ELEKTROKIMIA
“ SEL VOLTA DAN GAYA GERAK LISTRIK“
Disusun Oleh:
Nama : Shafira Dwinanda Jafandeva
Nim : 20036074
Prodi : Kimia Nk
Kelompok : Lima (5)
Anggota : 1. Cyntia
2. Fitria Eka Putri
3. Nelma Fadila
4. Rasmi Anggrsini Eka Putri
5. Wahyu Adam
Dosen : 1. Alizar, S.Pd.,M.Sc. Ph.
2. Prof. Dr. Rahadian Z., S.Pd.,M.Si
3. Trisna Kumala Sari, S.Si, M.Si,
Ph.D
Asisten Dosen : 1. M. Iqbal Saputra Gemasih, S.Si.
2. Mutiara Suciandica, S.Si.
3. Septian Budiman, S.Si.
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
Sel Volta dan Gaya Gerak Listrik
A. Tujuan
Tujuan dari ercobaan ini adalah:
C. Teori Dasar
Sel galvanik, juga disebut sel volta pada dasamya baterai. Jika sepotong
tembaga mengkilap ditempatkan ke dalam larutan perak nitrat, reaksi spontan
terjadi. Deposit perak kelabu putih jika terbentuk pada tembaga dan larutan
berubah menjadi biru karena tembaga (II) nitrat.
Reaksi kimia yang sama dapat terjadi dan menghasilkan listrik jika
ditempatkan di sebuah sel galvanik. Sebuah sel galvanik terdiri dari dua
kontainer dengan jembatan garam di antara mereka.
(TimElektrokimia, 2023)
Sel volta adalah sebuah alat yang dapat menghasilkan energi listrik dengan
cara mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Sel volta terdiri dari dua
elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Elektroda positif disebut
dengan anoda, sedangkan elektroda negatif disebut dengan katoda. Antara anoda
dan katoda, terdapat larutan elektrolit yang memungkinkan terjadinya reaksi
kimia.
Keuntungan dari sel volta adalah dapat menghasilkan energi listrik yang
stabil dan dapat diandalkan. Namun, kelemahan dari sel volta adalah kapasitas
penyimpanan energinya yang terbatas dan rentan terhadap korosi (Armstrong &
Teo, 2020).
Sel volta dinamai dari Alessandro Volta, seorang fisikawan dan ahli kimia
asal Italia yang pertama kali menemukannya pada tahun 1800. Penemuan ini
dianggap sebagai salah satu tonggak sejarah dalam pengembangan teknologi
baterai dan sumber daya listrik.
Sebelum ditemukannya sel volta, konsep tentang listrik telah dikenal sejak
zaman kuno, tetapi penggunaannya masih terbatas. Pada abad ke-18, para
ilmuwan mulai melakukan penelitian tentang listrik dan menemukan bahwa
listrik dapat dihasilkan melalui kontak antara dua jenis logam yang berbeda.
Ketika sel volta dioperasikan, reaksi kimia terjadi di antara elektroda dan
elektrolit yang menghasilkan arus listrik. Volta menemukan bahwa arus listrik
yang dihasilkan dapat digunakan untuk menggerakkan alat listrik seperti kipas,
lampu, dan elektrometer.
Penemuan sel volta oleh Volta memicu perkembangan teknologi baterai dan
sumber daya listrik. Teknologi ini telah membawa dampak besar bagi kehidupan
manusia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari telepon seluler
hingga kendaraan listrik (Singh & Gho, 2020).
Konsep sel volta didasarkan pada prinsip bahwa energi kimia dapat diubah
menjadi energi listrik melalui reaksi elektrokimia antara dua elektroda yang
dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Sel volta terdiri dari dua elektroda yang
dipisahkan oleh larutan elektrolit yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia.
Elektroda dalam sel volta terdiri dari bahan yang berbeda dan memiliki
potensial elektrokimia yang berbeda pula. Elektroda positif disebut dengan
anoda, sedangkan elektroda negatif disebut dengan katoda. Antara anoda dan
katoda, terdapat larutan elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar ion yang
memungkinkan terjadinya reaksi elektrokimia (Sheik et al., 2022).
Ketika sel volta dioperasikan, reaksi kimia terjadi antara elektroda dan
elektrolit. Pada elektroda-katoda, ion-ion dalam larutan elektrolit menerima
elektron dari elektroda dan diubah menjadi atom-atom yang netral. Pada
elektroda-anoda, elektron yang dilepaskan dari elektroda bergerak ke dalam
larutan elektrolit dan bergabung dengan ion-ion di dalamnya untuk membentuk
senyawa kimia yang baru.
Sel volta dapat dihubungkan secara seri atau paralel untuk menghasilkan
tegangan dan arus listrik yang lebih besar. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh
sel volta bergantung pada potensial elektrokimia dari bahan elektroda dan jenis
elektrolit yang digunakan. Sedangkan, arus listrik yang dihasilkan bergantung
pada luas permukaan elektroda, konsentrasi elektrolit, dan suhu (Armstrong &
Teo, 2020).
Ketika sel volta dioperasikan, elektroda positif (anoda) dan elektroda negatif
(katoda) terpisah oleh larutan elektrolit. Ketika terjadi reaksi kimia di antara
elektroda dan elektrolit, elektron bebas terbentuk pada elektroda negatif dan
mengalir melalui kawat penghubung ke elektroda positif.
Namun, proses ini akan berhenti jika elektrolit pada kedua kompartemen
tidak bisa saling berinteraksi, karena elektrolit memiliki muatan listrik yang
berbeda. Jembatan garam membantu menyelesaikan masalah ini dengan
menghubungkan kedua kompartemen elektrolit melalui kawat penghubung yang
berisi garam atau asam lemah.
Gaya gerak listrik adalah gaya yang mendorong elektron untuk bergerak
dalam suatu penghantar listrik. Gaya ini dapat dihasilkan oleh berbagai sumber
energi listrik, seperti sel volta, baterai, generator listrik, dan sumber listrik
lainnya.
Gaya gerak listrik dihasilkan oleh beda potensial listrik atau tegangan listrik.
Tegangan listrik didefinisikan sebagai beda potensial listrik antara dua titik
dalam suatu penghantar. Tegangan listrik mengukur besar tekanan listrik yang
mendorong elektron untuk bergerak dari titik yang memiliki potensial yang lebih
tinggi ke titik yang memiliki potensial yang lebih rendah.
Gaya gerak listrik diukur dalam satuan volt (V) dan ampere (A). Satuan volt
mengukur besar tekanan listrik yang mendorong elektron untuk bergerak,
sedangkan satuan ampere mengukur jumlah elektron yang bergerak dalam waktu
tertentu. Satuan watt (W) mengukur daya listrik, yaitu jumlah energi listrik yang
digunakan atau dihasilkan dalam waktu tertentu.
P=VxI
Rumus ini menunjukkan besar daya listrik yang dihasilkan oleh suatu
rangkaian listrik yang melibatkan sel volta atau sumber listrik lainnya. Daya
listrik ini bergantung pada tegangan listrik (V) dan arus listrik (I) yang mengalir
dalam rangkaian listrik (Qi et al., 2022).
Hukum Ohm adalah suatu hukum dasar dalam kelistrikan yang menyatakan
bahwa arus listrik yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan
tegangan listrik yang diberikan padanya, dengan konstanta yang disebut
resistansi. Resistansi mengukur seberapa besar penghambatan listrik yang
diberikan oleh suatu penghantar terhadap arus listrik yang mengalir melaluinya.
Resistansi diukur dalam satuan ohm (Ω).
V=IxR
Rumus ini menunjukkan hubungan antara tegangan listrik (V), arus listrik (I),
dan hambatan listrik (R) dalam suatu rangkaian listrik. Rumus ini sangat penting
dalam menentukan besar arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang
melibatkan sel volta atau sumber listrik lainnya (Kovačević et al., 2022).
Gaya gerak listrik dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan listrik, seperti
menghidupkan lampu, menggerakkan mesin, mengisi daya baterai, dan banyak
lagi. Namun, penggunaan energi listrik yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan dan krisis energi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penghematan energi dan penggunaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Sel volta dan gaya gerak listrik memiliki hubungan erat, karena sel volta
merupakan salah satu sumber gaya gerak listrik. Sel volta menghasilkan gaya
gerak listrik dengan cara mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Ketika
elektroda-anoda dan elektroda-katoda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit,
terjadi reaksi kimia antara elektroda dan elektrolit. Reaksi ini menghasilkan
elektron yang bergerak dari elektroda-katoda ke elektroda-anoda melalui kawat
penghubung. Gerakan elektron inilah yang menghasilkan arus listrik.
Gaya gerak listrik yang dihasilkan oleh sel volta dapat diukur dengan
membandingkan potensial elektrokimia dari elektroda-katoda dan elektroda-
anoda. Potensial elektrokimia ini menunjukkan besar gaya gerak listrik yang
dihasilkan oleh reaksi kimia di dalam sel volta. Semakin besar selisih potensial
elektrokimia antara elektroda-katoda dan elektroda-anoda, maka semakin besar
pula gaya gerak listrik yang dihasilkan oleh sel volta.
Selain itu, sel volta juga dapat disebut sebagai generator elektrokimia, karena
mampu mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan cara menghasilkan
gaya gerak listrik. Oleh karena itu, sel volta dan gaya gerak listrik memiliki
hubungan yang erat dan saling terkait dalam proses penghasilan energi listrik
(Sheik et al., 2022).
D. Alat dan Bahan
1. Gelas kimia 250 ml
2. Pipa gelas berbentuk U
3. Batang tembaga (Cu)
4. Voltmeter
5. Pemanas bunsen
6. Kaki tiga dan kawat kasa
7. Tepung agar
8. Batang perak (Ag)
9. Batang seng (Zn)
10. Batang besi (Fe)
11. Larutan KNO3 (1M dan 0,1 M)
12. Larutan AgNO3 (1M dan 0,1 M)
13. Larutan Cu(NO3)2 (1M dan 0,1 M)
14. Larutan Zn(NO3)2 (1M dan 0,1 M)
15. Larutan Mg(NO3)2 (1M dan 0,1 M)
E. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Reaksi Pengamatan
1. Membuat jembatan
garam
Campurkan
+ agar
+ larutan garam
Panaskan 5 menit
Tabung U
+ campuran
Letakan terbalik
V=IxR
R = V/I
R = 20V x 0,21 A
R = 4,2 Ω
R = 4,4 Ω
R = 20V x 0,23 A
R = 4,6 Ω
R = 20V x 0,23 A
R = 4,6 Ω
R = 20V x 0,24 A
R = 4,8 Ω
Selama reaksi terjadi, ion-ion akan berpindah dari anoda ke katoda melalui
jembatan garam, sehingga membentuk arus listrik yang dapat diukur. Sel volta
ini dapat menghasilkan energi listrik karena adanya perbedaan potensial listrik
antara dua elektroda.
Selain itu, sel volta ini juga memenuhi aturan arus listrik, yaitu arus listrik
akan mengalir dari anoda ke katoda. Oleh karena itu, pada sel volta ini arus
listrik akan mengalir dari logam Zn ke logam Cu (Huang et al., 2022).
Sel Volta terdiri dari dua elektroda yaitu elektroda anoda dan katoda yang
terhubung melalui suatu penghantar listrik. Sel Volta terbentuk karena adanya
perbedaan potensial listrik antara elektroda anoda dan katoda. Dalam kasus ini,
sel volta terdiri dari elektroda logam Zn dan elektroda logam Cu yang terhubung
melalui larutan ZnSO4 0,1M dan Cu(NO3)2 0,1M.
Pada elektroda Zn, terjadi oksidasi Zn menjadi Zn2+:
R = 20V x 0,18 A
R = 3,6 Ω
R = 20V x 0,21 A
R = 4,2 Ω
R = 20V x 0,23 A
R = 4,6 Ω
R = 5,0 Ω
R = 20V x 0,26 A
R = 5,2 Ω
Dalam kasus sel volta antara logam Zn dengan larutan Zn(NO 3)2 1M dan Cu
dengan larutan Cu(NO3)2 1M, konsentrasi larutan elektrolit yang lebih tinggi
dapat menghasilkan reaksi yang lebih banyak dan kuat antara elektroda dan
larutan elektrolit. Oleh karena itu, sel volta dapat menghasilkan arus listrik yang
lebih kuat dan efisien.
Sedangkan pada sel volta antara logam Zn dengan larutan ZnSO4 0,1M dan
Cu dengan larutan Cu(NO3)2 0,1M, konsentrasi larutan elektrolit yang lebih
rendah dapat mengurangi kekuatan arus listrik yang dihasilkan oleh sel volta.
Namun, sel volta masih dapat menghasilkan energi listrik karena adanya
perbedaan potensial listrik antara kedua elektroda.
Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja sel
volta, seperti suhu, jenis elektrolit, dan jenis logam elektroda. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan konsisten, perlu dilakukan
pengujian yang cermat dan terkontrol pada sel volta dengan variasi konsentrasi
elektrolit yang berbeda (Huang et al., 2022).
G. Kesimpulan
1. Susunan sel volta biasanya terdiri dari dua plat logam yang berbeda, seperti
seng dan tembaga, yang dicelupkan dalam larutan elektrolit. Prinsip dasar
sel volta adalah konversi energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi
elektrokimia. Ketika elektroda dipasang dalam larutan elektrolit, ion-ion
dalam larutan akan bergerak ke elektroda yang berlawanan muatan dengan
mereka sendiri.
2. Bahagian-bahagian penting dalam sel volta adalah elektroda yang terdiri
dari anoda dan katoda, elekktrolit, jembatan garam, dan voltmeter.
3. Gaya gerak listrik dari sebuah sel volta terjadi karena adanya beda potensial
antara dua elektroda di dalam sel. Potensial listrik ini mendorong arus listrik
untuk mengalir dari elektroda yang memiliki potensial lebih tinggi (anoda)
menuju elektroda yang memiliki potensial lebih rendah (katoda).
Daftar Pustaka
Armstrong, F., & Teo, W. (2020). Electricity and magnetism. Anaesthesia & Intensive
Care Medicine, 21(5), 252–255. https://doi.org/10.1016/J.MPAIC.2020.02.010
Berger, A. (2019). Voltaic Cells and Potential Energy. Researchgate.
https://www.researchgate.net/publication/338236906
Huang, H., Tang, Z. X., Qi, H. Y., Ren, X. T., Zhao, F. J., & Wang, P. (2022). Soil
amendments with ZnSO4 or MnSO4 are effective at reducing Cd accumulation in
rice grain: An application of the voltaic cell principle. Environmental Pollution,
294, 118650. https://doi.org/10.1016/J.ENVPOL.2021.118650
Kovačević, J., Cvetićanin, S. M., & Zorica, D. (2022). Electromagnetic field in a
conducting medium modeled by the fractional Ohm’s law. Communications in
Nonlinear Science and Numerical Simulation, 114, 106706.
https://doi.org/10.1016/J.CNSNS.2022.106706
Mirza, S. S., Al-Ansari, M. M., Ali, M., Aslam, S., Akmal, M., Al-Humaid, L., &
Hussain, A. (2022). Towards sustainable wastewater treatment: Influence of iron,
zinc and aluminum as anode in combination with salt bridge on microbial fuel cell
performance. Environmental Research, 209, 112781.
https://doi.org/10.1016/J.ENVRES.2022.112781
Qi, Z., Sun, Z., Li, N., Li, W., Sun, M., Liu, Y., & Wang, Z. (2022). Effect of electric
field intensity on electrophoretic migration and deformation of oil droplets in
O/W emulsion under DC electric field: A molecular dynamics study. Chemical
Engineering Science, 262, 118034. https://doi.org/10.1016/J.CES.2022.118034
Sheik, M. A., Aravindan, M. K., Beemkumar, N., Chaurasiya, P. K., Jilte, R., Shaik, S.,
& Afzal, A. (2022). Investigation on the thermal management of solar photo
voltaic cells cooled by phase change material. Journal of Energy Storage, 52,
104914. https://doi.org/10.1016/J.EST.2022.104914
Singh, S., & Gho, D. (2020). Voltaic Cells. https://chem.libretexts.org/@go/page/285
TimElektrokimia. (2023). Penuntun Praktikum Elektrokimia. UNP.
Lampiran
kasus sel volta antara logam Zn dengan larutan Zn(NO 3)2 1M dan Cu dengan
larutan Cu(NO3)2 1M
kasus sel volta antara logam Zn dengan larutan ZnSO4 0,1M dan Cu dengan
larutan Cu(NO3)2 0,1M