Anda di halaman 1dari 21

Model Pembentukan Persepsi Konsumen Terhadap Citra Perusahaan

Berdasarkan Strategi Aliansi Pada PT. Garuda Indonesia, Tbk


Gagah Rizki Ramadhani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
gagahriz@gmail.com

Dosen Pembimbing:
Sigit Pramono, SE., MSc
ABSTRAK

Penulisan penelitian ini memiliki tujuan untuk merancang suatu bentuk model
persepsi konsumen terhadap citra perusahaan, Tbk berdasarkan strategi aliansi pada PT.
Garuda Indonesia, Tbk. Strategi aliansi dan citra perusahaan akan dikaitkan dengan teori-
teori manajemen.

Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dengan cara membandingkan hasil wawancara narasumber atau informan satu dengan
lainnya. Digunakan 3 metode pengunpulan data yang berbeda yaitu wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya persepsi konsumen terhadap citra
perusahaan berdasarkan strategi aliansi yang dikaitkan dengan teori trust dan teori service
quality sehingga terbentuk suatu model sehingga berkontribusi terhadap teori yang telah ada
sebelumnya.
KATA KUNCI: Citra Perusahaan, Strategi Aliansi
1. PENDAHULUAN tentu diikuti dengan kenaikan
Pesawat udara pertama kali jumlah armada pesawat udara di
diciptakan oleh Orville Wright dan dunia. Produsen pesawat udara yang
Wilbur Wright atau yang lebih dianggap sukses dan memiliki pasar
dikenal dengan nama Wright yang besar adalah Boeing dan
Bersaudara di tahun 1902. Flyer Airbus. Keduanya terus
merupakan pesawat dengan mengembangkan unit pesawat yang
teknologi dan fasilitas yang berdaya saing tinggi di pasaran
terbatas. Penciptaan flyer khususnya untuk pesawat yang
berdampak pada perkembangan berbadan lebar (wide body).
industri penerbangan yang
Dengan pertumbuhan pengguna
kompetitif sehingga saat ini telah
transportasi udara ini, maka negara-
muncul banyak produsen pesawat
negara berkompetisi untuk dapat
udara seperti Boeing, Airbus,
membangun kemampuan individual
Bombardier, dan sebagainya.
dan menangkap peluang pasar,
Penggunaan teknologi yang
dimana sektor aviation
eksponensial di bidang aeronautika
dan aerospace merupakan sektor
saat ini juga memperkuat kompetisi
yang dapat menyerap tenaga kerja
diantara maskapai penerbangan.
berkualifikasi tinggi (high skilled
Terjadi peningkatan jumlah labour) dan mempunyai nilai
penumpang yang menggunakan jasa tambah (added value) serta
transportasi udara. Peningkatan mempunyai efek multiplikasi yang
penumpang ini berbanding lurus tinggi. Multiplikasi dari teknologi
dengan persaingan antarmaskapai di ini antara lain dari tumbuhnya
seluruh dunia. Maskapai industri perawatan pesawat,
berkompetisi untuk menunjukkan pasokan komponen-komponen
jati dirinya dengan memberikan pesawat (engine, avionics, sistem
pelayanan yang maksimal. pendaratan dan sistem-sistem
Kenaikan jumlah penumpang ini pesawat terbang lain), jasa angkutan
udara, jasa kebandaraan, jasa yang tidak sempurna akan
pendidikan dan pelatihan, sistem IT memberikan dampak buruk bagi
sampai dengan aplikasi pertahanan. citra perusahaan. Salah satu cara
untuk memenangkan persaingan
Industri penerbangan adalah
yang kompetitif di era modern ini
bisnis yang padat modal, padat
adalah dengan mengembangkan
teknologi, dan padat karya. Industri
persepsi atau citra yang baik di
ini tidak berhenti hanya pada
mata calon konsumen. Banyak cara
pelayanan diatas pesawat antara
yang dapat dilakukan oleh
cabin crew dan penumpang saja,
perusahaan penerbangan untuk
namun juga meliputi ground
tetap berada pada jalur kebijakan-
handling, dan pihak-pihak lainnya
kebijakan strategis yang dapat terus
yang berusaha melayani pelanggan
mendongkrak performa perusahaan
baik itu pre flight, in flight, dan juga
dan citra yang baik di mata calon
post flight. Kinerja-kinerja
pelanggan potensial.
penyelenggara transportasi udara
tersebut akan dinilai secara Perusahaan dapat melakukan
komprehensif oleh lembaga kolaborasi antarperusahaan dengan
penerbangan seperti Skytrax. jenis produk yang hampir sama.
Strategi ini sering disebut sebagai
Persaingan antarmaskapai yang
aliansi strategi. Strategi model ini
dinilai langsung oleh konsumen
ditujukan bagi perusahaan atau unit
melalui pengalaman terbang dan
bisnis yang bekerjasama dalam
juga penilaian yang dilakukan oleh
bidang-bidang tertentu untuk
lembaga penerbangan akan
mencapai sebuah tujuan. Aliansi
menimbulkan suatu persepsi atau
strategi adalah sebuah komunitas
citra terhadap perusahaan
atau paguyuban dari suatu industri
penerbangan. Pelayanan yang baik
yang menawarkan banyak
akan menimbulkan citra perusahaan
keuntungan juga mereduksi risiko
yang baik di mata masyarakat, dan
operasional bisnis tersebut. Industri
sebaliknya, pemenuhan kewajiban
penerbangan adalah salah satu yang melakukan penerbangan codeshare
mempunyai banyak komunitas antarmaskapai dan antarnegara.
penerbangan yang terbagi atas Pemasaran merek ini juga meliputi
beberapa jenis. Hingga tahun 2016 pemasangan corak bersama antar
ini sudah berdiri 3 aliansi strategis maskapai anggota. Keuntungan
industri penerbangan yang dikenal maskapai penerbangan di suatu
oleh dunia, yaitu: Star Alliance, negara melakukan kerjasama
One World, dan Skyteam. Masing- codeshare adalah tersedianya
masing aliansi ini menawarkan armada pesawat dengan
keuntungan yang berbeda kepada memanfaatkan connecting flight
maskapai yang bergabung di menggunakan armada maskapai
dalamnya sehingga secara tidak jaringan aliansi.
langsung memberikan penawaran
Garuda Indonesia adalah
keuntungan serupa bagi pelanggan
maskapai yang bergabung dengan
maskapai tersebut.
salah satu aliansi penerbangan yaitu
Wheelen dan Hunger dalam Skyteam pada tanggal 5 Maret 2014
Elmuti dan Kathawala (2001) dan telah mendapatkan penilaian
berpendapat bahwa bentuk bintang 5 airline-service dari
hubungan dari model strategis ini Skytrax. Hal tersebut semakin
mendukung perusahaan mengukuhkan posisi Indonesia di
penerbangan untuk menurunkan peta industri air travel dunia,
risiko-risiko yang berpotensi sekaligus memperkuat reputasi
memiliki dampak luar biasa Garuda Indonesia sebagai World
terhadap operasional perusahaan Class Airline dan setara dengan
dan menjamin keunggulan penerbangan terkemuka global
persaingan. lainnya. Saat ini Garuda
menghadapi persaingan yang ketat
Aliansi menyediakan
dengan bersaing dengan maskapai
kemudahan pemasaran merek yang
maskapai bintang 5 lainnya seperti
memudahkan penumpang
Malaysia Airlines, Korean Air, dan maupun jenis armada. Garuda
Singapore Airlines. Garuda Indonesia juga diwajibkan
Indonesia berusaha untuk membuka rute internasional yang
mendapatkan persepsi positif dari sesuai dengan target market share
calon konsumen di regional sekaligus menyediakan fasilitas
ASEAN maupun dunia. kursi first class pada armada
pesawatnya. Kursi first class ini
Bentuk kerjasama Garuda
sesuai dengan misi Skyteam yang
dengan maskapai-maskapai lainnya
memberikan pilihan kepada
yang berada dibawah kendali
konsumen aliansi bahwa Skyteam
Skyteam tidak terpublikasi dengan
memberikan fasilitas dan pelayanan
baik, khususnya bagi pelanggan
yang maksimal.
yang jarang menikmati
penerbangan internasional, karena Penelitian ini mengacu kepada
bentuk kerjasama ini adalah Global penelitian terdahulu. Namun masih
Strategic Alliances. Strategi ini belum ditemukan kesimpulan yang
adalah kerjasama secara menyatakan bahwa strategi aliansi
partnerships antara dua atau lebih berpengaruh terhadap citra
perusahaan lintas negara dan lintas perusahaan khususnya dalam
industri. industri penerbangan. Sehingga hal
ini menjadi alasan yang menarik
Dalam proses bergabungnya
untuk diteliti. Alasan lainnya adalah
Garuda Indonesia ke dalam aliansi
Garuda Indonesia merupakan satu-
Skyteam, terdapat standar
satunya maskapai di Indonesia yang
operasional prosedur yang harus
mampu bergabung bersama suatu
dipenuhi oleh Garuda. Skyteam
aliansi, karena dunia penerbangan
telah menetapkan persyaratan baku
dikenal mempunyai beberapa
bagi calon anggota yang akan
aliansi yang terkenal dan
bergabung seperti harus memiliki
mempunyai reputasi yang bagus.
armada sesuai yang ditetapkan oleh
Skyteam baik dalam jumlah armada
Sehingga hal tersebut sangat anggota tersebut memiliki kemauan
mendukung penelitian ini. dan kemampuan untuk
menyumbangkan sumber daya guna
2. TINJAUAN PUSTAKA
mengatasi hambatan-hambatan.
ALIANSI STRATEGI Hal-hal tersebut dapat

Aliansi strategi dapat dilihat dijadikan suatu pedoman bagi

sebagai kesepakatan antar perusahaan mitra untuk membentuk

perusahaan untuk bekerja suatu atribut aliansi. Sehingga

bersama-sama untuk mencapai pencapaian tujuan dapat dilakukan


tujuan strategis. Bentuk-bentuk secara terarah dan diterapkan oleh

kesepakatan atau kerjasama seluruh perusahaan mitra.

tersebut dapat berupa berbagi Indikator untuk mengukur


sumber daya seperti pada joint variabel atribut aliansi seperti pada
venture atau tanpa berbagi sumber Gambar 2.1 berikut ini mengacu
daya seperti kerjasama pada Monczka (1994).
pemasaran. distribusi.
kesepakatan lisensi. penelitian dan
pengembangan kemitraan.
(Wahyuni et al.. 2003)

ATRIBUT ALIANSI STRATEGI Sumber : Monczka (1994. hlm. 558)

Gambar 2.1
Komitmen dapat diartikan
sebagai tekad dari tiap-tiap anggota Indikator dari Variabel Atribut
aliansi untuk melakukan suatu
Aliansi
tindakan pasti yang mendukung
tercapainya tujuan aliansi stratejik. Kelanjutan aliansi merupakan
Dalam konteks hubungan keberhasilan perusahaan dalam
kerjasama. suatu bentuk komitmen memelihara kerjasama yang telah
dari anggota aliansi dapat terjalin baik. Peningkatan kualitas
diwujudkan dengan seberapa jauh merupakan peningkatan kualitas
pelayanan perusahaan setelah KEBERHASILAN STRATEGI
menjalin kerjasama dengan ALIANSI
mitranya. Sedangkan kemampuan Anslinger & Jenk (2004)
berkompetisi merupakan mengemukakan beberapa panduan
peningkatan kemampuan bagi suksesnya aliansi strategis.
perusahaan dalam berkompetisi yaitu:
dengan para pesaingnya.
1. Pengembangan tujuan-tujuan
Beberapa indikator yang yang baik dan jelas serta
digunakan untuk mengukur definisi sukses yang jelas pula.
variabel kesuksesan aliansi seperti 2. Memilih bentuk aliansi yang
yang tampak pada Gambar 2.1 tepat.
berikut ini mengacu pada 3. Menentukan model tata kelola
penelitian Saxton (1997) dan yang memadai dengan
Dussauge dan Garrette (1998) mekanisme pengambilan
yaitu kelanjutan aliansi. keputusan yang jelas.
peningkatan kualitas. dan 4. Mengantisipasi terhadap
kemampuan berkompetisi. munculnya konflik.
5. Merencanakan langkah-langkah
evaluasi.
6. Menetapkan ukuran-ukuran
yang jelas panduan serta
pengukuran suksesnya aliansi.
Sumber : Saxton (1997);
Dussauge dan Garrette (1998) CITRA PERUSAHAAN
Gambar 2.2 Menurut Susanto (2007). citra
perusahaan terbentuk dari asosiasi
Indikator Variabel Kesuksesan
Aliansi antara perusahaan dengan
sekumpulan atribut positif maupun
negatif. Misalnya perusahaan
diasosiasikan dengan atribut-atribut PENGUKURAN CITRA
: bemutu. layanan baik. tetapi PERUSAHAAN
kurang memiliki tanggung jawab Image suatu obyek berkaitan
sosial. Jadi sejatinya corporate dengan persepsi seseorang. Persepsi
image atau citra perusahaan berada merupakan pemahaman seseorang
dalam benak stakeholder-nya. Dari terhadap suatu obyek, yang
sisi individu. atribut-atribut yang melibatkan penglihatan,
menonjol inilah yang menentukan penghayatan, perasaan dan
apakah sebuah perusahaan memiliki penciuman. Hal ini seperti yang
reputasi baik atau buruk. dikemukakan oleh Luthans (Thoha,
FAKTOR MEMENGARUHI 2003) bahwa persepsi itu adalah
CITRA PERUSAHAAN lebih kompleks dan luas kalau
Menurut Norman dalam dibandingkan dengan penginderaan.
Fatmawati (2004). citra Proses persepsi meliputi suatu
mempengaruhi benak pelanggan interaksi yang sulit dari kegiatan
melalui kombinasi : 1) efek seleksi, penyusunan, dan
periklanan. 2) hubungan masyarakat penafsiran. Walaupun persepsi
(public relations). 3) citra fisik. 4) sangat tergantung pada
komentar dari mulut ke mulut. dan penginderaan data, proses kognitif
5) pengalaman nyata mereka barangkali bisa menyaring,
dengan produk/layanan menyederhanakan, atau mengubah
Menurut Shimp (2003) secara sempurna data tersebut.
Corporate Image yang positif dapat Dengan demikian, proses
meningkatkan dikenalnya nama persepsi dapat menambah, dan
perusahaan, membangun itikad baik mengurangi kejadian senyatanya
bagi perusahaan serta produknya, yang diinderakan oleh seseorang.
atau mengidenfitikasikan dirinya Berdasarkan uraian di atas, maka
sendiri dengan beberapa aktivitas corporate image adalah persepsi
yang bisa diterima secara sosial dan tentang nama baik atau citra positif
bermakna. suatu perusahaan di mata konsumen
/ relasi bisnisnya, yang dapat diukur 2) Persepsi konsumen terhadap
dari: (1) perusahaan dapat citra perusahaan berdasarkan
dipercaya, (2) perusahaan memiliki Strategi Aliansi
reputasi baik, (3) perusahaan OBJEK DAN SUBYEK
dikenal secara luas atau memiliki PENELITIAN
nama besar, (4) perusahaan bekerja Objek pada penelitian ini
secara profesional, (5) perusahaan adalah PT. Garuda Indonesia, Tbk.
dapat memenuhi harapan Subyek pada penelitian ini adalah
pelanggan. konsumen Garuda Indonesia
3. METODE PENELITIAN
SUMBER DATA
JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif Data adalah semua keterangan

kualitatif karena ingin melihat atau fakta-fakta yang diperoleh

hubungan sebab akibat antar- peneliti baik secara langsung

elemen. Peneliti ingin mengetahui maupun secara tidak langsung, yang

pengaruh penerapan aliansi strategi digunakan untuk keperluan

terhadap citra perusahaan PT. penelitian. Sumber data yang

Garuda Indonesia, Tbk. digunakan dalam penelitian ini


berdasarkan cara memperolehnya
FOKUS PENELITIAN
dibagi menjadi dua, yaitu :
Fokus penelitian harus dibatasi
1. Data Primer, Data yang
agar mengetahui bagian-bagian
digunakan dalam penelitian ini
yang harus diteliti sehingga mudah
berupa penggalian informasi
dalam mencari serta menseleksi
secara langsung menggunakan
data. Adapun yang menjadi fokus
teknik wawancara kepada
penelitian adalah sebagai berikut:
konsumen Garuda Indonesia.
1) Persepsi konsumen terhadap Pertanyaan wawancara meliputi
aliansi strategi Skyteam pengetahuan terhadap Garuda
Indonesia secara keseluruhan
dan persepsi konsumen terkait
penerapan strategi aliansi peneliti tidak menggunakan
dengan bergabungnya pedoman wawancara yang telah
perusahaan ke dalam aliansi tersusun secara sistematis dan
Skyteam. legkap untuk pengumpulan datanya.
2. Data Sekunder, data internal Lalu peneliti juga melakukan
diperoleh dari data yang observasi dan dokumentasi sebagai
disediakan oleh perusahaan pelengkap teknik pengumpulan
seperti melalui website
TEKNIK ANALISIS DATA
perusahaan atau data-data fisik
. Bungin (2003) menjabarkan
yang dapat diperoleh di kantor
tahapan analisis data kualitatif yang
PT. Garuda Indonesia, Tbk
meliputi:
meliputi gambaran umum
1. Pengumpulan data, dilakukan
perusahaan dan aktivitas
dengan mengumpulkan data
perusahaan dalam lingkup
sekunder dan wawancara secara
kerjasama korporasi bersama
langsung.
Skyteam dan member aliansi
2. Reduksi data, proses pemilihan,
lainnya. Data sekunder
penyederhanaan, dan
eksternal diperoleh dari hasil
transformasi seluruh data
literatur, tulisan karya ilmiah,
menjadi data yang dibutuhkan
jurnal internasional, majalah,
agar memudahkan proses
dan keterangan lainnya di luar
analisis data.
perusahaan yang sifatnya
3. Display data, proses penyajian
membantu penelitian.
informasi dari kumpulan data
TEKNIK PENGUMPULAN
yang telah direduksi dan
DATA
dianalisis sebelumnya.
Pengumpulan data pada 4. Verifikasi dan penegasan
penelitian ini menggunakan metode kesimpulan, analisis yang
wawancara tidak terstruktur adalah dilakukan pada tahap ini lebih
wawancara yang bebas dimana
ke arah interpretasi yang sudah membuktikan data yang telah
dikelompokkan dan disajikan. ditemukan.
KEABSAHAN DATA
4. PEMBAHASAN HASIL
Cara pengumpulan data harus
PENELITIAN
sesuai dan tepat untuk menggali
data yang benar-benar diperlukan
GAMBARAN UMUM GARUDA
bagi penelitian. Dalam penelitian
INDONESIA
ini, validitas dan reabilitas data
Sejarah penerbangan komersial
yang akan digunakan oleh peneliti
Indonesia dimulai saat bangsa
adalah dengan menggunakan teknik
Indonesia sedang mempertahankan
sebagai berikut:
kemerdekaannya. Penerbangan
1. Triangulasi, Denzin dalam komersial pertama menggunakan
Moleong (2011) membedakan pesawat DC-3 Dakota dengan
triangulasi kedalam empat registrasi RI 001 dari Calcutta ke
bentuk yang meliputi Rangoon dan diberi nama
Triangulasi sumber, metode, “Indonesian Airways” dilakukan
penyidik dan teori. Lebih pada 26 Januari 1949.
spesifik triangulasi yang Pada tahun yang sama, 28
digunakan dalam penelitian ini Desember 1949, pesawat tipe
adalah triangulasi sumber Douglas DC-3 Dakota dengan
yakni membandingkan registrasi PK-DPD dan sudah dicat
kepercayaan suatu informasi dengan logo “Garuda Indonesian
yang diperoleh melalui waktu Airways”, terbang dari Jakarta ke
dan alat yang berbeda dalam Yogyakarta untuk menjemput
penelitian kualitatif Presiden Soekarno.
Inilah penerbangan yang
2. Menggunakan Bahan
pertama kali dengan nama Garuda
Referensi, digunakan sebagai
Indonesian Airways. Nama
bahan pendukung untuk
“Garuda” diberikan oleh Presiden
Soekarno dimana nama tersebut global, SkyTeam, sebagai bagian
diambil dari sajak Belanda yang dari program perluasan jaringan
ditulis oleh penyair terkenal pada internasionalnya. Dengan
masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben bergabung bersama SkyTeam,
Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn penumpang Garuda Indonesia kini
vleugels uitslaat hoog bovine uw dapat terbang ke 1.064 tujuan di
einladen", yang artinya, “Saya 178 negara yang dilayani oleh
Garuda, burung Vishnu yang semua maskapai anggota SkyTeam
melebarkan sayapnya tinggi di atas dengan lebih dari 15.700
kepulauan Anda”. penerbangan per hari dan akses ke
Seiring dengan upaya 564 lounge di seluruh dunia.
pengembangan usaha, di awal tahun
GAMBARAN UMUM
2005, Garuda Indonesia memiliki
SKYTEAM
tim manajemen baru, yang
Organisasi maskapai
kemudian membuat perencanaan
penerbangan internasional
baru bagi masa depan Perusahaan.
SkyTeam merupakan aliansi
Manajemen baru Garuda Indonesia
maskapai penerbangan yang terdiri
melakukan evaluasi ulang dan
dari 20 anggota maskapai yang
restrukturisasi.
menerbangkan hampir 16,000 lebih
Penyelesaian seluruh
penerbangan dalam sehari.
restrukturisasi utang perusahaan
Skyteam mencatat dapat
mengantarkan Garuda Indonesia
mengangkut hingga 612 juta tiap
siap untuk mencatatkan sahamnya
tahun dengan konektivitas ke 1,052
ke publik pada 11 Februari 2011.
rute di 177 negara yang didukung
Garuda Indonesia juga
oleh 481,691 karyawan dan armada
melaksanakan perjanjian code share
yang berjumlah sekitar 3,054
dengan 14 maskapai internasional.
pesawat dengan tambahan hampir
Selain itu, pada tanggal 5 Maret
1,580 armada yang tergabung
2014, Garuda Indonesia secara
resmi bergabung dengan aliansi
dalam anak perusahaan/afiliasi dari bahwa pada hakikatnya dalam suatu
maskapai anggota. aliansi, perusahaan atau mitra akan
Dimulai pada tanggal 22 Juni selalu meningkatkan kualitasnya.
1999, maskapai Air France & Delta Terbukti bahwa setelah
Air lines melakukan bergabung dengan Skyteam,
penandatanganan kerjasama jangka Garuda Indonesia meningkatkan
panjang yang nantinya membuka segala aspek fasilitasnya baik itu
kemungkinan untuk mendirikan sebelum penerbangan, saat
aliansi kedepannya nanti. Berlanjut penerbangan, dan setelah
di tahun 2001, SkyTeam membuka penerbangan.
hubungan baru yang didukung oleh
Harga yang tinggi akan
Korean Airlines di Bandar Udara
menjadi masalah bagi konsumen
Internasional Incheon, Seoul yang
yang mempertimbangkan hanya
nantinya bisa meningkatkan
dari segi harga pada suatu
jaringan rute di Asia. Selanjutnya
penerbangan udara. Namun akan
pada November 2001, SkyTeam
dianggap sebanding jika konsumen
mendirikan kantor Joint Venture
dapat memanfaatkan penerbangan
Cargo bersama yang didirikan
Garuda untuk menukar value for
secara bersamaan di beberapa kota
money dengan promo-promo yang
besar di Amerika Serikat.
terdapat di setiap pre flight dan post

REAKSI KONSUMEN flight. Harga mahal merupakan

TERKAIT KEPUTUSAN konsekuensi atas bergabungnya

GARUDA INDONESIA Garuda ke dalam Aliansi Skytean

BERGABUNG BERSAMA PENGHARGAAN SEBAGAI


SKYTEAM MASKAPAI BINTANG LIMA
Pernyataan informan sesuai DARI LEMBAGA RISET
dengan teori kesuksesan aliansi PENERBANGAN SKYTRAX
yang dikemukakan oleh Saxton. DAMPAK DARI BERGABUNG
Saxton (1997) mengungkapkan DENGAN SKYTEAM
Penghargaan bintang lima yang nominasi penilaian lainnya dari
diterima oleh Garuda Indonesia Skytrax yaitu World’s Best Cabin
dinilai pantas oleh konsumen Crew dan juga World’s Best
Garuda Indonesia. Maaskapai Economy Class. Penghargaan
dinilai telah memberikan pelayanan tersebut didapatkan selama 2 tahun
yang maksimal sehingga berturut turut.
menghasilkan suatu penghargaan Namun, tidak semua informan
dari Skytrax. Hingga saat ini, menyatakan bahwa Garuda
Garuda masih dianggap yang Indonesia pantas menyandang
terbaik dari segi pelayanan ataupun penghargaan-penghargaan tersebut.
pengalaman terbang yang Masih banyak bidang yang harus
didapatkan oleh konsumennya. diperbaiki oleh Garuda sehingga
layak mendapatkan predikat sebagai
Penghargaan ini tentu
salah satu maskapai yang memiliki
meningkatkan kepercayaan yang
kru kabin dan kelas ekonomi yang
tinggi dari konsumen Garuda.
paling baik di dunia.
Tentu di lain sisi, Garuda Indonesia
PERSEPSI KONSUMEN
harus selalu menjaga
TERHADAP CORPORATE
keberlangsungan operasionalnya
IMAGE PT. GARUDA
dengan sangat baik, agar
INDONESIA BERDASARKAN
penghargaan bintang lima ini bisa
STRATEGI ALIANSI
terus dipertahankan. Hal tersebut
terbukti dengan diraihnya Hasil penelitian menyatakan
penghargaan sebagai maskapai bahwa Garuda Indonesia
bintang lima selama dua tahun memperkenalkan Skyteam melalui
berturut turut dan juga best cabin media-media yang dimiliki oleh
crew selama 4 tahun berturut turut. Garuda. Bahkan Garuda Indonesia
juga memasang logo Skyteam di
Selain penghargaan sebagai
badan pesawat, di kabin, dan di
maskapai bintang lima, Garuda
setiap instrumen produk penjualan
Indonesia juga memenangkan
dan fasilitas Garuda Indonesia. maskapai Indonesia yang telah
Namun Informan dalam penelitian mendapat penghargaan, sehingga
ini tidak seluruhnya mengetahui dapat memberikan kepercayaan
tentang Skyteam meskipun Garuda kepada calon konsumen dari
telah memperkenalkannya tidak berbagai negara yang belum
hanya kepada konsumen yang mengetahui Garuda Indonesia.
terbang dengan rute internasional,
Aliansi Skyteam mempunyai
namun juga rute domestik.
peran yang besar dalam membentuk
Keputusan Garuda Indonesia citra Garuda Indonesia. Hal tersebut
yang bergabung dengan Skyteam dijelaskan oleh informan yang
berhasil memberikan dampak baik bekerja untuk Garuda Indonesia
bagi Garuda. Skyteam menetapkan bahwa perusahaan membutuhkan
standar yang tinggi dan persyaratan wadah untuk memperkenalkan
yang ketat pada calon anggota yang produknya serta sebagai maskapai
akan bergabung, sehingga hasil bertaraf internasional. Cara yang
yang diperoleh Garuda adalah digunakan Garuda adalah dengan
pelayanan yang maksimal, mencari wadah dengan reputasi
menonjolkan keramahtamahan khas aliansi internasional dengan
Indonesia, memiliki first class memilih aliansi Skyteam.
untuk penerbangan jarak jauh, dan
Sehingga dapat disimpulkan
tata kelola manajemen yang baik.
bahwa terdapat keterkaitan antara
Informan juga berpendapat citra baik Garuda Indonesia dengan
bahwa bergabungnya Garuda dampak dari keputusan maskapai
Indonesia bersama Skyteam bergabung dengan Skyteam.
berdampak pada citra maskapai Informan memandang bahwa citra
yang bagus. Memanfaatkan Skyteam saat ini baik dan memiliki
networking di dalam aliansi pengaruh yang besar terhadap citra
tersebut, Garuda Indonesia dapat Garuda Indonesia sehingga Garuda
memperkenalkan diri sebagai Indonesia maupun Skyteam sama-
sama memiliki reputasi atau citra Penelitian ini menyatakan
yang baik. bahwa persepsi konsumen terhadap
strategi aliansi memengaruhi citra
MODEL PEMBENTUKAN
PT. Garuda Indonesia. Citra
PERSEPSI KONSUMEN
Skyteam yang baik turut
Setelah memahami jawaban
memengaruhi citra Garuda
penelitian secara garis besar, Dalam
Indonesia di mata konsumennya.
prosesnya, penelitian ini menemukan
Pengaruh antara strategi aliansi
sebuah model yang menggambarkan
terhadap citra perusahaan tersebut
bagaimana strategi aliansi memiliki
dibuktikan dengan fakta dan teori
keterkaitan dengan citra perusahaan.
yang didapatkan selama melakukan
Keterkaitan tersebut diperoleh melalui
penelitian ini.
jawaban informan yang cenderung
mengarah pada satu jawaban bersifat Dibuktikan melalui Teori
homogen. Pernyataan informan Kanter (2007) yang
mendukung teori strategi aliansi mengungkapkan 3 aspek dasar
maupun teori citra perusahaan hingga dalam aliansi strategis. Pertama,
pada akhirnya terdapat keterkaitan aliansi haruslah memberikan
melalui teori yang baru. Model keuntungan bagi pihak-pihak yang
persepsi konsumen yang dimaksud terlibat di dalamnya melalui sistem
dapat dilihat pada gambar 4.3 yang semakin lama semakin

Persepsi konsumen
berkembang, hal tersebut dilakukan
terhadap Garuda
Indonesia dan
skyteam dengan memberikan
Aliansi Skyteam keuntungan bagi maskapai-
maskapai anggotanya termasuk

Persepsi Informan
Elemen Garuda Indonesia contohnya
Penghubung: CITRA
yang belum memiliki
pengetahuan terkait PERUSAHAAN dengan memberikan kemudahan
Skyteam 1. Trust
2. Service akses lounge bagi konsumen
Quality
maskapai yang berada dalam
Persepsi konsumen jaringan Skyteam.
terhadap
bergabungnya
perusahaan ke dalam
Aliansi Skyteam
Kedua, Skyteam juga di mata konsumen. Faktor-faktor
melibatkan kolaborasi-kolaborasi tersebut sesuai dengan keterangan
(pembentukan nilai baru secara informan yang didapatkan selama
bersama) yang mana ini juga penelitian.
diterapkan oleh Garuda Indonesia
Sehingga dapat diambil
bekerjasama dengan Singapore
kesimpulan bahwa bergabungnya
Airlines terkait program penjualan
Garuda Indonesia ke Skyteam
tiket Garuda oleh Singapore
membawa perubahan pada citra
Airlines dan juga sebaliknya.
perusahaan melalui kualitas
Sehingga membuktikan bahwa
pelayanan jasa ke arah yang lebih
Skyteam menerapkan aspek-aspek
baik. Pelayanan kualitas tidak
dasar aliansi strategis yang
terlepas dari peran Skyteam dalam
diungkapkan oleh Kanter bahwa
menaungi Garuda Indonesia untuk
aliansi yang dianggap sukses adalah
menembus pasar internasional.
aliansi yang melibatkan kolaborasi
5. KESIMPULAN
dan bukan hanya memperoleh
Berdasarkan hasil penelitian
kembali apa yang diberikan.
dan pembahasan yang telah
Dari penelitian ini ditemukan dilakukan maka dapat ditarik
hubungan bahwa dalam proses kesimpulan sebagai berikut:
strategi aliansi terhadap citra 1. Bergabungnya perusahaan ke
perusahaan terdapat teori-teori baru dalam Skyteam membuat citra
yang muncul untuk memperkuat perusahaan PT. Garuda
keterangan informan sebagaimana Indonesia, Tbk semakin baik.
tergambar dalam model persepsi Garuda memiliki networking
konsumen. Teori tersebut adalah yang luas, mampu menciptakan
teori terkait faktor trust dan juga tata kelola perusahaan yang
service quality. bagus sehingga mampu meraih
penghargaan sebagai maskapai
Melalui faktor-faktor tersebut,
bintang lima dari Skytrax.
citra Garuda Indonesia menjadi baik
2. Pembenahan diri yang dihubungkan oleh faktor trust
dilakukan PT. Garuda dan service quality. Hasil
Indonesia, Tbk juga merupakan penelitian menyatakan bahwa
faktor persyaratan standar yang elemen-elemen aliansi strategis
ditentukan oleh Skyteam. antara lain: 1) fokus kepada
Sehingga citra Garuda yang bisnis utama sehingga mampu
baik tersebut tercermin dari memberikan pelayanan jasa
pelayanan yang maksimal yang maksimal, 2) melakukan
kepada konsumen, pembukaan pendekatan dinamis sehingga
first class untuk penerbangan Garuda Indonesia tidak hanya
jarak jauh, dan pembukaan rute terpaku kepada satu kondisi
baru. tertentu saja, melainkan harus
3. Skyteam memiliki citra yang lebih fleksibel terhadap
lebih baik daripada Garuda berbagai kondisi. Selain itu
Indonesia. Citra baik yang juga aspek-aspek dasar aliansi
dimiliki Skyteam berasal dari dapat dicocokkan dengan
maskapai yang menjadi kondisi dari Aliansi Skyteam.
anggota Skyteam yang telah 5. Penelitian ini menghasilkan
memiliki reputasi bagus. keterkaitan antara strategi
Reputasi bagus selalu berjalan aliansi terhadap citra
sejajar dengan kinerja dan perusahaan dengan dikaitkan
standar yang tinggi. Sehingga teori-teori kepercayaan seperti
Garuda saat ini memiliki citra 3 jenis kepercayaan antara lain
yang baik berkat kinerja dan 1) atribut produk, 2) manfaat
standar yang tinggi serta atribut, dan 3) manfaat objek.
pengaruh nama besar Skyteam. Penelitian ini juga dihubungkan
4. Melalui model yang telah oleh elemen-elemen
dibuat, disimpulkan bahwa kepercayaan yang timbul dari
keterkaitan strategi aliansi konsumen Garuda Indonesia
dengan citra perusahaan, seperti 1) Reliability, 2)
Responsiveness, 3) Assurance, http://www.dataworldbank.com
/
4) Empathy, dan 5) Tangibles
Dewi, Andayani, 2007. Analisis
6. Dalam model pembentukan
Faktor-Faktor yang
persepsi konsumen, didapatkan Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga Kerja di Sumatera
variabel mediasi antara
Utara.Skripsi. Medan :
informan yang belum Universitas Sumatera Utara.
Dussauge, Pierre dan Bernard
mengetahui terkait Garuda
Garrette, 1998. Anticipating the
Indonesia dan Skyteam Evolutions and
Putcomes of Strategic
sehingga dalam proses
Alliances Between Rival Firms,
informan membentuk persepsi International Studies
Management & Organization,
terhadap citra perusahaan, juga
27(4), pp. 104- 126.
dipengaruhi persepsi informan
Elmuti, D. & Kathawala, Y., 2001.
yang belum memiliki Aliances Strategic Management
pengetahuan terkait Skyteam. Studies. Management
Decision London, Volume 39,
DAFTAR PUSTAKA p. 206.

Anslinger, P dan Jenk, J, 2004. Fatmawati, Indah., 2004, Citra


Creating Successful Alliances, Rumah Sakit, Kepuasan dan
The Journal of Loyalitas Pelanggan pada
Purchasing and Materials Rumah sakit PKU
Management, 25(2), pp. 18-22. Muhammadiyah Yogyakarta,
Jurnal Ekonomi UMY, 12(2),
Badan Pusat Statistik, Tabel pp. 23.
Penumpang Udara Indonesia
2014-2016, di akses pada Handoko, Johannes, 2008. Strategi
tanggal 27 Maret 2017, Aliansi: Faktor-Faktor yang
http://www.bps.go.id/linkTabel mempengaruhi
Statis/view/id/1410 kesuksesannya serta
implikasinya pada keunggulan
Bungin, Burhan, 2003. Analisis bersaing, Semarang: Thesis
Data Penelitian Kuantitatif. Fakultas Ekonomi Universitas
Jakarta: PT. Raja Grafindo Diponegoro.
Perkasa.
He, Hong-Wei & Balmer, John
Data World Bank, Airplane & M.T., 2006, Alliance brands:
Passanger Movement 2015, building corporate brands
diakses pada 27 Maret through strategic alliances?,
2017, Brand Management, Vol. 13,
No. 415, 242-256.
Iswari dan Suryandar, R., 2003, Persatuan Insinyur Indonesia,
Analisis Pengaruh Image Persentase Pasar Penjualan
Supermarket Terhadap Pesawat Boeing, diakses
Loyalitas Konsumen, Jurnal pada 27 Maret 2017,
Bisnis dan Manajemen, 3(2), http://www.pii.or.id/
pp. 81-93.
Pitts, Robert A. dan David Lei,
Johnson, Gerry. & Scholes, Kevan., 1996. Strategic Management.
1999. Exploring Corporate Building and Sustaining
Strategy 5th edition. New Competitive Adavantage,
York: Prentice Hall Europe. Amerika: West Publishing
Company.
Kotler, Philip, 2002. Manajemen
Pemasaran Jilid 1, Edisi Rousseau, Jean Jacques. 2007. Du
Milenium, Jakarta: Contract (Perjanjian Sosial).
Prehallindo. Transmedia Pustaka, Jakarta
Kuncoro, Mudrajad, 2006. Strategi: Saxton, Todd, 1997. The Effects of
Bagaimana Meraih Partner and Relationship
Keunggulan Kompetitif. Characteristic on Alliance
Jakarta: Erlangga. Outcomes, Academy of
Management Journal, 40(2),
Martono, H.K & Sudiro, Amad, pp. 443-461
2011. Hukum Angkutan Udara
Berdasarkan UU RI No.1 Shimp, Terence, 2003. Periklanan
Tahun 2009. Jakarta: PT. Raja Promosi & Aspek Tambahan
Grafindo Persada. Komunikasi Pemasaran
Terpadu Jilid 1 edisi 5. Jakarta:
Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Erlangga.
Yogyakarta : Prasetya Widi
Pratama. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif dan R&D.
Moleong, Lexy J, 2011. Metodologi Bandung: Bumi Aksara.
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Supranto, J, 2002. Metode
Peramalan Kuantitatif untuk
Monczka, Robert M., Kenneth J. Perencanaan Ekonomi dan
Petersen, Robert B. Handfield, Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
dan Gary L. Ragart, 1998.
Success Factors in Strategic Susanto, A. B., 2007. Corporate
Supplier Alliances: The Buying Social Responsibility. Jakarta:
Company Perspective, The Jakarta Consulting
Decision Sciences, 29(3), pp. Group.
553-577.
Sutisna, 2002. Perilaku Konsumen.
Mowen, J dan Minor, Michael. Bandung: Rosda Karya
2002. Perilaku Konsumen Edisi
Kelima. Erlangga, Jakarta.
Suwardi, 1994. Penulisan Karya
Ilmiah Tentang Penentuan
Tanggung Jawab
Pengangkut Yang Terikat
Dalam Kerjasama
Pengangkutan Udara
Internasional. Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional.
Thoha, Miftah, 2003.
Kepemimpinan Dalam
Manajemen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Tjiptono, Fandy, 2000. Manajemen
Jasa. Yogyakarta: Andi.
Voss, K. E. & Mohan, M., 2016.
Corporate Brand Effects in
Brand Alliances. Journal
of Business Research, 69(10),
pp. 4177-4184.
Vyas, Niren M., William L.
Shelburn, dan Dennis C.
Rogers, 1995. An Analysis of
Strategic Alliances: Forms,
Function and Framework.
Journal of Business &
Industrial Marketing, 10(3),
pp. 47-60.
Wikipedia, Skytrax, diakses pada
27 Maret 2017,
http://www.wikipedia.com/
Wahyuni, Sari, Pervez N Ghauri,
and Theo J.B.M Postma, 2003.
An investigation into
factors influencing
international strategic alliance
process. Gadjah Mada
International Journal of
Bussiness, 5(3), pp.273-299.

Anda mungkin juga menyukai