Dosen Pembimbing:
Sigit Pramono, SE., MSc
ABSTRAK
Penulisan penelitian ini memiliki tujuan untuk merancang suatu bentuk model
persepsi konsumen terhadap citra perusahaan, Tbk berdasarkan strategi aliansi pada PT.
Garuda Indonesia, Tbk. Strategi aliansi dan citra perusahaan akan dikaitkan dengan teori-
teori manajemen.
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dengan cara membandingkan hasil wawancara narasumber atau informan satu dengan
lainnya. Digunakan 3 metode pengunpulan data yang berbeda yaitu wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya persepsi konsumen terhadap citra
perusahaan berdasarkan strategi aliansi yang dikaitkan dengan teori trust dan teori service
quality sehingga terbentuk suatu model sehingga berkontribusi terhadap teori yang telah ada
sebelumnya.
KATA KUNCI: Citra Perusahaan, Strategi Aliansi
1. PENDAHULUAN tentu diikuti dengan kenaikan
Pesawat udara pertama kali jumlah armada pesawat udara di
diciptakan oleh Orville Wright dan dunia. Produsen pesawat udara yang
Wilbur Wright atau yang lebih dianggap sukses dan memiliki pasar
dikenal dengan nama Wright yang besar adalah Boeing dan
Bersaudara di tahun 1902. Flyer Airbus. Keduanya terus
merupakan pesawat dengan mengembangkan unit pesawat yang
teknologi dan fasilitas yang berdaya saing tinggi di pasaran
terbatas. Penciptaan flyer khususnya untuk pesawat yang
berdampak pada perkembangan berbadan lebar (wide body).
industri penerbangan yang
Dengan pertumbuhan pengguna
kompetitif sehingga saat ini telah
transportasi udara ini, maka negara-
muncul banyak produsen pesawat
negara berkompetisi untuk dapat
udara seperti Boeing, Airbus,
membangun kemampuan individual
Bombardier, dan sebagainya.
dan menangkap peluang pasar,
Penggunaan teknologi yang
dimana sektor aviation
eksponensial di bidang aeronautika
dan aerospace merupakan sektor
saat ini juga memperkuat kompetisi
yang dapat menyerap tenaga kerja
diantara maskapai penerbangan.
berkualifikasi tinggi (high skilled
Terjadi peningkatan jumlah labour) dan mempunyai nilai
penumpang yang menggunakan jasa tambah (added value) serta
transportasi udara. Peningkatan mempunyai efek multiplikasi yang
penumpang ini berbanding lurus tinggi. Multiplikasi dari teknologi
dengan persaingan antarmaskapai di ini antara lain dari tumbuhnya
seluruh dunia. Maskapai industri perawatan pesawat,
berkompetisi untuk menunjukkan pasokan komponen-komponen
jati dirinya dengan memberikan pesawat (engine, avionics, sistem
pelayanan yang maksimal. pendaratan dan sistem-sistem
Kenaikan jumlah penumpang ini pesawat terbang lain), jasa angkutan
udara, jasa kebandaraan, jasa yang tidak sempurna akan
pendidikan dan pelatihan, sistem IT memberikan dampak buruk bagi
sampai dengan aplikasi pertahanan. citra perusahaan. Salah satu cara
untuk memenangkan persaingan
Industri penerbangan adalah
yang kompetitif di era modern ini
bisnis yang padat modal, padat
adalah dengan mengembangkan
teknologi, dan padat karya. Industri
persepsi atau citra yang baik di
ini tidak berhenti hanya pada
mata calon konsumen. Banyak cara
pelayanan diatas pesawat antara
yang dapat dilakukan oleh
cabin crew dan penumpang saja,
perusahaan penerbangan untuk
namun juga meliputi ground
tetap berada pada jalur kebijakan-
handling, dan pihak-pihak lainnya
kebijakan strategis yang dapat terus
yang berusaha melayani pelanggan
mendongkrak performa perusahaan
baik itu pre flight, in flight, dan juga
dan citra yang baik di mata calon
post flight. Kinerja-kinerja
pelanggan potensial.
penyelenggara transportasi udara
tersebut akan dinilai secara Perusahaan dapat melakukan
komprehensif oleh lembaga kolaborasi antarperusahaan dengan
penerbangan seperti Skytrax. jenis produk yang hampir sama.
Strategi ini sering disebut sebagai
Persaingan antarmaskapai yang
aliansi strategi. Strategi model ini
dinilai langsung oleh konsumen
ditujukan bagi perusahaan atau unit
melalui pengalaman terbang dan
bisnis yang bekerjasama dalam
juga penilaian yang dilakukan oleh
bidang-bidang tertentu untuk
lembaga penerbangan akan
mencapai sebuah tujuan. Aliansi
menimbulkan suatu persepsi atau
strategi adalah sebuah komunitas
citra terhadap perusahaan
atau paguyuban dari suatu industri
penerbangan. Pelayanan yang baik
yang menawarkan banyak
akan menimbulkan citra perusahaan
keuntungan juga mereduksi risiko
yang baik di mata masyarakat, dan
operasional bisnis tersebut. Industri
sebaliknya, pemenuhan kewajiban
penerbangan adalah salah satu yang melakukan penerbangan codeshare
mempunyai banyak komunitas antarmaskapai dan antarnegara.
penerbangan yang terbagi atas Pemasaran merek ini juga meliputi
beberapa jenis. Hingga tahun 2016 pemasangan corak bersama antar
ini sudah berdiri 3 aliansi strategis maskapai anggota. Keuntungan
industri penerbangan yang dikenal maskapai penerbangan di suatu
oleh dunia, yaitu: Star Alliance, negara melakukan kerjasama
One World, dan Skyteam. Masing- codeshare adalah tersedianya
masing aliansi ini menawarkan armada pesawat dengan
keuntungan yang berbeda kepada memanfaatkan connecting flight
maskapai yang bergabung di menggunakan armada maskapai
dalamnya sehingga secara tidak jaringan aliansi.
langsung memberikan penawaran
Garuda Indonesia adalah
keuntungan serupa bagi pelanggan
maskapai yang bergabung dengan
maskapai tersebut.
salah satu aliansi penerbangan yaitu
Wheelen dan Hunger dalam Skyteam pada tanggal 5 Maret 2014
Elmuti dan Kathawala (2001) dan telah mendapatkan penilaian
berpendapat bahwa bentuk bintang 5 airline-service dari
hubungan dari model strategis ini Skytrax. Hal tersebut semakin
mendukung perusahaan mengukuhkan posisi Indonesia di
penerbangan untuk menurunkan peta industri air travel dunia,
risiko-risiko yang berpotensi sekaligus memperkuat reputasi
memiliki dampak luar biasa Garuda Indonesia sebagai World
terhadap operasional perusahaan Class Airline dan setara dengan
dan menjamin keunggulan penerbangan terkemuka global
persaingan. lainnya. Saat ini Garuda
menghadapi persaingan yang ketat
Aliansi menyediakan
dengan bersaing dengan maskapai
kemudahan pemasaran merek yang
maskapai bintang 5 lainnya seperti
memudahkan penumpang
Malaysia Airlines, Korean Air, dan maupun jenis armada. Garuda
Singapore Airlines. Garuda Indonesia juga diwajibkan
Indonesia berusaha untuk membuka rute internasional yang
mendapatkan persepsi positif dari sesuai dengan target market share
calon konsumen di regional sekaligus menyediakan fasilitas
ASEAN maupun dunia. kursi first class pada armada
pesawatnya. Kursi first class ini
Bentuk kerjasama Garuda
sesuai dengan misi Skyteam yang
dengan maskapai-maskapai lainnya
memberikan pilihan kepada
yang berada dibawah kendali
konsumen aliansi bahwa Skyteam
Skyteam tidak terpublikasi dengan
memberikan fasilitas dan pelayanan
baik, khususnya bagi pelanggan
yang maksimal.
yang jarang menikmati
penerbangan internasional, karena Penelitian ini mengacu kepada
bentuk kerjasama ini adalah Global penelitian terdahulu. Namun masih
Strategic Alliances. Strategi ini belum ditemukan kesimpulan yang
adalah kerjasama secara menyatakan bahwa strategi aliansi
partnerships antara dua atau lebih berpengaruh terhadap citra
perusahaan lintas negara dan lintas perusahaan khususnya dalam
industri. industri penerbangan. Sehingga hal
ini menjadi alasan yang menarik
Dalam proses bergabungnya
untuk diteliti. Alasan lainnya adalah
Garuda Indonesia ke dalam aliansi
Garuda Indonesia merupakan satu-
Skyteam, terdapat standar
satunya maskapai di Indonesia yang
operasional prosedur yang harus
mampu bergabung bersama suatu
dipenuhi oleh Garuda. Skyteam
aliansi, karena dunia penerbangan
telah menetapkan persyaratan baku
dikenal mempunyai beberapa
bagi calon anggota yang akan
aliansi yang terkenal dan
bergabung seperti harus memiliki
mempunyai reputasi yang bagus.
armada sesuai yang ditetapkan oleh
Skyteam baik dalam jumlah armada
Sehingga hal tersebut sangat anggota tersebut memiliki kemauan
mendukung penelitian ini. dan kemampuan untuk
menyumbangkan sumber daya guna
2. TINJAUAN PUSTAKA
mengatasi hambatan-hambatan.
ALIANSI STRATEGI Hal-hal tersebut dapat
Gambar 2.1
Komitmen dapat diartikan
sebagai tekad dari tiap-tiap anggota Indikator dari Variabel Atribut
aliansi untuk melakukan suatu
Aliansi
tindakan pasti yang mendukung
tercapainya tujuan aliansi stratejik. Kelanjutan aliansi merupakan
Dalam konteks hubungan keberhasilan perusahaan dalam
kerjasama. suatu bentuk komitmen memelihara kerjasama yang telah
dari anggota aliansi dapat terjalin baik. Peningkatan kualitas
diwujudkan dengan seberapa jauh merupakan peningkatan kualitas
pelayanan perusahaan setelah KEBERHASILAN STRATEGI
menjalin kerjasama dengan ALIANSI
mitranya. Sedangkan kemampuan Anslinger & Jenk (2004)
berkompetisi merupakan mengemukakan beberapa panduan
peningkatan kemampuan bagi suksesnya aliansi strategis.
perusahaan dalam berkompetisi yaitu:
dengan para pesaingnya.
1. Pengembangan tujuan-tujuan
Beberapa indikator yang yang baik dan jelas serta
digunakan untuk mengukur definisi sukses yang jelas pula.
variabel kesuksesan aliansi seperti 2. Memilih bentuk aliansi yang
yang tampak pada Gambar 2.1 tepat.
berikut ini mengacu pada 3. Menentukan model tata kelola
penelitian Saxton (1997) dan yang memadai dengan
Dussauge dan Garrette (1998) mekanisme pengambilan
yaitu kelanjutan aliansi. keputusan yang jelas.
peningkatan kualitas. dan 4. Mengantisipasi terhadap
kemampuan berkompetisi. munculnya konflik.
5. Merencanakan langkah-langkah
evaluasi.
6. Menetapkan ukuran-ukuran
yang jelas panduan serta
pengukuran suksesnya aliansi.
Sumber : Saxton (1997);
Dussauge dan Garrette (1998) CITRA PERUSAHAAN
Gambar 2.2 Menurut Susanto (2007). citra
perusahaan terbentuk dari asosiasi
Indikator Variabel Kesuksesan
Aliansi antara perusahaan dengan
sekumpulan atribut positif maupun
negatif. Misalnya perusahaan
diasosiasikan dengan atribut-atribut PENGUKURAN CITRA
: bemutu. layanan baik. tetapi PERUSAHAAN
kurang memiliki tanggung jawab Image suatu obyek berkaitan
sosial. Jadi sejatinya corporate dengan persepsi seseorang. Persepsi
image atau citra perusahaan berada merupakan pemahaman seseorang
dalam benak stakeholder-nya. Dari terhadap suatu obyek, yang
sisi individu. atribut-atribut yang melibatkan penglihatan,
menonjol inilah yang menentukan penghayatan, perasaan dan
apakah sebuah perusahaan memiliki penciuman. Hal ini seperti yang
reputasi baik atau buruk. dikemukakan oleh Luthans (Thoha,
FAKTOR MEMENGARUHI 2003) bahwa persepsi itu adalah
CITRA PERUSAHAAN lebih kompleks dan luas kalau
Menurut Norman dalam dibandingkan dengan penginderaan.
Fatmawati (2004). citra Proses persepsi meliputi suatu
mempengaruhi benak pelanggan interaksi yang sulit dari kegiatan
melalui kombinasi : 1) efek seleksi, penyusunan, dan
periklanan. 2) hubungan masyarakat penafsiran. Walaupun persepsi
(public relations). 3) citra fisik. 4) sangat tergantung pada
komentar dari mulut ke mulut. dan penginderaan data, proses kognitif
5) pengalaman nyata mereka barangkali bisa menyaring,
dengan produk/layanan menyederhanakan, atau mengubah
Menurut Shimp (2003) secara sempurna data tersebut.
Corporate Image yang positif dapat Dengan demikian, proses
meningkatkan dikenalnya nama persepsi dapat menambah, dan
perusahaan, membangun itikad baik mengurangi kejadian senyatanya
bagi perusahaan serta produknya, yang diinderakan oleh seseorang.
atau mengidenfitikasikan dirinya Berdasarkan uraian di atas, maka
sendiri dengan beberapa aktivitas corporate image adalah persepsi
yang bisa diterima secara sosial dan tentang nama baik atau citra positif
bermakna. suatu perusahaan di mata konsumen
/ relasi bisnisnya, yang dapat diukur 2) Persepsi konsumen terhadap
dari: (1) perusahaan dapat citra perusahaan berdasarkan
dipercaya, (2) perusahaan memiliki Strategi Aliansi
reputasi baik, (3) perusahaan OBJEK DAN SUBYEK
dikenal secara luas atau memiliki PENELITIAN
nama besar, (4) perusahaan bekerja Objek pada penelitian ini
secara profesional, (5) perusahaan adalah PT. Garuda Indonesia, Tbk.
dapat memenuhi harapan Subyek pada penelitian ini adalah
pelanggan. konsumen Garuda Indonesia
3. METODE PENELITIAN
SUMBER DATA
JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif Data adalah semua keterangan
Persepsi konsumen
berkembang, hal tersebut dilakukan
terhadap Garuda
Indonesia dan
skyteam dengan memberikan
Aliansi Skyteam keuntungan bagi maskapai-
maskapai anggotanya termasuk
Persepsi Informan
Elemen Garuda Indonesia contohnya
Penghubung: CITRA
yang belum memiliki
pengetahuan terkait PERUSAHAAN dengan memberikan kemudahan
Skyteam 1. Trust
2. Service akses lounge bagi konsumen
Quality
maskapai yang berada dalam
Persepsi konsumen jaringan Skyteam.
terhadap
bergabungnya
perusahaan ke dalam
Aliansi Skyteam
Kedua, Skyteam juga di mata konsumen. Faktor-faktor
melibatkan kolaborasi-kolaborasi tersebut sesuai dengan keterangan
(pembentukan nilai baru secara informan yang didapatkan selama
bersama) yang mana ini juga penelitian.
diterapkan oleh Garuda Indonesia
Sehingga dapat diambil
bekerjasama dengan Singapore
kesimpulan bahwa bergabungnya
Airlines terkait program penjualan
Garuda Indonesia ke Skyteam
tiket Garuda oleh Singapore
membawa perubahan pada citra
Airlines dan juga sebaliknya.
perusahaan melalui kualitas
Sehingga membuktikan bahwa
pelayanan jasa ke arah yang lebih
Skyteam menerapkan aspek-aspek
baik. Pelayanan kualitas tidak
dasar aliansi strategis yang
terlepas dari peran Skyteam dalam
diungkapkan oleh Kanter bahwa
menaungi Garuda Indonesia untuk
aliansi yang dianggap sukses adalah
menembus pasar internasional.
aliansi yang melibatkan kolaborasi
5. KESIMPULAN
dan bukan hanya memperoleh
Berdasarkan hasil penelitian
kembali apa yang diberikan.
dan pembahasan yang telah
Dari penelitian ini ditemukan dilakukan maka dapat ditarik
hubungan bahwa dalam proses kesimpulan sebagai berikut:
strategi aliansi terhadap citra 1. Bergabungnya perusahaan ke
perusahaan terdapat teori-teori baru dalam Skyteam membuat citra
yang muncul untuk memperkuat perusahaan PT. Garuda
keterangan informan sebagaimana Indonesia, Tbk semakin baik.
tergambar dalam model persepsi Garuda memiliki networking
konsumen. Teori tersebut adalah yang luas, mampu menciptakan
teori terkait faktor trust dan juga tata kelola perusahaan yang
service quality. bagus sehingga mampu meraih
penghargaan sebagai maskapai
Melalui faktor-faktor tersebut,
bintang lima dari Skytrax.
citra Garuda Indonesia menjadi baik
2. Pembenahan diri yang dihubungkan oleh faktor trust
dilakukan PT. Garuda dan service quality. Hasil
Indonesia, Tbk juga merupakan penelitian menyatakan bahwa
faktor persyaratan standar yang elemen-elemen aliansi strategis
ditentukan oleh Skyteam. antara lain: 1) fokus kepada
Sehingga citra Garuda yang bisnis utama sehingga mampu
baik tersebut tercermin dari memberikan pelayanan jasa
pelayanan yang maksimal yang maksimal, 2) melakukan
kepada konsumen, pembukaan pendekatan dinamis sehingga
first class untuk penerbangan Garuda Indonesia tidak hanya
jarak jauh, dan pembukaan rute terpaku kepada satu kondisi
baru. tertentu saja, melainkan harus
3. Skyteam memiliki citra yang lebih fleksibel terhadap
lebih baik daripada Garuda berbagai kondisi. Selain itu
Indonesia. Citra baik yang juga aspek-aspek dasar aliansi
dimiliki Skyteam berasal dari dapat dicocokkan dengan
maskapai yang menjadi kondisi dari Aliansi Skyteam.
anggota Skyteam yang telah 5. Penelitian ini menghasilkan
memiliki reputasi bagus. keterkaitan antara strategi
Reputasi bagus selalu berjalan aliansi terhadap citra
sejajar dengan kinerja dan perusahaan dengan dikaitkan
standar yang tinggi. Sehingga teori-teori kepercayaan seperti
Garuda saat ini memiliki citra 3 jenis kepercayaan antara lain
yang baik berkat kinerja dan 1) atribut produk, 2) manfaat
standar yang tinggi serta atribut, dan 3) manfaat objek.
pengaruh nama besar Skyteam. Penelitian ini juga dihubungkan
4. Melalui model yang telah oleh elemen-elemen
dibuat, disimpulkan bahwa kepercayaan yang timbul dari
keterkaitan strategi aliansi konsumen Garuda Indonesia
dengan citra perusahaan, seperti 1) Reliability, 2)
Responsiveness, 3) Assurance, http://www.dataworldbank.com
/
4) Empathy, dan 5) Tangibles
Dewi, Andayani, 2007. Analisis
6. Dalam model pembentukan
Faktor-Faktor yang
persepsi konsumen, didapatkan Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga Kerja di Sumatera
variabel mediasi antara
Utara.Skripsi. Medan :
informan yang belum Universitas Sumatera Utara.
Dussauge, Pierre dan Bernard
mengetahui terkait Garuda
Garrette, 1998. Anticipating the
Indonesia dan Skyteam Evolutions and
Putcomes of Strategic
sehingga dalam proses
Alliances Between Rival Firms,
informan membentuk persepsi International Studies
Management & Organization,
terhadap citra perusahaan, juga
27(4), pp. 104- 126.
dipengaruhi persepsi informan
Elmuti, D. & Kathawala, Y., 2001.
yang belum memiliki Aliances Strategic Management
pengetahuan terkait Skyteam. Studies. Management
Decision London, Volume 39,
DAFTAR PUSTAKA p. 206.