Anda di halaman 1dari 7

Sahnya Pernikahan Menurut Hukum Perkawinan Adat Jawa

M.Syaiful

HMI Kom.stih amsir,BEM fakultas hukum,UKM seni pena dipa,IMSAB (ikatan


mahasiswa suppa bersatu)

Email : syaifulbompatue@gmail.com

Latar Belakang Masalah

Dalam pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa perkawinan ialah


ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suaministri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU No. 1
Tahun 1974 tersebut dapat diketahui bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Metode atau cara untuk mencapai tujuan perkawinan yang bahagia dan
kekal tidak terperinci dalam UU no. 1 tahun 1974, bahkan setelah diperhatikan
penjelasan Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 juga tidak dijelaskan metode atau cara
untuk mencapai tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, hal itu dapat diketahui
sebagaimana ketentuan Penjelasan Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974 yang menyatakan
bahwa sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila, dimana sila yang pertamanya
iala Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat
sekali dengan agama atau kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mempunyai
peranan yang penting. Membentuk keluarga yang bahagia yang rapat hubungan
dengan keturunan, yang pula merupakan tujuan perkawinan, pemeliharaan dan
pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua. 1 (Dewi Robiyanti,”Hubungan
Hukum Perkawinan Adat Jawa Dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974”Hal.317)

Dalam penjelasan Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 tersebut diperinci lagi bahwa
perkawinan itu mempunyai hubungan erat sekali dengan kerohanian, dengan
demikian perkawinan pertama sekali dibekali dengan pendidikan rohani. Dalam
setiap pelaksanaan perkawinan mulai dari pinangan hingga acara pesta perkawinan
adat jawa, ketua adat jawa selalu memberikan petuah-petuah kepada suami-isteri
yang baru nikah tersebut agar kelak dapat mencapai hidup bahagia dan kekal,
bahsa-bahasa ketua adat jawa tersebut ada yang mengajukan petuah-petuah
berupa kata, kalimat-kalimat da nada juga perumpamaan atau tembang. Pendidikan
moral yang dipaparkan oleh tetua adat jawa yang merupakan pembinaan kerohanian
suami-isteri yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, yaitu : berpikir positif.
Berdasarkan pengetahuan yang dibekali dengan cara berpikir positif maka akan
tercapai tujuan perkawinan yang bahagia dan kekal. 2 (Dewi Robiyanti,”Hubungan
Hukum Perkawinan Adat Jawa Dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974”Hal.318)
Apabila akan diadakna perkawinan orang jawa selalu diberikan didikan
kepada calon suami tentang pendidikan berumah tangga didalam didikan ilmu jawa
ajaran seorang suami memang lebih memfokuskan tentang kebersihan, kelembutan,
dan kehalusan hati yang maknanya yang lebih memfokuskan pada proses
penajaman wilayah batiniah maksudnya memang mendiskusikan mengenai wilayah
batin manusia, jika ditinjau dari sudut pandang agama, maka tertuju pada hakika
yakni memfokuskan pada permasalahan yang bersifat subtansi atau esensi yang
mengandung empat unsur penting.2 (Dewi Robiyanti,”Didikan Budaya Adat Jawa
Dalam Perkawinan Terkait Undang-Undang No.1 Tahun 1974”.Hal.36)

Metode Penelitian

Metode penelitian Ini menggunakan penelitian normative empiris, yakni


penelitian yang dilakukan dengan pendekatan pada norma atau substansi hukum,
dan perbandingan hukum. Penelitian hukum yang memadukan antara penelitian
hukum normative dan penelitian hukum social atau empiris. Pada jenis penelitian
semacam ini peneliti melakukan penelitian dengan mengkombain kedua tipe
penelitian sebagai mana disebut diatas dalam sebuah penelituan. Pendekatan yang
digunakan yakni pedendekatan konseptual yang merupakan pendekatan yang
memberi sudut pandang analisa terhadap penyelesaian permasalahan dalam
penelitian hukum, yang diliat dari aspek dan konsep-konsep hukum yang melatar
belakanginya, bahkan bias juga dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam
penormaan sebuah peraturan yang sekaitan dengan konsep-konsep yang
diguunakan. Penelitian yang digunakan bersifat desktiptif analitis yang itu
menggambarkan, menganalisis, menyimpulkan masalah-masalah yang menjadi
objek penelitian.3 (Muhammad Akbar Fhad Syahril,”Privasi Yang Terpublikasi”.Hal.3-
4,maret 10 2021)

Analisis Dan Pembahasan

Tahapan – Tahapan Hukum Adat Jawa Agar Sahnya Suatu Perkawinan

Sahnya suatu perkawinan orang jawa dilakukan dengan perbuatan dengan


bertahap yang intinya tidak bertentangan dengan agama dan Undang-undang No. 1
tahun 1974. Ketua adat dan pihak laki-laki dan pihak perempuan terutama orang tua
pada saat dilaksanakan acara adat, menyampaikan nasehat, petunjuk dan
pendidikan yang intinya agar kelak perkawinan mereka menjadi bahagia dan kekal
yang merupakan tujuan perkawinan menurut adat jawa, di samping itu pendidikan
terhadap anak-anak disampaikan juga pada acara pelaksanaan adat jawa, karena
orang jawa memandang bahwa keturunan harus semakin meningkat kualitasnya dari
orang tuanya, anak yang akan berguna untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan
Negara.4

Berikut ini tahap-tahap adat jawa yang dilaksanakan pada sebelum nikah dan
sesudah nikah :
1. Sebelum pinangan atau lamaran
Ngeresek adalah orang tua perempuan atau orang tua laki-laki menanyai
keluarga calon perempuan apakah mengenal anak laki-lakinya hal ini terjadi
dikarenakan sebelumnya calon laki-laki memberitahukan kepada keluarganya
bahwa menginginkan perempuan tersebut menjadi isterinya. 5
2. Lamaran
Lamaran artinya meminang, kareena pada jaman dulu diantara laki-laki dan
perempuan yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi
dalam hal ini orang tua lah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan
pada seseorang apakah putrinya sudah atau belum mempunyai salon suami,
dari sini biasa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan
bersama.6
3. Peningsetan atau Tunangan
Peningsetan dilakukan untuk mengikat atau saling mengikat antara laki-laki
dengan calon isterrinya mengadakan tanda sepakat sehingga si laki-laki
dengan calon isteri telah ada kesepakatan atau disebut tunangan. 7
4. Nasihat dan pendidikan orang tua setelah peningsetan (bertunangan) 8
5. Setelah peningsetan atau bertunangan maka, masing-masing orang tua laki-
laki maupun orang tua perempuan memberikan nasehat dan pendidikan
kepada anaknya diantaranya mengenai :
- Perempuan belum mempunyai hak sebagai isteri terhadap calon laki-laki
karena belum melaksankan akad nikah.
- Inti pendidikan adalah agar timbul pemahaman bahwa adanya larangan
untuk berhubungan lebih jauh seperti hubungan suami isteri yang
dilakukan sebelum akad nikah.
- Dilarangnya calon laki-laki maupun perempuan dekat dengan orang lain
berkaitan dengan cinta, guna menjaga hubungan pertunangan tetap baik.
- Menjaga nama baik kedua belah pihak keluarga terutama orang tua agar
tidak menimbulkan fitnah dimasyarakat dikemudian hari. 9
6. Langkahan
Pengertian Langkahan (melangkahi) adalah apabila ada saudara kandung
pihal laki-laki tertua kakak atau abang kandungnya yang belum menikah
ternyata dilangkahi atau adiknya dari yang dilangkahi tersebut menikah
duluan maka hokum adat jawa mengatur tentang bagaimana aturan yang
harus dilakukan keoada yang dilangkahi diberikan berupa peralatan sehari-
harinya. Mialnya : pakaian, makanan, uang saku kepada yang dilangkahinya
saudaranya tersebut.10
7. Gethok dina
Acara gethok dina adalah acara penentuan hari ijab qabul dan repsesi,
biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari,
tanggal dan bulan yang baik atau kesepakatan kedua belah pihak saja. 11
8. Memahami mengenai tutur atau silsilah keluarga
Bahwa keluarga tidak terlepas dari kekerabatan baik pihak perempuan
dengan dasar tidak membedakan pihak laki-laki maupun pihak perempuan,
orang jawa memiliki sifat kekerabatan yang kolektif atau kebersamaan yang
tinggi, jadi untuk itu perlu didikan atau dinasehati untuk bagaimana menjalin
hubungan keluarga, maka dari itu dijelaskanlah mengenai tutur atau struktur
keluarga calon istri atau suami sebelum pinangan terjadi dalam arti calon
pengantin dikenalkan ketika datangnya keluarga pihak laki-laki di rumahnya
pihak perempuan, guna mengenal mana-mana yang dimaksud yang biasa
disebut paklek atau adik dari ayah calon mertuanya, lalu buklek atau disebut
adik dari ayah calon mertuanya dan wakwak atau abang dari calon
mertuanya.12
9. Serah-serahan
Proses selanjutnya setelah pihak laki-laki menyelesaikan proses langkahan
maka calon laki-laki tersebut datang bersama kerabatnya ke rumah keluarga
pihak perempuan untuk menanyakan kapan saat yang baik untuk
keluarganya datang terkait pelaksanaan pinangan atau lamaran, dan
menjelaskan beberapa orang pihak keluarganya yang datang untuk
menghadiri dan untuk mengetahui persiapan setelah keluarga pihak
perempuan sepakat menentukan waktu, maka juga calon laki-laki yang
datang bersama kerabatnya tersebut menjelaskan juga tentang serahan atau
pembrian keluarga pihak laki-laki, besar kecilnya serahan tersebut telah
dimusyawarahkan terlebih dahulu oleh orang tua keluarga laki-laki,
selanjutnya datanglah pihak laki-laki pada waktu yang telah ditentukan atau
disepakati.13
10.Sanksi terhadap pihak yang ingkar kesepaktan pada pinangan atau lamaran
Pada masyarakat jawa bahwa kesepaktana adalah merupakan janji yang
harus ditepati, berarti janji itu adalah berupa hutang yang harus dibayar.
Masyarakat jawa telah mengantisipasi sanksi hokum adat terhadap pihak
yang mengingkari janji yang telah disepakati masing-masing pihak laki-laki
dengan pihak perempuan.14
11.Traktak dan tarub
Setelah urusan data-data syarat pernikahan selesai maka selanjutnya akan
diteruskan tentang adat, persiapan atau perlengkapan untuk melaksanakan
adat adalah keluarga pihak perempuan melakukan traktak dan tarub. 15
12.Siraman
Sebelum diadakan akad nikah, menurut hokum adat jawa bahwa pihak
keluarga perempuan mengadakan adat siraman. Acara siraman diadakan
satu hari sebelum pernikahan diadakan acara siraman calon manten
perempuan maksudnya untuk membersikan jiwa dan raga calon manten
perempuan.16
13.Pasang tuwuhan
Tuwuhan yang berarti tumbuh-tumbuhan ini diketakkan di tempat siraman.
Juga menambah buah-buahan seperti setandan pisang pada masing-masing
sisi sebagai harapan bahwa agar sang pengantin kelak cepat mendapatkan
buah hati atau anak.17
14.Berjualan dawet
Setelah acara siraman selesai bapak ibu calon pengantin wanita membuat
acara jualan dawet (cendol) yang dibagikan secara gratis, dengan harapan
dan doa semoga kiranya tamu yang diundang dalam pesta datang kemruet
dalam arti ramai seperti dawet juga sebagai hidangan para tamu undangan
yang hadir menyaksikan prosesi yang telah berjalan. Tetapi dawet tidak
dibayar dengan uang, melainkan dengan krewang atau pecahan tembikar dari
tanah liat sebagai tanda bahwa pokok kehidupan berasal dari bumi. 18
15.Potong tumpeng
Tumpeng merupakan sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk-pauk
yang ditata mengelilinginya diatas nampan bulat yang terbuat dari anyaman
bamboo. Dalam ritual adat perkawinan jawa, tumpeng identic dengan symbol
kemakmuran dan kesejahteraan karena dengan bentuknya menyerupai
gunung. Prosesi pemotong tumpeng ini akan dilakukan oleh ayah dan ibu
dengan mengambil bagian puncak tumoeng dan lauk pauknya. 19
16.Dulangan pungkasan atau suapan terakhir.
Prosesi suapan terakhir oleh ayah dan ibu kepada calon pengantin sebagai
tanda tanggung jawab dari orang tua kepada anaknya yang telah menikah. 20
17.Tanam rambut dan lepas ayam
Menanamkan potongan rambut kedua calon mempelai bermakna agar segala
hal buruk dijauhkan dari rumah tangga kedua anaknya. Setelah itu akan
dilanjutkan dengan pelepasan ayam jantan hitam yang menandai bahwa
kedua orang tua telah mengiklaskan ankanya hidup mandiri bagaikan seekor
ayam yang sudah dapat mencari makan sendiri. 21
18.Midodareni
Midodareni artinya bidadari, sehingga harapan dari ritual malam sebelum
melepas masa lajang ini adalah sang pengantin wanita akan terlihat cantik
esok harinyan seperti bidadari dari surge.22
19.Pelaksanaan pernikahan
Setelah pihak laki-laki dan pihak perempuan mempersiapkan syarat-syarat
berupa surat-surat berhubungan dengan pernikahan. Tahapan yang harus
dilakukan sebelum dilakukan pernikahan, maka pihak laki-laki dan pihak
perempuan mempersiapkan berkas-berkas berupa:
a. Mengajukan surat permohonan akad nikah ke pengurus masjid
lingkungan.
b. Suray keterangan NI (surat keterangan untuk nikah) dan N4 (surat
keterangan tentang orang tua).
c. Bukti imunisasi calon pengantin perempuan, kartu imunisasi yang
terbitkan oleh puskesmas setempat.
d. Fas foto ukuran 3x2 (tiga lembar)
e. Bagi anggita TNI/Polri membawa surat ijin dari atasan masing-masing
f. Dispensasi dari kantor kecamatan apabila hari pernikahan baru
didaftarkan kurang dari sepuluh hari kerja.
g. Berkas asli dan foto copy KTP
h. Berkas asli dan foto kopy KK
i. Berkas asli dan foto copy akta kelahiran
j. Akta pernikahan orang tua
k. Dokumen lain yang diperlukan oleh masjid, KUA, atau tempat akad nikah
akan dilaksanakan.23
20.Pakaian pengantin adat jawa
Pakaian pengantin menurut adat jawa mempunyai makna filosofi yang sangat
bagus berupa harapan yang akan berlangsungnya kehidupan rumah tangga
yang kekal saling berbagi daj mengisi dengan cinta kasih dan harapan akan
dikaruniai hidup sejahtera.24
21.Panggih penaganten atau pertemuan kedua pengantin
Panggih penganten atau pertemuan penganten, yang dahulu ternyata dalam
acara inilah pertama kali kedua pengantin pertama kali bertemu yang karena
sebelumnya keduanya tidak pernah berjumpa ataupun saling mengenal,
prosesi dalam acara panggih.25
22.Sinduran
Sinduran adalah kain sinduran berwarna merah dan putih di harapkan akan
memberikan keberanian bagi kedua pengantin agar menjalani pernikahan
mereka dengan sangat penuh gairah, pada ritual ini, keduanya akan dibalut
dengan kain sindur sembari diantar menuju pelaminan oleh sang ibu
mempelai wanita.26
23.Bobot timbangan
Setelah kedua pengantin duduk dikursi pelaminan, akan dilangsungkan adat
jawa dengan cara memangku kedua mempelai. Kemudian, ibu pengantin
akan naik ke atas panggung untuk menanyakan pada sang ayah, siapa yang
akan lebih berat diantara mereka.27
24.Duluangan atau menyuapai
Adapun ritual saling menyuapi sebanyak tiga kali adalah sebagai symbol
bahwa kedua pasangan akan selalu menolong satu sama lain dan juga akan
saling memadu kasih hingga tua.28
25.Salaman
Semua nasehat, arahan bagaimana berkeluarga yang dapat mencapai hidup
bahagia dan kekal pendidikan dan perbuatan atau pelaksanaan yang telah
diadakan dalam acara yang penuh dengan simbol-simbol, pengantin
besalaman dengan penuh suka cita. 29
26.Sungkeman
Seluruh prosesi upaca dalam adat jawa akan diakhiri dengan acara
sungkeman, yaitu berlutut didepan kedua orang tua masing-masing mempelai
sebagai bentuk penghormatan karena telah membesarkan mereka hingga
akhirnya dapat menjalani kehidupan baru bersama pasangan. 30

Demikianlah seluruh prosesi pernikahan perkawinan adat jawa beserta


makna-makna tersiratnya, seperti yang telah disebutkan diatas, maka kedua
pasangan pengantin telah direstui pernikahannya jika sukses melewati tiap tahapan-
tahapan dari prosesi hajatan hinggan acara puncank berua hiburan. 31 (Dewi
Robiyanti,4-31”Didikan Budaya Adat JAwa Dalam Perkawinan Terkait Undang-
Undang No.1 TAhun1974”,Hal.37-42)

Penututp

Dalam melaksanakan Hukum Adat jawa dilakukan dengan tahapan atau


langkah-langkah, tahapan tersebut dilakukan secara mutlak dan bila tahapan-
tahapan itu tidak dilaksanakan sesuai dengan urutan maka perkawinan itu dianggap
tidak sah. Sahnya perkawinan menurut adat jawa dalam perkawinan apabila
dilakukannya tahapan-tahapan adat perkawinan itu sendiri agar mendidik generasi
penerus mengenal filosofi adat jawa dalam perkawinan. Suku jawa memandang
perkawian itu adalah sacral, dengan demikian sangat diperlukan pandangan maksud
dan tujuan perkawinan itu agar perkawinan berlangsung dengan baik yang
mengarahkan kepada didikan atau pemahaman ilmu adat jawa sehingga sulit terjadi
perceraian.

Referensi

Dewi Robiyanti, ‘Didikan Budaya Adat Jawa Dalam Perkawinan Terkait


UndangUndang No 1 Tahun 1974’, AFoSI-LAS, Vol.1, No.2, Juni
2021

Dewi Robiyanti, ‘Hubunagn Hukum Perkawinan Adat Jawa Dengan Undang-Undang


No.1 Tahun 1974’ http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/Justitia|
Vol.8No.1Tahun2021

Anda mungkin juga menyukai