Anda di halaman 1dari 22

RELIGIOUS STUDIES

“UPAYA MEMILIKI ANAK MELALUI TEKNOLOGI BAYI TABUNG”

Disusun oleh:
Kelompok 2 (Business 3D)

Audry Cicilia Lokmansuy 13112110529


Brillian Sander 13112110349
Dominicus Hanschen Pandita 13112110421
Jesselyn Felia Susanto 13112110190
Johanes Valentinus. C.N. 13112110496
Stephen Daniel Simarmata 13112110117
Tiffany Elizabeth Sungadi 13112110483
Valendio Ananda Hidayat 13112110138

S1 Business
Universitas Prasetiya Mulya
BSD City Kavling Edutown I.1, Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Kec. Pagedangan,
Tangerang, Banten 15339

ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kehadiran anak merupakan hal yang dirindukan oleh setiap pasangan
yang telah mampu hidup bersama melalui lembaga perkawinan. Tanpa adanya
anak, buah dari cinta perkawinan, kebahagiaan keluarga bisa hilang. Menurut
penulis, kehadiran anak dapat memperjelas tujuan hidup pasangan.
Dalam konteks masyarakat Adat, anak dapat menjadi penghubung dalam
perjuangan keluarga untuk kehidupan dan keutuhan perkawinan, sangat wajar
jika ada pasangan yang mengadopsi anak. Pada masa lalu, mengangkat anak
adalah satu-satunya cara yang masih bisa ditempuh oleh pasangan suami istri
guna mendapatkan keturunan, walaupun hal tersebut tidak membuat sebuah
keluarga menjadi puas karena bukan anak kandung mereka.
Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi, pada saat ini sudah
terdapat berbagai kecanggihan yang dapat digunakan masyarakat untuk
mengatasi kendala-kendala kehidupan, salah satunya adalah dalam hal kesulitan
mempunyai anak yang disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam upaya memiliki
seorang anak dalam keluarga, seseorang akan berupaya melalui kecanggihan
teknologi dimana teknologi ini kemudian dikenal dengan istilah “Bayi Tabung”.
Akan tetapi dengan adanya teknik kecanggihan di bidang teknologi kedokteran
dan teknologi biologi pada dasarnya akan berpengaruh terhadap etika-etika
kehidupan masyarakat di bidang norma hukum kehidupan bermasyarakat
maupun norma keagamaan.
Menyadari bahwa permasalahan bayi tabung telah menjadi bahan kritikan
dan kecaman dari berbagai kalangan masyarakat dan agama. Secara umum setiap
agama memperbolehkan bayi tabung apabila berasal dari pasangan suami istri
atau sudah menikah dan memiliki permasalahan dalam proses reproduksi suami
istri tersebut. Istilah bayi tabung pada dasarnya digunakan untuk dapat
memahami adanya proses pembuahan seorang manusia yang tidak terjadi
sebagaimana lazimnya yaitu melalui rahim seorang ibu. Hal ini ternyata
diupayakan oleh ahlinya, terjadi diluar rahim ibu yaitu melalui sebuah tabung
yang telah dipersiapkan sedemikian rupa disebuah laboratorium.

i
DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF i
DAFTAR ISI ii

BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Kasus yang Diangkat 1
1.2 Latar Belakang Penulisan Kasus 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 2

BAB II 3

Teori Nilai Agama-Agama Dan Pembahasan Kasus 3

2.1 Pokok Ajaran Agama-Agama 3


2.1.1 Kristen 3
2.1.2 Buddha 3
2.1.4 Islam 4
2.1.5 Hindu 4
2.1.6 Katolik 5
2.2 Analisis Kasus 6
2.2.1 Deskripsi Bayi Tabung 6
2.2.2 Proses Bayi Tabung serta Perkembangan Teknologinya 6
2.2.3 Pro dan Kontra Bayi Tabung 8
2.2.4 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Kristen 9
2.2.4 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Buddha 10
2.2.4 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Islam 11
2.2.4 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Hindu 12
2.2.4 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Katolik 13

BAB III
PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran dan Rekomendasi 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kasus yang Diangkat

Kasus yang diangkat oleh kelompok kedepannya yaitu upaya


memiliki anak melalui teknologi bayi tabung namun tindakan tersebut
tentu bisa menimbulkan permasalahan seperti yang terjadi pada TKI asal
Indramayu yang Meninggal Overdosis Obat Bayi Tabung di China.
Anita Musa, seorang TKI asal Indramayu dikabarkan meninggal
dunia. Penyebab kematiannya dikarenakan overdosis suntik hormon
program bayi tabung. Kabar meninggalnya Anita Musa diketahui Serikat
Buruh Migran Indonesia (SBMI) Cabang Indramayu, berdasarkan informasi
dari media sosial Facebook. Akun Facebook bernama Vallene Ley Qunne
memposting terkait meninggalnya Anita Musa di Group Facebok
“Persatuan Wong Dermayu”. “Usai dikonfirmasi SBMI Cabang Indramayu,
pemilik akun Facebook Vallene Ley Qunne mengatakan, Anita Musa
meninggal dunia akibat overdosis setelah disuntik hormon untuk program
bayi tabung di salah satu rumah sakit di Guangzho, China.
Tidak sedikit timbulnya pro kontra pada kasus ini, baik hal
tersebut terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja, dimana tentunya
kasus ini membawa dampak bagi banyak aspek kehidupan manusia.
Kelompok mengangkat tema ini tentu karena terdapat kesinambungan
kasus terhadap pandangan berbagai agama yang terdapat di negara
Indonesia ini. Kelompok melakukan riset dan analisa kasus juga untuk
mengetahui pandangan agama terhadap kasus upaya memiliki anak
melalui teknologi bayi tabung ini, tidak hanya dari sisi
perundang-undangan (hukum) yang berlaku pada masyarakat, tetapi juga
pada aspek kemanusiaan, moral, dan bisnis.
1.2 Latar Belakang Pemilihan Kasus

Kelompok memilih kasus upaya memiliki anak melalui teknologi bayi


tabung dikarenakan permasalahan bayi tabung telah menjadi bahan kritikan dan
kecaman dari berbagai kalangan masyarakat utamanya adalah dari kalangan
masyarakat Indonesia maka dalam hal ini akan dikemukakan pengertian bayi
tabung secara umum. Kelompok ingin mengetahui lebih lanjut apakah dampak
positif dari upaya memiliki anak melalui teknologi bayi tabung sebanding dan
dampak negatif dari proses bayi tabung tersebut.
Alasan kedua karena kasus tersebut bertentangan dengan
perundang-undangan yang mengatur teknik reproduksi buatan diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No.72/Menkes/Per/II/1999/Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan tentang,
Ketentuan Umum, Perizinan, Pembinaan, dan Pengawasan, Ketentuan Peralihan,
dan Ketentuan Penutup. Atas keputusan Menkes RI tersebut telah dibuat
Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah Sakit oleh Direktorat Rumah Sakit
Khusus dan Swasta Departemen Kesehatan RI antara lain: 1) Pelayanan Teknologi
Buatan hanya dapat dilakukan dengan sel telur sperma suami isteri yang
bersangkutan; 2) Dilarang melakukan surogasi 1 dalam bentuk apapun; 3)
Dilarang melakukan jual beli embrio, ova dan spermatozoa; dan 4) Dilarang
melakukan penelitian terhadap atau dengan menggunakan embrio manusia yang
berumur lebih dari 14 hari sejak tanggal fertilisasi.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

● Mengetahui pandangan agama-agama tentang upaya memiliki anak


melalui teknologi bayi tabung.
● Mengetahui proses dan teknologi yang terlibat dalam program bayi
tabung.
BAB II
TEORI NILAI AGAMA-AGAMA DAN PEMBAHASAN KASUS

2.1 Pokok Ajaran Agama-Agama

2.1.1 Kristen

Dalam Kejadian 1:28, setelah Allah menciptakan manusia, tertulis “Allah


memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi.” Sedari awal, manusia diberkati dan diberi perintah untuk
memiliki keturunan dan bertambah banyak.
Sebagian besar pasangan yang sudah menikah menginginkan kelahiran
buah hati, seperti pada Alkitab terdapat di kitab Keluaran, yaitu Abraham dan
Sarah. Seiring perkembangan zaman, muncul teknologi bayi tabung yang dapat
mengupayakan pasangan suami istri untuk memiliki anak.
Dalam ajaran Kristen, setiap individu memiliki free will untuk memilih
pilihan di dalam hidupnya. Di dalam Alkitab, tidak terdapat statement langsung
yang memperbolehkan ataupun melarang metode bayi tabung untuk
mendapatkan buah hati.

2.1.2 Buddha

Hukum kamma (karma) menentukan kehidupan di mana setiap makhluk


dilahirkan kembali sesuai dengan sifat dan kualitas perbuatan mereka di
kehidupan sebelumnya. Akibat dari hukum kamma juga dapat dirasakan dalam
kehidupan seseorang saat ini. Kamma adalah hukum alam sebab akibat dari aksi
dan reaksi. Kepedulian Buddhis terhadap penderitaan dan pengentasannya
terkait dengan konsep kamma.
Adapun terdapat pokok ajaran Buddha sebagai rujukan nilai etis agama
terhadap kasus upaya memiliki anak melalui teknologi bayi tabung. Menurut
Mahātanhāsakhaya Sutta, kehidupan manusia dimulai saat pembuahan, yang
dipahami saat ini sebagai peleburan sperma dan sel telur serta bahwa embrio
akan mengandung jiwa yang menunggu kelahiran kembali. Karena tidak mungkin
bagi manusia untuk menentukan apakah suatu jiwa hadir dalam embrio tertentu,
maka muncul kekhawatiran untuk menghindari tindakan yang dapat mendorong
kesalahan dan rumit seperti bayi tabung.

2.1.3 Islam

Setiap pasangan suami isteri pasti mendambakan untuk memiliki seorang


anak. Tidak lain untuk meneruskan keturunannya. Orang tua berharap penerus
mereka dapat melanjutkan ide-ide, perjuangan dan tugas mereka. Fitrah yang
sudah ada dalam diri manusia ini diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya:
‘’Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezeki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (QS.an-Nahl:72)
Ayat diatas jelas menunjukkan bahwa Allah menciptakan setiap manusia
berpasang-pasangan untuk berkembak biak, mengisi bumi, dan
mensejahterakannya. Allah menghendaki manusia untuk memiliki naluri seperti
itu. Dilain sisi Islam juga mengajarkan supaya anak bisa menyelamatkan
nenek-moyang yang sudah meninggal dengan panjatan doanya.
Seperti firman Allah di al-Quran : ‘’Dan orang orang yang berkata: "Ya
Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami
sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.’’(QS. Al-Furqan:74). Sama kasus nya seperti Nabi Zakaria yang di usia
senjanya menginginkan keturunan supaya bisa meneruskan perjuangan beliau.
Secara naluriah manusia akan merasa gelisah bila tidak memiliki
keturunan di perkawinannya. rumah tangga terasa sepi, hidup tidak bergairah,
karena alasan umum seorang untuk berjuang adalah untuk keluarga dan anak
cucunya.

2.1.4 Hindu
Agama Hindu diyakini oleh para pengikutnya sebagai Sanātana-dharma
yang memiliki arti “kebenaran abadi” dari “yang tidak memiliki awal dan akhir”.
Secara teologis, agama Hindu tidak mengenal ‘satu sistem kepercayaan tunggal
apalagi mutlak yang disusun demi dan untuk menyeragamkan keyakinan’, namun
agama Hindu menjadikan dirinya sebagai rumah besar yang berisikan
kemajemukan tradisi keagamaan di India yang bertumbuh. Dalam agama Hindu
terdapat beberapa etika yang harus dijalankan oleh umatnya yang didasarkan
dari Kitab Weda. Etika tersebut tertuang dalam Sapta Timira atau yang berarti
“Tujuh Kegelapan” yang merupakan tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan
pikiran orang menjadi gelap. Berikut merupakan isi dari Sapta Timira: (1) Sarupa
Timira, kegelapan yang didasarkan oleh keindahan atau kerupawanan. (2) Dana
Timira, kegelapan yang disebabkan oleh harta kekayaan. (3) Guna Timira,
kegelapan yang disebabkan oleh kepintaran atau kepandaian. (4) Kulina Timira,
kegelapan yang disebabkan oleh keturunan, strata sosial. (5) Yowana Timira,
kegelapan yang disebabkan oleh sikap kebebasan, kreatif, dan inovatif yang tidak
terkendali. (6) Sura Timira, kegelapan yang disebabkan oleh minuman keras dan
narkoba. (7) Kasuran Timira, kegelapan yang disebabkan oleh keberanian,
kekuatan, dan kesaktian yang terlalu besar.

2.1.5 Katolik

Agama Katolik dari dulu sudah mengajarkan mengenai besarnya cinta


kasih Allah terhadap umat-Nya, seperti yang diceritakan dalam Alkitab mengenai
sakralnya seorang anak dimana seorang anak merupakan anugerah dan karunia
yang berasal dari Allah. “Setiap hadiah yang baik dan setiap hadiah yang
sempurna berasal dari atas, turun dari Bapa cahaya yang tidak ada perubahan
atau bayangan akibat perubahan.” (Yakobus 1:17)
Tidak semua orang dapat memiliki karunia yang sama untuk mempunyai
seorang anak. Di zaman yang modern ini terdapat sebuah alternatif lain yaitu bayi
tabung. Dijelaskan dalam Alkitab bahwa proses terciptanya seorang bayi berasal
dari rahim ibunya dan merupakan sebuah misteri dimana kita sebagai manusia
tidak bisa mencampuri urusan tangan Tuhan. “Sama seperti anda tidak dapat
memahami jalan angin atau misteri bayi kecil yang tumbuh di dalam rahim
ibunya, sehingga anda tidak dapat memahami kegiatan Tuhan, yang melakukan
segala sesuatu.” (Pengkhotbah 11: 5) Namun belum ada pernyataan secara
khusus yang melarang mengenai prosesi bayi tabung ini sehingga membutuhkan
analisis yang mendalam.

2.2 Analisis Kasus

2.2.1 Deskripsi Bayi Tabung

Bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF) adalah serangkaian prosedur


kompleks untuk membantu kesuburan atau mencegah masalah genetik dan
membantu pembuahan anak. Bayi tabung dapat mewujudkan kehamilan untuk
orang-orang yang memiliki kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk hamil
seperti, tuba falopi yang tersumbat, infertilitas pria, PCOS, Endometriosis, dan
lainnya. Bayi tabung adalah metode paling efektif pembantuan reproduksi dari
teknologi. Prosedur ini dapat dilakukan dengan menggunakan sel telur dan
sperma pasangan sendiri atau melibatkan telur, sperma, atau embrio dari donor.
Dalam beberapa kasus, gestational carrier - seseorang yang menggantikan untuk
menanamkan embrio di dalam rahim - dapat digunakan.
Peluang memiliki bayi yang sehat dengan menggunakan bayi tabung
tergantung pada banyak faktor, seperti usia dan penyebab infertilitas. Di sisi lain,
bayi tabung dapat memakan waktu, mahal dan invasif.

2.2.2 Proses Bayi Tabung serta Perkembangan Teknologinya

Dalam prosesnya, sel telur yang sudah matang dikumpulkan (diambil) dari
ovarium dan dibuahi oleh sperma di laboratorium. Sel telur yang dikumpulkan
dapat berupa lebih dari satu. Kemudian telur yang telah dibuahi (embrio)
dipindahkan ke rahim. Untuk lebih lengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Superovulationx
Wanita yang menghasilkan telur akan diberikan obat yang meningkatkan
fertilitas (superovulation), yang akan menyebabkan tubuh pasien
menghasilkan sel telur lebih dari 1 setiap bulan.
2. Mengambil sel telur
Setelah sel telur dihasilkan, Sang Ibu akan melakukan prosedur operasi
minor yang disebut follicular aspiration untuk mengambil telur. Proses ini
melibatkan memasukkan jarum kecil yang memiliki alat yang melekat
untuk menyedot telur keluar satu per satu di ovarium.
3. Mengumpulkan sperma dari pasangan atau donor
Pasangan atau donor akan menyediakan sampel sperma yang akan
dimasukkan ke dalam siklus pencucian dan pemutaran berkecepatan
tinggi untuk menemukan sperma yang paling sehat.
4. Menggabungkan sperma dan sel telur
Inseminasi atau diketahui sebagai proses menggabungkan sperma terbaik
dengan sel telur terbaik.
5. Transfer embrio ke uterus
Pasien akan diberikan obat untuk mempersiapkan lapisan rahimnya untuk
menerima embrio yang akan ditransfer kembali ke dalam rahim. Setelah
pembuahan, embrio akan ditempatkan di dalam rahim menggunakan
kateter dengan harapan bahwa setidaknya satu embrio akan tertanam di
lapisan rahim dan mulai berkembang.
Selain yang dijelaskan di atas, teknologi-teknologi yang digunakan dalam
proses bayi tabung bervariasi tergantung apa yang dibutuhkan dari pasien.
Terkadang dokter juga bisa menyarankan untuk melakukan kombinasi perawatan
tambahan untuk meningkatkan keberhasilan bayi tabung. Teknologi-teknologi
tersebut adalah: Assisted Hatching, Cryopreservation dan Frozen Embryo Transfer
(FET), Preimplantation Genetic Screening & Diagnosis, dan Surgical Sperm
Retrieval.
Semakin berkembangnya teknologi, muncul teknologi baru yang
mempermudah atau meningkatkan peluang keberhasilan dari bayi tabung.
Seperti PRP Treatment yaitu terapi plasma, di mana plasma kaya trombosit
pasien sendiri disuntikkan ke dalam indung telur pasien untuk meremajakan
kuantitas dan kualitas sel telur.

2.2.3 Pro dan Kontra Program Bayi Tabung

Proses in vitro fertilization (IVF) atau yang kita kenal sebagai proses bayi
tabung ini akan mengakibatkan beberapa efek emosional, fisik, serta psikologis.
Berikut adalah beberapa efek samping yang ditimbulkan dari proses IVF atau bayi
tabung itu sendiri. Yang pertama yaitu nyeri atau memar akibat suntikan. Obat
penyuntikan kesuburan dapat memberikan efek samping pada wanita yaitu
menimbulkan ketidaknyamanan, memar, atau nyeri saat menerima suntikan. Lalu
kedua yaitu efek sampig fisik bayi tabung adalah muntah atau mual, namun hal
ini juga tidak selalu terjadi. Ketiga yaitu Sindrom Hiper Stimulasi Ovarium (OHSS)
yang merupakan reaksi luar biasa akibat hormon suntik yang digunakan dalam
siklus IVF dikenal sebagai sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS). Jumlah folikel
yang berkembang berlebihan dapat menyebabkan cairan mengalir ke perut
wanita. OHSS memiliki gejala seperti kembung, mual, dan penambahan berat
badan. Kemudian keempat ada Multiple Births. Salah satu efek IVF meningkatkan
kemungkinan memiliki kehamilan ganda (kembar). Beberapa efek yang bahaya
adalah kemungkinan persalinan prematur, tekanan darah tinggi, diabetes
gestasional, dan kebutuhan untuk operasi caesar meningkat saat melahirkan
anak kembar.
Setelah itu, proses IVF ini juga diliihat dari beberapa aspek seperti umur
sang wanita. Apabila umurnya yang tidak sesuai atau lebih tua, maka IVF ini
bekerja kurang efektif seiring bertambahnya usia. Selain itu, ada juga risiko
keguguran dan cacat lahir. Ada banyak pro dan kontra tentang proses bayi tabung
atau IVF ini. Berikut adalah beberapa pros yang ditemukan pada proses bayi
tabung. Pertama yaitu tuba falopi yang tidak diperlukan. Beberapa penyakit
dapat menyebabkan saluran tuba wanita menjadi terhambat. Pada saat mencoba
untuk hamil, IVF merupakan satu-satunya pilihan yang tersedia setelah terbukti
bahwa saluran tuba tersumbat. Saluran tuba tidak diperlukan untuk IVF karena
sel telur diambil dari ovarium dan embrio ditanamkan langsung ke dalam rahim.
Kedua yaitu jumlah sperma yang rendah atau minim. IVF adalah pilihan yang
terbaik karena IVF itu sendiri menggunakan metode ICSI, yang membantu sel
telur berhasil membuahi dengan menyuntikkan sperma langsung ke sel telur.
Ketiga yaitu menurunkan kemungkinan abnormalitas. Tetapi dengan adanya IVF
ini, embrio yang masuk dapat diperiksa terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam rahim. Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa anak tersebut akan lahir
dengan penyakit yang salah satu atau kedua orang tuanya memiliki gen tersebut.
Ada juga beberapa kontra yang dimiliki dari proses bayi tabung ini. Yang
pertama yaitu kehamilan ganda. Metode IVF memungkinkan satu embrio yang
dapat ditanamkan di dalam rahim dapat membelah dan menghasilkan dua
keturunan. Kontra kedua yaitu emosi yang tidak stabil dan proses yang
menyakitkan. Proses IVF bisa melelahkan secara emosional yang mungkin
melewati rasa sakit yang dialami sang ibu dan hal ini dapat berpengaruh terhadap
emosional, fisik, serta mental sang ibu itu sendiri.

2.2.4 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Kristen

Menurut ajaran Kristen, manusia diberikan kebebasan oleh Allah untuk


memiliki kehendak dan memilih pilihan dalam hidupnya. 1 Korintus 10:23
berbunyi “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu
berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu
membangun. Meskipun tidak ada larangan langsung mengenai penggunaan
metode bayi tabung, tindakan yang dilakukan atau dipilih oleh manusia tetap
perlu untuk sesuai dengan nilai-nilai etis yang telah diajarkan dalam agama
Kristen.
Di dalam Kekristenan terdapat 3 prinsip hidup beretika. Prinsip pertama
adalah memiliki otonomi atau memiliki kesediaan untuk bertanggung jawab
kepada diri sendiri dan pihak yang terkait. Hal ini berkaitan dengan proses awal
bayi tabung hingga nantinya memiliki seorang anak. Calon orang tua (calon ayah
dan calon ibu) perlu untuk sepakat dan setuju untuk melakukan IVF serta
memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab atas setiap konsekuensi yang akan
dihadapi kedepannya. Setelah keduanya, sama-sama memiliki otonomi, perlu
ada kejujuran di antara kedua belah pihak. Serta, suami istri saling memandang
satu sama lain secara egaliter, hal ini berarti saling memandang bahwa keduanya
setara dan tidak ada salah satu pihak yang lebih di atas dari pada yang lain.
Di dalam konsep ajaran Kristen, terdapat etika normatif yang menuntun
manusia dalam bertindak sehingga manusia bertindak dengan baik dan
menghindari tindakan yang buruk. Salah satu cabang dari etika normatif adalah
egoisme etis. Teori ini menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk
mengejar kemajuan dirinya sendiri. Ketika sepasang suami istri memiliki
keinginan untuk memiliki anak berdasarkan keinginan pribadi, hal tersebut
tidaklah salah apabila dilihat berdasarkan egoisme etis. Sepasang suami istri yang
sudah menikah menginginkan keturunan untuk meneruskan legacy yang mereka
miliki di dunia ini. Sehingga, ketika suami istri memutuskan untuk memiliki anak
dengan metode bayi tabung, maka hal tersebut diperbolehkan karena manusia
diperbolehkan untuk mengejar kemajuan diri.
Selain egosime etis, terdapat etika lain yang juga sejalan dengan
penggunaan program bayi tabung, yaitu etika teleologis. Etika ini memiliki makna
bahwa pertimbangan moral akan baik & buruknya suatu tindakan didasarkan
pada tujuan akhir dan akibat positifnya. Di dalam proses IVF, seorang ibu akan
mengalami berbagai macam efek samping baik secara mental maupun secara
fisik. Apabila dilihat dari sudut pandang etika teologis, ketika kedua pasangan
sudah sepakat bahwa mereka ingin menjalankan program IVF bersama-sama,
maka tujuan akhir yang mereka inginkan adalah memiliki anak. Meskipun di
dalam prosesnya, calon ibu akan mengalami rasa sakit secara mental dan fisik,
proses IVF akan sejalan dengan etika teologis.

2.2.5 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Buddha

Etika agama Buddha menjadikan harm atau hal yang tergolong


membahayakan sebagai tolak ukur moralitas suatu tindakan. Selama teknologi
membawa manfaat bagi pasangan yang ingin memiliki anak, dan selama tidak
membawa rasa sakit atau penderitaan bagi pihak yang terlibat, agama Buddha
tidak akan menemukan konflik dalam menerapkan dan menggunakan teknologi
modern. Akan tetapi proses bayi tabung ini ternyata memberikan rasa sakit dan
penderitaan bagi wanita yang menjalaninya dan hal inilah yang tidak sesuai
dengan nilai etis agama Buddha yang tidak setuju dengan rasa sakit dan
penderitaan tersebut. Adapun Damien Keown pada buku Contemporary Buddhist
Ethics: Embryology mengatakan bahwa banyak sisa embrio yang dibekukan yang
tidak dapat hidup dan dibuang. Ini artinya program bayi tabung melibatkan harm.
Apalagi embrio berisikan jiwa yang menunggu kelahiran kembali. Maka dengan
merusak atau menghancurkan embrio berarti juga melakukan harm terhadap
jiwa tersebut yang menunggu kelahiran. Dalam hal ajaran Buddhis, tidak ada
perbedaan moral antara menghancurkan janin dan membunuh orang dewasa.
Serta seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ajaran Buddha tidak
membenarkan harm atau tindakan yang menyebabkan rasa sakit dan
penderitaan. Tidak hanya itu, keputusan proses tabung bayi ini dipertimbangkan
dengan baik alasannya, bisa saja malah menjadi egoistic desire untuk memiliki
anak tanpa memperhatikan aspek lainnya yang menyebabkan harm. Oleh sebab
itu, maka penulis meraih suatu pandangan bahwa program bayi tabung ini tidak
sesuai dengan nilai etis Buddhis karena menyebabkan harm atau rasa sakit
kepada yang hamil dan embrio yang dibuang atau dirusak serta memenuhi
egoistic desire individu.

2.2.6 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Islam

Dalam proses bayi tabung terdapat tiga metode yang menjadi bahasan
khusus. Dari ketiga metode tersebut masing-masing diberikan komentar oleh ahli
agama Islam dan juga ulama. Hal ini karena hukum dari setiap tindakan umat
Islam sudah dituliskan di dalam al-Quran dan hendaknya umat Islam mentaati
isinya. Menurut Hasan Basri, menurut Islam, proses kelahiran melalui fertilisasi in
vitro diperbolehkan jika sel telur dan sel sperma berasal dari istri dan suami. Hal
ini karena perkembangan ilmu pengetahuan telah mengarah pada terciptanya
bayi tabung dengan tujuan yang positif. Hal Ini adalah Karunia dari Tuhan, karena
memungkinkan pasangan akhirnya memiliki anak setelah 14 tahun
menginginkannya. Menurut Husein Yusuf, fertilisasi in vitro bisa dilakukan jika
ovum dan sperma suami diambil dalam hubungan suami isteri yang sah. Setelah
pembuahan, anak ditempatkan dalam rahim istri hingga lahirnya anak. Menurut
hukum Islam, anak masih bernasab dengan ibu dan ayah.
Fertilisasi in vitro (IVF) adalah proses yang melibatkan pemindahan
embrio ke dalam rahim ibu pengganti. Anak itu kemudian dilahirkan melalui
proses ini. Menurut Ali Akbar, dalam Islam diperbolehkan meninggalkan fertilisasi
in vitro dengan wanita yang bukan ibunya. Apabila penyebab ibu tidak hamil
karena rahimnya terganggu. Melahirkan melalui ibu pengganti diperbolehkan,
dan dalam hal ini, wanita yang meminjamkan rahimnya dapat menerima upah.
Menurut Husein Yusuf, cara ini diperbolehkan. Dia berkomentar, anak yang lahir
secara titipan disamakan dengan ibu susuan, seperti Nabi Muhammad yang
dititipkan di ibu susuan. Alquran tidak secara eksplisit menyatakan bahwa anak
yang dikandung melalui fertilisasi in vitro dengan menggunakan sperma donor
diharamkan. Namun, yang dilarang Alquran adalah penggunaan sperma donor.
Surah Al Baqarah dan Surat An-Nur keduanya merujuk pada larangan praktik ini.
Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan
saja dan dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk
dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan
menemui-Nya (QS al Baqarah ayat 223). Menurut ayat tersebut, sperma yang
berasal dari kemaluan pria tidak boleh disebarkan atau ditebarkan ke dalam
rahim wanita selain isterinya. Wanita juga diwajibkan untuk menjaga
kemaluannya, artinya tidak menerima sperma dari yang bukan suaminya.

2.2.7 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Hindu

Dalam agama Hindu sendiri, perkawinan (Wiwaha) merupakan aspek


yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia yang memiliki
tujuan akhir memperoleh keturunan. Wiwaha sendiri dilakukan dengan cara
menyatukan ikatan lahir dan batin dari pria dan wanita dalam ikatan suci
pernikahan untuk memperoleh keturunan. Memperoleh keturunan juga dapat
dilakukan dengan cara bayi tabung karena kelahiran anak dianggap sah menurut
agama Hindu apabila dilakukan dengan menggunakan sel sperma (sukla) dan sel
telur (sonita) dari satu pasangan suami dan istri. Dalam kasus ini, proses
pembentukan dari bayi tabung ini terbilang menyakitkan yang disebabkan oleh
overdosis suntikan yang diberikan dokter kepada pasien, hal ini tentu merugikan
pasien yang menginginkan mempunyai bayi tabung. Kasus tersebut dapat
dihubungkan dengan Sapta Timira atau yang disebut dengan “Tujuh Kegelapan”,
terdapat beberapa nilai dari Sapta Timira yang terdapat dalam kasus ini, yaitu
adalah Dana Timira yang berarti harta dapat membutakan seorang manusia, dari
kasus ini bayi tabung merupakan proses yang cukup mahal untuk dilalui sehingga
terkadang terdapat beberapa oknum yang menginginkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan memberikan tambahan-tambahan yang dinilai tidak
perlu. Nilai kedua yang terdapat dalam kasus ini adalah Guna Timira atau
kepintaran yang dapat membutakan, dari kasus tersebut sendiri hanya orang
pintar yang dapat melakukan proses bayi tabung karena proses tersebut
merupakan proses yang cukup rumit untuk dilakukan sehingga tidak sembarang
orang yang dapat melakukannya. Nilai ketiga yang terdapat dalam kasus ini
adalah Kasuran Timira yang memiliki arti bahwa keberanian yang terlalu besar
dapat membutakan seseorang untuk melakukan tindakan yang tak terpuji seperti
menambahkan suntikan demi mendapat keuntungan sebesar-besarnya yang
mengakibatkan kesakitan yang luar biasa pada pasien.

2.2.8 Analisis Kasus Berdasarkan Nilai Etis Agama Katolik

Metode bayi tabung dianggap tidak sesuai dengan agama Katolik karena
metode tersebut melibatkan proses aborsi dimana hal tersebut dilanggar keras.
Menurut Konsili Vatikan II, aborsi merupakan tindakan yang durhaka dan terkutuk
karena aborsi sama dengan pembunuhan terhadap anak. Isi dari konsili Vatikan II
berbunyi: “Sebab Allah, Tuhan kehidupan telah mempercayakan kehidupan mulia
untuk melestarikan hidup manusia, supaya dijalankan dengan cara yang layak
baginya. Maka kehidupan sejak pembuahan harus dilindungi dengan sangat
cermat" (Gaudium et Spes, art. 51).
Menurut Journal of Assisted Reproduction and Genetics, kualitas dari
embrio itu sendiri dinilai dari beberapa aspek yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan si calon bayi kedepanya seperti, genetik,metabolisme dan juga
morfologi. Walaupun hanya sebuah embrio, sel tersebut adalah sel hidup yang
berarti menghancurkan embrio sama saja seperti membunuh dimana perbuatan
membunuh dilanggar dalam 10 Perintah Allah. Selain melibatkan aborsi, metode
bayi tabung atau yang disebut In-vitro fertilization (IVF) melakukan pengambilan
sperma melalui masturbasi. Katekismus Gereja Katolik 252 menyebutkan,
“Masturbasi adalah rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan tujuan
membangkitkan kenikmatan seksual.” Selanjutnya bila dilibatkan praktik aborsi,
hak anak tersebut untuk hidup dan bertahan hidup akan dihilangkan juga.
Menurut ajaran Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya Evangelium Vitae
14 atau “The Gospel of Life” yang menyatakan bahwa : “Selain itu apa saja yang
berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana
pun juga, penumpasan suku, pengguguran (aborsi), euthanasia atau bunuh diri
yang disengaja; apa pun yang melanggar keutuhan pribadi manusia…”(Konsili
Vatikan II, Gaudium et Spes 27). Lalu yang kedua Paus Paulus VI juga mengatakan
bahwa “Hidup manusia adalah sesuatu yang sakral, dari sejak permulaannya, ia
secara langsung melibatkan tindakan penciptaan oleh Allah.” (Konsili Vatikan II,
Gaudium et Spes 27). Perkawinan sendiri memiliki 2 aspek yakni persatuan dan
kehidupan baru hal ini membuat aborsi menjadi hal yang dilarang karena
mengabaikan kedua aspek ini.
Selanjutnya jika kita lihat dari sisi Alkitab aborsi sendiri merupakan
tindakan yang menyimpang dari perkataan Tuhan dari Alkitab. Dari Galatia
1:15-16 mengatakan: “Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan
ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan
Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa
bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;”
Bila kita melakukan aborsi maka kita secara tidak langsung telah menggagalkan
rencana Tuhan untuk menjadikan anak tersebut alat Tuhan dalam memberitakan
kebenaran. Solusi yang paling tepat untuk mereka yang ingin memiliki anak tetapi
tidak bisa adalah dengan adopsi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bahwa proses bayi tabung bukanlah hal yang


manusiawi untuk dilakukan walaupun bertujuan untuk membantu memiliki anak.
Alasannya terletak pada efek samping pada manusia yang dihasilkan oleh bayi
tabung itu sendiri seperti overdosis obat bayi tabung, kehamilan ganda, emosi
yang tidak stabil, proses yang menyakitkan, dan efek lainnya pada manusia. Lain
dari itu, bayi tabung juga memiliki imbas terhadap perdagangan manusia yang
bertujuan untuk diambil sel telur dan dimanfaatkan ovariumnya untuk proses
bayi tabung.

3.2 Saran dan Rekomendasi

Penulis menyarankan agar manusia dapat melihat dampak buruk dan efek
domino yang ditimbulkan dari suatu inovasi. Proses yang dilalui oleh pembuatan
bayi tabung bukanlah hal yang wajar untuk dilakukan oleh makhluk hidup.
Walaupun proses bayi tabung dapat membantu pasangan suami istri untuk
memiliki buah hati, bayi tabung dapat menimbulkan efek domino seperti
perdagangan wanita remaja, dan penyalahgunaan bayi tabung itu sendiri.
Alangkah baiknya sebelum melakukan proses bayi tabung dengan alasan
infertilitas dari sisi wanita maupun pria, disarankan untuk melakukan rutinitas
dan mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan probabilitas kehamilan.
Apabila menurut dokter tidak memungkinkan untuk memiliki anak, alangkah
baiknya apabila pasangan suami istri dapat mengadopsi bayi maupun anak-anak
yang kehilangan orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA

● Pojok Jabar. (2019, 27 Januari). Kasus Bayi Tabung, TKI Indramayu yang
Meninggal Overdosis Obat Bayi Tabung di China. Diakses pada 11
Desember 2022 dari
https://jabar.pojoksatu.id/pantura/2019/01/27/berikut-fakta-fakta-tki-ind
ramayu-yang-meninggal-overdosis-obat-bayi-tabung-di-china/
● Zoloth, L., & Henning, A. A. (2010). Bioethics and oncofertility: arguments
and insights from religious traditions. Cancer treatment and research,
156, 261–278. doi: 10.1007/978-1-4419-6518-9_20
● Kwak, Man-Youn. (2005). A Study of Buddhist and Ethical View on Use of
Freezing Extra-Embryo Cloning. Korea Journal of Buddhist Studies, 12(0),
71-124.
● Kerridge IH, Jordens CFC, Benson R, Clifford R, Ankeny RA, with
commentaries by Keown D, Tobin B, Bhattacharyya S, Sachedina A,
Soleymani Lehmann L, and Edgar B. (2010). Religious Perspectives on
Embryo Donation and Research. Clinical Ethics, 5(1), 35–45.
doi:10.1258/ce.2009.009046
● Keown, D. (2000). Contemporary Buddhist Ethics (Vol. 17). Curzon:
Psychology Press.
● Mayo Clinic Staff. (2021, 10 September). In Vitro Fertilization. Diakses
pada 6 Desember 2022 dari
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/in-vitro-fertilization/about/
pac-20384716
● Campbell, Stuard. (2014, 19 Desember). The advantages and
disadvantages of IVF. Diakses pada 6 Desember 2022 dari
https://www.createfertility.co.uk/blog/the-advantages-and-disadvantages
-of-ivf
● The History of IVF - The Milestones. (2008). Diakses pada 6 Desember
2022 dari https://ivf-worldwide.com/ivf-history.html
● A Step-By-Step Look at the IVF Process. (2020, 20 April). Diakses pada 6
Desember 2022 dari
https://www.pennmedicine.org/updates/blogs/fertility-blog/2020/april/h
ow-does-the-ivf-process-work
● IVF-Related Advanced Fertility Treatments. (2022). Diakses pada 6
Desember 2022 dari
https://www.sutterhealth.org/services/fertility/ivf-related-technologies
● Assisted Hatching in IVF. (2022). Diakses pada 6 Desember 2022 dari
https://www.socalfertility.com/fertility-treatment/assisted-hatching/
● Frozen Embryo Transfer (FET) guide. Diakses pada 6 Desember 2022 dari
https://www.apricity.life/fertility-hub/frozen-embryo-transfer-fet
● Kumar, Bhavna. 10 Latest IVF Technologies To Increase IVF Success in
2022. Diakses pada 7 Desember 2022 dari
https://www.fertilitydost.com/articles/article-details/10-latest-IVF-techno
logies-to-increase–
● Katolisitas. (2018). Diakses pada 6 Desember 2022 dari
https://www.katolisitas.org/mengapa-aborsi-itu-dosa/comment-page-7/
● Cohen, Cynthia B. (2002). Protestant Perspectives on the Uses of the New
Reproductive Technologies. Fordham Urban Law Journal, 20(1) , 135-145.
https://ir.lawnet.fordham.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1850&context
=ulj
● Sallam, NH. (2016). Religious Aspects of Assisted Reproduction. Facts
Views Vis Obgyn, 8(1), 33-48
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5096425/
● Asnawati. 2017. Dimensi Tradisional dan Spiritual Agama Hindu.
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Jakarta
● Wiranata, Gede. 2021. “Bayi Tabung Dalam Perspektif Agama Hindu”
dalam Widya Katambung:Jurnal Filsafat Agama Hindu Vol.12 No.1.
Palangka Raya: Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka
Raya.
● Wiranata, Gede. 2020. “Etika Hindu Dalam Kehidupan” dalam Widya
Katambung:Jurnal Filsafat Agama Hindu Vol.11 No.1. Palangka Raya:
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya.
● Susanti, Komang. 2020. Ajaran Susila Hindu Dalam Membangun
Karakter dan Moralitas Vol. 1. Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri
Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia.
● Tim Mimbar Hindu. 2015. Sapta Timira Dalam Etika Dan Tata Susila Hindu.
https://kemenag.go.id/read/sapta-timira-dalam-etika-dan-tata-susila-hind
u-pve5g, diakses pada 11 Desember 2022 pukul 13.00.
● Tfp Fertility UK. (2021, August 19). Why does IVF fail for some people? We
Make Families. Retrieved December 6, 2022, from
https://tfp-fertility.com/en-gb/blog/why-does-ivf-fail-for-some-people
● Wau, Y. S. (2021, April 27). Ajaran Gereja katolik tentang aborsi.
KOMPASIANA. Retrieved December 6, 2022, from
https://www.kompasiana.com/yulius88910/608782128ede486fc30f2af2/
ajaran-gereja-katolik-tentang-aborsi
● Haas, J. M. (n.d.). Diperanakkan, Bukan Dibuat Suatu Pandangan Katolik
Mengenai Teknologi Reproduksi. Bayi Tabung. Retrieved December 6,
2022, from http://yesaya.indocell.net/id1231.htm
● Go, P. (1988). Soal moral 'Bayi Tabung' Menurut Gereja katolik. Analekta
Keuskupan Malang.
● Katolisitas.org. (n.d.). Tentang Bayi Tabung. katolisitas.org. Retrieved
December 6, 2022, from
https://www.katolisitas.org/tentang-bayi-tabung/
● Katolisitas.org. (n.d.). Tentang Bayi Tabung. katolisitas.org. Retrieved
December 6, 2022, from
https://www.katolisitas.org/tentang-bayi-tabung/
● Riskita, A. (2022, January 4). 7 Penyebab program Bayi Tabung gagal, Cari
Tahu! Orami. Retrieved December 6, 2022, from
https://www.orami.co.id/magazine/penyebab-program-bayi-tabung-gagal
● zubaidah, syarif. “Al-Mawarid Edisi VII 2002.” Bayi Tabung, Status Hukum
Dan Hubungan Nasabnya Dalam Perspektif Hukum Islam, 2002,
media.neliti.com/media/publications/42561-ID-bayi-tabung-status-huku
m-dan-hubungan-nasabnya-dalam-perspektif-hukum-Islam.pdf.
● Dongoran, Irham. “Bayi Tabung Dalam Tinjauan Hukum Islam (Analisis
Maqashid Syari’ah).” TAQNIN: Jurnal Syariah Dan Hukum, vol. 2, no. 1,
MIQOT Jurnal Ilmu ilmu KeIslaman, June 2020. Crossref,
https://doi.org/10.30821/taqnin.v2i1.7604.

Anda mungkin juga menyukai