Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GENAP


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Mata Kuliah : Hukum Acara Peradilan Agama


Jurusan/Kelas : HKI/C
Semester :V
Dosen : Pitrotussaadah, S.HI., M.Ag

Aturan Pelaksanaan UTS


1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pemahaman anda
2. Jawaban diketik dengan rapi (Times New Roman, 12) dalam bentuk file pdf dan upload di akun
google drive masing-masing
3. Jawaban yang dishare hanya dalam bentuk link dengan ketentuan “Get link” pilihan “anyone
with link” (open link jangan dikunci)
4. Bagi yang sudah mengerjakan soal silakan isi g-form yang sudah dishare.
5. Deadline waktu pengerjaan sampai Pukul 12.00
6. Tidak diperkenankan untuk saling bekerjasama dalam mengerjakan soal

SOAL UTS

1. Apa yang anda fahami tentang Hukum Acara Peradilan Agama?


2. Jelaskan tentang Asas-asas berikut ini:
▪ Asas-asas umum Peradilan Agama:
− Asas kewenangan mengadili tidak meliputi sengketa hak milik
− Asas hakim bersifat menunggu
▪ Asas yang berlaku di Peradilan Agama dan Peradilan Umum:
− Asas Hakim bersifat pasif
− Asas Nebis in Idem
3. Kewenangan Absolut disebut juga sebagai atribusi kehakiman, jelaskan maksud istilah ini?
4. Jelaskan perbedaan tentang pencegahan perkawinan dan pembatalan perkawinan!
5. Bagaimana aturan mengenai kewenangan relatif Pengadilan Agama tentang perkara
permohonan cerai talak dan gugat cerai? Jelaskan berdasarkan Undang-undang Peradilan
Agama!
6. Apa yang anda fahami tentang gugatan provisional, rekonvensi dan intervensi? Jelaskan!
7. Pada proses berperkara di Pengadilan Agama setelah gugatan dibacakan, pengugat
berkesempatan menyatakan sikap terhadap gugatannya, sebutkan dan jelaskan kemungkinan-
kemungkinan sikap penggugat terhadap gugatannya tersebut!
8. Buatlah contoh surat gugatan yang akan diajukan ke Pengadilan Agama! (perkaranya sesuaikan
dengan kewenangan absolut Peradilan Agama)
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

NAMA:Sri Hartati
NIM:201110102
KELAS:5 HKI/C
Jawaban
1.)Menurut saya dari beberapa yang saya baca tentang pengertian peradilan agama
Bahwa peradilan agama adalah bertujuan untuk mempertegas kedudukan dan kekuasaan peradilan agama
sebagai kekuasaan kehakiman sesuai dengan UU No. 14 Th. 1970 Menciptakan kesatuan hukum peradilan
agama khususnya terkait perkara kewarisan. Menciptakan kesatuan hukum peradilan agama Putusan PA tidak
lagi dikukuhkan (executoir verklaaring) oleh PN
Peradilan agama juga berwenang memeriksa memutus, dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari’ah.
2.) A.assas umum di peradilan agama
-.asas kewenangan mengadili tidak meliputi sengketa hak milik

 Mahkamah Agung memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang kewenangan
mengadili :
o antara Pengadilan di lingkungan Peradilan yang satu dengan Pengadilan di Lingkungan
Peradilan yang lain;
o antara  dua  Pengadilan  yang  ada  dalam  daerah  hukum  Pengadilan Tingkat Banding yang
berlainan dari Lingkungan Peradilan yang sama;
o antara dua Pengadilan Tingkat Banding di Lingkungan Peradilan yang sama atau antara
lingkungan Peradilan yang berlainan.
 Sengketa tentang kewenangan mengadili terjadi :
 jika  2  (dua)  Pengadilan  atau  lebih  menyatakan  berwenang  mengadili perkara yang sama;
 jika   2   (dua)   Pengadilan   atau   lebih   menyatakan   tidak   berwenang mengadili perkara yang
sama

-.Asas Hakim Bersifat Menunggu


Pengajuan gugatan hak diserahkan sepenuhnya kepada para pihak yang bersangkutan sehingga suatu perkara
atau tuntutan hak itu akan diajukan atau tidak, semua diserahkan kepada pihak yang berkepentingan.
Sementara, peran hakim hanya bersifat menunggu tuntutan hak diajukan kepadanya. Dengan demikian, hakim
hanya bergerak ketika tuntutan hak itu ada.
Lebih lanjut harus kita pahami bahwa masalah yang terjadi dalam perkara perdata adalah masalah antara
kedua belah pihak saja di bidang keperdataan sehingga negara tidak menderita kerugian. Oleh karena itu, tidak
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

menjadi masalah ketika hakim menunggu perkara diajukan sebab pihak-pihak yang menderita kerugian yang
berhak mengambil pilihan hukum atau keputusan dalam menyelesaikan sengketa.
B.asas yang berlaku di peradilan agama dan peradilan umum
-asas hakim pasif Hakim bersifat Pasif
Ruang lingkup pokok sengketa ditentukan oleh para pihak bukan oleh hakim. Hal ini sesuai dengan ketentuan
pasal 118 ayat (1) HIR, pasal 142 ayat (1) R.Bg. Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan.
Sebaliknya hakim harus aktif dalam memimpin jalannya pesidan- gan, membantu kedua pihak dalam
menemukan kebenaran, tetapi da- lam memeriksa perkara perdata hakim harus bersifat tut wuri. Hakim terikat
pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak.
Para pihak dapat secara bebas mengakhiri sendiri sengketa yang telah diajukannya ke muka pengadilan, sedang
hakim tidak dapat menghalang-halanginya. Hal ini dapat berupa perdamaian atau pen- cabutan gugatan. Sesuai
dengan pasal 130 HIR, 154 R.Bg.
Apakah yang bersangkutan akan mengajukan banding ataupun tidak itupun bukan kepentingan daripada hakim
(pasal 6 UU 20 tahun 1947).
Jadi pengertian pasif disinilah adalah hakim tidak memperluas pokok sengketa. Akan tetapi itu semuanya tidak
berarti bahwa ha- kim sama sekali tidak aktif. Selaku pimpinan sidang hakim harus aktif memimpin
pemeriksaan perkara dan tidak merupakan pegawai atau sekedar alat dari pada para pihak, dan harus berusaha
sekeras-keras- nya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapi
-asas Nebis In Idem adalah perkara dengan obyek, para pihak dan materi pokok perkara yang sama, diputus
oleh pengadilan dan telah berkekuatan hukum tetap baik mengabulkan atau menolak, tidak dapat diperiksa
kembali untuk kedua kalinya. Gugatan yang diajukan seseorang ke pengadilan dan mengandung Ne bis In Idem,
harus dinyatakan oleh hakim bahwa gugatan tersebut tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).
3.) kekuasaan Absolute yang juga disebut kekuasaan kehakiman atribusi (atributie van rechtsmacht) adalah
kewenangan mutlak atau kompetensi absolut suatu pengadilan; kewenangan badan pengadilan di dalam
memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain (R.
Soeroso, 1994: 6).29
4.)PENCEGAHAN PERKAWINAN
Pencegahan perkawinan adalah usaha untuk membatalkan perkawinan sebelum perkawinan itu berlangsung.
Pencegahan perkawinan itu dapat dilakukan apabila calon suami atau calon istri yang akan melangsungkan
pernikahan berdasarkan hukum islam yang termuat dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, yaitu
perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat melangsungkan perkawinan.
[1] Syarat pencegahan perkawianan dibagi dalam dua segi, yaitu[2]:
1. Syarat Materiil: berkaitan dengan pencatatan perkawinan, akta nikah, dan larangan perkawinan.
Diantaranya yaitu tentang larangan adanya atau dilakukannya suatu perkawinan.
2. Syarat administratif: syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun perkawinan (calon mempelai laki-
laki dan wanita, saksi dan wali) dan pelaksanaan akad nikahnya.
Pencegahan perkawinan ini tidak dibahas secara khusus dalam kitab-kitab fiqih. Namun usaha untuk tidak
terjadinya perkawinan itu dibicarakan secara umum dalam bahasan yang terpisah-pisah.[3] Perkawinan dapat
dilangsungkan jika syarat dan rukunnya sudah terpenuhi serta sudah tidak ada lagi penghalang yang
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

menghalangi terjadinya perkainan itu.


Hal-hal yang bisa menjadi alasan terjadinya pencegahn perkawinan, telah disebutkan dalam Kompilasi Hukum
Islam, yaitu tentang hal-hal yang menyebabkan dilarangnya kawin. Diantaranya:
Pasal 39
1) Karena pertalian nasab
2) Karena pertalian kerabat semenda
3) Karena pertalian sesusuan
Pasal 40
a. karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain;
b. seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
c. seorang wanita yang tidak beragama islam.
Pasal 41
Pembatalan perkawinan adalah usaha untuk tidak dilanjutkannya hubungan perkawinan setelah sebelumnya
perkawinan itu terjadi. Dalam memutus permohonan pembatalan perkawinan, pengadilan harus selalu
memperhatikan ketentuan agama mempelai. Jika menurut agamanya perkawinan itu sah maka pengadilan
tidak bisa membatalkan perkawinan.[7] Dalam pasal 22 UU perkawinan disebutkan bahwa perkawinan dapat
dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan. Namun bila rukunnya
yang tidak terpenuhi berarti pernikahannya yang tidak sah. Perkawinan dapat dibatalkan berdasarkan UU No. 1
tahun 1974 pasal 22, 24, 26 dan 27 serta berdasarkan KHI pasal 70 dan 71.
Dalam hukum islam suatu pernikahan dianggap sah jika dalam suatu akad nikah tersebut sudah terpenuhi
syarat serta rukunnya. Jika suatu perkawinan kurang salah satu syarat maupun rukunnya maka akad nikah
tersebut dianggap tidak sah. Jika yang tidak terpenuhi hanya salah satu rukunnya, akad tersebut adalah batal.
Adapun jika yang tidak terpenuhi adalah salah satu dri syaratnya maka akad nikah tersebut dianggap fasid.[8]
Hal-hal yang menyebabkan pembatalan perkawinan diantaranya:
1. Masih adanya ikatan perkawinan dengan seseorang (pasal 24)
2. Perkawinan yang dilangsungkan dimukja pegawai pencatat perkawinan yang tidak berwenang, wali nikah
yang tidak sah, atau yang dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi, namun hal ini gugur apabila
mereka telah hidup bersama sebagai suami istri yang dapat memperlihatkan akta perkawinan yang dibuat
pegawai pencatat yang tidak berwenang dan perkawinan itu harus diperbarui agar sah. (pasal 26)
3. Belum mencapai usia untuk kawin
4. Tiadanya kecakapan untuk memberikan kesepakatan
5. Keluarga sedarah atau semenda
6. Perkawinan antara mereka yang melakukan overspel[9] perkawinan ketiga kalinya antara orang yang
sama
7. Perkawinan yang dilakukan meskipun ada pencegahan[10]
Orang yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan menurut pasal 23 UU No. 1 tahun 1974
dan pasal 73 KHI[11], yaitu:
5.) 4 (empat) Asas Kompetensi Relatif, yaitu:
1.Gugatan diajukan di Pengadilan dimana Tergugat berdomisili (Actor sequitur forum rei).
2.Gugatan diajukan di mana benda tetap yang menjadi objek sengketa itu berada (Forum rei sitae).
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

3.Gugatan diajukan di salah satu pengadilan tempat tinggal Tergugat jika Tergugat lebih dari satu orang.
4.Gugatan diajukan di salah satu pengadilan yang dipilih/disepakati.
cerai talak
Bahwa berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 66 ayat (1) dan (2) menyatakan ;
Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada
Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.
Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat
kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin Pemohon.

Bahwa yang dimaksud dengan tempat kediaman adalah alamat atau tempat tinggal termohon dan menurut M.
Yahya Harahap, S.H. dalam Bukunya Hukum Acara Perdata yang dimaksud dengan alamat yaitu; “Menurut
hukum sesuai dengan tata tertib beracara, yang dimaksud dengan alamat meliputi:Alamat kediaman pokok
Bisa juga alamat kediaman tambahanAtau tempat tinggal riil
Pokoknya didasarkan pada asas yang bersangkutan secara nyata bertempat tinggal.”
6..) A.Rekonvensi
Menurut M. Yahya Harahap dalam buku Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan (hal. 468) istilah (gugatan) rekonvensi diatur dalam Pasal 132a HIR yang
maknanya rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugatan balasan terhadap gugatan yang
diajukan penggugat kepadanya. Dalam penjelasan Pasal 132a HIR disebutkan, oleh karena bagi tergugat diberi
kesempatan untuk mengajukan gugatan melawan, artinya. untuk menggugat kembali penggugat, maka
tergugat itu tidak perlu mengajukan tuntutan baru, akan tetapi cukup dengan memajukan gugatan pembalasan
itu bersama-sama dengan jawabannya terhadap gugatan lawannya
B.)Konvens
Istilah konvensi sebenarnya merupakan istilah untuk menyebut gugatan awal atau gugatan asli. Istilah ini
memang jarang digunakan dibanding istilah gugatan karena istilah konvensi baru akan dipakai apabila ada
rekonvensi (gugatan balik tergugat kepada penggugat). Di dalam penjelasan Yahya Harahap (hal. 470), Anda
dapat menemukan bahwa ketika penggugat asal (A) digugat balik oleh tergugat (B) maka gugatan A disebut
gugatan konvensi dan gugatan balik B disebut gugatan rekonvensi.
C.Upaya intervensi adalah pihak ketiga yang semula tidak turut sebagai pihak dalam suatu perkara yang sedang
berjalan pada proses pemeriksaannya disidang Pengadilan, menerjunkan diri sebagai pihak (penggugat
intervensi) terutama untuk membela hak dan kepentingannya sendiri, berhadapan penggugat dan tergugat
semula.
7.) Pada dasarnya, jawaban bukanlah suatu kewajiban Tergugat di persidangan, melainkan adalah hak Tergugat
untuk membantah dalil-dalil yang Penggugat sampaikan dalam gugatannya.
Hakikatnya pemberian hak bagi Tergugat mengajukan jawaban ini sesuai dengan asas audi alteram partem
atau auditur et altera pars, yaitu pemberian hak yang sama kepada tergugat untuk mengajukan pembelaan
kepentingannya.
Jadi merujuk pada penjelasan tersebut tidak ada asas yang menyatakan bahwa Tergugat/Turut tergugat tidak
perlu untuk memberikan jawaban atas suatu gugatan. Justru mengajukan jawaban merupakan hak bagi
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

Tergugat.
Kemudian mengenai Turut Tergugat, kedudukan Turut Tergugat adalah cukup hadir menjalani proses
persidangan di persidangan dan menerima putusan yang dijatuhkan oleh hakim. Turut Tergugat selama proses
persidangan tidak diwajibkan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berlaku pula dalam hal Turut Tergugat
membuat jawaban.
8.contoh surat gugatan
Selasa 01 November 2022
kepada Yth Bapak/ibu ketua pengadilan negri /Agama
ditempat
Dengan hormat:
Bersama surat ini,saya
Nama: Masitoh
umur:29
Alamat: kp.congek da.babakan kec .Pakuhaji kan.tangerang prov.Banten
dalam ini disebut sebagai pihak PENGGUGAT
bermaksud mengajukan permohonan gugatan cerai terhadap
Nama: rifaldI
Umur:32
Alamat: kp cigereng desa Sukasari kec Jayanti kan tangerang prov Banten
dalam hal ini disebut sebagai pihak TERGUGAT
sebagai bahan pertimbangan ,berikut ini adalah beberapa dasar serta alasan diajukan surat permohonan
gugatan cerai
1.pada tanggal 17 Oktober 2012 pihak penggugat dan tergugat telah melangsungkan perkawinan dan tercatat
di kantor urusan agama KUA pengadilan kota tangerang dengan akta kelahiran nomor 123 tertanggal 17
Oktober
2. Selama melangsungkan perkawinan pihak penggugat dan tergugat telah dikaruniai seorang anak perempuan
lahir pada tanggal 6 September 2015 dengan akta kelahiran nomor 167
3. Walaupun tergugat sudah memiliki pekerjaan tetap .namun selama melangsungkan perkawinan pihak
penggugat hanya diberi nafkah batin pada tahun pertama pernikahan saja
4. Pada 12 Februari tahun 2022 tergugat telah melangsungkan kekerasan dalam rumah tangga yang terbukti
dari hasil visum yang di keluarkan oleh pihak kepolisian nomor 24 tanggal 14 Februari tahun 2022
Berdasarkan uraian diatas pihak penggugat memohon kepada majelis hakim yang mengurusi dan memeriksa
perkara ini untuk :
-menerima gugatan dari pihak penggugat
-mengabulkan gugatan pihak penggugat untuk kesehatan
membebankan seluruh biaya perkara ini kepada penggugat

Demikian surat permohonan cerai ini saya ajukan atas perhatian dan dikabulkannya permohonan ini saya
ucapkan banyak Terimakasih
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
‫كليــــةالشريعــــة‬
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118 Telp. 0254-2000323 Fax. 0254-200022 e-mail: syariah@uinbanten.ac.id

Hormat saya

Masitoh

Anda mungkin juga menyukai