Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Lanjutan 1
Disusun Oleh :
MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
الر ِح ْي ِم
َّ من
ِ الر ْح
َّ ِس ِم هللا
ْ ِب
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Syukur Alhamdulillah atas
segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wata’ala Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW Beserta keluarganya, para sahabatnya,
dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Lanjutan 1 yang berjudul “Transaksi Entitas Induk dan Entitas Anak”. Dalam
makalah ini kami menguraikan mengenai hal-hal terkait dengan hubungan antara entitas
induk dengan entitas anak.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah kami di masa
mendatang. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan
dari berbagai pihak. Amiin. Akhirul kalam, Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Transaksi Entitas Induk dan Entitas Anak Persediaan dan Jasa, transaksi
persediaan antara entitas induk dengan entitas anak serta dampaknya terhadap laporan
keuangan konsolidasi sesuai PSAK 65. Transaksi tersebut dapat meliputi transaksi
hulu (penjualan dan entitas induk ke entitas anak) dan transaksi hilir (penjualan dari
entitas anak ke entitas induk). Berarti prosedur dan kertas kerja konsolidasi pada
tahun akuisisi dan 1 tahun berikutnya. Selain transaksi persediaan, juga dalam
makalah ini akan membahas tentang transaksi jasa antara entitas induk dengan entitas
anak yang juga meliputi transaksi hulu dan hilir.
1
selalu memaksimalkan nilai perusahaan (Berzkalne, 2014) dan (Annisa Iddinani
Utomo, 2015) .
Nama lain dari pihak berelasi adalah pihak terkait atau pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan perusahaan. Transaksi antara pihak yang memiliki
hubungan istimewa yaitu pemindahan atau pengalihan sumber daya atau kewajiban
dari satu pihak ke pihak lain yang masih memiliki suatu ikatan tertentu. Transaksi ini
diatur dalam PSAK No. 7 yang direvisi tahun 2010 tentang pengungkapan pihak-
pihak yang berelasi.
2
maka bisa saja terjadi transaksi bisnis biasa. (Mita, 2014) Transaksi tidak dapat
dilakukan dengan harga yang terjangkau dan mungkin juga ada konflik kepentingan
(Mita, 2014).
(Healy dan Wahlen dalam Marco venuti, 2014) Transaksi pihak berelasi
mempunyai dua sisi yang berbeda. Pada sisi pertama yaitu transaksi pihak berelasi ini
dianggap sebagai rana bisnis yang wajar dan sehat jika diberlakukan oleh perusahaan
karena dapat memenuhi kebutuhan ekonomi perusahaan yang dapat menggantikan
aktivitas internal dan meningkatkan efiseiensi melalui pasar internal dalam kelompok
bisnis. Namun, pada sisi lain transaksi pihak berelasi dikatakan sebagai salah satu cara
untuk memanfaatkan sumber daya perusahaan yang menjadi penyebab dari adanya
konflik kepentingan. Dengan demikian transaksi ini dilakukan untuk kepentingan
orang dalam seperti direksi dan pemegang saham mayoritas sebagai upaya
pengambilalihan kekayaan dari investor luar, yaitu saham minoritas (Healy dan
Wahlen dalam Marco venuti, 2014).
Ada beberapa gambaran umum yang dijadikan sebagai studi dari perbedaan
sifat transaksi pihak berelasi. (Weistein dan Amzaleg, 2013) mengemukakan bahwa
beberapa perusahaan Jepang yang memiliki perusahaan afiliasi akan membayar bunga
yang lebih tinggi kebank sedangkan perusahaan yang tidak memiliki afiliasi akan
berlaku sebaliknya (Weistein dan Amzaleg, 2013). Berbeda dengan yang
dikemukakan oleh (Jing, 2010) yang menyatakan bahwa di Cina bagi perusahaan
yang memiliki orang dalam akan mendapatkan tingkat suku bunga yang lebih rendah
(Jing, 2010).
Dalam penelusuran kasus yang sinergi dengan interaksi pihak berelasi yaitu
kasus yang melibatkan perusahaan besar Enron Corporate yang sangat fenomena pada
3
masa itu. Enron Corporate merupakan perusahaan besar yang mempunyai pengaruh
pada tingkat kestabilan ekonomi Amerika pada tahun 2001. Kasus ini melibatkan
adanya transaksi pihak berelasi yang dilakukan oleh anak perusahaan CFO Enron
yang mengalami kerugian sebesar $ 644 juta karena adanya penambahan beban biaya
sebesar $ 1 milyar. Pada laporan keuangan Enron telah terjadi peningkatan laba
sebesar $ 393 juta sedangkan pada periode sebelumnya laba yang didapatkan sebesar
$ 293 juta. Transaksi yang dilakukan oleh anak perusahaan CFO Enron
mengakibatkan hasil aktual dari peiode tersebut.
4
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara dua hal tersebut. Penelitian yang akan dilakukan untuk
menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti lebih jauh tentang akibat adanya
transaksi pihak berelasi yang akan mempengaruhi nilai-nilai perusahaan di Indonesia.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Ching-Chieh Tsai,
2015) yang meneliti. tentang transaksi dengan pihak berelasi dan nilai perusahaan
yang terdaftar di Bursa efek Taiwan. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian ini
belum banyak dilakukan di Indonesia. Selain itu belum ada penelitian yang meneliti
tentang efek atau dampak transaksi pihak berelasi pada nilai perusahaan dari
perusahaan afiliasinya. Penelitian ini menggunakan periode yang berbeda dari
penelitian sebelumnya yaitu pada periode tahun 2012 – 2015 (Ching-Chieh Tsai,
2015). Perbedaan lain ada pada objek penelitian yaitu di Indonesia. Berdasarkan
5
keadaan diatas peneliti ingin mel.akukan penelitian dengan judul “Pengaruh.
Transaksi Pihak Berelasi Terhadap Nilai Perusahaan”.
B Rumusan Masalah
1. Bagaimana transaksi antara entitas induk dengan entitas anak pada persediaan dan
jasa?
2. Apa pentingnya eliminasi atas transaksi antara entitas induk dan entitas anak?
3. Apa dampak yang didapatkan terhadap pencatatan entitas induk dan jurnal
eliminasi?
4. Apa yang dimaksud dengan transaksi hulu penjualan persediaan?
5. Apa yang dimaksud dengan transaksi hilir penjualan persediaan?
6. Bagaimana transaksi penjualan jasa?
7. Apa yang dimaksud dengan ilustrasi komprehensif?
C Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami bagaimana transaksi antara entitas induk dengan entitas anak
pada perusahaan dan jasa
2. Mengetahui pentingnya eliminasi atas transaksi antara entitas induk dan entitas
anak
3. Dapat memahami dampak terhadap pencatatan entitas induk dan jurnal eliminasi
4. Mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan transaksi hulu penjualan
persediaan
5. Mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan transaksi hilir penjualan
persediaan
6. Dapat memahami transaksi penjualan jasa
7. Dapat mengetahui pemahaman tentang ilustrasi komprehensif
6
BAB II
PEMBAHASAN
Transaksi Merupakan puncak dari kegiatan jual beli yang dimana terdapat
penjual dan pembeli yang telah melakukan kesepakatan dan kecocokan dengan niali
nominal yang sudah cocok.1 Entitas induk dan entitas anak sering terlibat dalam
transaksi, seperti transaksi jual beli persediaan, jual beli asset tetap, atau pemberian
pinjaman. Sering kali entitas anak menghasilkan produk yang akan diproses lebih
lanjut oleh entitas induknya, dan atau sebaliknya.
Dalam PSAK 65 (Revisi 2014) Laporan Keuangan Konsolidasian), transaksi
yang melibatkan entitas induk dan entitas anak sering disebut dengan transaksi antar
entitas dalam kelompok usaha. Transaksi antar entitas dalam kelompok dapat
digambarkan pada gambar 1.
Transaksi hulu atau yang sering disebut dengan transaksi downstream adalah
transaksi dari entitas induk ke entitas anak. Sementara itu, transaksi hilir adalah
transaksi dari anak ke entitas induk.
Entitas Induk
A
Antar entitas anak juga sering terjadi transaksi yang disebut dengan transaksi
lateral. Contoh transaksi lateral adalah transaksi yang dilakukan oleh PT Krakatau
1
Runto Hediana, dkk, “Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi Islam”, (Cirebon: Al-
Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah , 2015)
7
Daya Listrik dan PT Krakatau Tirta Industri. Kedua perusahan merupakan anak usaha
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.2
B Pentingnya Eliminasi Atas Transaksi Antara Entitas Induk dan Entitas Anak
Konsep Konsilidasian
Oleh karena entitas induk dan entitas anak merupakan satu entitas tunggal,
maka transaksi antara entitas induk dan entitas anak menjadi transaksi di dalam satu
entitas, sehingga semua dampak transaksi antar entitas dalam satu kelompok usaha
terus dieliminasi. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam PSAK 65 (Revisi 2014)
2
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”., (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 137
8
yang menyatakan bahwa salah satu prosedur dalam menyusun laporan keuangan
konsolidasi (prosedur konsolidasi) adalah mengeliminasi secara penuh aset, liabilitas,
ekuitas, penghasilan, beban, dan arus kas dalam kelompok usaha terkait dengan
transaksi antar-entitas dalam kelompok usaha.
Transaksi jual beli persediaan antara entitas induk dan entitas anak merupakan
contoh transaksi antar-entitaas dalam satu kelompok usaha. Keuntungan tau kerugian
yang muncul dari jual beli persediaan belum terealisasi selama persediaan tersebut
masih berada di entitas induk atau entitas anak. Namun ketika persediaan tersebut
telah terjual, keuntungan atau kerugian atas penjualan akan terealisasi. Hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam PSAK 15 (Revisi 2014) Investasi pada Entitas Esosiasi dan
Ventura Bersama,yang menyatakan bahwa keuntungan atau kerugian yang dihasilkan
dari transaksi hulu atau hilir diakui dalam laporan keuangan entitas hanya sebesar
bagian investor lain dalam entitas anak. Metode ini yang disering disebut dengan
istilah fully adjusted equity method.
9
Dampak terhadap Jurnal Eliminasi
Jurnal eliminasi terkait transaksi jual beli persediaan antara entitas induk dan
entitas anak tergantung pada posisi persediaan pada akhir periode. Ketika seluruh
persediaan yang diperoleh dari entitas induk sudah terjual ke perusahaan non-afiliasi
pada periode yang sama dengan periode perolehannya, maka jurnal eliminasi dibuat
untuk menghapus angka penjualan dan beban pokok penjualan sebesar angka
penjualan persediaan entitas induk ke entitas anak. Jika pada akhir periode seluruh
persediaan yang diperoleh dari entitas induk belum terjual, maka penjualan dan beban
pokok penjualan yang diakui entitas induk harus dieliminasi. Keuntungan atau
kerugian atas penjualan tersebut juga harus dieliminasi seluruhnya dengan
mengurangi nilai persediaan. Namun, ketika persediaan sudah terjual sebagian pada
periode tersebut, maka sebagian keuntungan atau kerugian penjualan persediaan yang
belum terealisasi harus dieliminasi.
PT Palapa (PT P) memiliki 100% saham PT Samudera (PT S). Selama tahun
2015, terdapat transaksi penjualan persediaan oleh PT P ke PT S sebesar
Rp10.000.000. Beban pokok penjualan (BPP) yang dibukukan PT P terkait transaksi
penjualan tersebut adalah Rp6.000.000. bagaimana pencatatan dan jurnal yang harus
dibuat PT P saat penyusunan laporan keuangan konsolidasian 2015 jika:
10
Penyelesaian :
Skenario 1 - Seluruh persediaan terjual
Skenario 1 dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Penjualan = Rp10.000.000 Penjualan = Rp16.000.000
Beban Pokok pejualan = Rp6.000.000 Beban pokok penjualan = Rp10.000.000
Penjualan 10.000.000
11
Skenario 2 – Seluruh persediaan belum terjual
Skenario 2 dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Penjualan = Rp10.000.000 Penjualan = Rp10.000.000
Beban Pokok pejualan = Rp6.000.000
12
penjualan yang belum terealisasi, yaitu sebesar Rp4.000.000, juga dieliminasu dengan
mengurangi persediaan. Jurnal eliminasi yang dibuat adalah:
Penjualan 10.000.000
Persediaan 6.000.000
Oleh karena persediaan yang diperoleh dari PT P baru 75% yang telah terjual,
maka terdapat keuntungan penjualan yang belum terealisasi. Besarnya keuntungan
penjualan yang belum terealisasi sesbesar Rp1.000.000 (25% x Rp10.00.000).
eliminasi dibuat atas akun penjualan yang dilaporkan PT P, yaitu senilaii
Rp10.000.000. keuntungan atas penjualan yang belum terealisasi sebesar Rp1.000.000
dieliminasi dengan mengurangi akun persediaan. Akun beban pokok penjualan
13
dieliminasi sebesar Rp9.000.000, karena beban pokok penjualan yang akan disajikan
dalam laporan keuangan konsolidasian hanya sebesar Rp4.500.000 (75% x
Rp6.000.00). Jurnal eliminasi yang harus dibuat sebagai berikut:
Penjualan 10.000.000
Persediaan 1.000.000
Berikut ini Neraca Saldo PT Nusantara dan PT Andalas per 31 Desember 2015.
3
Dwi Martani, dkk, “Akuntans Keuangani Lanjutan 1”, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 138-140
14
Informasi tambahan:
15
Prosedur Konsolidasi Tahun Pertama – 2015
Selama periode 2015, terdapat transaksi hulu, yaitu penjualan persediaan oleh
PT Nusantara ke PT Andalas sebesar Rp100.000.000. keuntungan dari penjualan
tersebut adalah Rp60.000.000 (Rp100.000.000 – Rp40.000.000). hingga akhir periode
2015, persediaan tersebut belum terealisasi. PT Nusantara harus menangguhkan
keuntungan tersebut secara penuh dan melakukan pencatatan sebagai berikut:
16
Jurnal eliminasi (le) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat untuk
mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendalian, serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.
Berikut adalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasi 2015:
17
Prosedur Konsolidasi Tahun Kedua – 2016
18
Persediaan PT Andalas yang diperoleh dari PT Nusantara pada tahun 2015
telah terjual seluruhnya pada tahun 2016. Oleh karenanya, keuntungan dari penjualan
tersebut, yaitu sebesar Rp60.000.000, telah terealisasi. Namun, jika selama 2016
terdapat transaksi hulu penjualan persediaan yang baru, maka dapat muncul kembali
keuntungan atau kerugian penjualan yang belum terealisasi. Jadi, dalam satu periode
dimungkinkan adanya pengakuan realisasi dari keuntungan atau kerugian penjualan
persediaan periode sebelumnya dan pengakuan keuntungan atau kerugian penjualan
persediaan periode berjalan yang belum terealisasi.
19
Jurnal eliminasi (3e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat untuk
mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendali serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.
Berikut adalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasian 2016:4
4
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”,(Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 144
20
E Transaksi Hilir Penjualan Persediaan
21
Contoh Transaksi Hilir Penjualan Persediaan
22
Prosedur Konsolidasi Tahun Pertama – 2015
Selama periode 2015 terdapat transaksi hilir yaitu penjualan persediaan oleh
PT Andalas ke PT Nusantara sebesar Rp80.000.000. atas penjualan tersebut, PT
Andalas membukukan beban pokok penjualan sebesar Rp50.000.000, sehingga
keuntungan dari penjualan tersebut adalah Rp30.000.000. karena sampai dengan akhir
periode 2015, persediaan tersebut belum terjual, maka keuntungan atas penjualan
tersebut belum terealisasi. PT Nusantara mencatat keuntungan yang belum terealisasi
hanya sebesar porsi kepemilikan PT Nusantara saja, yaitu 75% dari Rp30.000.000.
jurnal yang dibuat oleh PT Nusantara adalah sebagai berikut:
23
Jurnal eliminasi (5e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat untuk
mengeliminasi bagian laba dan deviden PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendali serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.
24
Prosedur Konsolidasi Tahun Kedua – 2016
25
Persediaan PT Nusantara yang diperoleh dari PT Nusantara pada tahun 2015
telah terjual seluruhnya pada tahun 2016. Sehingga keuntungan dari penjualan
tersebut telah terealisasi. Selanjutnya, PT Nusantara harus mengakui keuntungan
tersebut sebesar bagiannya dan melakukan pencatatan sebagai berikut:
Jika di 2016 terdapat transaksi hilir penjualan persediaan yang baru, maka
dapat muncul kembali keuntungan atau kerugian penjualan persediaan yang belum
terealisasi. Sehingga dalam satu periode akan terdapat pengakuan realisasi
keuntungan atau kerugin penjualan persediaan periode sebelumnya dan pengakuan
keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi dari penjualan persediaan periode
berjalan.
26
Jurnal eliminasi berikut (7e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat
untuk mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendali serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.
Berikut adalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasian 2016:5
5
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 151
27
F Transaksi Penjualan Jasa
Entitas induk dan entitas anak sering terlibat dalam transaksi penjualan jasa.
Entitas induk memberikan jasa kepada entitas anak, atau sebaliknya. Seperti halnya
dengan transaksi penjualan persediaan, dampak transaksi penjualan jasa antara entitas
induk dan entitas anak juga harus dieliminasi.
Eliminasi untuk transaksi penjualan jasa tidak sekompleks eliminasi untuk transaksi
penjualan persedian. Dalam transaksi penjualan jasa, pendapatam jasa yang diakui
oleh entitas induk atau entitas anak akan menjadi beban anak atau entitas induk pada
nilai yang sama sehingga tidak dapat terdapat keuntungan yang belum terealisasi atau
28
transaksi tersebut. Oleh karenanya eliminasi yang dibuat hanya menghapus akun
pendapatan jasa dan beban.
Contoh berikut untuk menunjukkan dampak transaksi penjualan jasa terhadap
pencatatan entitas induk dan jurnal eliminasi yang harus dibuat Ketika menyiapkan
laporan keuangan konsolidasian.
PT Palapa (PT P) memiliki 100% saham PT Samudra (PT S). Pada desember
2015, PT P memberikan jasa perawatan mesin kepada PT S sebesar Rp. 20.000.000.
Tagihan telah dikirimkan pada 25 desember 2015. Sampai 31 desember 2015, PT S
belum membayar tagihan tersebut. Atas transaksi pemberian jasa tersebut, PT P akan
membuat jurnal sebagai berikut :
29
Dari sudut pandang konsolidasi, PT P dan PT S merupakan satu kesatuan, sehingga
utang piutang diantara kedua perusahaan harus dieliminasi. Jurnal eliminasi yang
harus dibuat adalah sebagai berikut : 6
G Ilustrasi Komprehensif
6
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 157
7
Richard E Baker, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. (Jakarta: Salemba Empat, 2015), hal 213
30
Diferensial yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara nilai wajar dan
nilai buku beberapa aset PT Satria sebesar Rp 150.000.000, sedangkan sisanya
merupakan goodwill. Berikut perincian dari total diferensial berikut:
Diferensial
Persediaan Rp 25.000.000
Tanah Rp 75.000.000
Bangunan Rp 50.000.000
Goodwill Rp 50.000.000
TABEL 2.14
PT Pandawa PT Satria
Akun
Debet Kredit Debet Kredit
Kas dan setara kas 5.150.000.000 - 750.000.000 -
Piutang usaha 2.000.000.000 - 200.000.000 -
Persediaan 800.000.000 - 150.000.000 -
Investasi pada pt satria 830.000.000 - -
Tanah 1.500.000.000 - 550.000.000 -
Bangunan dan peralatan 2.400.000.000 - 300.000.000 -
Merek dagang 500.000.000 - - -
Akumulasi penyusutan - 1.000.000.000 - 100.000.000
Akumulasi amortisasi - 100.000.000
Utang usaha - 1.250.000.000 - 250.000.000
Utang bank - 1.500.000.000 - 500.000.000
Saham biasa - 5.000.000.000 - 500.000.000
Saldo laba - 2.000.000.000 - 300.000.000
Penjualan - 6.000.000.000 - 300.000.000
Pendapatan sewa - 40.000.000 -
Bagian laba atas PT Satria 110.000.000 -
Beban pokok penjualan 2.250.000.000 - 300.000.000 -
Beban operasi 600.000.000 - 300.000.000 -
Beban sewa 120.000.000 75.000.000
Beban penyusutan 300.000.000 - 25.000.000 -
Beban amortisasi 50.000.000 - - -
Beban bunga 300.000.000 - 10.000.000
Dividen diumumkan 200.000.000 - 100.000.000 -
Total 17.000.000.000 17.000.000.000 2.550.000.000 2.250.000.000
Informasi tambahan:
1. Selama 2015, PT Satria melaporkan perolehan laba bersih sebesar Rp
31
400.000.000 dan mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 100.000.000.
2. Dalam penjualan PT Pandawa tahun 2015, terdapat penjualan kepada PT
Satria sebesar Rp 400.000.000 dengan beban pokok penjualan sebesar Rp
250.000.000. sampai 31 desember 2015, persediaan tersebut baru terjual 40%.
3. Dalam penjualan PT Satria 2015, tedapat penjualan kepada PT Pandawa
sebesar Rp 200.000.000 dengan beban pokok penjualan sebesar Rp
80.000.000. sampai 31 desember 2015, persediaan tersebut belum terjual
sepenuhnya.
4. Pada desember 2015, PT Pandawa menyewakan peralatan kepada PT Satria.
Atas jasa tersebut, PT Satria harus membayar biaya sebesar Rp 26.000.000.
sampai akhir 2015, PT Satria belum melakukan pembayaran.
1 Januari 2015
Investasi pada PT Satria 800.000.000
Kas 800.000.000
Mencatat pembelian saham PT satria
31 Desember 2015
Investasi pada PT Satria 320.000.000
Bagian Laba atas PT Satria 320.000.000
Mencatat bagian PT Pandawa atas laba bersih PT Satria (Rp 400.000.000 × 80%)
31 Desember 2015
Kas 80.000.000
Investasi pada PT Satria 80.000.000
Mencatat bagian PT Pandawa atas Dividen PT Satria (Rp 100.000.000 × 80%)
32
adalah Rp 5.000.000 (Rp 50.000.000/ 10 tahun). Selama tahun 2015, tidak terdapat
penurunan nilai atas goodwill, sehingga amortisasi diferensial yang harus dicatat PT
Pandawa untuk tahun 2015 adalah Rp 24.000.000 ((Rp 25.000.000 + Rp 5.000.000) ×
80%).
31 Desember 2015
Bagian laba atas PT Satria 24.000.000
Investasi pada PT Satria 24.000.000
Mencatat amortisasi diferensial (Rp 30.000.000 × 80%)
31 Desember 2015
Bagian laba atas PT Satria 90.000.000
Investasi pada PT Satria 90.000.000
Mencatat keuntungan transaksi hulu-penjualan persediaan yang belum terealisasi (Rp
150.000.000 ×60%)
Atas transaksi penjualan persediaan Dari PT Satria ke entitas Induknya, PT
Satria memperoleh keuntungan sebesar Rp 120.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp
80.000.000). sampai akhir 2015, seluruh persediaan tersebut belum terjual, sehingga
seluruh keuntungan belum terealisasi. Oleh karena transaksi ini merupakan transaksi
hilir, PT Pandawa akan mencatat sebesar bagian kepemilikannya saja. Berikut ini
pencatatan yang dibuat PT Pandawa:
31 Desember 2015
Bagian laba atas PT Satria 96.000.000
Investasi pada PT Satria 96.000.000
Mencatat keuntungan transaksi hilir-penjualan persediaan yang belum terealisasi (Rp
120.000.000 ×80%)
Berikut ini adalah buku besar Investasi pada PT Satria dan bagian laba atas PT
Satria per 31 Desember 2015 :
33
Investasi pada PT Satria
Akuisisi 800.000.000
Laba Bersih 320.000.000
80.000.000 Dividen
24.000.000 Amortisasi Diferensial
90.000.000 Keuntungan belum Terealisasi
96.000.000 keuntungan belum Terealisasi
110.000.000
Jurnal Eliminasi-2015
Berikut adalah perhitungan nilai aset bersih PT Pandawa dan bagian PT Satria
dan Kepentingan nonpengendali atas aset bersih tersebut:
TABEL 2.15
34
Bagian laba kepentingan
Non pengendali
56.000.000
(80.000.000–
24.000.000) a-d
Jurnal Eliminasi yang harus dibuat untuk amortisasi diferensial adalah sebagai berikut:
35
Beban pokok penjualan 310.000.000
Persediaan 90.000.000
Mengeliminasi penjualan persediaan antara PT Pandawa dan PT Satria
36
Jurnal Eliminasi
Nama Akun PT Pandawa PT Satria Konsolidasian
Debit Kredit
Laporan Laba Rugi
Penjualan 6.000.000.000 900.000.000 400.000.000 6.300.000.000
1
200.000.000
2
Pendapatan Sewa 40.000.000 - 26.000.000 14.000.000
3
Beban Pokok Pemjualan (2.250.000.000) (300.000.000) 25.000.000 310.000.000 (2.185.000.000)
0 1
80.000.000
2
Beban Operasi (600.000.000) (90.000.000) (690.000.000)
Beban Sewa (120.000.000) (75.000.000) 26.000.000 (169.000.000)
3
Beban Peyusutan (300.000.000) (25.000.000) 5.000.000 (330.000.000)
0
Beban Amortisasi (50.000.000) - (50.000.000)
Beban Bunga (300.000.000) (10.000.000) (310.000.000)
Bagian Laba atas PT
110.000.000 134.000.000 24.000.000 -
Andalas 0
Laba Bersih Konsolidasian 2.530.000.000 400.000.000 790.000.000 440.000.000 2.580.000.000
Bagian Laba Kepentingan
56.000.000 6.000.000 (50.000.000)
Nonpengendali 0
Bagian Induk atas Laba
2.530.000.000 400.000.000 846.000.000 446.000.000 2.530.000.000
Bersih
37
0
Merek Dagang 500.000.000 500.000.000
Akumulasi Amortisasi (100.000.000) (100.000.000)
Goodwill 50.000.000 50.000.000
0
Total Aset 12.080.000.000 1.850.000.000 175.000.000 1.071.000.000 13.034.000.000
Beban Operasional:
Beban Operasi (690.000.000)
Beban Sewa (169.000.000)
Beban Peyusutan (330.000.000)
Beban Amortisasi (50.000.000)
Beban Bunga (310.000.000)
Total Beban Operasional (1.549.000.000)
38
PT PANDAWA DAN ENTITAS ANAK
Laporan Perubahan Saldo Laba Konsolidasian
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015
Saldo Laba, 1 Januari 2015 2.000.000.000
Bagian Laba Induk Perusahaan 2.530.000.000
Dividen Diumumkan (200.000.000)
Saldo Laba, 31 Desember 2015 4.330.000.000
Aset Liabilitas
Kas dan Setara Kas 5.900.000.000 Utang Usaha 1.474.000.000
Piutang Usaha 2.174.000.000 Utang Bank 2.000.000.000
Persediaan 740.000.000
Tanah 2.125.000.000 3.474.000.000
Bangunan dan Peralatan 2.750.000.000
Akumulasi Penyusutan (1.105.000.000) Ekuitas
1.645.000.000 Saham Biasa 5.000.000.000
Merek Dagang 500.000.000 Saldo Laba 4.330.000.000
Akumulasi Amortisasi (100.000.000) Total Kep. Induk 9.330.000.000
400.000.000
Goodwill 50.000.000 Kepentingan Pengendali 230.000.000
Total Aset 13.034.000.000 Total Liabilitas & Ekuitas 13.034.000.000
39
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Makalah ini dibuat untuk mempermudah pembaca agar bisa memahami pembelajaran
mengenai Ttansaksi entitas induk dan entitas anak. Dalam hal ini diharapkan pembaca dapat
memahami dan mengetahui transaksi antara entitas induk dan entitas anak dan diharapkan
kepada para pembaca agar mengetahui secara teoritis dan dipraktikkan cara transaksi huli dan
hilir dalam persediaan di suatu perusahaan.
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan. kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT dan kekurangan adalah bagian dari kita. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah berikutnya.
Semoga memberi manfaat bagi kita semua.
40
DAFTAR PUSTAKA
Martani Dwi, Hidayat Taufik, Ningrum Setya Agustin, Maulana L Teguh. 2016. Akuntansi
Keuangan Lanjutan 1. Jakarta. Salemba Empat
Baker E Richard, Christensen E Theodore, Cottrel M David, Rais Irwansyah Kurnia, Astono
Widhi, Wulandari Retno Etty
Hediana Runto, Aly Dasuki Ahmad. 2015. Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi
Islam. Cirebon. Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah
41