Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ULKUS DIABETIK
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik KMB II

Oleh :
ADHE AKVIFA AKIS
142220190045

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Ulkus Diabetik
Ulkus adalah kerasakan lokal atau ekskavasi permukaan organ atau
jaringan yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik yang
radang.
Ulkus diabetikum adalah :
a. Ulkus yang biasanya di ekstrimitas bawah yang berkaitan dengan,
DM.
b. Penyakit kaki diabetik termasuk komplikasi dari DM kronik.
c. Luka yang berakhir dengan kematian saraf /jaringan, biasanya
dalam jumlah yang besar dan umumnya dikuti kehilangan
persediaan vaskular (nutrisi) serta dikuti oleh invasi bakteri dan
pembusukan.
2. Penyebab ulkus / gangren diabetikum
a. Pasokan darah yang berkurang. Dapat terjadi karena tekanan
pembuluh darah, misahiya pada pemasangan torniket, balutan yang
ketat dan pembengkakan tungkai.
b. Obstruksi pada pembuluh darah yang sehat, misahiya pada
embolisme arterial dan frost bite dimana pembuluh kapiler akan
tersumbat.
c. Spasme pembuluh darah (pada keracunan orgot).
d. Trombosis yang disebabkan oleh penyakit pada pembuluh darah,
misalnya : aterosklerosis dalam pembuluh arteri, flebitik dalam
vena.
3. Mekanisme terjadinya ulkus diabetikum
Diabetes Mellitus menimbulkan beberapa komplikasi yang
nantinya meningkatkan resiko terjadinya infeksi kaki, Komplikasi
tersebut adalah:
a. Neuropati : Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya perasaan
nyeri dan sensibilitas tekanan sedangkan neuropati otonom
meningkatkan kekeringan dan pembentukan fisum pada kulit (yang
terjadi akibat penurunan perspirasi).
b. Penyaki Vaskuler Periler : Sirkulasi ekstrimitas bawah yang buruk
turut menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan terjadinya
gangren.
c. Penurunan daya imunitas: Hiperglikemia akan mengganggu
kemampuan lekosit khusus yang berfungsi menghancurkan bakteri.
Denan demikian, pada pasien dengan diabetes yang tidak
terkontrol akan terjadi penurunan resistensi terhadap infeksi
tertentu.

Komplikasi ini akan memacu serangkaian kejadian yang khas dalam


proses timbulnya ulkus diabetik pada kaki dimulai dari :
a. Cedera pada jaringan lunak kaki. Cedera tidak dirasakan oleh
pasien yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa
cedar termal, kimia atau traumatik.
b. Pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit yang
kering atau pembentukan sebuah kalus. Jika pasien tidak
mempunyai kebiasaan untuk memeriksa kakinya setiap hari, cedera
atau fisura tersebut akan berlangsung tanpa diketahui sampai
terjadi infeksi yang serius.
c. Pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan (akibat selulitis)
atau gangre pada tungkai biasanya merupakan tanda pertama
masalah kaki yang menjadi perhatian pasien.
5. Pathway Ulkus diabetikum
Diabetes Melitus Makroangiopati Penebalan Infeksi :
turnika intima kuman Aerobic
Pembuluh darah
Staphylokokus atau
sterokokus kuman
Kebocoran albumin Aneorobik
Aterosklerosis keluar kapiler

Ulkus
Iksemik Distribusi darah ke Diabetikum
jaringan terganggu

Entema yang
Nekrosis jaringan semakin meluas,
edema,cairan
berubah purulent,
Ulkus nyeri yang lebih
Deficit
Diabetikum sensitive,
peningkatan suhu pengetahuan
tubuh,
Hilang atau berkurangnya nadi peningkatan
Pembusukan dan
pada arteri dorsalis pedis, jumlah sel darah
pengeluaran
tibialis, popteali, kaki menjadi putih, dan timbul
prostaglandin
atrofi, dingin dan kuku menebal bau khas

Merangsang
reseptor nyeri Gangguan Pembedahan Nyeri
Perfusi Jaringan (amputasi)

Serotonin bradykinin
keluar- merangsang Kerusakan
ujung saraf Integritas Kulit Gangguan citra Intoleransi
tubuh aktivitas

Gangguan Pola Gangguan Rasa


Tidur Nyaman
4. Tehnik perawatan ulkus diabetikum
Tehnik perawatan ulkus diabetik disini ditekankan pada daerah kaki. Perawatan kaki yang bersifat preventif
mencakup:
a. Mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya, kita haras berhati-hati agar jangan sampai celah
diantara jari-jari kaki meajadi basah oleh air atau lotion yang terakumulasi dibagian ini.
b. Inspeksi kaki haras dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah ada gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus atau
ulserasi.
c. Pasien haras diberitahu untuk mengenakan sepatu yang pas dan tertutup pada bagian jari kaki.
d. Sepatu yang bara haras dikenakan sebentar-bertar (yaitu mula-mula dikenakan selama 1-2 jam perhari, kemudian
lama pemakaiannya ditingkatkan secara berangsur-angsur) agar tidak terjadi lepuh.
e. Prilaku beresko tinggi haras dihindari seperti berjalan dengan kaki telanjang, menggunakan bantal pemanas pada
kaki, mengenakan sepatu yang terbuka pada begian jari kaki dan memangkas kalus.
f. Kuku jari kaki dipotong tanpa membuat lengkungan pada sudut-sudutnya.
g. Pasien harus mendapatkan penyuluhan untuk mengurangj faktor resiko seperti konseling tentang kebiasaan
merokok dan kenaikan lemak darah yang turat menimbulkan kelainan vaskuler perifer.
h. Pengendalian glukosa darah untuk menghindari penuranan resistensi terhadap infeksi dan mencegah terjadinya
neuropati diabetik.
5. Faktor resiko mengalami ulkus diabetikum :
a. Lama penyakit diabetes yang lebih dari 10 tahun
b. Usia pasien yang lebih dari 40 tahun
c. Riwayat merokok
d. Penuranan denyut nadi perifer
e. Penuranan sensibilitas
f. Deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion dan kalus)
g. Riwayat ulkus kaki atau amputasi.
Sumber lain menyebutkan bahwa faktor resiko timbulnya ulkus diabetik adalah :
a. Faktor kadar glukosa darah
b. Kadar haemoglobin rendah
c. Lekosit lebih dari 10.000
d. Pendidikan rendah
e. Keadaan sosial ekonomi rendah
f. Starus gizi kurang
g. Indeks arkie brachial kurang dari 1,0
h. Insensitivitas terhadap monofilamen Semmes Weinstein
6. Terapi ulkus diabetikum
Terapi ulkus kaki meliputi tirah baring, pemberian antibiotik dan debridemen. Disamping itu pengendalian glukosa
darah cenderung ketat ketika terjadi infeksi untuk mencegah lamanya kesembuhan luka.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Anamnesa identitas klien (berupa nama,umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,
no.RM, tanggal MRS dan diagnisa medis.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga)
d. Pemeriksaan fisik
e. Aktivitas istirahat
Gejala : lemah, sulit berjalan, kram otot, gangguan istirahat
Tanda : takikardi, penurunan kekuatan otot.
f. Makanan dan cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual, muntah.
Tanda : kulit kering, muntah.
g. Neurosensori
Gajala : pusing, kesemutan, paraestesi.
Tanda : disorientasi, gangren memori, kejang. koma.
h. Keamanan
Gajala : kulit kering, gatal, ulkus kering.
Tanda : demam, lesi'ulkus, paralis otot.
i. Seksualitas
Gejala: impoten pada pria
j. Integritas ego
Gajala: stress.
Tanda : ansietas, peka rangsang.

2. Diagnosa :
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka yang diderita
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
d. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
f. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan iskemia
3. Perencanaan :
Tujuan :
a. Homeostasis dapat dipertahankan
b. Faktor- faktor penyebab/pencetus dapat dikontrol
c. Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan
d. Proses panyakit atau prognosa kebutuhan akan perawatan diri dan pengobatannya dapat dipahami
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital (pola nafas, suhu. warna kulit dan kelembaban)
b. Timbang berat badan tiap had
c. Tentukan program diet dan pola makan pasien
d. Lihat adanya ulkus dan tanda kemerahan
e. Berikan perawatan luka (GV) 2x/hari
f. Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10)
g. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
h. Berikan tindakan kenyamanan (ubah posisi, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik.

4. Implementasi
a. Memantau tanda-tanda vital (pola nafas, suhu. warna kulit dan kelembaban)
b. Melakukan timbang berat badan tiap had
c. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam mentukan program diet dan pola makan pasien
d. Melihat adanya ulkus dan tanda kemerahan
e. Memberikan perawatan luka (GV) 2x/hari
f. Mencatat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10)
g. Membantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
h. Memberikan tindakan kenyamanan (ubah posisi, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik.
5. Evaluasi :
a. Tanda vital stabi, nadi perier dapat teraba, turgor kulit dan pengisisn kapiler baik
b. Mencerna jumlah kalori yang tepat, menunjukkan tingkat energy seperti biasanya, berat badan stabil.
c. Faktor resiko menurun, pasien dapat mendemonstrasikan cara tehnik untuk mencegah infeksi.
d. Mempertahankan tingkat mental seperti biasanya, mengenali dan mengkompensasi adanya kerasakan sensorik.

Anda mungkin juga menyukai