BERDUKA
PENGERTIAN
Berduka adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang
dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pegi/hilang. Dapat
dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2005)
Berduka adalah respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pada individu
yang mengalami kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui proses berduka
individu mampu memutus ikatan dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan dengan
benda/orang baru. Berduka bisa mencakup aspek fisik/psikologis, kognitif dan prilaku.
Data Objektif
a. Emosi yang tidak stabil
b. Wajah tegang
c. Frekuensi BAK meningkat
d. Denyut nadi meningkat
e. Frekuensi nafas meningkat
f. Keringat dingin
g. Berdebar-debar
h. Dada terasa sesak
i. Kurang bergairah dalam aktifitas
j. Kurang nafsu makan
k. Sulit tidur
l. Menghindari kehilangan
m. Tidak mampu menjalankan fungsi peran sehari-hari
n. Tegang menghadapi perpisahan
o. Tegang terhadap peristiwa traumatic
p. Merenung/melamun
q. Tingkat keakraban dalam hubungan sosial yang kurang
r. Sulit mengungkapkan atau menggambarkan regimen
s. Enggan berbicara dengan orang lain
t. Bicara pelan
8. Pertahanan psikologis :
SOSIAL BUDAYA
1. Usia : remaja, dewasa awal,
2. Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas, adanya k,ggl peran gender
3. Pendidikan : Riw pendd. yg rendah ,riwayat putus & gagal sekolah,
riwayat kurikulum pendidikan terlalu mengekang
4. Pendapatan :Riw. penghasilan yang rendah & tidak ada kemandirian,
5. Pekerjaan : Riw, pekerjaan dengan stresfull & resiko tinggi, pengangguran
6. Status sosial :Riawayat tuna wisma & terisolasi, PSK, transeksualisme,
homoseksualisme
7. Ltr Blk Budaya : tuntutan sosial budaya tertentu, stigma masyarakat negatif
8. Agama Keyakinan : Sifat religi dan keyakinan yg berlebihan /
kurang, riwayat tdk bisa menjalankan aktivitas keagamaan secara rutin,
kesalahan persepsi terhadap ajaran tertentu, pengikut aliran sesat.
9. Keikutsertaan Dlm Politik : Gagal dlm berpolitik/ berorganisasi
10. Pengalaman sosial : Bencana alam ,kerusuhan, tekanan dlm pekerjaan, sulit
mendapatkan pekerjaan, tekanan pekerjaan, kesulitan dlm mencari pasangan
hidup, kesulitan dlm memperoleh anak, riwayat berulang kegagalan dalam
hubungan rumah tangga.
11. Peran sosial:Stigma negatif, diskriminasi dan praduga negatif Ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, Acuh dengan lingkungan, Kemampuan sosialnya
menurun,Sulit berinteraksi, Menarik diri
FAKTOR PRESIPITASI NATURE
A. Faktor Biologis
1. Biologi : lesi daerah frontal, temporal, sistem
limbik, ketidakseimbangan GABA, norepinefrin, dan
serotonin
2. Status Nutrisi : Gangguan nutrisi ditandai dengan tidak mau makan
3. Keadaan kesehatan secara umum : Kurang tidur, gangguan
irama sirkadian, lethargi, riwayat infeksi,
penyakit terminal atau keganasan
4. Sensivitas biologis : intoksikasi obat, gejala sisa infeksi dan trauma,
sering terpapar zat radiasi, paparan racun : keracunan CO,
asbestosis
B. Faktor Psikologis
1. Inteligensi : kerusakan pada otak lobus frontal serta gangguan
sirkulasi oksigen dan glukosa ke otak
2. Keterampilan verbal : provokatif
3. Moral : tinggal dilingkungan broken home, panti asuhan, panti sosial,
pesantren, biara dan lapas
4. Kepribadian: Mudah kecewa,putus asa,tdk mampu membuat
keputusan,menutup diri & cemas yang tinggi, depresif, introvert, ideal diri
terlalu berlebihan,harga diri rendah, krisis identitas, dan krisis peeran
C. Faktor Sosial Budaya
1. Usia : remaja, dewasa awal,
2. Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas, adanya k,ggl peran gender
3. Pendidikan : Riw pendd. yg rendah ,riwayat putus & gagal sekolah,
4. Pendapatan :Riw. penghasilan yang rendah & tidak ada kemandirian,
5. Pekerjaan : Riw, pekerjaan dengan stresfull & resiko tinggi, pengangguran
6. Status sosial :Riawayat tuna wisma & terisolasi
7. Agama Keyakinan : Sifat religi dan keyakinan yg berlebihan /
kurang, riwayat tdk bisa menjalankan aktivitas keagamaan secara rutin,
kesalahan persepsi terhadap ajaran tertentu, pengikut aliran sesat.
8. Keikutsertaan Dlm Politik : Gagal dlm berpolitik/ berorganisasi
9. Kejadian sosial saat ini : perubahan kehidupan,
10. Peran sosial:Stigma negatif, diskriminasi dan praduga negatif
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi, Acuh dengan
lingkungan, Kemampuan sosialnya menurun,Sulit berinteraksi,
Menarik diri
ORIGIN
1. Internal
Persepsi individu : kegagalan persepsi individu terhadap sesuatu yang diyakini
2. Eksternal
Keluarga dan masyarakat : klg dan masyarakat mengalami kegagalan dalam
merespon sesuatu yang diyakini
TIMING
1. Waktu terjadinya stressor Munculnya stressor pada saat kondisi yang tidak tepat
2. Lamanya stressor terjadi:
3. Tiba – tiba dan bertahap
4. Frekuensi stressor terjadi
5. Saling berdekatan dan berulang
NUMBER
AFEKTIF
1. Reaksi kecemasan secara umum
2. Kegembiraan yang berlebihan, kesedihan yg berlarut, takut berlebihan,
marah, curiga berlebihan, defensive, sensitive
3. Kesepian, bersedih, harga diri rendah, putus asa, merasa bersalah,
menyangkal perasaan
FISIOLOGIS
Ketidakseimbangan :
GH
PROLAKTIN
ACTH
LH
FSH
TSH
Insulin
Katekolamin
Epinefrin
Norepinefrin
Dopamin
PERILAKU
Mondar-mandir
Perilaku aneh
Daya tilik diri kurang
Tidak bisa kontrol diri
Penampilan tidak sesuai
Perilaku diulang-ulang
Agresi, gelisah
Agitasi
SOSIAL
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi/ mengugkap perasaan
Acuh dengan lingkungan
Kemampuan sosialnya mengalami penurunan
Sulit berinteraksi
Menarik diri
Paranoid
Tdk tertarik dg keg menghibur
SOSIAL SUPPORT
Hubungan antara individu, keluarga,kelompok dan masyarakat
Komitmen dengan jaringan sosial
Hubungan dengan toma, toga
Hubungan dg significant other
MATERIAL ASSETS
Ketidakmampuan mengelola kekayaan
Tidak memiliki dana untuk berobat ke pusat pelayanan kesehatan
Tidak mempunyai kebiasaan menabung
Tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang berharga
POSITIVE BELIVGE
Tidak memiliki motivasi
Penilaian negatif terhadap pelayanan kesehatan
Distress Spiritual
Tidak menganggap itu sebagai
KONSTRUKTIF
1. DENIAL
2. INTROYEKSI
3. REPRESI
4. DISOSIASI
5. SUPRESI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berduka kompleks
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan Pada Pasien
Tujuan tindakan keperawatan
Pasien dapat melalui proses berduka secara normal dan sehat
Tindakan keperawatan
1. Menjadi pendengar yang aktif
2. Meningkatkan koping
3. Emosional support
4. Spiritual support
INTERVENSI SPESIALIS
Terapi individu : kognitif
Terapi kelompok : logoterapi, terapi
suportif Terapi keluarga : triangle terapi
Terapi komunitas
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN
DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami
Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering
melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Ibu M
terlihat sering mengingkari kehilangan, dan menangis Selain itu, Ibu M
juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga
susah tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Berduka disfungsional
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c. Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi
c. Ajarkan klien teknik relaksasi
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M.., Ibu bisa memanggil saya
suster... Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai
14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu
senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
c. Kontrak:
1) Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar
tentang keadaan ibu?
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai
memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
(Objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi
yang telah kita lakukan.”
b. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari
ini.
Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu
Bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi ibu masukkan kedalam
jadwal kegiatan ibu?
Ibu setuju?
Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan
Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan
Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik rileksasi bu?
Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa
dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika
ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis “B” dan jika ibu tidak
melakukannya ibu tulis “T”
Ibu paham Bu?”
Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya
A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah
sehingga tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Berduka Disfungsional
3. Tujuan khusus
Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali
dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
4. Tindakan keperawatan
a. Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas
yang ia sukai
b. Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a) Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya
Bu? Ya, betul sekali. Saya suster.., Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari
pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”
b) Evaluasi validasi:
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”
“wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri”
“Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi tersebut”
2. Tahap kerja
“Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
“Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain
voli lho, Bu.”
“Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
“Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
“Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga
cukup bagus.”
“Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu
biasanya bermain voli dalam seminggu?”
“Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain
voli sudah terlatih.”
“Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya
dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli
antarwarga di daerah rumah Ibu.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang
lain untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga
ingin bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan
yang lain.”
“Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-
sama. Ibu M ini jago bermain voli, lho.”
“Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam
bermain bola voli?”
“Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”
“Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya,
Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang
lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik
dibandingkan kemarin?”
(Objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat
Ibu dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
2. Tindak Lanjut :
“Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu
sedang merasa emosi.
“Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
“Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari
Ibu maunya berapa kali main voli dalam satu minggu?
Kira-kira jam berapa ibu nanti mau main voli?
“Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa
mengisi buku kegiatan”
“Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri,
tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu
tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam melakukan kegiatan , ibu
tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa mengerjakannya ibu tulis
“T”.
Ibu paham bu?
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun
dan mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga
mau membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang
lain yang menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M
mengaku ia masih terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal
tersebut membuat Ibu M merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit
tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Berduka Disfungsional
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
b. Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
4. Tindakan keperawatan
a. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
b. Awasi klien saat minum obat
B. Strategi Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M.
b. Evaluasi validasi:
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa tidur
dengan nyenyak?”
B. Tahap kerja
“Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-
obatan yang harus Ibu minum.”
“Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ.
Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau
pikiran Ibu tenang, Ibu bias tidur dengan nyenyak.”
“Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu
minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas
yang berlebihan.”
“Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam
1 siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-
obatan ini juga harus diminum setelah Ibu makan.”
“Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”
“Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu,
setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya
dapat berkurang.”
“Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu
bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”
“Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing,
atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang
bertugas.”
“Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya
sesuai atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat
tersebut dapat diminum tepat waktu.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum
dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”
(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja
obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum
obatnya.”
b. Tindak Lanjut :
“Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat
mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan
kalau Ibu merasa gatal-gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat
menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”
“Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
“Bagaimana jika kegiatan minum obat ini juga dimasukkan menjadi
kegiatan sehari-hari
Jangan lupa, ibu juga membuat jam minum obatnya ya bu
“Caranya mengisi buku kegiatan ini juga sama dengan sebelumnya,
jika ibu melakukan sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat
atau orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam melakukan
kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa mengerjakannya
ibu tulis “T”.
Ini tujuannya untuk melihat kemandirian ibu, jika ibu sudah bisa mandiri
dalam melakukan sesuatu dan ibu juga sudah dapat memenuhi kebutuhan
ibu sehari-hari, ibu akan dapat segera di pulangkan.
Ibu paham Bu?”
c. Kontrak yang akan datang:
Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit
dan sekarang sudah 30 menit bu!
“Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya akan datang
kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan ini
saja ya Bu.” “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”
DAFTAR PUSTAKA
Copel, Linda C. (2007). Kesehatan Jiwa & Psikiatri, Pedoman Klinis Perawat
(Psychiatric and Mental Health Care: Nurse’s Clinical Guide). Edisi Bahasa
Indonesia (Cetakan kedua). Alihbahasa : Akemat. Jakarta : EGC.
NANDA (2008). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification, Philadelphia : AR