Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI DARAH

Disusunoleh :

1. Immanuel Dwi Anansinar Putra (220205242)

2. Imelda Putri Oktaviana (220205243)

3. Isnaini Nur Hidayati (220205244)

4. Laila Ayanaa Maharani (220205245)

22A6

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA

TAHUN 2022/2023
PEMBAHASAN

I. Pengertian
Fisiologi membahas fungsi dan kegiatan zat hidup, seperti jaringan,

sel dan organ. Istilah fisiologi berasal dari kata dalam bahasa

Yunani yaitu physis dan logos yang berarti alam dan cerita. Metode ilmiah

yang digunakan dalam fisiologi bertujuan untuk mempelajari fungsi fisika

dan kimia dari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan

organisme secara keseluruhan.

Darah adalah jaringan, dan, seperti jaringan apapun, mengandung

sel dan fragmen sel. Secara kolektif, sel-sel dan fragmen sel disebut

elemen padat. Sel dan fragmen sel tersuspensi dalam cairan yang disebut

plasma. Oleh karena itu, darah diklasifikasikan sebagai jaringan ikat

cair.Elemen padat pada darah adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit). Bagian ini diproduksi di

sumsum. tulang merah, yang dapat ditemukan di sebagian besar tulang

anak tetapi hanya dalam tulang tertentu pada orang dewasa. (Saladin,

2009). Darah bersifat isotonik, mempunyai tekanan osmotik koloid dan

viskositas

serta memiliki aliran khas yang dipengaruhi oleh susunan eritrosit dan

bentuk eritrosit. Fungsi darah secara umum adalah sebagai media pengirim

bahan makanan atau media transportasi, memelihara suhu tubuh dan

keseimbagan asam basa dalam tubuh (Ganong, 1998). Plasma terdiri dari
protein: albumin, globulin, fibrinogen dan air. Sedangkan Sel terdiri dari:

eritrosit, leukosit dan trombosit.

II. Fisiologi Darah

FISIOLOGI BAGIAN CAIR:

1. Albumin
a) Antioksidan di Dalam Darah
Fungsi albumin dalam menjaga tubuh yang pertama adalah sebagai
salah satu jenis antioksidan dalam darah. Albumin bekerja dengan
mengikat logam dan bereaksi dengan radikal bebas. Radikal bebas
yang dibiarkan begitu saja, justru akan menyebabkan kerusakan
pada sel tubuh. Seperti yang kita tahu, dalam menangkal radikal
bebas, peran antioksidan sangat dibutuhkan untuk mengatasinya.
b) Sebagai Pengikat Darah
Fungsi albumin dalam menjaga tubuh yang kedua yaitu untuk
mengikat darah. Mungkin yang kita tahu bahwa darah berbentuk
seperti cairan. Namun sebenarnya, darah tidak sepenuhnya
berbentuk cairan karena terdapat peran albumin yang mengikat
seluruh bagian sel dengan air sehingga membentuk cairan darah
seperti yang kita kenal.
c) Menjaga Keseimbangan Cairan dalam Tubuh
Fungsi albumin dalam menjaga tubuh yang ketiga yaitu sebagai
penjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Seperti yang disebutkan
sebelumnya bahwa salah satu fungsi albumin dalam tubuh manusia
yaitu untuk menjaga keseimbangan cairan.
Sel-sel yang berada di dalam tubuh memerlukan keseimbangan
cairan untuk mempertahankan fungsinya. Di sinilah fungsi albumin
dibutuhkan, karena jenis protein ini akan menjaga kondisi tersebut
agar tetap dalam kadar normal. Albumin akan mendorong cairan
masuk ke dalam sel yang membutuhkan dan memancarkan cairan
di dalam sel untuk keluar ketika kadarnya sudah berlebihan.

d) Pengangkut Berbagai Nutrisi dan Hormon


Fungsi albumin dalam menjaga tubuh yang keempat yaitu sebagai
pengangkut berbagai nutrisi dan hormon. Albumin dalam darah
akan bertindak sebagai pengangkut dan juga menyebarkan mineral
kalsium, hormon progesteron dan obat-obatan ke seluruh jaringan
tubuh.
Selain itu albumin juga menjadi sarana untuk mengangkut bilirubin
dan pigmen kuning ke seluruh tubuh. Jika tubuh sampai
kekurangan bilirubin, akan menyebabkan efek samping seperti
ikterus, penurunan berat badan, dan kelelahan.
e) Memperbaiki Jaringan Sel yang Rusak
Fungsi albumin dalam menjaga tubuh yang kelima adalah untuk
membantu memperbaiki jaringan sel yang rusak. Albumin berperan
sebagai agen yang akan membentuk ikatan antar sel yang
keberadaannya dibutuhkan dalam proses regenerasi dan perbaikan
sel.
Albumin akan memberi sinyal pada sistem imunitas tubuh jika
terjadi kerusakan sel. Hal inilah yang menyebabkan albumin sangat
erat kaitannya dengan pembentukan sel darah putih. Sel darah putih
sendiri merupakan zat penting yang sangat dibutuhkan dalam
menjaga kekebalan tubuh.
Ketika kadar albumin rendah, maka proses pemulihan jaringan sel
tubuh yang rusak akan melambat dan mengganggu pembentukan
jaringan sel baru. Kondisi seperti ini tentu akan sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan, yang dapat memperlambat proses
penyembuhan suatu penyakit.

2. Globulin :
1. Alpha
Melindungi jaringan dari kerusakan oleh peradangan (alpha-1
antitrypsin); mengangkut hormon tiroid (thyroid-binding
globulin), kortisol (transcortin), dan testosteron dan estrogen
(hormone–binding globulin); mengangkut lipid (misalnya,
kolesterol dalam HDL); mengkonversi besi Fe2+ menjadi Fe3+;
mengangkut hemoglobin yang dilepaskan dari sel-sel darah
merah yang rusak.

2. Beta
Mengangkut besi (transferin), mengangkut lipid (beta lipoprotein)
terutama kolesterol dalam LDL; terlibat dalam imunitas (sebagai
pelengkap)

3. Gama
Terlibat dalam imunitas (sebagaian besar antibodi adalah gama
globulin, tetapi beberapa alpha dan beta globulin) (sa’adah 2018)

3. Fibrinogen :
fibrinogen berperan dalam proses pembekuan darah dengan
membantu mengurangi perdarahan aktif. Bila kadar fibrinogen dalam
plasma darah rendah, darah akan sulit berhenti ketika terjadi
perdarahan.

4. Air :
Air berfungsi Sebagai pelarut dan media suspensi bagi komponen
darah

FISIOLOGI SEL DARAH:

• Eritrosit :
Eritrosit memiliki dua fungsi utama, Untuk mentransport hemoglobin,
yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
(Guyton, 1990). Eritrosit juga Mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Hoffbrand
dkk, 1980).
• Leukosit:
Terdapat lima jenis sel darah putih, yakni neutrofil, monosit, eosinofil,
limfosit, dan basofil. Setiap jenis sel darah putih memiliki fungsi yang
berbeda-beda, seperti mengenali biang penyakit, membasmi kuman,
sampai membuat antibodi untuk melindungi tubuh dari bakteri dan
virus. Berikut beberapa fungsi darah putih yang penting untuk tubuh:

1. Mengirimkan sinyal ke sistem daya tahan tubuh saat terserang


penyakit
Sel darah putih neutrofil bertugas mengirimkan sinyal peringatan ke
sel-sel sistem daya tahan tubuh ketika ada ancaman seperti bakteri,
virus, jamur, patogen. neutrofil juga berperan
membersihkan debris (Stanley, 2009)

2. Melawan bakteri dan parasit


Jenis sel darah putih eosinofil berfungsi untuk melawan bakteri,
infeksi parasit, termasuk sel kanker. Eosinofil dapat mengurangi
respon peradangan dengan memproduksi enzim yang
merusak bahan kimia inflamasi, seperti histamin. Ini akan
mengontrol penyebaran peradangan ke jaringan yang berdekatan.
Eosinofil juga melepaskan bahan kimia beracun seperti oksida nitrat
dan enzim sitotoksik yang menyerang parasit cacing tertentu, seperti
cacing pita, cacing, cacing kremi, dan cacing tambang (Stanley,
2009)

3. Meningkatkan respons imun ketika terserang penyakit


Jenis sel darah putih Basofil bermigrasi ke area cedera dan
menyeberangi endothelium kapiler dan menumpuk di jaringan yang
rusak, di mana sel-sel ini melepaskan butiran-butiran ke dalam
cairan interstitial. Butiran-butiran tersebut mengandung histamin,
yang berfungsi melebarkan pembuluh darah, dan heparin, senyawa
yang mencegah pembekuan darah. Basofil dirangsang melepaskan
bahan kimia ini ke dalam cairan interstitial untuk meningkatkan
peradangan lokal yang diprakarsai oleh sel mast. (Stanley, 2009)

4. Membentuk kekebalan dan mengenali biang penyakit yang pernah


menyerang
Terdapat dua jenis limfosit, yaitu limfosit T secara yang langsung
menyerang dan menghancurkan patogen (bakteri dan virus), terlibat
dalam perusakan sel-sel tumor dan penolakan jaringan cangkok dan
limfosit B yang menghasilkan antibodi yang menyerang bakteri.
(Stanley, 2009)
5. Membersihkan sel mati dari dalam tubuh
Fungsi sel darah putih monosit tak kalah penting yakni sebagai
pengangkut sampah sisa kerja-kerja sistem daya tahan tubuh. Sekitar
lima sampai 12 persen sel darah putih terdiri atas monosit. Setiap sel
mati di dalam tubuh akan dibersihkan dari dalam tubuh oleh sel
darah putih ini. (Stanley, 2009)

• Trombosit :

1. Membantu proses pembekuan darah

Proses di mana trombosit membentuk gumpalan disebut dengan adhesi.

Contohnya, jika Anda mengalami luka akibat terkena pisau pada jari.

Kondisi tersebut akan membuat pembuluh darah Anda terluka dan terjadi

pendarahan. Untuk dapat menghentikan pendarahan tersebut, trombosit di

dalam pembuluh darah akan menempel pada area jari yang terluka. Setelah

trombosit berkumpul dan mulai melekatkan diri satu sama lain. Maka

selanjutnya akan terbentuk gumpalan yang akhirnya menyumbat


pendarahan, atau disebut agregasi. Setelah agregasi, proses berikutnya

adalah pembekuan darah atau koagulasi. Koagulasi ini akan mencegah

tubuh kehilangan darah terlalu banyak dari luka yang Anda alami.

2. Membantu melawan virus yang menginfeksi tubuh

Selain perannya untuk proses pembekuan darah. Trombosit juga dikenal

sebagai sel inflamasi yang dapat membantu sistem kekebalan tubuh.

Trombosit yang diaktifkan memiliki fungsi tromboinflamasi atau

menghubungkan proses koagulasi dengan respons imun dari berbagai

infeksi, termasuk respons terhadap virus

3. Membantu proses penyembuhan luka

Fungsi trombosit lainnya adalah untuk membantu tubuh dalam proses

penyembuhan luka. Dilansir dari penelitian yang terbit di situs

sciencedirect.com, trombosit diduga dapat berkontribusi untuk

memperbaiki jaringan. Trombosit akan membentuk jaringan-jaringan

fibrinogen. Jaringan tersebut akan membantu untuk menutup daerah yang

mengalami luka agar bisa segera pulih.


DAFTAR PUSTAKA
GUYTON. Arthur C. (1990). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC

 Hoffbrand dkk, (1980) , kapita selekta haematologi edisi ke 2,

Jakarta:Dian Rakyat

Sa’adah,s. (2018). Sistem peredaran darah manusia. Uin sunan gunung

djati bandung

Saladin, K. (2009). Anatomy and Physiology: The Unity of Form, and

Function 5th Edition. New York: McGraw Hill Company

Seeley, R.R. Stephent, T.D. Tate P. (2007). Anatomy and Physiology.

Eight Edition.Boston: McGraw Hill Company

Stanley, E. G. (2009). Anatomy & Physiology with Integrated Guide.

Boston: McGraw Hill Education.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and

Physiology. (B. Roesch, Ed.) (12th ed.). New Jersey: John Wiley &

Sons, INc.

Anda mungkin juga menyukai