendstaran serviks terjadi dalam yang sama.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir

lengkap atau telah lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks


13

uteri telah lengkap. Pada multigravida kala I berlangsung kira-kira 13

jam dan pada multigravida kira-kira 7 jam.

b. Kala II

Kala ini disebut juga sebagai kala pengeluaran. Kala ini dimulai

dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kalai ini his

menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.

Dalam fase ini dirasakantekanan pada otot-otot dasar panggul uang

menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada

rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai

menonjol danmejadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva

pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi makan

kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan engan his dan kekuatan

mengejan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksiput

dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.

Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan

dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5

jam dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam.

c. Kala III

Disebut juga kala uri. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras

dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir

dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.


14

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira

100-200 cc.

d. Kala IV

Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam etelah bayi dan

uri

lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan postpartum. Pada primigravida, lama kala I yaitu 13 jam,

kala II 1 jam, kala III ½ jam, lama persalinan 14 ½ jam. Pada

multigravida, lama kala I 7 jam, kala II ½ jam, kala III ¼ jam, lama

persalinan 7 ¾ jam.

6. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan dari asuhan persalinan antara lain:

a. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu

dan keluarga selama persalinan dan kelahiran.

b. Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani

komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini

selama persalinan dan kelahiran.

c. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri

untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu.

d. Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan intervensi

minimal tahap persalinannya.


15

e. Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi

yang aman.

f. Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan,

adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam

persalinan.

g. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.

h. Membantu ibu dengan pemberian ASI dini (Kuswanti, 2014, p. 8).

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Pengertian

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,

bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Ilmiah, 2015,

p. 98).

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial,

atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Wiarto, 2017, p.

8). Nyeri menyebabkan penderitaan dan stress. Katekolamin dilepaskan dari

medula adrenal dan menyebabkan penurunan pengosongan lambung, mual,

muntah, dan peningkatan tekanan darah. Nyeri yang tidak mereda dapat

meningkatkan respons terhadap nyeri berikutnya. Emosi yang berkaitan

dengan nyeri anatara lain ansietas, ketakutan, kemarahan, atau keputusasaan

(Murray, 2013, p. 113).

2. Proses Terjadi Nyeri atau Mekanisme Nyeri


16

Menurut Ilmiah, (2015:99-100) Ada empat tahapan terjadinya nyeri:

a. Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious

stimuli) dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-

ujung saraf. Stimulasi ini dapat berupa stimulasi fisik (tekanan), suhu

(panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologi

karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar

daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi

proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang

nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut diatas dan

penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang

yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri, misalnya rabaan. Sensitisasi

perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu

hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis

dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih

lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor

yang kemudian menjadi impuls syaraf.

b. Transmisi

Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari

nosiseptor saraf perifer melewati kornudorsalis, dari spinalis menuju

korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses

polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati

neurotransmitter.

c. Modulasi
17

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat

meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan

terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-

macam neurotansmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel

otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area

periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre

maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di

nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

d. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls

nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf

sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional

(hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri

yang dirasakan.

3. Klasifikasi Nyeri

Menurut Ilmiah, (2015, p. 100) Klasifikasi nyeri secara umum terdiri

dari:

a. Nyeri akut

Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik

sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa

merespon nyeri akut secara fisiologis dan dengan perilaku. Secara

fisiologis: diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatam

pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.

b. Nyeri Kronik
18

Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam

gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya,

dimulai stelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa

detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhubungan dengan kerusakan

jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

4. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri mengacu pada tingkat keparahan sensasi nyeri itu sendiri.

Untuk menentukan tingkat nyeri, klien diminta untuk menilai intensitas

nyeri pada sebuah pada sebuah skala numerik, seperti 0 sampai 10, dengan

0 bearti tidak mengalami nyeri sama sekali dan 10 adalah kemungkinan

nyeri yang terburuk. Selain menggunakan skala numerik, dapat juga

digunakan serangkaian kata-kata yang menilai intensitas nyeri, seperti tidak

ada sama sekali, ringan, sedang, parah, dan sangat parah. Apabila klien

tidak memperlihatkan ekspresi nyeri, penggunaan skala nyeri menjadi

penting untuk menyampaikan intensitas nyeri. Jika penggunaan skala

diterangkan di awal persalinan, wanita dapat merasa nyaman menggunakan

metode ini selama proses persalinan dan kelahiran (Reeder, 2013, p. 152).

5. Toleransi Nyeri

Keberadaan dan intensitas sensasi nyeri, yang di tandai oleh ekspresi

nyeri, harus dibedakan dari toleransi klien terhadap nyeri tersebut.

Toleransi nyeri dapat didefinisikan sebagai durasi atau intenistas nyeri yang

ingin di tahan klien tanpa pereda nyeri. Toleransi nyeri jelas berbeda antara

satu klien dengan klien yang lain. Beberapa klien menyatakan bahwa

sensasi nyeri dirasakan berat, meskipun mereka berkeinginan untuk


19

menoleransi nyeri tanpa meminta pereda nyeri. Klien seperti ini

mempunyai sebuah toleransi yang tinggi terhadap nyeri. Klien lain

meminta tindakan pereda nyeri saat mereka menggolongkan nyeri sebagai

nyeri ringan. Klien ini mempunyai toleransi yang rendah terhadap nyeri.

Selama proses melahirkan, wanita diharapkan dapat menahan atau

menoleransi sejumlah nyeri tertentu untuk memastikan kesehatan diri dan

bayinya (Reeder, 2013, p. 152).

6. Penatalakasaan Nyeri

Menurut Ilmiah, (2015, p. 102-105) Pada umumnya untuk mengatasi

nyeri selama persalinan digunakan farmakologis yaitu dengan

menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan cara

nonfarmakologis atau tanpa obat.

a. Cara farmakologi

Cara farmkologi dengan pemberian obat-obatan analgesik yang bisa

disuntikkan, melalui infus intra vena yaitu syaraf yang mengantar nyeri

selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan

pertentangan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek

pada aktivitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi

dapat secara langsung maupun tidak langsung.

b. Metode non farmakologi

Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sanagt penting

karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat


20

persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai

efek alergi maupun efek obat.

1) Distraksi

Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri

merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif

afektif lainnya. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri

dengan stimulasi nyeri yang di transmisikan ke otak, distraksi dapat

berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan

aktivitas fisik dan mental yang sangat kompleks.

2) Relaksasi

Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks. Maksudnya

ketika seluruh sistem saraf, organ tubuh, dan panca indra kita

beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada, kita pada

dasarnya tetap sadar salah satu cara yang palig umum gunakan adalah

control pernapasan. Dengan menarik nafas dalam-dalam kita

mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan ke seluruh

bagian tubuh. Hasilnya kita menjadi lebih tenang dan stabil. Menurut

Sitiava, 2016, manfaat relaksasi dalam persalinan yaitu:

a) Mencegah otot-otot dari kelelahan, khususnya otot besar pada

rahim.

b) Menolong ibu mengatasi stres persalinan

c) Menolong menghemat energi

d) Membantu ibu berkomunikasi lebih efektif dengan orang-orang

disekitarnya.
21

e) Membantu bayi dalam proses kelahirannya.

3) Pemijatan/ masase

Masase atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah bentuk

stimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan dalam

menurunkan nyeri secara efektif. Menurut Johariyah dan Ema, (2012,

p. 53) Bidan atau suami bisa melakukan pijatan melingkar dengan

menggunkan bedak atau body lotion untuk mengurangi friksi. Pijatan

mendalam diberikan dengan menggunakan tekanan dengan telapak

tangan, buku jari atau benda-benda seperti bola tenis. Sebagian wanita

mungkin akan merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan,

elusan ringan diatas seluruh perut dengan menggunakan kedua tangan

dan dengan ujung jari menyentuh symphisis pubis, melintas diatas

fundus uteri dan kemudian turun ke kedua sisi perut, atau dimana rasa

nyeri kontraksi uterus biasanya dirasakan.

4) Berendam air hangat

Berendam di air hangat akan menyebabkan vasodilatasi dan

otot dimana tekanan darah akan menurun, mengurangi trauma

perineal, emosi membaik, membebaskan nyeri dan menstimulasi

dlatasi servikal.

5) Hipnoterapi

Suatu proses sederhana agar diri kita berada pada kondisi rileks,

tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau tujuan.

6) Imajinasi terbimbing
22

Imanijasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan

imajinasi untuk mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan

menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri.

7) Psiko profilaksis

Cara yang dilakukan adalah melatih ibu agar mempunyai respon

yang positif terhadap persalinan sehingga nyeri persalinan tidak

menimbulkan nyeri persalinan tidak menimbulkan hal-hal yang

mempersulit lahirnya bayi.

8) Akupresur

Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat

akupunktur. Teknik ini menggunakan teknik penekanan, pemijatan,

dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi.

Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan

waktu persalinan (Ilmiah, 2015, p. 102-105).

9) Kompres panas

Menurut Johariyah dan Ema (2012, p. 61) Sebuah studi kecil

mengenai kompres panas yang diletakkan di fundus, menemukan

bahwa tindakan ini akan meningkatkan aktivitas rahim. Kompres

panas meningkatkan suhu kulit lokal dan mengurangi spasme otot.

10. Kompres dingin

Kompres dingin berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri

sendi dan otot, mengurangi pembengkakan dan menyejukkan kulit.

Kompres dingin akan memperlambat transmisi nyeri melalui neuron-

neuron sensorik.
23

7. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Uliyah dan Hidayat, (2015, p. 125-126) Pengalaman nyeri

pada

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai

berikut.

a. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir

sebagian arti nyeri tersebut merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh

berbeagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial

kultural, lingkungan, dan pengalaman.

b. Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya

pada korteks. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu

stimulasi nosiseptor.

c. Toleransi nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri

yang dapat memengaruhi sseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-

obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, penglihatan perhatian,

kepercayaan yang kuat, dan lain-lain. Sementara itu, faktor yang

menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,

nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.


24

d. Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang

terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan

menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri,tingkat persepsi

nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan

fisik dan mental, takut, cemas, usia, serta lain sebagainya.

8. Penilaian Nyeri

a. Skala Penelitian Numerik (Numerical Rating Scale – NRS).

NRS lebih digunakan sebagai penganti atau pendamping VDS,

dalam hal ini klien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan

skala 0 sampai 10. Penggunakan skala NRS biasanya dipakai patokan

10 cm untuk menilai nyeri pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan

dikategorikan menjadi tidak nyeri (0). Nyeri ringan (1 – 3) secara

objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri sedang (4 – 6 )

secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi

nyeri, dapat mendeskripsikanya, dan dapat mengikuti perintah dengan

baik. Nyeri berat (7 – 9) secara objektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respons terhadap tindakan, dapat

menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, serta tidak

dapat diatasi dengan ahli posisi napas panjang, dan distraksi. Nyeri

hebat (10) pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi atau memukul

(Uliyah, 2015:127).
25

Gambar 2.1 Skala NRS


Sumber:Uliyah dan Hidayat, (2015:127)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi. Berat

ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri (Wiarto, 2017, p. 17).

b. Skala Pendeskripsi Verbal (Verbal Desciptor Scale – VDS).

VDS merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsi ini di rangking dari tidak terasa nyeri sampai sangat

nyeri (Nyeri yang tidak tertahankan). Pengukuran menunjukan kepada

pasien skala tersebut dan memintanya untuk memilih intensitas nyeri

yang dirasakanya.

Gambar 2.2. Skala VDS


Sumber:Uliyah dan Hidayat, (2015:127)

c. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale – VAS).

Menurut McGuire dalam Potter dan Perry (2005), VAS merupakan

pengukuran tingkat nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifiksi setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka

paling tepat dan menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada satu

waktu. VAS tidak melebelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari sebuah

garis lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka
26

0 sampai 10 dan memiliki alat pendiskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Pasien diberitahu bahwa 0 menyatakan “tidak ada nyeri sama

sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat

bayangkan. Skala ini memberikan kebebasan kepada pasien untuk

mengidentifiksi keparahan nyeri.

Gambar 2.3. Skala VAS


Sumber:Uliyah dan Hidayat, (2015:128)

C. Konsep Nyeri Persalinan

1. Pengertian

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik

yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta

penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri yaitu

peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter

pupil, ketegangan otot (Ilmiah, 2015, p. 98).

Nyeri persalinan merupakan masalah kebutuhan rasa nyaman yang

sering terjadi pada ibu yang akan melahirkan, nyeri persalinan dapat

disebabkan karena proses pembukaan mulut rahim ketika bayi bergerak

untuk melewati jalan lahir. Penyebab nyeri sebagaimana menurut Bobak

(2005), diantaranya karena kontraksi rahim, sehingga otot-otot dinding

rahim mengerut dan menjepit pembuluh darah, jalan lahir atau vagina serta

jaringan otot lunak disekitarnya meregang, rasa takut, cemas, dan tegang

memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres


27

dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri (Uliyah, 2015, p.

126)

2. Anatomi Nyeri pada Persalina

Menurut Murray, (2013, p. 116) Pada waktu mulai terjadi pembukaan

jalan lahir atau mulai terjadi kontraksi rahim secara teratur sampai

pembukaan jalan lahir lengkap, maka rasa nyeri yang timbul diteruskan oleh

saraf yang ke luar dari ruas tulang belakang bagian dada (toraks) ke-11, ke-

12, dan bagian pinggang

(lumbal) ke-1.

Gambar 2.2 Penyebaran nyeri akibat kontraksi


Sumber: Rukiah, dkk. 2014

Gambar 2.3 Lokasi nyeri kala 1 awal


Sumber: Rukiah, dkk. (2014:57)

Pada saat ini nyeri yang timbul dirasakan sebagai nyeri punggung,

nyeri pinggang, dan sebagian besar nyeri pada daerah di bawah perut.
28

Sedangkan nyeri yang timbul setelah pembukaan lengkap sampai bayi

lahir, diteruskan oleh saraf yang ke luar dari tulang belakang bagian

selangkang (sakral) ke-2, ke-3, ke-4 ( Muhardi, 1986, p. 91). Nyeri selama

kala II persalinan berada di area S2-S4 yang dipengaruhi oleh saraf

pudendal dan saraf nyeri somatik (Murray, 2013, p. 16)

Gambar 2.4. Lokasi nyeri kala 1 lanjut


Sumber: Rukiah, dkk. (2014:57)
3. Jalur rasa nyeri pada persalinan

Menurut Johariyah dan Ema, (2012, p. 57-59) Jalur rasa sakit atau jalan

indra ke atas bermula di ujung saraf pengindra di tempat terjadinya trauma.

Impuls tersebut menjalar sepanjang saraf perasa menuju simpul saraf

belakang (dorsal root ganglion) dari saraf belakang yang bersangkutan dan

di teruskan ke massa saraf belakang (posterior horn) dari kumpulan syaraf

tulang punggung (sinal cord), dikenal dengan neuron pertama (first neuron).

a. Nyeri yang akut

Sensasi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang

merupakan serabut syaraf besar yang menampung rasa nyeri yang akut.
29

Rasa sakit jenis ini akan dirasakan sebagai nyeri yang menusuk yang

dengan mudah dapat dilokalisisr oleh pendertitanya.

b. Nyeri yang kronis

Jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda, serabut-serabut syaraf

yang terlibat adalah syaraf yang diameternya lebih kecil dan disebut

serabut C. Nyeri kronis sering digambarkan sebagai sakit yang

membakar yang sulit di lokalisir.

c. Neurontransmitter

Pengiriman rangsangan saraf dilakukan atau dihambat oleh zat-zat

yang disebut neurontransmitter. Zat-zat ini bisa bersifat merangsang

(excitatory) atau mengahambat (inhibitory). Mereka berinteraksi untuk

mempertahankan keseimbangan penalaran rasa nyeri. Salah satu contoh

dari neurontransmitter ini adalah acetylcholine dan satu contoh dari

inhibitory neorotransmitter ialah enkephaline. Larutan anestesi lokal

bertindak dengan bersaing untuk mencapai reseptor accttycholine pada

neuron dan membendung aksi tersebut.

Jalur pengindraan yang memperlihatkan struktur yang terlibat di

dalam menyadari rasa sakit

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf

khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan

oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan distensi rahim. Serat saraf

aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki

medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan

keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (T10 samai L1). Nyeri
30

dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama

pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen

sakral kedua, ketiga, dan keempat (S2 sampai S4). Serabut saraf sensorik

yang dari rahim dan perineum ini membuat hubungan sinapsis pada

kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan

saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari Kala 1 dan disepanjang

Kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi jug perineum

saat bagian janin melewati pelvis.

4. Penyebab Rasa Nyeri Persalinan

Menurut Aprillia, (2014) Rasa nyeri persalinan muncul karena:

a. Kontraksi otot rahim

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta

iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim

merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral.

Nyeri viseral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan

merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan

nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum.

Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan

babas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.

b. Regangan otot dasar panggul

Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri

viseral, nyeri in terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum,

sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut nyeri somatik dan disebabkan
31

peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian

terbawah janin.

c. Episiotomi

Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomi, laserasi maupun ruptur

pada jalan lahir

d. Kondisi Psikologis

Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas.

Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostatglandin

sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan

tubuh menahan rasa nyeri.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan

Menurut Rukiah, (2014, p. 58) Cara yang dirasakan oleh individu dan

reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Rasa takut atau kecemasan

Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual

terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa

takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping)

dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan

kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan

menambah kecemasan.

b. Kepribadian

Kepribadian itu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang

secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi

stres dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.


32

c. Kelelahan

Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin

sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir

masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.

d. Faktor sosial dan budaya

Beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan

membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk

menyatakan perasaan.

e. Pengharapan

Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita

yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan

tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang

terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima

pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia

akan menerima analgesik yang sesuai.

Menurut Ilmiah, (2014, p. 100). Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

kontraksi, yaitu:

a. Intensitas dan lamanya kontraksi rahim

b. Besarnya janin dan keadaan umum pasien

c. Pasien dengan primipara pada usia tua dan pada usia muda

d. Besarnya janin atau jalan lahir yang sempit

e. Kelelahan dan kurang tidur.


33

D. Konsep Kompres Hangat

1. Pengertian

Merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,

mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa

hangat (Uliyah, 2015, p. 222).

2. Manfaat

Proses penghilangan rasa sakit dengan kompres hangat yaitu

meningkatkan suhu lokal pada kulit sehingga meningkatkan sirkulasi pada

jaringan untuk proses metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat mengurangi

spasme otot dan mengurangi nyeri (Nurasiah, 2012, p. 57)

Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap

meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh

iskemia yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang

nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area

tersebut. Kompres hangat terutama membantu ketika wanita bersalin sedang

mengalami nyeri punggung yang disebabkan oleh posisi posterior oksiput

janin atau tegangan umum pada otot punggung. Kompres hangat dapat dapat

diberikan dengan menggunakan kompres basah hangat atau botol air panas

atau bantalan panas (Walsh, 2008, p. 266)

Kompres hangat dapat membantu ibu rileks di tahap I persalinan.

Persalinan akan jauh lebih sulit jika wanita hamil merasa takut atau tegang.

Rasa takut sangat umum terjadi pada persalinan, khususnya untuk ibu yang

baru pertama kali mau melahirkan. Sentuhan dapat membantu wanita hamil
34

rileks di tahap 1. Kompres dengan kain yang direndam air panas atau dingin

di punggung atau perut akan membuat ibu nyaman sehingga mengurangi

nyeri persalinan (Klein dan Fiona, 2013).

Kompres biasanya dapat mengendalikan rasa nyeri juga memberikan

rasa nyaman sekaligus meredakan ketegangan. Bungkus botol air panas

dengan handuk dan celupkan ke dalam air dingin ntuk mengurangi pegal

punggung dan kram. Kompres memang tak menghilangkan keseluruhan

nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman (Marmi, 2016, p. 87).

Menurut Aini, (2015, p. 153) Air merupakan sarana yang baik bagi

suhu panas, dan lebih baik daripada udara. Dengan air, kita tidak terlalu

banyak terpengaruh oleh panas maupun dinginnya suhu udara, seperti saat

kita mencelupkan (merendam) tubuh kita ke dalam air panas maupun

dingin. Maksudnya, suhu udara di luar bukanlah satu-satunya hal yang

mempengaruhi (rasa tubuh), tetapi media pemindah dan penyampai rasa dan

juga berperan besar dalam menghasilkan pengaruh rasa. Misalnya, suhu air

hangat yang dapat digunakan dalam kondisi biasa berkisar sekitar 46 oC

(Mahmud, 2007). Tugas utama air di sini adalah memompa suhu panas

kepada tubuh, hingga secara perlahan terjadi peringatan mekanis dan

kimiawi yang berdampak positif. Pengaruh lainnya juga kepada tubuh

bagian luar, anggota-anggota tubuh bagian dalam, dan sirkulasi darah. Suhu

panas (panas tubuh) menjadi pendorong yang positif bagi energi tubuh. Ini

terjadi berkat pengaruh efektifnya terhadap komponen-komponen sel yang

terdiri dari berbagai elektron, ion-ion dan lain sebagainya (Mahmud, 2007).

Air hangat (46,5-51,5oC) memiliki dampak fisiologis bagi tubuh, yaitu


35

pelunakan jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenisasi jaringan sehingga

dapat mencegah kekakuan otot, memvasodilatasikan dan memperlancar

aliran darah, sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri.

3. Waktu Pemberian Kompres Hangat

a. Saat ibu mengeluh sakit atau nyeri pada daerah tertentu

b. Saat ibu mengeluh adanya tanda-tanda ketegangan otot

c. Saat ibu mengeluh ada perasaan tidak nyaman

d. Pada kala II, kompres pada perineum akan merealisasikannya juga akan

mengurangi sakit.

Kapan tidak boleh digunakan kompres hangat

a. Saat ibu menyatakan tidak nyaman dengan panas atau dalam keadaan

demam

b. Jika petugas takut kemungkinan terjadinya demam akibat kompres panas

( Nurasiah, 2012, p. 57)

4. Cara kompres hangat

Menurut Uliyah (2015, p. 223) Cara pemberian kompres hangat

adalah sebagai berikut:

a. Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis handuk untuk

memastikan sumber tersebut tidak terlalu panas.

b. Letakkan handuk basah hangat, bantalan panas, kantong pasta silika

yang dipanaskan, atau botol air panas di perut bagian bawah, paha,

punggung bawah, bahu, atau perineum.


36

Adapun cara pemberian kompres hangat pada klien untuk mengatasi

nyeri adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Alat dan Bahan :

1) Botol berisi air hangat (suhu 46oC-51,5oC)

2) Thermometer

3) Sapu tangan

b. Prosedur Kerja

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3) Isi botol dengan air hangat.

4) Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian dikeringkan.

5) Masukkan botol ke dalam kantong kain. Bila menggunakan kain,

masukkan kain pada air hangat lalu diperas.

6) Tempatkan botol/ kain yang sudah diperas pada daerah yang akan di

kompres.

7) Angkat botol/ kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/

masukkanlagi kain ke dalam air hangat lalu peras. Taruh lagi

botol/kain pada daerah yang akan di kompres.

8) Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.

9) Cuci tangan.

E. Kerangka Teori
37

Model konseptual yang menggambarkan hubungan diantara berbagai

macam faktor yang telah diidentifikasikan sebagai suatu hal yang penting bagi

suatu masalah (Siswanto, 2015).

Bagan 2.1. Kerangka Teori


Sebab-sebab mulainya persalinan
1. Teori penurunan hormon
2. Teori distensi rahim
3. Teori Iritasi Mekanik
4. Teori plasenta menjadi tua
5. Teori Prostaglandin
6. Indikasi Partus

Kontraksi Uterus Faktor - faktor yang


mempengaruhi nyeri:
a. Rasa takut atau kecemasan
b. Kepribadian
Nyeri Persalinan
c. Kelelahan
d. Faktor sosial dan budaya
e. Pengharapan
Pengurangan rasa nyeri akibat kontraksi:
1. Kompres hangat
2. Kompres dingin
3. Hidroterapi
4. Counterpressure Vasodilatasi
5. Penekanan lutut
6. Pengeluaran suara (pernafasan)
7. Visualisasi Ny
8. Musik
Sumber: Johariyah dan Ema, 2012
F. Kerangka Konsepb

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2013, p. 83). Dalam penelitian ini variabel independen yaitu

kompres hangat dan variabel dependen nyeri persalinan kala 1 fase aktif.

Kerangka konsep dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


38

Variabel Independen Variabel Dependen

Nyeri Persalinan Kala 1


Kompres Hangat Fase Aktif

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmojo, 2013, p. 105).

Ada pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri persalinan kala 1 fase

aktif di BPM Kota Palembang Tahun 2018.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan

melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang timbul

(Notoatmojo, 2013, p. 50) . Desain penelitian ini yaitu Pre Eksperiment,

dengan rancangan One Group Pretest Posttest, yaitu melakukan pretest (01),

kemudian dilakukan intervensi (X), setelah itu dilakukan posttest (02) pada

kelompok tersebut, bentuk rancangan ini seperti berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Eksperimen 01 X 02

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian


Sumber: Notoatmojo, 2013, p. 58

Keterangan:

01 : Pengukuran pertama (pretest) (sebelum diberikan kompres

hangat)

X : Perlakuan atau Eksperimen (diberikan kompres hangat)

02 : Pengukuran kedua (posttest) (setelah diberikan kompres hangat)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2018

38
43

b. Tempat

Penelitian di laksanakan di :

1. BPM. Fauziah Hatta Am.Keb.

Alamat: Jl Rusun blok 52 lantai 1 No 3, Palembang

2. BPM. Ny. CH. Mala Husin, Am.Keb, SKM, M.Kes.

Alamat: Jl. Merdeka Lrg. Kali Pasir No. 71 RT. 04 RW. 02 Kel. 22 ilir

Kec. Bukit Kecil Palembang.

3. BPM. Hj. Bakiah Azhar, Am.Keb.

Alamat: Jl. Palem 3 blok B2 No.13 Komplek Pusri Sako Palembang.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmojo, 2013, p. 116) Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu

bersalin Kala 1 Fase Aktif primigravida dengan usia kehamilan 37 – 42

minggu di BPM Fauziah Hatta, BPM. Mala Husin, BPM. Bakiah Azhar

berjumlah 30 responden.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

(Notoatmojo, 2013, p. 116). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian

adalah antara 30 sampai dengan 500 ( Sugiyono, 2016). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non random (non

Probability) sampling dengan metode purposive sampling, dimana


43

pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2013, p. 124-

125). Kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi:

1) Usia kehamilan 37 – 42 minggu

2) Ibu bersalin fisiologis

3) Ibu bersalin kala I fase dilatasi maksimal (pembukaan 4 cm – 9 cm)

4) Bersedia menjadi responden.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden, yaitu 11 responden

dari BPM Fauziah Hatta, 12 responden dari BPM Mala Husin, dan 7

responden dari BPM Bakiah Azhar. Semua sampel sesuai dengan kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, dan tidak ada yang drop out.

D. Variabel (cara pengukuran dan cara pengamatan)

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmodjo, 2013, p. 103). Di dalam penelitian ini terdapat

dua variabel yaitu variabel independen (bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi/ yang menjadi sebab timbul atau berubahnya variabel

dependent (terikat) dan variabel dependent merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent

(bebas) (Korompis, 2015). Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel independent dalam penelitian ini yaitu memberikan kompres


43

hangat pada ibu bersalin.

Cara pengukuran variabel independent yaitu SOP kompres hangat.

2. Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu nyeri persalinan kala 1 fase

aktif.

Cara pengukuran variabel dependent yaitu dengan lembar observasi skala

nyeri NRS (Numeric Rating Scale) 1-10 dengan 5 kategori yaitu 0= tidak

nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9), nyeri

hebat (10).

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Variabel
bebas
Kompres Memberikan Intervensi SOP Sebelum Nominal
Hangat kompres kompres Sesudah
hangat hangat
menggunakan
botol berisi air
hangat (46-
51,5oC) dengan
alas pakaian
ibu itu sendiri
selama 20
menit di
punggung/
pinggang/ di
daerah bawah
perut
2. Variabel
terikat
Nyeri Pengalaman Observasi Skala 1. 0= tidak nyeri Ordinal
Persalinan subyektif nyeri 2. 1-3= Nyeri
tentang sensasi NRS ringan
fisik yang (Numeric 3. 4-6= Nyeri
disebabkan Rating sedang
oleh kontraksi Scale) 1- 4. 7-9= Nyeri
uterus, dilatasi 10 berat
dan penipisan 5. 10= Nyeri
serviks, serta Hebat
penurunan (Uliyah dan
janin selama Hidayat, 2015
persalinan
(Ilmiah, 2015,
43

p. 98)

F. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SOP kompres

hangat, botol berisi air hangat (46-51,5oC), thermometer air, lembar formulir

observasi dan informed consent.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini

bearti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

tetap bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmojo, 2013, p. 164).

NRS merupakan pengukur skala nyeri yang telah baku sehingga pada

penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali (Hjermstad

2011). Penelitian yang dilakukan oleh Hawker tahun 2016 mengenai hasil uji

reliabilitas dengan menggunakan test-restest didapatkan hasil r=0,96 (r> 0,70).

Berdasarkan Gabrenya, nilai r> 0,70 pada uji reliabilitas menggunakan test-

retest menunjukkan bahwa NRS merupakan instrumen yang reliable. NRS juga

cocok digunakan untuk usia remaja dan dewasa, sesuai dengan responden pada

penelitian ini. Pada penelitian yang dilakukan oleh Basri (2013), dari 4 standar

skala pengukuran nyeri yaitu Wong Baker Faces Pain Rating (WBS), Numeric

Rating Scale (NRS), Faces Rating Scale Revised (FPS-R), Visual Analogue

Scale (VAS) dan Verbal Rating Scale (VRS) didapatkan kesimpulan bahwa
43

WBS sangat baik digunakan untuk anak-anak, sedangkan NRS efektif

digunakan untuk mengkaji nyeri pada orang dewasa dan mempunyai

sensitifitas yang baik. Sehingga peneliti menggunakan NRS sebagai skala

pengukur nyeri (Kuswandari, 2016). NRS dianggap sederhana dan mudah

dimengerti, lebih baik daripada VAS (Yudiyanta, dkk 2015) . Skala ini sudah

biasa dipergunakan dan telah di validasi. (Wiarto, 2017, p. 17).

H. Teknik dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Menurut Korompis, (2015) Data primer merupakan data yang

secara

langsung diambil dari objek atau objek penelitian oleh peneliti

perorangan maupun organisasi. Dalam penelitian ini data - data yang

langsung didapat dari pengamatan lembar observasi pengukuran NRS

(Numerating Rating Scale) di BPM Fauziah Hatta, Mala Husin, dan

Bakiah Azhar.

b. Pengolahan Data

Analisis data pada penelitian tahapan, yaitu :

1). Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut (Notoatmodjo,


43

2013, p. 176).

2). Coding

Setelah semua cara pengumpulan data di editing, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau coding, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

(Notoatmodjo, 2013, p. 177). Dalam penelitian ini dilakukan

coding skala nyeri dengan 5 kategori, yaitu: 1= tidak nyeri (0), 2=

nyeri ringan (1-3), 3= nyeri sedang (4-6), 4= nyeri berat (7-9), 5=

nyeri hebat (10). Coding ini sangat berguna dalam memasukan data

(data entry).

3) Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data, yakni jawab-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau software komputer. Setelah jawaban-jawaban dari

masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau

huruf) dimasukkan ke dalam program komputer, yaitu paket

program SPSS for Window (Notoatmodjo, 2013, p. 177). Pada

penelitian menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.

4) Cleaning

Apabila semua data dari sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan perbaikan (Notoatmodjo,

2013, p. 177-178).
43

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmojo, 2103, p. 182). Variabel yang dianalisis adalah skala

nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kompres hangat.

Untuk analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan

distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Uji non parametric untuk intensitas nyeri sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan kompres hangat yaitu menggunakan

uji statistik Wilcoxon. Karena hipotesis kompratatif kategorik

berpasangan, dimana 2x pengukuran dan jumlah kategori lebih

dari dua (Dahlan, 2015, p. 51). Pada penelitian ini dilakukan 2x

pengukuran yaitu saat sebelum dan sesudah diberikan intervensi,

hasil ukur berjumlah 5 kategori, yaitu tidak nyeri (0), nyeri ringan

(1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9), nyeri hebat (10).

I. Langkah-langkah Penelitian

1. Melakukan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti, seperti jurnal.

2. Menentukan judul penelitian

3. Pembimbing I dan II ACC judul penelitian

4. Melakukan studi awal dan menentukan lokasi penelitian


43

5. Menyusun proposal

6. ACC proposal

7. Seminar proposal

8. Revisi proposal

9. Mengurus ethical clearance

10. Mendapatkan surat izin penelitian

11. Datang ke lokasi penelitian untuk memasukkan surat permohonan izin

penelitian yang di keluarkan oleh institusi

12. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti menyiapkan diri

13. Menentukan sampel dengan teknik non random dengan metode purposive

sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi

14. Peneliti menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada responden

15. Responden mengisi dan menandatangani lembar informed consent

16. Peneliti melakukan pengumpulan data responden tahap pertama (pretest)

dengan skala NRS (Numeric Rating Scale)

17. Peneliti melakukan kompres hangat sesuai dengan SOP kompres hangat

kepada responden

18. Peneliti melakukan pengumpulan data responden tahap kedua (posttest)

dengan skala NRS (Numeric Rating Scale)

19. Peneliti mengolah dan menganalisis data

20. Menyusun laporan hasil penelitian

21. Seminar hasil penelitian

22. Revisi hasil penelitian


43

23. Pengumpulan skripsi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan

institusi.

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Yessie. 2014. Konsep Nyeri Persalinan..


http://www.bidankita.com/nyeri-persalinan/7/ Diakses tanggal 07 Januari
2018.

Andreinie, Ria. 2016. Analisis Efektivitas Kompres Hangat Terhadap Penurunan


Nyeri Persalinan. Bandung: STIKes ‘Aisyiyah Bandung.

Antriana, Inna. 2016. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Pengurangan Nyeri


Persalinan pada Kala 1 Fase Aktif fi BPS Bidan Kokom Komariah Cijati
Majalengka Tahun 2016. Majalengka: STIKes YPIB Majalengka.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2015. Statistik untuk Kedoteran dan Kesehatan. Jakarta:


Epideimiologi Indonesia

Dewi, Niwang Ayu Tungga. 2016. Patologi dan Patofisiologi Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Fitrianingsih, dan Wandani. 2018. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Rasa


Nyeri Persalinan Kala I Fase Persalinan Fase Aktif di 3 BPM Kota
Cirebon. Cirebon: Poltekkes KemenkesTasikmalaya

Ilmiah, Widia Shofa. 2015. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Johariyah dan Ema Wahyu Ningrum. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media.

Klein, Susan dan Fiona Thomson. 2013. Panduan Lengkap Kebidanan.


Yogyakarta: Pallmall Yogyakarta.
43

Korompis, Grace. 2015. Biostatistika untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kuswandari. 2016. BAB III Metode Penelitian.


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5841/7.%0BAB%20III.p
df?sequence=7&isAllowed=y. Diakses tanggal 06 Januari 2018.

Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Nurasiah, Ai. Dkk.2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT.
Refika Aditama.

Marmi. 2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Muhardi, Muhiman. 1986. Persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.

Murray, L Michelle dan Gayle M. Huelsmann. 2013. Persalinan & Melahirkan.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Notoatmojo, Soekidjo. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &


Keluarga. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Rukiah, Ai Yeyeh, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: CV


Trans Info Media.

Rosalinda, Dessy, dkk. 2011. Perbedaan Teknik Kompres Hangat dan Teknik
Masase untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I di BPS Nining Haryuni
dan BPS Nurhasanah di Bandar Lampung Tahun 2011. Lampung: Prodi
Kebidanan Metro Poltekkes

Safitri, Yenni. 2014. Efektvitas Kompres Hangat Terhadap Penurunan Intensitas


Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Dikampar Bersalin di RSUD Arifin
Achmad Tahun 2013. Riau: STIKes Tuanku Tambusai Riau.

Siswanto, Susila, dan Suyanto. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan dan


Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
43

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2015. Keterampilan Dasar


Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku


Kedokteran.

Wahyuni, Intan Dewi. 2014. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Bersalin Di Rb. Ananda Desa Jabon
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Mojokerto.

Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastuti. 2016. Asuhan Kebidanan


Persalinan & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Barupres.

Wulandari, Priharyanti, dkk. 2016. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat


terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Di Rb. Mardi
Rahayu Semarang. Semarang: STIKES Widya Husada Semarang.

Wiarto, Giri. 2017. Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
43

LAMPIRAN
BAB IV

PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Profil BPM Choirul Mala Husin Palembang

BPM Choirul Mala Husin Palembang terletak di Jl. Merdeka lrg. Kali Pasir

No. 71 RT. 04 RW. 02 Kel. 22 ilir. Bidan Praktek Mandiri (BPM) ini berdiri

pada tahun 1990, yang dikelola sendiri oleh bidan Choirul Mala Husin.

BPM Choirul Mala Husin melayani seluruh ruang lingkup mayarakat Kota

Palembang khususnya yang berdomisili di Jalan Merdeka dan sekitarnya,

hal ini terlihat dari jumlah kunjungan ibuhamil dan Pasangan Usia Subur

(PUS) yang berasal dari lingkungan setempat rata-rata berjumlah 70-100

kunjungan perbulan. Seiring waktu disertai jumlah kunjungan pasien yang

makin bertambah, maka bidan Choirul Mala Husin menambah tenaga kerja

untuk membantu pelayanan di BPM yang beliau pimpin sementara ini

berjumlah 6 bidan.

a. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari BPM Choirul mala Husin adalah sebagai

berikut:

1) Mendukung program pemerintah dalam rangka menekan angka

kematian akibat persalinan.

2) Meningkatkan profesionalisme kerja bidan dan perawat.

3) Mememlihara dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian.

47
60

b. Motto

BPM Choirul Mala Husin memiliki motto :

1) Sayangi ibu dan balita

2) Pelayanan yang diutamakan

3) Bersih adalah cermin dari iman’

4) Kerja keras dan kemauan kuat

5) Pelayanan prima dan merupakan bagian dari kita semua.

2. Profil BPM Fauziah Hatta

a. Latar Belakang

BPM Fauziah Hatta terletak di Jl. Radial Rumah Susun blok 52 LT.01

No.03 Kel. 26 Ilir Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Selatan. BPM

ini berdiri pada tahun 1981. Klinik buka setiap hari dan 24 jam.

Pengelola dan pendiri klinik ini adalah ibu Hj. Fauziah Hatta, Am.Keb.

b. Ruangan Bidan Praktik Mandiri

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, BPM Hj. Fauziah

Hatta memiliki ruangan antara lain :

1) Ruangan ANC dan berobat

2) Ruangan VK

3) Ruangan perawatan ibu nifas dan bayi

4) Ruang cuci bilas

5) Ruang tunggu
60

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Bidan Praktik Mandiri Hj. Fauziah Hatta ini memiliki fasilitas untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut melalui program yang

ditentukan berdasarkan kesehatan masyarakat setempat serta tuntunan

dan kebutuhan masyarakat. Program BPM Hj. Fauziah Hatta, yaitu:

1) Promosi kesehatan

2) KIA/ KB

3) Pengobatan

4) Imunisasi

Tenaga kerja di BPM Hj. Fauziah Hatta :

1) Pimpinan klinik : 1 orang bidan

2) Bidan honorer kontrak : 5 orang

d. Visi dan Misi

1) Visi

Sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat dan kebidanan

yang aman dan profesional, unggul dalam kualitas pelayanan agar

dapat memenuhi kebutuhn masyarakat.

2) Misi

Mempunyai tujuan yang sama untuk mendukung program

pemerintah dalam menurunkan AKI/AKB, dengan memberikan

pelayanan yang berkualitas, komprehensif dan menyeluruh dalam

lingkungan kesehatan khusunya kebidanan.


60

3. Profil BPM Bakiah Azhar

BPM Bakiah Azhar terletak di Jl. Palem 3 blok B2 No. 13 Komplek Pusri

Sako Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. BPM ini berdiri pada tahun

1992. Klinik buka setiap hari dan 24 jam. Pengelola dan pendiri klinik ini

adalah ibu Bakiah Azhar, Am.Keb.

a. Ruangan Bidan Praktik Mandiri

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, BPM Bakiah Azhar

memiliki ruangan antara lain :

1) Ruangan ANC dan berobat

2) Ruangan VK

3) Ruangan perawatan ibu nifas dan bayi

4) Ruang cuci bilas

5) Ruang tunggu

b. Tenaga kerja di BPM Bakiah Azhar :

1) Pimpinan klinik : 1 orang bidan

2) Bidan honorer kontrak : 2 orang


60

2. Analisis Univariat

Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

persentase dari variabel-variabel penelitian. Variabel yang dianalisis adalah

skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat. Dalam

penelitian ini menggunakan skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale)

berjumlah 5 kategori, yaitu tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang

(4-6), nyeri berat (7-9), nyeri hebat (10). Data disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi

a. Intensitas nyeri sebelum diberikan kompres hangat

Tingkat nyeri responden sebelum diberikan kompres hangat dapat

dilihat tabel 4.1.

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Responden
Sebelum diberikan Kompres Hangat di BPM Kota Palembang
Tahun2018
Intensitas Nyeri
No Frekuensi Persentase (%)
Persalinan
1 Sedang 7 23,3
2 Berat 23 76,7
Jumlah 30 100
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan tabel 4.1. diatas, dapat diletahui intensitas nyeri responden

sebelum diberikan kompres hangat sebagian besar mengalami nyeri berat

(7-9) berjumlah 23 responden (76,7%).


60

b. Intensitas nyeri sesudahh peberian kompres hangat

Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Responden
Sesudah diberikan Kompres Hangat di BPM Kota Palembang
Tahun 2018
Intensitas Nyeri
No Frekuensi Persentase (%)
Persalinan
1 Nyeri ringan 5 16.7
2 Nyeri sedang 22 73,7
3 Nyeri sangat berat 3 10,0
Jumlah 30 100
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan tabel 4.2, hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan

intensitas nyeri responden setelah diberikan kompres hangat, sebagian besar

mengalami nyeri sedang (4-6) berjumlah 22 responden (73,7%).

2. Analisis Bivariat

Pengujian selanjutnya adalah analisis bivariat, tujuannya untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian kompres hangat terhadap

intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat

dengan menggunakan komputer dengan uji statistik Wilcoxon. Adapun hasil

analisis bivariat dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 4.3.
Pengaruh Pemberian Kompres Hangat terhadap
Intensitas Nyeri Responden di BPM Kota Palembang
Tahun 2018
Sesudah Total
Nyeri Nyeri Nyeri
Ringan Sedang Berat
N % n % n % n %
Nyeri 5 71,4 2 28,6 0 0 7 100
sedang
Sebelum
Nyeri 0 0 20 87 3 13 23 100
60

berat
Total 5 16,7 22 73,3 3 10 30 100
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik wilcoxon
Sesudah – Sebelum
b
Z -5,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Sumber: hasil penelitian (uji wilcoxon)

Tabel 4.3 menggunakan uji statistik Wilcoxon untuk mengetaui pengaruh

kompres hangat terhadap intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan

kompres hangat. Dapat diketahui terdapat terdapat 7 responden mengalami

nyeri sedang (4-6), setelah di kompres hangat 5 responden menjadi nyeri

ringan (1-3), dan 2 responden tetap mengalami nyeri sedang (4-6). Selain itu,

terdapat 23 responden mengalami nyeri berat (7-9) sebelum diberikan kompres

hangat, setelah diberikan kompres hangat 20 responden menjadi nyeri sedang

(4-6), dan 3 responden tetap nyeri berat (7-9). Hasil uji statistik diperoleh nilai

ρ value 0,000 ( ρ<0,05), artinya ada pengaruh yang signifikan kompres hangat

terhadap intensitas nyeri sebelum dan sesudah kompres hangatdi BPM Fauziah Hatta,

Mala Husi, dan Bakiah Azhar.

B. PEMBAHASAN

1. Tingkat Nyeri Responden Sebelum diberikan Kompres Hangat

Hasil analisis univatiat didapatkan hasil sebagian besar ibu bersalin

mengalami nyeri berat (7-9) berjumlah 23 responden (76,7%). Penyebab

nyeri sebagaimana menurut Bobak (2005), diantaranya karena kontraksi

rahim, sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan menjepit pembuluh

darah, jalan lahir atau vagina serta jaringan otot lunak disekitarnya

meregang, rasa takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormon


60

prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat mengurangi

kemampuan tubuh menahan rasa nyeri (Uliyah, 2015, p. 126).

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit

pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini

menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan adanya

pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan (Aprillia, 2014).

Pengendalian rasa nyeri persalinan penting dilakukan untuk memberi ibu

rasa nyaman ketika akan melakukan persalinan, karena hal tersebut

merupakan salah satu asuhan sayang ibu yang merupakan peran dan fungsi

bidan (Andreinie, 2016).

Menurut Febriyatie dalam Elin Supliyani, (2017) nyeri saat persalian

dipengaruhi oleh faktor fisiologis (kontraksi uterus, dilatasi serviks, tekanan

kepala janin pada pelvik, peregangan jalan lahir) dan faktor psikososial

(kecemasan, ketakutan, tingkat pendidikan, kemampuan untuk koping ibu,

lingkungan fisik, kebudayaan dan etnis serta emosional. Berbagai faktor

psikososial menunjukkan pengaruhnya pada persepsi nyeri ibu dan

kemampuan untuk mengatasinya. Nyeri bersifat sangat subjektif, hal ini

dikarenakan manusia adalah pribadi yang unik, setiap orang mengamati,

mengalami, dan menanggapi rasa nyeri dengan caranya sendiri. Ketika ibu

mengalami setres, takut atau terkejut, sistem simpatis dan parasimpatis

terpicu. Kecemasan yang berlebih juga meningkatkan kadar katekolamin

dalam darah yang berakibat meningkatkan aliran darah menuju pelvik dan

peningkatan ketegangan pada otot. Tubuh meresponnya dengan


60

penyempitan dan menghambat aliran darah serta oksigen sehingga

berdampak pada kerja otot rahim. Otot-otot bawah rahim yang seharusnya

bekerja melemas dan membuka malah kaku sehingga bayi tidak dapat turun

ke jalan lahir, hal ini menimbulkan nyeri hebat yang dirasakan ibu.

2. Tingkat Nyeri Responden Sesudah diberikan Kompres Hangat

Hasil analisis menunjukkan adanya penurunan intensitas nyeri responden

setelah diberikan kompres hangat, sebagian besar mengalami nyeri sedang (4-

6) berjumlah 22 responden (73,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rosalinda, dkk (2011) yang berjudul Perbedaan

Teknik Kompres Hangat dan Teknik Masase untuk Mengurangi Nyeri

Persalinan Kala I di BPS Nining Haryuni dan BPS Nurhasanah di Bandar

Lampung Tahun 2011 terhadap 30 responden, hasilnya terdapat 27

responden (90%) mengalami penurunan nyeri, dan 3 responden (10%) tidak

mengalami penurunan nyeri, artinya ada pengaruh kompres hangat untuk

mengurangi nyeri persalinan kala I.

Kompres hangat ini bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,

mengurangi/ membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya

spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Uliyah, 2015). Proses

penghilangan rasa sakit dengan kompres hangat ini, dengan meningkatkan

suhu lokal pada kulit sehingga meningkatkan sirkulasi pada jaringan untuk

proses metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat mengurangi spasme otot dan

mengurangi nyeri (Nurasiah, 2012). Persalinan akan jauh lebih sulit jika

ibu inpartu merasa takut/ tegang. Rasa takut sangat umum terjadi pada
60

persalinan, khususnya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan.

Sentuhan dapat membantu wanita hamil rileks di kala 1. Kompres dengan

kain yang direndam air panas atau dingin di punggung atau perut akan

membuat ibu nyaman sehingga mengurangi nyeri persalinan (Klein dan Fiona,

2013).

3. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I

Fase Aktif

Analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

pemberian kompres hangat terhadap intensitas nyeri responden sebelum dan

sesudah diberikan kompres hangat dengan menggunakan komputer dengan uji

statistik Wilcoxon.. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui terdapat 23

responden mengalami nyeri berat (7-9) sebelum diberikan kompres hangat,

setelah diberikan kompres hangat 20 responden menjadi nyeri sedang (4-6),

dan 3 responden tetap nyeri berat (7-9). Selain itu, terdapat 7 responden

mengalami nyeri sedang (4-6) sebelum dilakukan kompres hangat, setelah di

berikan kompres hangat 5 responden menjadi nyeri ringan (1-3), dan 2

responden tetap mengalami nyeri sedang (4-6), dengan ρ value 0,000.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuni tahun 2014 yang berjudul Pengaruh Pemberian Kompres Hangat

terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Ibu Bersalin di RB. Ananda Desa

Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto menunjukan bahwa

hampir seluruhnya responden mengalami nyeri sedang (4-6) sebelum

dilakukan kompres air hangat yaitu sebanyak 22 responden (73,4%) dan


60

sebagian besar responden nyeri ringan (1-3) sesudah dilakukan kompres air

hangat yaitu sebanyak 20 responden (66,6%). Berdasarkan hasil uji Wilcoxon

didapatkan nilai signifikansi ρ = 0,002 < α = 0,05, artinya ada pengaruh

penggunaan kompres hangat terhadap pengurangan nyeri persalinan kala 1 fase

aktif.

Saat ini banyak sekali cara yang digunakan dalam menghilangkan nyeri

persalinan. Cara untuk menghilangkan nyeri persalinan yang paling efektif dan

efisien adalah tindakan non farmakologi. Menurut Simkin dalam Wahyuni

(2014) kompres hangat suatu teknik non-farmakologi yang dapat digunakan

untuk mengurangi rasa nyeri luka, bekas, operasi dan nyeri persalinan, kompres

hangat ini juga mengurangi respon melawan atau menghindar seperti gemetar.

Suatu studi kecil tentang kompres hangat yang diletakkan didaerah pinggang

atau fundus dengan suhu 45-50,5oC pada ibu inpartu menemukan bahwa

tindakan ini akan mempelancar sirkulasi darah ibu dan dapat memberi

kenyamanan pada ibu. Kompres hangat yang digunakan tidak memiliki efek

samping yang membahayakan.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap ibu bersalin

kala I fase aktif dengan melakukan pemberian kompres hangat selama 20 menit

di bagian punggung bawah ibu bersalin kala 1 fase aktif di area tempat kepala

janin menekan tulang belakang kepala, rasa hangat akan mengurangi rasa

nyeri, hangat akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehingga

memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan.

Menurut Simkin dalam Rosalinda, dkk (2011) kompres hangat juga

merupakan salah satu metode yang dianggap sangat efektif dalam menurunkan
60

kasus-kasus nyeri yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman,

mengurangi atau membebaskan nyeri, mencegah terjadinya spasme otot, dan

memberikan rasa hangat. Memang tidak menghilangkan keseluruhan nyeri

namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Teori ini juga didukug oleh

penelitian Rosalinda, dkk (2011) yang berjudul Perbedaan Teknik Kompres

Hangat dan Teknik Masase untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I di BPM

Nining Haryuni dan BPM Nurhasanah di Bandar Lampung Tahun 2011, hasil

uji statistik menggunakan uji-t didapatkan hasil rata-rata perbedaan skala

sesudah kompres hangat>rata-rata perbedaan skala sesudah masase yaitu 3,63

> 2,47. Artinya bahwa teknik kompres hangat lebih efektif dibanding teknik

masase dalam mengurangi nyeri persalinan kala I. Teknik kompres hangat

merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam pengendalian nyeri

bagi ibu yang memiliki kulit sensitif yang tidak dapat ditoleransi dibandingkan

dengan penggunaan teknik masase. Jika teknik masase dilakukan terhadap ibu

yang memiliki kulit sensitif dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman dan dapat

meningkatkan ketegangan yang timbul akibat adanya respon melawan atau

perasaan menghindar sehingga nyeri yang ibu rasakan tidak akan berkurang

melainkan menimbulkan rasa tidak nyaman

Melalui metode observasi langsung kepada responden, peneliti dapat

mengetahui dan melihat langsung pengaruh kompres hangat yang diberikan

kepada ibu bersalin. Secara keseluruhan berdasarkan apa yang telah peneliti

observasi, semua responden rata-rata mengatakan bahwa nyeri persalinan yang

dirasakannya berkurang walaupun respon yang diberikannya berbeda-beda.


60

Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yenny Safitri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Efektvitas Kompres

Hangat terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di

Kamar Bersalin di RSUD Arifin Achmad Tahun 2013. Hasil penelitiannya,

terdapat penururnan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres

hangat, ini artinya ada pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah

pemberian kompres hangat hangat pada ibu bersalin kala I fase aktif dengan

hasil p-value 0,000.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh

Fitrianingsih, dan Wandani tahun 2018 yang berjudul Pengaruh Kompres

Hangat Terhadap Rasa Nyeri Persalinan Kala I Fase Persalinan Fase Aktif di 3

BPM Kota Cirebon diperoleh hasil nilai koefisien Z sebesar -4.916 dan

Asym.Sig (nilai ρ) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Asym.Sig

(nilai ρ< 0,05. Artinya, setelah pemberian kompres hangat terdapat pengaruh

terhadap rasa nyeri persalinan kala I fase aktif.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Simkin dalam Rosalinda,

(2011) yang menyebutkan bahwa kompres hangat merupakan salah satu

metode yang paling efektif dalam pengendalian nyeri bagi ibu yang memiliki

kulit sensitif yang tidak dapat ditoleransi dibandingkan dengan penggunaan

teknik masase. Jika teknik masase dilakukan terhadap ibu yang memiliki kulit

sensitif dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman dan dapat meningkatkan

ketegangan yang timbul akibat adanya respon melawan atau perasaan

menghindar sehingga nyeri yang ibu rasakan tidak akan berkurang melainkan

menimbulkan rasa tidak nyaman.


60

Dengan demikian dapat dikatakan ada pengaruh pemberian kompres

hangat terhadap intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif di di BPM

Fauziah Hatta, Mala Husin, dan Bakiah Azhar, karena sebagian besar ibu

bersalin kala I fase aktif mengalami penurunan skala nyeri setelah diberikan

kompres hangat. Tindakan ini sangat bermanfaat dalam menurukan nyeri

persalinan karena kompres hangat dapat meningkatkan suhu kulit lokal,

melancarkan sirkulasi darah mengurangi spasme otot, menghilangkan sensasi

nyeri memberikan ketenangan dan kenyamanan pada ibu inpartu sehingga

nyeri dapat berkurang.

4. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitia, peneliti mengalani keterbatasan mengambil

sampel , karena faktor waktu, karena waktu penelitian yang bersamaan

dengan jadwal Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama 1 bulan dan Praktik

Klinik Kebidanan Komprehensif II (PKK II) selama 1 bulan, sehingga

peneliti vakum 2 bulan , oleh karena itu peneliti hanya memperoleh sampel

30 responden, namun itu merupakan ukuran sampel yang layak dalam

penelitian. Selain itu, peneliti harus melakukan pendekatan lebih kepada

responden, karena ada beberapa responden yang apatis, sehingga sulit untuk

diberikan penjelasan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pemberian

kompres hangat terhadap intensitas skala nyeri pada ibu bersalin kala I fase

aktif di BPM Fauziah Hatta, Mala Husin, dan Bakiah Azhar Tahun 2018

selama bulan Februari - Mei, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Proporsi nyeri ibu bersalin sebelum diberikan kompres hangat pada ibu

bersalin kala I fase aktif didapatkan hasil 7 responden (23,3%) mengalami

nyeri sedang (4-6), sedangkan 23 responden (76,7%) mengalami nyeri

berat (7-9) sebelum diberikan kompres hangat,

2. Proporsi nyeri ibu bersalin sesudah diberikan kompres hangat pada ibu

bersalin kala I fase aktif didapatkan hasil 5 responden (16,7%) mengalami

nyeri ringan (1-3), 22 responden (73,7%) mengalami nyeri sedang (4-6),

dan 3 responden (10,0%) tetap mengalami nyeri berat (7-9) sesudah

diberikan kompres hangat.

3. Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. ρ value 0,000, artinya, sig. ρ

value ≤ 0,05 maka ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap

intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif di BPM Fauziah Hatta,

Mala Husin, dan Bakiah Azhar Tahun 2018.

61
B. Saran

1. Bagi BPM Fauziah Hatta, Mala Husin, Bakiah Azhar

Diharapkan agar kompres hangat ini dapat diaplikasikan dalam

penatalaksanaan pengurangan nyeri bagi ibu bersalin kala I fase aktif.

2. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan

Diharapkan dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya, serta

sebagai bahan pembelajaran terkait dengan asuhan kebidanan persalinan untuk

mengatasi nyeri persalinan kala I. bacaan untuk sumber wawasan bagi

mahasiswa di perpustakaan yang dapat dipergunakan untuk bahan

perbandingan dalam menyusun skripsi selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kompres

hangat

untuk mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif dengan jumlah sampel yang

lebih banyak lagi dan menggunakan metode yang lain untuk ditambahkan

sebagai variabel independen serta mengkaji lebih dalam hal-hal yang belum di

bahas dalam penelitian ini.

61

Anda mungkin juga menyukai