Anda di halaman 1dari 20

Pertemuan ke 2

FILSAFAT ILMU
ENDANG DEWI MURRINIE

Program Studi Pendidikan Dasar S2


Universitas Muria Kudus
Semester Gasal 2022/2023
Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu
• Filsafat diartikan sebagai mencintai atau teman kebijaksanaan.
• Kebijaksanaan berarti pandai atau ingin tahu dengan lebih mendalam.
• Berdasarkan definisi di atas, karakter filsafat menurut Suriasumantri (1982) ada tiga, yakni:
1) menyeluruh,
2) mendasar dan
3) spekulatif.
• Hakekatnya filsafat itu adalah sesuatu hal tentang cinta dan kebijaksanaan.
• Cinta dan kebijaksanaan tersebut kemudian diaplikasikan melalui pandangan yang
sistematik dan mendasar dalam menjelaskan realitas, mencoba menjawab kebenaran
pengetahuan (dengan pendekatan spekulatif) dengan menjangkau semua aspek kehidupan,
yang mengkaitkan dengan sumber, nilai, hakekat dan keabsahan.
Filsafat dan Filsafat Ilmu
• Lalu apa perbedaan filsafat dengan filsafat ilmu?
• Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-objek kemanusiaan secara menyeluruh
(komprehensif), merangkum, spekulatif rasional, dan mendalam sampai ke akarnya
(radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari objek yang dipelajari. Dalam filsafat
terdapat cabang-cabang utama filsafat, yaitu metafisika, epistemologi, aksiologi, dan
logika.
• Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakekat
ilmu (pengetahuan ilmiah) (Suriasumantri, 1982).
• Filsafat ilmu adalah aktivitas-aktivitas perenungan-perenungan filsafati dalam upaya
untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul di sekitar hakekat ilmu,
perkembangan ilmu dan penerapan ilmu.
Filsafat dan Ilmu

Filsafat Ilmu
Sifatnya holistik (menyeluruh) Sektoral
Mengacu pada nilai dan moral Sifatnya bebas nilai
Subjektif Objektif
Hakekat alam Alamiah
Normatif dan deduktif Logico-hypothetico-verifikatif
Pengetahuan dan ilmu
Pengetahuan Ilmu
Berangkat dari keingintahuan Keingintahuan melalui tahap formal ilmiah
Pengamatan sederhana Pengamatan melalui prinsip-prinsip ilmiah
Bersifat sporadik Melakukan penggolongan berdasar pada
taat asas untuk mencapai kebenaran
Sifatnya lokal Untuk mencapai generalisasi
Ilmu berangkat dari pengetahuan-pengetahuan. Sebuah pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu jika telah
memenui objek material dan objek formal.
Objek material adalah objek yang menjadi objek pemikiran, menjadi objek pengamatan dan sebagainya.
Bentuknya bisa dalam bentuk abstrak maupun konkrit.
Objek formal adalah cara pandang dalam mengamati sebuah objek material melalui prinsip-prinsip dasar
pengamatan dan cara pandang yang diyakininya. Dengan menggunakan objek fomal suatu ilmu akan lebih
utuh, dan disisi lain objek formal dalam cara pandang dan pengamatan yang khas membuat ilmu terbedakan
dalam bidang-bidang ilmu yang bermacam-macam.
• Cabang-cabang filsafat bersesuaian dengan jenis-jenis
persoalan filsafat.
• Terdapat tiga jenis persoalan filsafat yang utama, yaitu:
1. Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence)
Persoalan keberadaan atau eksistensi berkaitan
dengan cabang filsafat METAFISIKA (1).
2. Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran

Cabang-
(truth)
Pengetahuan ditinjau dari segi isinya berkaitan
dengan cabang filsafat EPISTEMOLOGI (2),
sedangkan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya

cabang bersangkutan dengan cabang filsafat LOGIKA (3).


3. Persoalan nilai-nilai (values)
Nilai-nilai dibedakan menjadi dua, yaitu nilai-nilai

Filsafat
kebaikan tingkah laku dan nilai-nilai keindahan.
Nilai kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan
cabang filsafat ETIKA (4), sedangkan nilai-nilai
keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat
ESTETIKA (5).
• Dengan demikian terdapat 5 cabang filasafat, yaitu:
1) Metafisika
2) Epistemologi
3) Logika
4) Etika
5) Estetika
1. Metafisika
1. Persoalan ontologis di antaranya adalah:
Metafisika didefinisikan - Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu?
- Bagaimana penggolongan dari ada, keberadaan, atau eksistensi?
sebagai studi atau - Apa sifat dasar (nature) dari kenyataan atau keberadaan?
pemikiran tentang sifat
yang terdalam (ultimate 2) Persoalan kosmologis (alam)
nature) dari kenyataan - Persoalan kosmologis bertalian dengan asal mula, perkembangan dan struktur atau susunan
atau keberadaan. alam, di antaranya:
a) Jenis keteraturan apa yang ada di alam?
b) Keteraturan dalam alam seperti halnya sebuah mesin ataukah keteraturan yang
Persoalan metafisis bertujuan?
dibagi menjadi tiga, yaitu: c) Apa hakikat hubungan sebab dan akibat?
(1) Ontologi, d) Apakah ruang dan waktu itu
(2) Kosmologi, dan 3) Persoalan antropologis (manusia)
(3) Antropologi a) Bagaimana hubungan jiwa dan badan?
a) Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
b) Manusia sebagai mahluk bebas atau tak bebas?
2. Epistemologi

Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge).


Epistemologi didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya
(validitas) pengetahuan.
Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah:
1) Bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?
2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?
3) Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat dinilai?
4) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna
pengalaman).
3. Logika

Dengan demikian objek material


Logika adalah cabang filsafat yang Logika didefinisikan sebagai ilmu,
logika adalah pemikiran, sedangkan
bersangkutan dengan kegiatan kecakapan, atau alat untuk berpikir
objek formalnya adalah kelurusan
berpikir. secara lurus.
berpikir.

Persoalan-persoalan logika adalah:


1) Apa yang dimaksud dengan pengertian (concept)?
2) Apa yang dimaksud dengan putusan (proposition)?
3) Apa yang dimaksud dengan penyimpulan (inference)?
4) Apa macam-macam silogisme?
5) Apa macam-macam sesat pikir (fallacy)?
• Etika sebagai cabang filsafat disebut juga filsafat moral (mo-ral philosophy).
• Istilah etika atau moral dalam bahasa Indonesia dapat diartikan kesusilaan.
• Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, perbuatan yang
dilakukan secara sadar dan bebas.
• Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral
dari tingkah laku tersebut.
• Dengan demikian perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar dan tidak bebas tidak
4. Etika dapat dikenai penilaian bermoral atau tidak bermoral.
• Persoalan-persoalan dalam etika di antaranya adalah:
1) Apa yang dimaksud “baik” atau “buruk” secara moral?
2) Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral?
3) Bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan-perbuatan
Susila.
4) Apa yang dimaksud dengan kesadaran moral?
5) Bagaimana peranan hati nurani (conscience) dalam setiap perbuatan manusia?
6) Bagaimanakah pertimbangan moral berbeda dari dan bergantung pada suatu
pertimbangan yang bukan moral?
5. Estetika

Persoalan-persoalan estetika di
Kalau etika digambarkan sebagai antaranya adalah:
teori tentang baik dan jahat, maka
1) Apakah keindahan itu?
Estetika sebagai cabang filsafat juga estetika digambarkan sebagai kajian 2) Keindahan bersifat objektif atau subjektif?
disebut filsafat keindahan filsafati tentang keindahan dan 3) Apa yang merupakan ukuran keindahan?
(philosophy of beauty). kejelekan; etika bertalian dengan 4) Apa peran keindahan dalam kehidupan
nilai-nilai moral, sedangkan estetika manusia?
5) Bagaimanakah hubungan keindahan dengan
bertalian dengan nilai bukan moral. kebenaran?
Aliran-aliran Filsafat

1 2 3
Aliran-aliran dalam persoalan Aliran-aliran dalam persoalan Aliran-aliran dalam persoalan
keberadaan pengetahuan nilai-nilai (etika)
Persoalan dalam keberadaan menimbulkan tiga segi
pandangan, yaitu:
1. Aliran-aliran
dalam Persoalan
keberadaan
c. Keberadaan
a. Keberadaan b. Keberadaan
dipandang dari segi
dipandang dari segi dipandang dari segi
proses, kejadian atau
jumlah (kuantitas) sifat (kualitas)
perubahan
a. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas)

Dari segi jumlah (kuantitas), lahir beberapa aliran filsafat:


1) Monisme
Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa,
materi, Tuhan atau substansi lain.
2) Dualisme (serba dua)
Aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri. Tokoh-tokoh dalam aliran ini,
antara lain, Plato (428-348 SM) membedakan dua dunia, yaitu dunia indera dan dunia ide. Descartes (1596-1650)
membedakan substansi pikiran dan substansi keluasan. Leibniz (1646-1716) membedakan antara dunia sesungguhnya
dengan dunia yang mungkin. Immanuel Kant (1724-1804) membedakan antara dunia gejala (penomena) dan dunia hakiki
(noumena).
3) Pluralisme (serba banyak)
Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi, melainkan banyak substansi. Misal filsuf
Empedokles (490-430 SM) menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu udara, api, air dan tanah.
b. Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas)

Dari segi sifat (kualitas), lahir beberapa aliran filsafat:


1) Spiritualisme
• Spiritualisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan
mendasari seluruh alam (dalam arti ini spiritualisme dilawankan dengan materi).
• Spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang
keagamaan.
2) Materialisme
• Materialisme adalah pandangan yang menyatakan tidak ada hal yang nyata kecuali materi.
• Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik.
• Materi adalah sesuatu hal yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk, menempati ruang. Hal-hal yang bersifat
kerohanian seperti pikiran, jiwa, keyakinan, rasa sedih dan rasa senang tidak lain hanya ungkapan proses kebendaan.
c. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan

Aliran yang berusaha menjawab persoalan ini di antaranya:


1) Mekanisme (serba mesin)
Menyatakan bahwa semua gejala (peristiwa) dapat dijelaskan berdasarkan asas-asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil dari materi yang
bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidah-kaidahnya. Alam dianggap seperti sebuah mesin yang keseluruhan fungsinya ditentukan secara otomatis
oleh bagian-bagiannya.
2) Teleologi (serba-tujuan)
Aliran ini berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan
atau kekuatan yang mengarahkan alam ke satu tujuan.
3) Vitalisme
Memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika-kimiawi, karena hakikatnya berbeda dengan yang tidak hidup.
4) Organisisme
Aliran ini biasanya dilawankan dengan mekanisme dan vitalisme, aliran ini memandang bahwa hidup adalah suatu struktur yang dinamik, suatu
kebulatan yang memiliki bagian-bagian yang heterogen, tetapi yang utama adalah adanya sistem yang teratur. Semua bagian bekerja di bawah
kebulatannya.
2. Aliran- Aliran dalam persoalan pengetahuan dibedakan menjadi:
aliran dalam
persoalan a. Persoalan pengetahuan yang berkaitan dengan sumber pengetahuan dan
pengetahuan b. Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan
Persoalan pengetahuan berkaitan dengan sumber pengetahuan dijawab oleh aliran-aliran berikut ini:
1) Rasionalisme
Aliran yang berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal. Akal memperoleh
bahan melalui indera untuk kemudian diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan. Rasionalisme
mendasarkan pada metode deduksi, yaitu cara memperoleh kesimpulan secara metodologi yang bertitik tolak
dari hal-hal bersifat umum untuk mendapat kesimpulan yang bersifat khusus (dari umum ke khusus).
2) Empirisme
Aliran yang berpandangan bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indera. Indera memperoleh
bahan dari alam nyata, untuk kemudian bahan-bahan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga
menjadi pengalaman.
a. Persoalan pengetahuan 3) Realisme
yang berkaitan dengan Aliran yang menyatakan bahwa objek-objek yang diketahui adalah nyata, tidak tergantung pada
sumber pengetahuan yang mengetahui, yang mencerap atau tidak bergantung pada pikiran (mencerap dalam KBBI=
memperhatikan/menaruh minat kepada/menerima sesuatu dalam hati/mengambil inti sari dari suatu
kejadian). Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi interaksinya tidak mempengaruhi sifat dasar dunia.
Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan tetap akan ada setelah pikiran berhenti menyadarinya.
4) Kritisisme
Aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan. Akal menerima bahan-bahan
pengetahuan dari empiri (dari indera sebagai empiri extern dan dari pengalaman sebagai empiri intern).
Bahan-bahan tersebut masih kacau, kemudian akal mengatur dan menertibkan dalam bentuk pengamatan
ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan, selanjutnya pengolahan oleh akal
merupakan pembentukan pengetahuan.
Terdiri dari aliran-aliran berikut:
1) Idealisme
Aliran ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses psikologis yang
sifatnya subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan. Pengetahuan tidak
menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya atau tidak memberikan gambaran yang tepat tentanag hakikat
sesuatu yang berada di luar pikiran.
2) Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman.
3) Positivisme
b. Persoalan pengetahuan Aliran ini berpendapat bahwa kepercayaan-kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan
pengetahuan faktawi (menurut KBBI, dogmatis = mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama
yang menekankan pada sekali). Apapun yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan.
hakikat pengetahuan Catatan: aliran ini mendapat banyak penolakan, penganut analis filsafati dewasa ini pada umumnya adalah
penganut aliran empirisme, yang berpendapat bahwa pernyataan yang mengandung arti adalah pernyataan yang
dapat diverifikasi secara empiris. Pernyataan yang tidak berdasar pengalaman atau tidak dapat diverifikasi dianggap
tidak bermakna atau bukan merupakan pengetahuan.
4) Pragmatisme
Aliran ini tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan, melainkan menanyakan apa guna pengetahuan
tersebut. Daya pengetahuan hendaknya dipandang sebagai sarana bagi perbuatan. Nilai suatu pengetahuan
bergantung pada penerapannya yang nyata bagi masyarakat. John Dewey menyatakan tidak perlu mempersoalkan
kebenaran suatu pengetahuan, melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan yang timbul dalam
masyarakat. Dengan demikian pengetahuan bersifat dinamis, sesuai peristiwa yang silih berganti dan yang
mencerminkan hakikat alam semesta ini.
1) Idealisme etis
Aliran yang meyakini hal-hal berikut ini:
a) Adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral, atau aturan-aturan untuk bertindak.
b) Lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat spiritual (kerokhanian) atau pun mental daripada yang bersifat
inderawi atau kebendaan.
c) Lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan kejiwaan atau alami.
d) Lebih mengutamakan hal yang umum daripada hal yang khusus.
2) Deontologisme etis
Aliran ini berpendirian bahwa suatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan
3. Aliran-aliran dalam suatu hal, yang menjadi dasar moralitas adalah kewajiban. Deontologisme etis disebut juga formalisme.
persoalan nilai-nilai 3) Etika teologis
(etika) Aliran ini merupakan bagian dari etika aksiologis (etika berdasar nilai) yang membuat ketentuan bahwa
kebaikan atau kebenaran suatu tindakan sepenuhnya bergantung pada suatu tujuan atau suatu hasil.
4) Hedonisme
Aliran ini menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan,
kesenangan (pleasure). Hidup yang baik adalah memperbanyak kenikmatan melalui kenikmatan indera dan intelek
(Cyrenaics, 400 SM). Epikurus (341-270 SM) menyatakan bahwa kesenangan dan kebahagiaan adalah tujuan hidup
manusia, namun dengan kegembiraan pikiran yang lebih tinggi dibandingkan kenikmatan jasmani.
5) Utilitarisme
Pandangan yang menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menimbulkan kenikmatan
atau kebahagiaan sebesar-besarnya bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai