Anda di halaman 1dari 44

TRANSAKSI ENTITAS INDUK DAN ENTITAS ANAK

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Lanjutan 1

Dosen Pengampu : Nurwani, M. Si

Disusun Oleh :

Cyntia Amelia Siregar (0502202053)

Fhatyara Sera (0502202129)

Jihan Isnaini Hasibuan (0502202064)

Khairul Hasanah (0502202091)

Muhammad Arief Pramusty (0502202114)

PRODI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫من‬
ِ ‫الر ْح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Syukur Alhamdulillah atas
segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wata’ala Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW Beserta keluarganya, para sahabatnya,
dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Lanjutan 1 yang berjudul “Transaksi Entitas Induk dan Entitas Anak”. Dalam
makalah ini kami menguraikan mengenai hal-hal terkait dengan hubungan antara entitas
induk dengan entitas anak.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.

1. Ibu Nurwani, M, Si selaku dosen mata kuliah Akuntansi Lanjutan 1.


2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah kami di masa
mendatang. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan
dari berbagai pihak. Amiin. Akhirul kalam, Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.

Medan, 10 November 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 6
C Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7
A Transaksi Antara Entitas Induk dan Entitas Anak ...................................................................... 7
B Pentingnya Eliminasi Atas Transaksi Antara Entitas Induk dan Entitas Anak ........................... 8
C Dampak Terhadap Pencatatan Entitas Induk dan Jurnal Eliminasi............................................. 9
D Transaksi Hulu Penjualan Persediaan ....................................................................................... 14
E Transaksi Hilir Penjualan Persediaan ....................................................................................... 21
F Transaksi Penjualan Jasa........................................................................................................... 28
G Ilustrasi Komprehensif .............................................................................................................. 30
BAB III ................................................................................................................................................. 40
PENUTUP ............................................................................................................................................ 40
1. Kesimpulan ............................................................................................................................... 40
2. Saran ......................................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 41

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Transaksi Entitas Induk dan Entitas Anak Persediaan dan Jasa, transaksi
persediaan antara entitas induk dengan entitas anak serta dampaknya terhadap laporan
keuangan konsolidasi sesuai PSAK 65. Transaksi tersebut dapat meliputi transaksi
hulu (penjualan dan entitas induk ke entitas anak) dan transaksi hilir (penjualan dari
entitas anak ke entitas induk). Berarti prosedur dan kertas kerja konsolidasi pada
tahun akuisisi dan 1 tahun berikutnya. Selain transaksi persediaan, juga dalam
makalah ini akan membahas tentang transaksi jasa antara entitas induk dengan entitas
anak yang juga meliputi transaksi hulu dan hilir.

Pada akhir bab akan dibahas ilustrasi komprehensif yang menggambarkan


konsolidasi dalam situasi yang kompleks dimana akuisisi anak dilakukan jika
kepemilikan <100% dan nilai akuisisi melebihi nilai tercatat ekuitas anak, serta terjadi
transaksi penjualan persediaan dan jasa antara entitas induk dan entitas anak.

Perusahaan dalam mengembangkan usahanya selalu mencari cara untuk


meningkatkan keuntungan menjadi lebih besar. Tidak sedikit cara yang dipakai oleh
manajemen untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Perusahaan yang baik yaitu
perusahaan yang mampu menjalankan roda perusahaan selalu pada tingkat
keuntungan yang tinggi dan dicapai berkat kemampuan dari pimpinan atau
manajemen perusahaan. Pada perubahan zaman secara global saat ini menjadikan
perusahaan semakin gentar dalam mengembangkan usahanya karena perubahan
tersebut mempengaruhi masyarakat secara nyata dalam bidang perekonomian baik
skala nasional maupun internasional. Persaingan yang terjadi secara global dan merata
membuat perusahaan berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaannya agar
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Menurut (Berzkalne, 2014) dan (Annisa
Iddinani Utomo, 2015) menyatakan bahwa manajer perusahaan memiliki tujuan untuk

1
selalu memaksimalkan nilai perusahaan (Berzkalne, 2014) dan (Annisa Iddinani
Utomo, 2015) .

Mutu perusahaan ditingkatkan sebagai magnet penarik investor agar


bekerjasama dan mempercayakan modalnya pada perusahaan yang memiliki nilai
perusahaan yang tinggi dan baik. Investor membutuhkan informasi terkait laporan
keuangan perusahaan yang dipakai sebagai review dari keadaan perusahaan saat itu.
Investor bisa menentukan baik buruknya perusahaan sebelum berinvestasi melalui
gambaran umum perusahaan berdasarkan dari kinerja laporan keuangan tersebut.
Investor yang menginvesatsikan modalnya pada perusahaan karena percaya bahwa
perusahaan akan memberikan keuntungan besar.

Salah satu cara perusahaan dalam mengembangkan usahanya yaitu melalui


transaksi pihak berelasi baik transaksi dengan perusahaan dalam negeri ataupun luar
negeri. Pihak-pihak berelasi adalah interaksi antara satu pihak dengan pihak lainnya
yang memiliki pengaruh terhadap kondisi keuangan serta hasil usaha lainnya. Pihak
ini mempunyai kemampuan atau kendali sehingga dapat mempengaruhi perusahaan
dalam mengambil keputusan akhir. Pada dasarnya transaksi pihak berelasi digunakan
oleh perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang besar jika penerapannya
berjalan dengan baik dan benar.

Nama lain dari pihak berelasi adalah pihak terkait atau pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan perusahaan. Transaksi antara pihak yang memiliki
hubungan istimewa yaitu pemindahan atau pengalihan sumber daya atau kewajiban
dari satu pihak ke pihak lain yang masih memiliki suatu ikatan tertentu. Transaksi ini
diatur dalam PSAK No. 7 yang direvisi tahun 2010 tentang pengungkapan pihak-
pihak yang berelasi.

Transaksi pihak berelasi merupakan transaksi yang dilakukan dengan pihak


terkait seperti perusahaan yang masih berada pada satu entitas pengendali yang sama,
perusahaan asosiasi, karyawan kunci, keluarga langsung atau individu atau
perusahaan yang memiliki hak suara signifikan (Peraturan Nomor VIII / 2000, The
Body Pasar Modal Regulasi Indonesia). Kegiatan ekspansi, perusahaan biasanya
memperoleh dukungan dana dari transaksi antar perusahaan. Transaksi ini dilakukan
karena pilihan yang memungkinkan jika dilihat dari segi biaya yang lebih rendah
dimana pihak yang melakukan transaksi ini merupakan pihak yang memiliki afiliasi,

2
maka bisa saja terjadi transaksi bisnis biasa. (Mita, 2014) Transaksi tidak dapat
dilakukan dengan harga yang terjangkau dan mungkin juga ada konflik kepentingan
(Mita, 2014).

(Sherman dan Young, 2021) Kenyataannya sering kita menjumpai suatu


perusahaan yang melakukan transaksi dengan perusahaan yang lain baik dalam
maupun luar negeri sedangkan mereka merupakan satu kelompok bisnis yang sama.
Hal tersebut memungkinkan terjadinya kecurangan dalam setiap transaksi yang
dilakukan dengan pihak berelasi (Sherman dan Young, 2001). (Mita, 2014)
Memberikan penetapan pada area yang mungkin akan terjadi akuntansi agresif, yaitu
pada transaksi pihak berelasi yang dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan pendapatannya (Mita, 2014).

(Healy dan Wahlen dalam Marco venuti, 2014) Transaksi pihak berelasi
mempunyai dua sisi yang berbeda. Pada sisi pertama yaitu transaksi pihak berelasi ini
dianggap sebagai rana bisnis yang wajar dan sehat jika diberlakukan oleh perusahaan
karena dapat memenuhi kebutuhan ekonomi perusahaan yang dapat menggantikan
aktivitas internal dan meningkatkan efiseiensi melalui pasar internal dalam kelompok
bisnis. Namun, pada sisi lain transaksi pihak berelasi dikatakan sebagai salah satu cara
untuk memanfaatkan sumber daya perusahaan yang menjadi penyebab dari adanya
konflik kepentingan. Dengan demikian transaksi ini dilakukan untuk kepentingan
orang dalam seperti direksi dan pemegang saham mayoritas sebagai upaya
pengambilalihan kekayaan dari investor luar, yaitu saham minoritas (Healy dan
Wahlen dalam Marco venuti, 2014).

Ada beberapa gambaran umum yang dijadikan sebagai studi dari perbedaan
sifat transaksi pihak berelasi. (Weistein dan Amzaleg, 2013) mengemukakan bahwa
beberapa perusahaan Jepang yang memiliki perusahaan afiliasi akan membayar bunga
yang lebih tinggi kebank sedangkan perusahaan yang tidak memiliki afiliasi akan
berlaku sebaliknya (Weistein dan Amzaleg, 2013). Berbeda dengan yang
dikemukakan oleh (Jing, 2010) yang menyatakan bahwa di Cina bagi perusahaan
yang memiliki orang dalam akan mendapatkan tingkat suku bunga yang lebih rendah
(Jing, 2010).

Dalam penelusuran kasus yang sinergi dengan interaksi pihak berelasi yaitu
kasus yang melibatkan perusahaan besar Enron Corporate yang sangat fenomena pada

3
masa itu. Enron Corporate merupakan perusahaan besar yang mempunyai pengaruh
pada tingkat kestabilan ekonomi Amerika pada tahun 2001. Kasus ini melibatkan
adanya transaksi pihak berelasi yang dilakukan oleh anak perusahaan CFO Enron
yang mengalami kerugian sebesar $ 644 juta karena adanya penambahan beban biaya
sebesar $ 1 milyar. Pada laporan keuangan Enron telah terjadi peningkatan laba
sebesar $ 393 juta sedangkan pada periode sebelumnya laba yang didapatkan sebesar
$ 293 juta. Transaksi yang dilakukan oleh anak perusahaan CFO Enron
mengakibatkan hasil aktual dari peiode tersebut.

Transaksi pihak berelasi dianggap dapat memberikan keuntungan yang besar


sehingga banyak perusahaan yang menerapkan sistem transaksi ini Negara Indonesia
termasuk didalamnya. Tetapi sisi gelap dari transaksi pihak berelasi yaitu memberikan
potensi terjadinya tindakan kejahatan seperti penipuan bahkan dapat memanipulasi
laporan keuangan. Perusahaan di Indonesia yang melakukan 5 transaksi dengan pihak
berelasi adalah PT. Adaro indonesia sehingga perusahaan ini terlibat pada suatu
kecurangan. Perusahaan ini dituduh melakukan penjualan batu bara jauh dibawah
harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Singapura, yaitu Coaltrade Services
International. (Sut, 2008) Transaksi pihak berelasi bisa menjadi penyebab kurangnya
laporan normal dari pengalihan pendapatan serta dasar biaya dari satu pihak kepihak
lainnya (Sut, 2008).

(Febrianto, 2010) Terkait dengan transaksi pihak berelasi ini, Indonesia


merupakan negara yang sudah melakukan transaksi pihak berelasi secara lazim.
Perusahaan di Indonesia akan mendirikan anak perusahaan sebelum perusahaan
tersebut akan go public yang akan menerima saham atau membeli saham dari induk
perusahaan. Sebagian besar anak perusahaan mempunyai jaringan bisnis yang akan
terhubung langsung dengan induk perusahaan. Dengan kata lain, bahwa insentif
dalam interaksi antar perusahaan cukup besar untuk melakukan transaksi pihak
berelasi (Febrianto, 2010).

Fenomena-fenomena tersebut menjadi landasan dilakukannya penelitian untuk


pendalaman studi oleh para peneliti sebelumnya. Beberapa hasil penelitian yang
dilakukan berhubungan dengan nilai perusahaan dan transaksinya dengan pihak
berelasi ditemukan adanya hasil yang tidak konsisten. Ketidak konsistenan itu
ditunjukan dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa transaksi pihak berelasi

4
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara dua hal tersebut. Penelitian yang akan dilakukan untuk
menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya.

Penelitian (Rena Magdalena, 2015) yang menggunakan skala relatif sebagai


alat pengukurannya pada periode penelitian yaitu 2009 sampai 2012. Pada tahun 2009
dan 2011 hasil penelitian menunjukkan bahwa transaksi pihak berelasi tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada tahun berbeda yaitu tahun 2010 dan
2012 dengan hasil yang berbeda pula bahwa transaksi pihak berelasi akan
berpengaruh terhadap nilai total perusahaan, yang merupakan jumlah keseluruhan dari
transaksi pihak berelasi (Rena Magdalena, 2015).

Penelitian (Ching-Chieh Tsai, 2015). dengan objek studi di Taiwan


mengemukakan bahwa penjualan dan pembelian terhadap pihak yang memiliki relasi
akan memberikan peningkatan nilai pada perusahaan di Taiwan. Tetapi, jika
penjualan yang dilakukan lebih besar kepada pihak berelasi dibandingkan
pembeliannya maka akan mengakibatkan terjadinya tunneling pada perusahaan
(Ching-Chieh Tsai, 2015). Pada penelitian (Dewi, 2014) menyatakan bahwa afiliasi
akan mempengaruhi secara negatif terhadap transaksi pihak berlasi yang dilakukan
oleh perusahaan karena interaksi antara pihak berelasi atau perusahaan afiliasinya
sudah mempunyai pengelolaan yang baik sehingga akan menurunkan kegiatan yang
akan dilakukan dengan pihak berelasi perusahaan. Adanya pengelolaan yang baik
akan melindungi pemegang saham yang dirugikan karena adanya transaksi pihak
berelasi yang bisa menimbulkan konflik kepentingan (Dewi, 2014).

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti lebih jauh tentang akibat adanya
transaksi pihak berelasi yang akan mempengaruhi nilai-nilai perusahaan di Indonesia.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Ching-Chieh Tsai,
2015) yang meneliti. tentang transaksi dengan pihak berelasi dan nilai perusahaan
yang terdaftar di Bursa efek Taiwan. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian ini
belum banyak dilakukan di Indonesia. Selain itu belum ada penelitian yang meneliti
tentang efek atau dampak transaksi pihak berelasi pada nilai perusahaan dari
perusahaan afiliasinya. Penelitian ini menggunakan periode yang berbeda dari
penelitian sebelumnya yaitu pada periode tahun 2012 – 2015 (Ching-Chieh Tsai,
2015). Perbedaan lain ada pada objek penelitian yaitu di Indonesia. Berdasarkan

5
keadaan diatas peneliti ingin mel.akukan penelitian dengan judul “Pengaruh.
Transaksi Pihak Berelasi Terhadap Nilai Perusahaan”.

B Rumusan Masalah

1. Bagaimana transaksi antara entitas induk dengan entitas anak pada persediaan dan
jasa?
2. Apa pentingnya eliminasi atas transaksi antara entitas induk dan entitas anak?
3. Apa dampak yang didapatkan terhadap pencatatan entitas induk dan jurnal
eliminasi?
4. Apa yang dimaksud dengan transaksi hulu penjualan persediaan?
5. Apa yang dimaksud dengan transaksi hilir penjualan persediaan?
6. Bagaimana transaksi penjualan jasa?
7. Apa yang dimaksud dengan ilustrasi komprehensif?

C Tujuan Penulisan

1. Dapat memahami bagaimana transaksi antara entitas induk dengan entitas anak
pada perusahaan dan jasa
2. Mengetahui pentingnya eliminasi atas transaksi antara entitas induk dan entitas
anak
3. Dapat memahami dampak terhadap pencatatan entitas induk dan jurnal eliminasi
4. Mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan transaksi hulu penjualan
persediaan
5. Mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan transaksi hilir penjualan
persediaan
6. Dapat memahami transaksi penjualan jasa
7. Dapat mengetahui pemahaman tentang ilustrasi komprehensif

6
BAB II

PEMBAHASAN

A Transaksi Antara Entitas Induk dan Entitas Anak

Transaksi Merupakan puncak dari kegiatan jual beli yang dimana terdapat
penjual dan pembeli yang telah melakukan kesepakatan dan kecocokan dengan niali
nominal yang sudah cocok.1 Entitas induk dan entitas anak sering terlibat dalam
transaksi, seperti transaksi jual beli persediaan, jual beli asset tetap, atau pemberian
pinjaman. Sering kali entitas anak menghasilkan produk yang akan diproses lebih
lanjut oleh entitas induknya, dan atau sebaliknya.
Dalam PSAK 65 (Revisi 2014) Laporan Keuangan Konsolidasian), transaksi
yang melibatkan entitas induk dan entitas anak sering disebut dengan transaksi antar
entitas dalam kelompok usaha. Transaksi antar entitas dalam kelompok dapat
digambarkan pada gambar 1.
Transaksi hulu atau yang sering disebut dengan transaksi downstream adalah
transaksi dari entitas induk ke entitas anak. Sementara itu, transaksi hilir adalah
transaksi dari anak ke entitas induk.

Entitas Induk

Hulu Hilir Hulu

Entitas Induk A Entitas Induk B

A
Antar entitas anak juga sering terjadi transaksi yang disebut dengan transaksi
lateral. Contoh transaksi lateral adalah transaksi yang dilakukan oleh PT Krakatau

1
Runto Hediana, dkk, “Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi Islam”, (Cirebon: Al-
Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah , 2015)

7
Daya Listrik dan PT Krakatau Tirta Industri. Kedua perusahan merupakan anak usaha
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.2

B Pentingnya Eliminasi Atas Transaksi Antara Entitas Induk dan Entitas Anak

Entitas induk berkewajiban menyusun laporan keuangan yang


menggambarkan kinerja dan kondisi keuangan entitas induk beserta entitas anaknya
secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan
konsolidasian. PSAK 65 (Revisi 2014) memdefinisikan laporan keuangan
konsolidasian sebagai laporan keuangan kelompok usaha yang didalamnya aset,
liabilitas, ekuitas, penghasilan, beban, dan arus kas entitas induk dan entitas anak
disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasian entitas induk dan entitas
anak merupakan satu entitas tunggal yang tidak terpisahkan.

Konsep Konsilidasian

Oleh karena entitas induk dan entitas anak merupakan satu entitas tunggal,
maka transaksi antara entitas induk dan entitas anak menjadi transaksi di dalam satu
entitas, sehingga semua dampak transaksi antar entitas dalam satu kelompok usaha
terus dieliminasi. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam PSAK 65 (Revisi 2014)

2
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”., (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 137

8
yang menyatakan bahwa salah satu prosedur dalam menyusun laporan keuangan
konsolidasi (prosedur konsolidasi) adalah mengeliminasi secara penuh aset, liabilitas,
ekuitas, penghasilan, beban, dan arus kas dalam kelompok usaha terkait dengan
transaksi antar-entitas dalam kelompok usaha.

Sebagai contoh, entitas induk menjual persediaan kepada entitas anaknya.


Persedian tersebut kemudian dijual oleh entitas anak ke perusahaan non-afiliasi. Dari
sudut pndang laporan keuangan konsolidasi, dampak dari transaksi penjualan
persediaan oleh entitas induk ke entitas anak tersebut harus dieliminasi, karena
transaksi tersebut terjadi antara entitas induk dan entitas anak yang merupakan satu
kesatuan. Oleh karenanya dieliminasi harus dibuat untuk mengahpus dampak
transaksi penjualan persediaan entitas induk ke entitas anak. Eliminasi juga harus
dibuat ketika persediaan yang diperoleh entitas anak dari entitas induk ternyata belum
terjual sampai akhir periode.

C Dampak Terhadap Pencatatan Entitas Induk dan Jurnal Eliminasi

Dampak terhadap Pencatatan Entitas Induk

Transaksi jual beli persediaan antara entitas induk dan entitas anak merupakan
contoh transaksi antar-entitaas dalam satu kelompok usaha. Keuntungan tau kerugian
yang muncul dari jual beli persediaan belum terealisasi selama persediaan tersebut
masih berada di entitas induk atau entitas anak. Namun ketika persediaan tersebut
telah terjual, keuntungan atau kerugian atas penjualan akan terealisasi. Hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam PSAK 15 (Revisi 2014) Investasi pada Entitas Esosiasi dan
Ventura Bersama,yang menyatakan bahwa keuntungan atau kerugian yang dihasilkan
dari transaksi hulu atau hilir diakui dalam laporan keuangan entitas hanya sebesar
bagian investor lain dalam entitas anak. Metode ini yang disering disebut dengan
istilah fully adjusted equity method.

9
Dampak terhadap Jurnal Eliminasi

Jurnal eliminasi terkait transaksi jual beli persediaan antara entitas induk dan
entitas anak tergantung pada posisi persediaan pada akhir periode. Ketika seluruh
persediaan yang diperoleh dari entitas induk sudah terjual ke perusahaan non-afiliasi
pada periode yang sama dengan periode perolehannya, maka jurnal eliminasi dibuat
untuk menghapus angka penjualan dan beban pokok penjualan sebesar angka
penjualan persediaan entitas induk ke entitas anak. Jika pada akhir periode seluruh
persediaan yang diperoleh dari entitas induk belum terjual, maka penjualan dan beban
pokok penjualan yang diakui entitas induk harus dieliminasi. Keuntungan atau
kerugian atas penjualan tersebut juga harus dieliminasi seluruhnya dengan
mengurangi nilai persediaan. Namun, ketika persediaan sudah terjual sebagian pada
periode tersebut, maka sebagian keuntungan atau kerugian penjualan persediaan yang
belum terealisasi harus dieliminasi.

Dampak terhadap Pencatatan Entitas Induk dan Jurnal Eliminasi

Contoh berikut akan memberikan gambaran komprehensif terkait dampak


transaksi jual beli persediaan antara entitas induk dan entitas anak, baik terhadap
pencatatan entitas induk maupun jurnal eliminasi yang harus dibuat pada saat
menyusun laporan keuangan konsolidasian.

PT Palapa (PT P) memiliki 100% saham PT Samudera (PT S). Selama tahun
2015, terdapat transaksi penjualan persediaan oleh PT P ke PT S sebesar
Rp10.000.000. Beban pokok penjualan (BPP) yang dibukukan PT P terkait transaksi
penjualan tersebut adalah Rp6.000.000. bagaimana pencatatan dan jurnal yang harus
dibuat PT P saat penyusunan laporan keuangan konsolidasian 2015 jika:

Skenario 1 - Seluruh persediaan yang diperoleh dari PT P telah terjual seharga =


Rp16.000.000.
Skenario 2 - Seluruh persediaan yang diperoleh darp PT P belum terjual.
Skenario 3 - Sebanyak 75% dari persediaan yang diperoleh dari PT P telah terjual
seharga = Rp12.000.000.

10
Penyelesaian :
Skenario 1 - Seluruh persediaan terjual
Skenario 1 dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Penjualan = Rp10.000.000 Penjualan = Rp16.000.000
Beban Pokok pejualan = Rp6.000.000 Beban pokok penjualan = Rp10.000.000

Terkait penjualan ke entitas anak, PT P melaporkan keuntungan sebesar


RP4.000.000 (Rp.10.000.000. – Rp6.000.000.). keuntungan tersebut sudah terealisasi
kerena persediaan yang diperoleh PT S dari PT P sudah terjual ke perusahaan non-
afiliasi. Oleh karena itu, tidak ada jurnal yang dibuat oleh PT P terkait penangguhan
keuntungan transaksi hulu.

Transaksi hulu dalam contoh ini mengakibatkan pengakuan penjualan sebesar


Rp10.000.000 dan beban pokok penjualan sebesar Rp6.000.000 oleh PT P. Di sisi
lain, PT S membukukan penjualan sebesar Rp16.000.000 dan beban pokok penjualan
senilai Rp10.000.000. akun penjualan milik PT P dan beban pokok penjualan milik
PT S harus karena transaksi penjulan tersebut terjadi dalam satu entitas. Jurnal
eliminasi yang harus di buat adalah:

Penjualan 10.000.000

Beban Pokok Penjualan 10.000.000

Mengeliminasi penjualan persediaan antara PT P dan PT S

Dampak dari jurnal eliminasi tersebut terhadap penyajian akun penjualan,


beban pokok penjualan, dan persediaan dalam laporan keuangan konsolidasi adalah
sebagai berikut:

Dampak Jurnal Skenerio 1 terhadap Laporan Keuangan Konsolidasi

11
Skenario 2 – Seluruh persediaan belum terjual
Skenario 2 dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Penjualan = Rp10.000.000 Penjualan = Rp10.000.000
Beban Pokok pejualan = Rp6.000.000

Keuntungan atas penjualan yang dibukukan PT P sebesar Rp4.000.000 belum


terealisasi, karena hingga akhir periode persediaan tersebut masih dimiliki oleh PT S.
Oleh karena itu, PT P harus mencatat penangguhan keuntungan atas penjualan
tersebut menggunkan jurnal berikut:

Bagian Laba atas Entitas Anak 4.000.000

Investasi pada Entitas Anak 4.000.000

Mencatat keuntungan yang belum terealisasi

Oleh karena transaksi penjualan persediaan pada ilustrasi ini merupakan


transaksi hulu, maka PT P mencatat keuntungan yang belum terealisasi secara penuh.

Transaksi hulu pada contoh ini mengakibatkan pengakuan penjualan sebesar


Rp10.000.000 dan beban pokok penjualan sebesar Rp6.000.000 oleh PT P, dan belum
terdapat penjualan yang dibukukan oleh PT S. Dari sudut pandang konsolidasian,
persediaan tersebut masih berada di perusahaan, sehingga penjualan dan beban pokok
penjualan yang diakui PT P harus dieliminasi secara penuh. Keuntungan atas

12
penjualan yang belum terealisasi, yaitu sebesar Rp4.000.000, juga dieliminasu dengan
mengurangi persediaan. Jurnal eliminasi yang dibuat adalah:

Penjualan 10.000.000

Beban Pokok Penjualan 4.000.000

Persediaan 6.000.000

Mengeliminasi penjualan persediaan antara PT P dan PT S

Dampak dari jurnal eliminasi tersebut terhadap penyajian akun penjualan,


beban pokok penjualan, dan persediaan dalam laporan keuangan konsolidasian
sebagai berikut:

Skenario 3 – Sebagian persediaan terjual


Skenario 3 dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Penjualan = Rp10.000.000 Penjualan = Rp12.000.000
Beban Pokok pejualan = Rp6.000.000 Beban Pokok Penjualan = Rp7.500.000
Persedian = Rp10.000.000

Oleh karena persediaan yang diperoleh dari PT P baru 75% yang telah terjual,
maka terdapat keuntungan penjualan yang belum terealisasi. Besarnya keuntungan
penjualan yang belum terealisasi sesbesar Rp1.000.000 (25% x Rp10.00.000).
eliminasi dibuat atas akun penjualan yang dilaporkan PT P, yaitu senilaii
Rp10.000.000. keuntungan atas penjualan yang belum terealisasi sebesar Rp1.000.000
dieliminasi dengan mengurangi akun persediaan. Akun beban pokok penjualan

13
dieliminasi sebesar Rp9.000.000, karena beban pokok penjualan yang akan disajikan
dalam laporan keuangan konsolidasian hanya sebesar Rp4.500.000 (75% x
Rp6.000.00). Jurnal eliminasi yang harus dibuat sebagai berikut:

Penjualan 10.000.000

Beban Pokok Penjualan 9.000.000

Persediaan 1.000.000

Mengeliminasi penjualan persediaan antara PT P dan PT S

Dampak dari jurnal eliminasi tersebut terhadap penyajian akun penjualan,


beban pokok penjualan, dan persediaan dalam laporan keuangan konsolidasian adalah
sebagai berikut:3

Dampak Jurnal Eliminasi Skenario 3 terhadap Laporan Keuangan Konsolidasi

D Transaksi Hulu Penjualan Persediaan

Contoh Transaksi Hulu Penjualan Persediaan

Berikut ini Neraca Saldo PT Nusantara dan PT Andalas per 31 Desember 2015.

3
Dwi Martani, dkk, “Akuntans Keuangani Lanjutan 1”, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 138-140

14
Informasi tambahan:

1. PT Nusantara telah melakukan pembelian 75% saham PT Andalas pada 1 Januari


2015 sebesar nilai bukunya, yaitu Rp900,000,000. Nilai wajar kepentingan non-
pengendali sama dengan nilai bukunya, yaitu Rp300,000,000.
2. Selama tahun 2015, PT Andalas melaporkan perolehan laba bersih sebesar
Rp200,000,000, dan mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp50,000,000.
3. Dalam transaksi penjualan yang dilakukan oleh PT Nusantara, terdapat penjualan
kepada PT Andalas sebesar Rp100,000,000 dengan beban pokok penjualan
sebesar Rp40,000,000.
4. Samapai 31 Desember 2015, persediaan yang diperoleh PT Andalas dari PT
Nusantara seluruhnya belum terjual.

15
Prosedur Konsolidasi Tahun Pertama – 2015

Pencatatan PT Nusantara – 2015

PT Nusantara mencatat investasinya di PT Andalas menggunakan metode


ekuitas. Pencatatan yang dibuat PT Nusantara selama tahun 2015 adalah sebagai
berikut:

Selama periode 2015, terdapat transaksi hulu, yaitu penjualan persediaan oleh
PT Nusantara ke PT Andalas sebesar Rp100.000.000. keuntungan dari penjualan
tersebut adalah Rp60.000.000 (Rp100.000.000 – Rp40.000.000). hingga akhir periode
2015, persediaan tersebut belum terealisasi. PT Nusantara harus menangguhkan
keuntungan tersebut secara penuh dan melakukan pencatatan sebagai berikut:

Jurnal Eliminasi - 2015

Berikut adalah perhitungan nilai asset bersih PT Andalas dan bagian PT


Nusantara, serta kepentingan non-pengendalian atas aset tersebut.

16
Jurnal eliminasi (le) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat untuk
mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendalian, serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.

Persediaan yang diperoleh PT Andalas dari PT Nusantara belum terjual


sampai akhir 2015, sehingga dari sudut pandang konsolidasi penjualan dan beban
pokok penjualan PT Nusantara terkait transaksi hulu harus dieliminasi. Keuntungan
atas penjualan juga harus dieliminasi karena keuntungan tersebut belum terealisasi.
Jurnal eliminasi yang dibuat adalah:

Kertas Kerja Konsolidasi – 2015

Berikut adalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasi 2015:

17
Prosedur Konsolidasi Tahun Kedua – 2016

Pada periode berikutnya (2016), PT Andalas melaporkan perolehan laba bersih


sebesar Rp250.000.000 dan mengumumkan pembagian dividen sebesar
Rp100.000.000. persediaan yang diperoleh PT Andalas dari PT Nusantara pada
periode 2015 telah terjual seluruhnya pada periode 2016.

Pencatatan PT Nusantara – 2016

PT Nusantara mencatat investasinya pada PT Andalas menggunakan metode


ekuitas. Pencatatan yang dibuat PT Nusantara selama tahun 2016 adalah sebagai
berikut:

18
Persediaan PT Andalas yang diperoleh dari PT Nusantara pada tahun 2015
telah terjual seluruhnya pada tahun 2016. Oleh karenanya, keuntungan dari penjualan
tersebut, yaitu sebesar Rp60.000.000, telah terealisasi. Namun, jika selama 2016
terdapat transaksi hulu penjualan persediaan yang baru, maka dapat muncul kembali
keuntungan atau kerugian penjualan yang belum terealisasi. Jadi, dalam satu periode
dimungkinkan adanya pengakuan realisasi dari keuntungan atau kerugian penjualan
persediaan periode sebelumnya dan pengakuan keuntungan atau kerugian penjualan
persediaan periode berjalan yang belum terealisasi.

PT Nusantara harus mengakui keuntungan tersebut secara penuh dan


melakukan pencatatan sebagai berikut:

Jurnal Eliminasi – 2016

Berikut adalah perhitungan nilai asset bersih PT Andalas dan bagian PT


Nusantara dan kepentingan non-pengendali atas aset tersebut:

19
Jurnal eliminasi (3e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat untuk
mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendali serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.

Jurnal eliminasi tambahan diperlukan untuk mengakui keuntungan atas


penjualan sebesar Rp40.000.000 yang ditangguhkan pada periode 2015. Jurnal
eliminasi yang dibuat adalah:

Kertas Kerja Konsolidasi – 2016

Berikut adalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasian 2016:4

4
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”,(Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 144

20
E Transaksi Hilir Penjualan Persediaan

Untuk memperoleh pemahaman secara komprehensif tentang prosedur


konsolidasi yang melibatkan transaksi hilir terkait penjualan persediaan, digunakan
ilustrasi yang sama seperti contoh sebelumnya, dengan menyesuaikan saldo pada
beberapa akun yang terkait dengan transaksi penjualan persediaan oleh entitas anak ke
entitas induknya.

21
Contoh Transaksi Hilir Penjualan Persediaan

PT Nusantara melakukan pembelian 75% saham PT Andalas pada 1 Januari


2015 pada nilai bukunya, yaitu Rp900.000.000. nilai wajar kepentingan non-
pengendali pada saat itu sama dengan nilai bukunya, sebesar Rp300.000.000.

Selama tahun berjalan, PT Andalas melaporkan perolehan laba bersih sebesar


Rp200.000.000 dan mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp50.000.000.
Neraca saldo kedua perusahaan per 31 Desember 2015.

Dalam penjualan PT Andalas, terdapat penjualan kepada PT Nusantara sebesar


Rp80.000.000 dengan beban pokok penjualan sebesar Rp50.000.000. sampai 31
Desember 2015, persediaan yang diperoleh PT Nusantara dari PT Andalas seluruhnya
belum terjual.

22
Prosedur Konsolidasi Tahun Pertama – 2015

Pencatatan PT Nusantara – 2015

PT Nusantara mencatat investasinya di PT Andalas dengan menggunakan


metode ekuitas. Maka pencatatan yang dibuat PT Nusantara selama tahun 2015 adalah
sebagai berikut:

Selama periode 2015 terdapat transaksi hilir yaitu penjualan persediaan oleh
PT Andalas ke PT Nusantara sebesar Rp80.000.000. atas penjualan tersebut, PT
Andalas membukukan beban pokok penjualan sebesar Rp50.000.000, sehingga
keuntungan dari penjualan tersebut adalah Rp30.000.000. karena sampai dengan akhir
periode 2015, persediaan tersebut belum terjual, maka keuntungan atas penjualan
tersebut belum terealisasi. PT Nusantara mencatat keuntungan yang belum terealisasi
hanya sebesar porsi kepemilikan PT Nusantara saja, yaitu 75% dari Rp30.000.000.
jurnal yang dibuat oleh PT Nusantara adalah sebagai berikut:

Jurnal Eliminasi – 2015

Berikut adalah perhitungan nilai Aset bersih PT Andalas dan bagian PT


Nusantara, serta kepentingan non-pengendali atas aset tersebut.

23
Jurnal eliminasi (5e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat untuk
mengeliminasi bagian laba dan deviden PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendali serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.

Persediaan yang diperoleh PT Nusantara dari PT Andalas belum terjual


sampai akhir 2015 sehingga dari sudut pandang konsolidasi penjualan dan beban
pokok penjualan PT Nusantara terkait transaksi hilir tersebut harus dieliminasi.
Keuntungan atas penjualan juga harus dieliminasi karena keuntungan tersebut belum
terealisasi. Junal eliminasi yang dibuat adalah:

Kertas Kerja Konsolidasi – 2015

Berikut adalah kertas kerja yang digunakakn untuk menyusun laporan


keuangan konsolidasian 2015:

24
Prosedur Konsolidasi Tahun Kedua – 2016

Untuk periode 2016, PT Andalas melaporkan perolehan laba bersih sebesar


Rp250.000.000 dan mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp100.000.000.
persediaan yang diperoleh PT Nusantara dari PT Andalas pada periode 2015 telah
terjual selurruhnya pada periode 2016.

Pencatatan PT Nusantara 2016

PT Nusantara mencatat investasinya di PT Andalas dengan menggunakan


metode ekuitas. Maka pencatatan yang di buat PT Nusantara selama tahun 2016
adalah sebagai berikut:

25
Persediaan PT Nusantara yang diperoleh dari PT Nusantara pada tahun 2015
telah terjual seluruhnya pada tahun 2016. Sehingga keuntungan dari penjualan
tersebut telah terealisasi. Selanjutnya, PT Nusantara harus mengakui keuntungan
tersebut sebesar bagiannya dan melakukan pencatatan sebagai berikut:

Jika di 2016 terdapat transaksi hilir penjualan persediaan yang baru, maka
dapat muncul kembali keuntungan atau kerugian penjualan persediaan yang belum
terealisasi. Sehingga dalam satu periode akan terdapat pengakuan realisasi
keuntungan atau kerugin penjualan persediaan periode sebelumnya dan pengakuan
keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi dari penjualan persediaan periode
berjalan.

Jurnal Eliminasi – 2016

Berikut adalah perhitungan nilai aset bersih PT Andalas dan bagian PT


Nusantara dan kepentingan non-pengendali atas aset bersih tersebut.

26
Jurnal eliminasi berikut (7e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat
untuk mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Nusantara dan kepentingan non-
pengendali serta investasi awal PT Nusantara di PT Andalas.

Jurnal eliminasi tambahan diperlukan untuk mengakui keuntungan atas


penjualan yang ditangguhkan pada periode 2015. Jurnal eliminasi yang dibuat adalah:

Kertas Kerja Konsolidasi – 2016

Berikut adalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
konsolidasian 2016:5

5
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 151

27
F Transaksi Penjualan Jasa

Entitas induk dan entitas anak sering terlibat dalam transaksi penjualan jasa.
Entitas induk memberikan jasa kepada entitas anak, atau sebaliknya. Seperti halnya
dengan transaksi penjualan persediaan, dampak transaksi penjualan jasa antara entitas
induk dan entitas anak juga harus dieliminasi.
Eliminasi untuk transaksi penjualan jasa tidak sekompleks eliminasi untuk transaksi
penjualan persedian. Dalam transaksi penjualan jasa, pendapatam jasa yang diakui
oleh entitas induk atau entitas anak akan menjadi beban anak atau entitas induk pada
nilai yang sama sehingga tidak dapat terdapat keuntungan yang belum terealisasi atau

28
transaksi tersebut. Oleh karenanya eliminasi yang dibuat hanya menghapus akun
pendapatan jasa dan beban.
Contoh berikut untuk menunjukkan dampak transaksi penjualan jasa terhadap
pencatatan entitas induk dan jurnal eliminasi yang harus dibuat Ketika menyiapkan
laporan keuangan konsolidasian.

Contoh. Dampak transaksi penjualan jasa terhadap jurnal eliminasi

PT Palapa (PT P) memiliki 100% saham PT Samudra (PT S). Pada desember
2015, PT P memberikan jasa perawatan mesin kepada PT S sebesar Rp. 20.000.000.
Tagihan telah dikirimkan pada 25 desember 2015. Sampai 31 desember 2015, PT S
belum membayar tagihan tersebut. Atas transaksi pemberian jasa tersebut, PT P akan
membuat jurnal sebagai berikut :

Piutang Usaha 20.000.000

Pendapatan Usaha 20.000.000

(Mencatat pemberian jasa perawatan mesin kepada PT S)

Sementara itu, PT S akan membuat jurnal sebagai berikut :

Beban Perawatan 20.000.000

Utang Usaha 20.000.000

(Mencatat beban perawatan mesin)

Pendapatan jasa yang diakui PT P harus dieliminasi karena pendapatan


tersebut diperoleh dari entitas anaknya sendiri, yaitu PT S. sedangkan dari sisi PT S,
beban perawatan juga harus dieliminasi karena manfaat atas beban tersebut diperoleh
dari entitas induk. Sehingga jurnal eliminasi yang dibuat adalah sebagai berikut :

Pendapatan Jasa 20.000.000

Beban Perawatan 20.000.000

(Mengeliminasi pendapatan jasa PT P dan beban perawatan PT S)

29
Dari sudut pandang konsolidasi, PT P dan PT S merupakan satu kesatuan, sehingga
utang piutang diantara kedua perusahaan harus dieliminasi. Jurnal eliminasi yang
harus dibuat adalah sebagai berikut : 6

Utang Usaha 20.000.000

Piutang Usaha 20.000.000

(Mengeliminasi utang piutang antara PT P dan PT S)

G Ilustrasi Komprehensif

Setiap tahun PT Anak menyesuaikan keuntungan belum direalisasikan atas


investasi dalam pembukuannya untuk nilai wajar dalam sekuritas tersedia untuk
dijual.7 Ilustrasi berikut untuk memberikan gambaran secara komprehensif mengenai
dampak transaksi penjualan persediaan dan jasa, baik transaksi hulu dan hilir,
terhadap penyusunan laporan keuangan konsolidasi. PT Pandawa telah melakukan
pembelian 80% saham PT Satria pada 1 januari 2015 seharga Rp 800.000.000. pada
tanggal tersebut, nilai wajar kepentingan non-pengendali sebesar Rp 200.000.000.
bersarkan data tersebut, diketahui bahwa total nilai wajar PT Satria adalah Rp
1.000.000.000. Nilai aset bersih PT Satria pada 1 januari 2015 sebesar Rp
800.000.000. Perhitungan diferensial dari akuisisi PT Pandawa terhadap PT Satria
dapat ditunjukkan melalui perhitungan berikut:

Nilai Akuisisi oleh PT


Pandawa + nilai wajar
kepentingan non pengendali Rp 1.000.000.000
Nilai tercatat aset bersih PT
Satria :
Saham Biasa Rp 500.000.000
Saldo Laba Rp 300.000.000
Rp 800.000.000
Selisih (Diferensial) Rp 200.000.000

6
Dwi Martani, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hal 157
7
Richard E Baker, dkk, “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. (Jakarta: Salemba Empat, 2015), hal 213

30
Diferensial yang disebabkan oleh adanya perbedaan antara nilai wajar dan
nilai buku beberapa aset PT Satria sebesar Rp 150.000.000, sedangkan sisanya
merupakan goodwill. Berikut perincian dari total diferensial berikut:

Diferensial
Persediaan Rp 25.000.000
Tanah Rp 75.000.000
Bangunan Rp 50.000.000
Goodwill Rp 50.000.000

TABEL 2.14

Neraca Saldo Per 31 Desember 2015

PT Pandawa PT Satria
Akun
Debet Kredit Debet Kredit
Kas dan setara kas 5.150.000.000 - 750.000.000 -
Piutang usaha 2.000.000.000 - 200.000.000 -
Persediaan 800.000.000 - 150.000.000 -
Investasi pada pt satria 830.000.000 - -
Tanah 1.500.000.000 - 550.000.000 -
Bangunan dan peralatan 2.400.000.000 - 300.000.000 -
Merek dagang 500.000.000 - - -
Akumulasi penyusutan - 1.000.000.000 - 100.000.000
Akumulasi amortisasi - 100.000.000
Utang usaha - 1.250.000.000 - 250.000.000
Utang bank - 1.500.000.000 - 500.000.000
Saham biasa - 5.000.000.000 - 500.000.000
Saldo laba - 2.000.000.000 - 300.000.000
Penjualan - 6.000.000.000 - 300.000.000
Pendapatan sewa - 40.000.000 -
Bagian laba atas PT Satria 110.000.000 -
Beban pokok penjualan 2.250.000.000 - 300.000.000 -
Beban operasi 600.000.000 - 300.000.000 -
Beban sewa 120.000.000 75.000.000
Beban penyusutan 300.000.000 - 25.000.000 -
Beban amortisasi 50.000.000 - - -
Beban bunga 300.000.000 - 10.000.000
Dividen diumumkan 200.000.000 - 100.000.000 -
Total 17.000.000.000 17.000.000.000 2.550.000.000 2.250.000.000

Informasi tambahan:
1. Selama 2015, PT Satria melaporkan perolehan laba bersih sebesar Rp

31
400.000.000 dan mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 100.000.000.
2. Dalam penjualan PT Pandawa tahun 2015, terdapat penjualan kepada PT
Satria sebesar Rp 400.000.000 dengan beban pokok penjualan sebesar Rp
250.000.000. sampai 31 desember 2015, persediaan tersebut baru terjual 40%.
3. Dalam penjualan PT Satria 2015, tedapat penjualan kepada PT Pandawa
sebesar Rp 200.000.000 dengan beban pokok penjualan sebesar Rp
80.000.000. sampai 31 desember 2015, persediaan tersebut belum terjual
sepenuhnya.
4. Pada desember 2015, PT Pandawa menyewakan peralatan kepada PT Satria.
Atas jasa tersebut, PT Satria harus membayar biaya sebesar Rp 26.000.000.
sampai akhir 2015, PT Satria belum melakukan pembayaran.

Prosedur konsolidasi tahun 2015

Pencatatan PT Pandawa 2015

PT Pandawa mencatat investasinya di PT Satria menggunakan metod ekuitas.


Berikut ini adalah pencatatan yang dibuat PT Pandawa selama tahun 2015:

1 Januari 2015
Investasi pada PT Satria 800.000.000
Kas 800.000.000
Mencatat pembelian saham PT satria

31 Desember 2015
Investasi pada PT Satria 320.000.000
Bagian Laba atas PT Satria 320.000.000
Mencatat bagian PT Pandawa atas laba bersih PT Satria (Rp 400.000.000 × 80%)

31 Desember 2015
Kas 80.000.000
Investasi pada PT Satria 80.000.000
Mencatat bagian PT Pandawa atas Dividen PT Satria (Rp 100.000.000 × 80%)

Karena persediaan yang menyebabkan munculnya diferensial pada tanggal


akuisisi seluruhnya terjual, maka diferenial sebesar Rp 25.000.000 seluruhnya
diamortisasi. Sementara itu bangunan memiliki sisa umur manfaat bangunan 10 tahun,
sehingga diferensial akan diamortisasi selama 10 tahun. Nilai amortisasi tiap tahunnya

32
adalah Rp 5.000.000 (Rp 50.000.000/ 10 tahun). Selama tahun 2015, tidak terdapat
penurunan nilai atas goodwill, sehingga amortisasi diferensial yang harus dicatat PT
Pandawa untuk tahun 2015 adalah Rp 24.000.000 ((Rp 25.000.000 + Rp 5.000.000) ×
80%).

31 Desember 2015
Bagian laba atas PT Satria 24.000.000
Investasi pada PT Satria 24.000.000
Mencatat amortisasi diferensial (Rp 30.000.000 × 80%)

Atas transaksi penjualan persediaan dari PT Pandawa ke PT Satria, PT Pandawa


memperoleh keuntungan sebesar Rp 150.000.000 (Rp 400.000.000 – Rp 240.000.000).
sampai akhir 2015, persediaan tersebut baru terjual sebesar Rp 90.000.000 (Rp
150.000.000 × 60%). Terkait keuntungana yang belum terealisasi tersebut, PT
Pandawa membuat pencatatan sebagai berikut:

31 Desember 2015
Bagian laba atas PT Satria 90.000.000
Investasi pada PT Satria 90.000.000
Mencatat keuntungan transaksi hulu-penjualan persediaan yang belum terealisasi (Rp
150.000.000 ×60%)
Atas transaksi penjualan persediaan Dari PT Satria ke entitas Induknya, PT
Satria memperoleh keuntungan sebesar Rp 120.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp
80.000.000). sampai akhir 2015, seluruh persediaan tersebut belum terjual, sehingga
seluruh keuntungan belum terealisasi. Oleh karena transaksi ini merupakan transaksi
hilir, PT Pandawa akan mencatat sebesar bagian kepemilikannya saja. Berikut ini
pencatatan yang dibuat PT Pandawa:

31 Desember 2015
Bagian laba atas PT Satria 96.000.000
Investasi pada PT Satria 96.000.000
Mencatat keuntungan transaksi hilir-penjualan persediaan yang belum terealisasi (Rp
120.000.000 ×80%)
Berikut ini adalah buku besar Investasi pada PT Satria dan bagian laba atas PT
Satria per 31 Desember 2015 :

33
Investasi pada PT Satria
Akuisisi 800.000.000
Laba Bersih 320.000.000
80.000.000 Dividen
24.000.000 Amortisasi Diferensial
90.000.000 Keuntungan belum Terealisasi
96.000.000 keuntungan belum Terealisasi

Bagian Laba atas PT Satria

Amortisasi Diferensial 24.000.000 320.000.000 Laba Bersih


Keuntungan belum terealisasi 90.000.000
Keuntungan belum terealisasi 96.000.000

110.000.000

Jurnal Eliminasi-2015

Berikut adalah perhitungan nilai aset bersih PT Pandawa dan bagian PT Satria
dan Kepentingan nonpengendali atas aset bersih tersebut:

TABEL 2.15

Perhitungan Jurnal Eliminasi


Kepentingan
PT Pandawa
non pengendali saham biasa Saldo laba
(80%)
(20%)
Nilai Buku awal 640.000.000 160.000.000 = 500.000.000 300.000.000
Laba bersih a 320.000.000 80.000.000 400.000.000
Dividen (80.000.000) (20.000.000) = (100.000.000)
Saldo akhir b 880.000.000 220.000.000 500.000.000 600.000.000
Keuntungan belum
terealisasi – transaksi hulu (90.000.000)
persediaan c
Keuntungan belum
terealisasi – transaksi hilir (96.000.000) (24.000.000)
persediaan d
Saldo akhir disesuaikan b-c-d 694.000.000 196.000.000
Bagian laba atas
134.000.000
PT Satria a-c-d

34
Bagian laba kepentingan
Non pengendali
56.000.000
(80.000.000–
24.000.000) a-d

Jurnal eliminasi (9e) merupakan jurnal eliminasi dasar yang dibuat


untuk mengeliminasi bagian laba dan dividen PT Pandawa dan
kepentingan nonpengendali serta investasi awal PT Pandawa di PT Satria.
(9e) Saham biasa 500.000.000
Saldo laba 300.000.000
Bagian laba atas PT Satria 134.000.000
Penghasilan kepentingan non pengendali 56.000.00
Dividen diumumkan 100.000.000
Investasi pada PT satria 694.000.000
Kepentingan non pengendali 196.000.000
Mengeliminasi ekuitas dan investasi pada PT Satria

Berikut adalah skedul perhitungan saldo diferensial selama tahun 2015:


Kepentingan
PT Pandawa Non Akumulasi
Persediaan Tanah Bangunan Goodwill
(80%) + pengendali penyusutan
(20%)
Saldo awal 160.000.000 40.000.000 25.000.000 75.000.000 50.000.000 - 50.000.000
Amortisasi (24.000.000) (6.000.000) (25.000.000) (5.000.000)
Saldo akhir 136.000.000 34.000.000 - 75.000.000 50.000.000 (5.000.000) 50.00.000

Jurnal Eliminasi yang harus dibuat untuk amortisasi diferensial adalah sebagai berikut:

(10e) Beban pokok penjualan 25.000.000


Penyusutan 5.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 50.000.000
Goodwill 50.000.000
Bagian laba atas PT Satria 24.000.000
Bagian laba Kepentingan non pengendali 6.000.000
Akumulasi penyusutan 5.000.000
Investasi pada PT Satria 136.000.000
Kepentingan non pengendali 34.000.000
Mengalokasikan diferensial dan amortisasi diferensial

Persediaan yang diperoleh PT Satria dari PT Pandawa baru terjual sebesar


40%, sehingga terdapat keuntungan atas penjualan yang belum terealisasi. Jurnal
eliminasi yang dibuat adalah:

(11e) Penjualan 400.000

35
Beban pokok penjualan 310.000.000
Persediaan 90.000.000
Mengeliminasi penjualan persediaan antara PT Pandawa dan PT Satria

Sementara itu persediaan yang diperoleh PT Pandawa dari PT Satria belum


terjual seluruhnya di akhir 2015. Oleh karenanya, seluruh keuntungan atas penjualan
tersebut belum dapat diakui dalam laporan keuangan konsolidasian. Jurnal eliminasi
yang harus dibuat sebagai berikut:

(12e) Penjualan 200.000.000


Beban pokok penjualan 80.000.000
Persediaan 120.000.000
Mengeliminasi penjualan persediaan antara PT Pandawa dan PT Satria

Atas pemberian jasa sewa oleh PT Pandawa ke PT Satria, diperlukan jurnal


Eliminasi untuk mengeliminasi pendapatan sewa dan beban sewa serta utang-piutang

(13e) Pendapatan sewa 26.000.000


Beban sewa 26.000.000
Mengeliminasi pendapatan dan beban sewa

(14) Utang usaha 26.000.000


Piutang usaha 26.000.000

Mengeliminasi utang piutang terkait transaksi pemberian jasa sewa

Kertas kerja konsolidasi 2015

Berikutadalah kertas kerja yang digunakan untuk menyusun


laporankeuangan konsolidasian 2015 :

36
Jurnal Eliminasi
Nama Akun PT Pandawa PT Satria Konsolidasian
Debit Kredit
Laporan Laba Rugi
Penjualan 6.000.000.000 900.000.000 400.000.000 6.300.000.000
1
200.000.000
2
Pendapatan Sewa 40.000.000 - 26.000.000 14.000.000
3
Beban Pokok Pemjualan (2.250.000.000) (300.000.000) 25.000.000 310.000.000 (2.185.000.000)
0 1
80.000.000
2
Beban Operasi (600.000.000) (90.000.000) (690.000.000)
Beban Sewa (120.000.000) (75.000.000) 26.000.000 (169.000.000)
3
Beban Peyusutan (300.000.000) (25.000.000) 5.000.000 (330.000.000)
0
Beban Amortisasi (50.000.000) - (50.000.000)
Beban Bunga (300.000.000) (10.000.000) (310.000.000)
Bagian Laba atas PT
110.000.000 134.000.000 24.000.000 -
Andalas 0
Laba Bersih Konsolidasian 2.530.000.000 400.000.000 790.000.000 440.000.000 2.580.000.000
Bagian Laba Kepentingan
56.000.000 6.000.000 (50.000.000)
Nonpengendali 0
Bagian Induk atas Laba
2.530.000.000 400.000.000 846.000.000 446.000.000 2.530.000.000
Bersih

Laporan Perubahan Saldo


Laba
Saldo Laba Awal 2.000.000.000 300.000.000 300.000.000 2.000.000.000
Laba Bersih (dari atas) 2.530.000.000 400.000.000 846.000.000 446.000.000 2.530.000.000
Dikurang: Dividen (200.000.000) (100.000.000) 100.000.000 (200.000.000)
Saldo Laba Akhir 4.330.000.000 600.000.000 1.146.000.000 546.000.000 4.330.000.000

Laporan Posisi Keuangan


Kas dan Setara Kas 5.150.000.000 750.000.000 5.900.000.000
Piutang Usaha 2.000.000.000 200.000.000 26.000.000 2.174.000.000
4
Persediaan 800.000.000 150.000.000 90.000.000 740.000.000
1
120.000.000
2
Investasi pada PT Andalas 830.000.000 694.000.000
136.000.000
0
Tanah 1.500.000.000 550.000.000 75.000.000 2.125.000.000
0
Bangunan dan Peralatan 2.400.000.000 300.000.000 50.000.000 2.750.000.000
0
Akumulasi Penyusutan (1.000.000.000) (100.000.000) 5.000.000 (1.105.000.000)

37
0
Merek Dagang 500.000.000 500.000.000
Akumulasi Amortisasi (100.000.000) (100.000.000)
Goodwill 50.000.000 50.000.000
0
Total Aset 12.080.000.000 1.850.000.000 175.000.000 1.071.000.000 13.034.000.000

Utang Usaha 1.250.000.000 250.000.000 26.000.000 1.474.000.000


4
Utang Bank 1.500.000.000 500.000.000 2.000.000.000
Saham Biasa 5.000.000.000 500.000.000 500.000.000 5.000.000.000
Saldo Laba (dari atas) 4.330.000.000 600.000.000 1.146.000.000 546.000.000 4.330.000.000
Kepentingan Nonpengendali 196.000.000 230.000.000
34.000.000
0
Total Liabilitas & Ekuitas 12.080.000.000 1.850.000.000 1.672.000.000 742.000.000 13.034.000.000

Laporan Keuangan Konsolidasian 2015

Berdasarkan kertas kerja diatas, maka dapat disusun laporan keuangan


konsolidasian PT Pandawa dan entitas anak untuk periode 2015 sebagai berikut:

PT PANDAWA DAN ENTITAS ANAK


Laporan Laba Rugi Konsolidasian
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015
Penjualan 6.300.000.000
Beban Pokok Penjualan (2.185.000.000)
Laba Kotor 4.115.000.000

Beban Operasional:
Beban Operasi (690.000.000)
Beban Sewa (169.000.000)
Beban Peyusutan (330.000.000)
Beban Amortisasi (50.000.000)
Beban Bunga (310.000.000)
Total Beban Operasional (1.549.000.000)

Pendapatan dan Beban Lain-Lain:


Pendapatan Sewa 14.000.000
Total Pendapatan & Beban Lain-Lain 14.000.000
Laba Bersih Konsolidasi 2.580.000.000
Bagian Laba Kepentingan Nonpengendali (50.000.000)
Bagian Laba Induk Perusahaan 2.530.000.000

38
PT PANDAWA DAN ENTITAS ANAK
Laporan Perubahan Saldo Laba Konsolidasian
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015
Saldo Laba, 1 Januari 2015 2.000.000.000
Bagian Laba Induk Perusahaan 2.530.000.000
Dividen Diumumkan (200.000.000)
Saldo Laba, 31 Desember 2015 4.330.000.000

PT PANDAWA DAN ENTITAS ANAK


Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
Per 31 Desember 2015

Aset Liabilitas
Kas dan Setara Kas 5.900.000.000 Utang Usaha 1.474.000.000
Piutang Usaha 2.174.000.000 Utang Bank 2.000.000.000
Persediaan 740.000.000
Tanah 2.125.000.000 3.474.000.000
Bangunan dan Peralatan 2.750.000.000
Akumulasi Penyusutan (1.105.000.000) Ekuitas
1.645.000.000 Saham Biasa 5.000.000.000
Merek Dagang 500.000.000 Saldo Laba 4.330.000.000
Akumulasi Amortisasi (100.000.000) Total Kep. Induk 9.330.000.000
400.000.000
Goodwill 50.000.000 Kepentingan Pengendali 230.000.000
Total Aset 13.034.000.000 Total Liabilitas & Ekuitas 13.034.000.000

39
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam PSAK 65 (Revisi 2014) Laporan Keuangan Konsolidasian, transaksi


yang melibatkan entitas induk dan entitas anak disebut dengan transaksi antar-entitas
dalam kelompok usaha. Transaksi antar-entitas dalam Kelompok usaha meliputi
transaksi hulu, transaski hilir, dan transaksi lateral. Transaksi hulu, atau yang sering
disebut transaksi downstream, adalah transaksi dari entitas induk ke entitas anak.
Transaksi hilir, atau yang sering disebut transaksi upstream, adalah transaksi dari
entitas anak ke entitas induk. Transaksi lateral adalah transaksi antar-entitas anak.

Salah satu prosedur dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian


(prosedur konsolidasi) adalah mengeliminasi secara penuh aset, liabilitas, ekuitas,
penghasilan, beban dan arus kas dalam kelompok usaha terkait dengan transaksi
antar-entitas dalam kelompok usaha. Keuntungan atau kerugian dari transaksi hulu
penjualan persediaan dicatat secara penuh oleh entitas induk, sedangkan untuk
transaksi hilir persediaan dicatat sebesar porsi kepemilikan entitas induk di entitas
anak.

2. Saran

Makalah ini dibuat untuk mempermudah pembaca agar bisa memahami pembelajaran
mengenai Ttansaksi entitas induk dan entitas anak. Dalam hal ini diharapkan pembaca dapat
memahami dan mengetahui transaksi antara entitas induk dan entitas anak dan diharapkan
kepada para pembaca agar mengetahui secara teoritis dan dipraktikkan cara transaksi huli dan
hilir dalam persediaan di suatu perusahaan.

Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan. kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT dan kekurangan adalah bagian dari kita. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah berikutnya.
Semoga memberi manfaat bagi kita semua.

40
DAFTAR PUSTAKA

Martani Dwi, Hidayat Taufik, Ningrum Setya Agustin, Maulana L Teguh. 2016. Akuntansi
Keuangan Lanjutan 1. Jakarta. Salemba Empat

Baker E Richard, Christensen E Theodore, Cottrel M David, Rais Irwansyah Kurnia, Astono
Widhi, Wulandari Retno Etty

Hediana Runto, Aly Dasuki Ahmad. 2015. Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi
Islam. Cirebon. Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah

41

Anda mungkin juga menyukai