Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN VIDEO TUTORIAL PADA PELATIHAN PEMBUATAN BOLEN

TAPE DI PONDOK PESANTREN NURUL AMIN JEMBER

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
RIDHO FIBRIANSYAH
17050394085

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PRODI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA
2022

HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL PENELITIAN

Usulan Penelitian oleh : Ridho Fibriansyah


NIM : 17050394085
Judul : PENERAPAN VIDEO TUTORIAL PADA
PELATIHAN PEMBUATAN BOLEN TAPE DI
PONDOK PESANTREN NURUL AMIN JEMBER

Surabaya, 15 April 2022


Pembimbing,

Nugrahani Astuti, S.Pd., M.Pd.


NIP 196007131987022002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pondok Pesantren Nurul Amin Dusun Wringinsari Desa Padomasan


Kecamatan Jombang Kabupaten Jember, pondok pesantren ini mendidik santri dan
santriwati pada tinggat max SLTA. Pada saat ini santri dan santriwati yang tidak
melanjutkan pendidikannya di Institut atau Universitas lebih sedikit dibandingkan
dengan yang memilih untuk bekerja, tetapi juga banyak yang pengangguran karena
tidak memiliki bekal keahlian atau lab skill yang menyebabkan banyak lulusan
pesantren ini menjadi pengangguran, terutama pada santriwati yang pada
umumnyanya kurang dalam keahlian menjadi buruh atau menjadi ibu rumah tangga
pada akhirnya. Sementara untuk santri laki-laki kebanyakan bekerja sedangkan
sebagiannya melanjutkan sekolah dan memilih melanjutkan di pesantren sebagai
hafitz Qur’an
Meninjau dari kondisi seperti ini barang entu bagi santriwati untuk memiliki
kecakapan hidup atu lab skill. Sementara pondok sekolahan di pondok santren tidak
memberikan mata pelajaran keterampilan baik sebagai esktrakulikuler atau lab skill,
oleh sebab itu penulis merasa bahawa memberikan keterampilan pada satriwati
sangat tepat. Salah satu keterampilan sekarang yang menurut hasil pengamatan
penulis bahwa dilihat dari potensi wilayah makanan komersial (laku jual) yang
kekinian dengan menjual produk makanan. Maka penulis bermaksud memberikan
pelatihan keterampilan membuat bolen tape dengan berbagai amam varian rasa.
Ada beberapa jenis tape yang sering dijumpai, ada tape ketan, tape beras, tape
pisang, tape sukun dan tape singkong. Tetapi penulis akan memilih tape singkong
yang akan dibuat sebagai bahan isian bolen tape. Tape singkong adalah singkong
yang usai dimasak (kukus) lagu diberikan ragi, salah satunya yaitu tape khas
Jember. Tape ini memiliki masa simpan yang tidak tahan lama, sehingga dengan
pelatihan keterampilan ini diharapkan tape yang sudah masak siap makan itu jika
tidak laku atau jika tidak bisa dipertahankan dalam kondisi segar bisa dibuat sebagai
olahan. Sebelum memasuki masa kadaluarsanya salah satu cara menangani menjadi
olahan dengan caradibuat sebagai isian bolen. Bolen tape ini bukan lagi sesuatu yang
baru tetapi mengacu pada pemasarannya atau komersial (laku jual) bolen tape yang
ada di Bandung, maka sesuai dengan kearifan loka atau ketersediaan pangan lokal
yang ada di Jember. Oleh sebab itu bolen tape ini bisa diupayakan dengan sentuhan –
sentuhan variasi yang sedikit berbeda. Salah satunya dengan cara pembuatan bolen
tape varian rasa. Makan penulis akan melakukan pelatihan sesuai dengan masalah
yang diatas.
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menngunakan
prosedur sistematis dan terorganisir dimana pelaksanaan non-manajemen
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dari tujuan yang terbatas
(Mangkunegara dalam Setiawan, 2021). Jadi dapat juga diartikan bahwa belajar untuk
meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok dengan metode praktis dan
teoritis. Pelatihan ini menggunakan model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung membutuhkan fase dalam menjalankannya (Mustaqimah,
2017). Dalam kegiatan pelatihan ada beberapa perangkat yang dapat membantu
proses pemberian materi yang diperlukan peserta pelatihan untuk mencapai
keberhasilan. Untuk mempermudah pembelajaran selama pelatihan, ada beberapa
media yang dapat digunakan, diantaranya yaitu media grafis, media audio, media
visual, media audiovisual. Dari beberapa media tersebut, yang paling efektif untuk
kegiatan pelatihan membutuhkan media yang memberikan suara serta gambar
seperti film yaitu medial audiovisual. Salah satu media audiovisual yaitu dengan
menggunakan video tutorial
Video adalah alat dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,
menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau
memperpanjang waktu dan memengaruhi sikap (Arsyad, 2013:50). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tutorial adalah 1) Pembimbingan kelas oleh seorang
pengajar (tutor) untuk seorang atau sekelompok kecil orang, 2) Pengajaran tambahan
melalui tutor. Sehingga dapat dikatakan bahwa tutorial adalah sebuah pengajaran
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada sekelompok orang. Berdasarkan teori diatas
dapat disimpulkan bahwa video tutorial adalah rangkain penanyangan informasi
yang diberikan oleh seorang ahli atau tutor kepada sekelompok orang sehingga
sekelompok orang tersebut mampu memahami proses atau menambah
pengetahuannya hanya dengan melihat penayangan video tersebut.
Keunggulan dan keurangan video menurut Daryanto Daryanto (2011: 79),
mengemukakan beberapa keunggulan penggunaan media video, antara lain : 1)
Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video menyajikan
gambar bergerak kepada siswa disamping suara yang menyertainya, 2) Video dapat
menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat secara nyata. Sedangkan
kekurangannya, antara lain : 1) Opposition, Pengambilan yang kurang tepat dapat
menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang
dilihatnya, 2) Material pendukung Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat
menampilkan gambar yang ada di dalamnya, 3) Budget : Untuk membuat video
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Model tutorial mempunyai konsep dengan menyajikan teks, gambar diam atau
gambar gerak, serta grafik. Model tutorial ini memanfaatkan software yang
diprogram dalam komputer. Model tutorial memegang beberapa karakteristik,
seperti berikut (Kustandi, 2013:70-71) : 1) Bahan ajar diprogram dalam komputer
biasa menggunakan CD atau melalui situs internet , 2) Pebelajar dapat merespon
dalam mempelajari materi, 3) Jawaban pebelajar dievaluasi oleh program
pembelajaran di komputer, 4) Setiap kegiatan belajar, pebelajar perlu mengulang atau
melanjutkan kegiatan belajar selanjutnya
Penerapan video tutorial pada proses kegiatan yang baik dapat memberikan
dampak positif untuk meningkatkan hasil belajar dan didukung dengan beberapa
hasil penelitian tentang penerapan video tutorial pada kegiatan belajar mengajar
antara lain : 1) Menurut (Arizal dkk, 2022) pada penelitiannya yang berjudul “
Penerapan Video Tutorial Pada Pelatihan Membuat Bomboloni Bagi Ibu-ibu PKK Di
RT 5 RW 2 Simo Pomahan Surabaya ” meningkatkan pengetahuan 70% dan
memberikan keberhasilan kepada peserta pelatihan dengan hasil tes keterampilan
yang mendapatkan nilai sempurna diatas presentase sebesar 100%, dan 2) menurut
(Lamrose, 2019) pada penelitian berjudul “ Pemanfaatan video tutorial terhadap hasil
pembelajaran menggambar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mardinding ” bahwa hasil
dalam penggunaan media video tutorial siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mardinding
mengalami peningkatan.
Sesuai dengan permasalahan diatas, peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Video Tutorial Pembuatan Bolen Tape Varian Rasa Pada
Santriwati Pondok Pesantren Nurul Amin Dusun Wringinsari Desa Padomasan
Kecamatan Jombang Kabupaten Jember”

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana aktivitas pelatih dalam penerapan media tutorial membuat bolen tape
berlangsung ?
2. Bagaimana aktivitas peserta dalam penerapan media tutorial membuat bolen tape
berlangsung ?
3. Bagaimana respon peserta pelatihan terhadap video tutorial membuat bolen tape
yang telah diterapkan ?
4. Bagaimana hasil belajar peserta pelatihan dalam membuat bolen tape yang telah
diterapkan ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Aktivitas pelatih dalam penerapan media tutorial membuat bolen tape
berlangsung
2. Aktivitas peserta dalam penerapan media tutorial membuat bolen tape
berlangsung
3. Respon peserta tpelatihan terhadap video tutorial membuat bolen tape yang telah
diterapkan
4. Hasil belajar peserta pelatihan dalam membuat bolen tape yang telah diterapkan

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi Santriwati Pondok Pesantren :
a. Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang berwirausaha
b. Memperoleh keterampilan untuk bekal berwirausaha
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Definisi Belajar
Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang
disadari atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang
dalam melakukan aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan
pada dirinya. Dengan demikian, dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan
belajar dikatakan baik apabila intensitas keaktifan jasmani maupun mental
seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar,
namun jika keaktifan jasmaniah dan mentalnya rendah berarti kegiatan
belajar tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan
kegiatan belajar.
Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi individu dengan
lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau
pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu
yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya tetapi menimbulkan
perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi

2.1.2 Definisi Pembelajaran


Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses
belajar. Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya
peserta didik yang bermasalah. Dalam belajar tentunya banyak perbedaan,
seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, ada
pula peserta didik yang lambah dalam mencerna materi pelajaran. Kedua
perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu mengatur strategi dalam
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta didik. Oleh karena
itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat pembelajaran
adalah “pengaturan”.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Secara Nasional,
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan
komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber
belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar, maka yang
dikatakan dengan proses pembelajaran adalah suatu system yang
melibatkan satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang
terjadi, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar dari
pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar secara paedagogis pada diri
peserta didik, berproses secara sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan
berproses melalui tahapan-tahapan tertentu. Dalam pembelajaran, pendidik
menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dengan adanya
interaksi tersebut maka akan menghasilkan proses pembelajaran yang
efektif sebagaimana yang telah diharapkan.

2.1.3 Hakikat Belajar dan Pembelajaran


Dalam kegiatan belajar dan mengajar, peserta didik adalah subjek dan
objek dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, makna dari proses
pengajaran adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran akan dicapau apabila peserta didik
berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik tidak hanya
dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya dari segi
fisik saja yang aktif dan mentalnya tidak aktif, maka tujuan dari pembelajaran
belum tercapai. Hal ini sama saja dengan peserta didik tidak belajar, karena
peserta didik tidak merasakan perubahan dalam dirinya. Belajar pada
hakikatnya adalah suatu “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang
setelah melakukan aktivitas belajar
2.1.4 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman dan
sasaraan yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan
pembelajaran sudah jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan
pembelajaran akan lebih terarah. Tujuan dalam pembelajaran yang telah
dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan waktu, sarana
prasarana dan kesiapan peserta didik. Sehubungan dengan hal itu, maka
seluruh kegiatan guru dan peserta didik harus diarahkan pada tercapainya
tujuan yang telah diharapkan.
Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen
pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,
pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Oleh Karena itu, maka
seorang guru tidak dapat mengabaikan masalah perumusan tujuan
pembelajaran apabila hendak memprogramkan pengajarannya.

2.1.5 Komponen Pembelajaran


Pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu sistem, karena
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan, yaitu
membelajarkan siswa. Sebagai suatu sistem, tentu saja kegiatan belajar
mengajar mengandung komponen. Proses pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang satu sama
lain saling berinteraksi, dimana guru harus memanfaatkan komponen
tersebut dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin
direncanakan.
2.1.5.1 Guru
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam upaya
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah.
Seorang guru haruslah memiliki kemampuan dalam mengajar, membimbing
dan membina peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa seorang guru merupakan komponen yang sangat
menentukan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran tidak dapat diaplikasikan tanpa adanya guru. Keberhasilan
suatu penerapan strategi pembelajaran sangat tergantung dengan guru
dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran. Seorang guru
yang memberikan materi pelajaran dengan hanya sebatas menyampaikan
materi pelajaran akan berdeda dengan seorang guru yang menganggap
mengajar adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik

2.1.5.2 Siswa
Siswa adalah pelaku kedua dalam kegiatan pembelajaran yang
merima bimbingan dari guru sebagai pengajar. Dalam proses belajar siswa
nantinya akan menerima ilmu pengetahuan, keterampilan dan wawasan
yang lebuh luas dari proses belajar yang disampaikan oleh guru

2.1.5.3 Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar
pasti memiliki dan menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa. Materi pelajaran merupakan satu sumber belajar bagi siswa.
Materi yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang
membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Suharsimi Arikunto
memandang bahwa materi pelajaran merupakan unsure inti yang ada di
dalam kegiatan belajar mengajar, karena bahan pelajaran itulah yang
diupayakan untuk dikuasai oleh siswa. Maka, seorang guru ataupun
pengembang kurikulum seharusnya tidak boleh lupa harus memikirkan
sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera yang berhubungan dengan
kebutuhan siswa pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu juga.

Materi pembelajaran juga perlu dipilih dengan tepat agar dapat


membantu siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Pada hakikatnya, jenis materi pembelajaran memerlukan strategi,
media dan cara evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup dan kedalaman
materi pembelajaran sangat perlu diperhatikan agar sesuai dengan tingkat
kompetensinya. Urutan materi pembelajaran perlu diperhatikan agar
pembelajaran menjadi terarah. Adapun cara mengajarkan/ menyampaikan
materi pembelajaran juga perlu dipilih secara tepat agar tidak salah
mengajarkannya. Karena itu, lebih baik menyampaikan materi pelajaran
sesuai dengan perkembangan siswa. Dengan demikian, materi pembelajaran
merupakan komponen yang tidak bias diabaikan dalam pembelajaran, sebab
materi adalah inti dari proses belajar mengajar yang disampaikan kepada
siswa (Pane & Darwis Dasopang, 2017)

2.1.6 Hasil Pembelajaran


Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar.
Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atau
sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian
itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Purwanto,
2014:46).

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklarifikasikan menjadi 3


domain yaitu (Suardi, Belajar dan Pembelajaran, hal 10 – 11):
2.1.6.1 Kognitif (Perilaku dan kemampuan intelektual)
Pada perubahan ini akan terlihat kemampuan mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensistensisi dan mengevaluasi
2.1.6.2 Afektif
Suatu kemampuan meliputi perubahan penguasaan nilai-nilai yang
dapat membentuk sikap seseorang
2.1.6.3 Psikomotor
Pada kemampuan ini meliputi perilaku dalam bentuk keterampilan-
keterampilan motorik (gerakan pisik)

2.2 Media Pembelajaran


Media dalam proses pembelajaran merupakan perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan, merangsang pemikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan sehingga terdorong serta dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi,
sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran. Batasan mengenai pengertian media dalam pembelajaran
atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya
sebagai berikut:
a. Menurut Association of Education Communication Technology
(AECT) memberikan definisi bahwa media merupakan segala bentuk
dan saluran yang dugunakan untuk proses penyampaian pesan.
b. Menurut national Education Assocation (NEA) media merupakan
sebuah perangkat dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca
beserta instrumen yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar, serta dapat mempengaruhi efektifitas program instrusional
(Hamid, 2020)

2.2.1 Landasan teori penggunaan media pembelajaran


Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam
pengembangan teknologi pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan
tentang kerucut pengalaman (Cone of Experience) sebagaimana tampak
dalam gambar berikut ini :

Tingkat Keterlibatan Yang Dilihat

B 10%
a
c
Verbal a
Dengar 20%
kan

Lihat
Gambar/
Diagram

Lihat Video/ Film


Visual 30%
Lihat Demonstrasi

Terlibat Dalam Diskusi

Terlibat 50%
Menyajikan/ Presentasi

Bermain Peran 70%


Terbuat
Melakukan Simulasi
90%

Mengerjakan Hal Yang Nyata

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Digambar tersebut dijelaskan dengan cara membaca bisa mengingat


10%, dengan cara mendengar 20%, dengan cara meliht (visual) bisa
mengingat 30%, dengan cara audiovisual bisa mengingat 50%, dengan cara
menulis dan mengatakan bisa mengingat 70%, dan dengan cara melakukan
sesuatu (pengalaman) atau bermain peran bisa mengingat 9%
Gambar ini adalah tingkatan pengalaman manusia dari yang bersifat
langsung hingga ke pengalaman oleh pemikiran Edgar Dale. Yang
menunjukkan bahwa Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman
atau yang disebut dengan Kerucut Pengalaman merupakan usaha awal untuk
membuktikan tentang keterkaitannya teori belajar dengan komunikasi audio
visual semakin keatas semakin abstrak.
Pengalaman mengatakan “Hasil belajar seseorang diperoleh melalui
pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada dilingkungan
kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada
lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak
media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus
dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang
dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar”
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar sangat
mempengaruhi hasil belajar peserta didik dan mengembangkan prestasi
peserta didik. Dalam gambar tersebut jelas diterangkan bahwa baca jika
peserta didik belajar hanya dengan membaca, yang diingat peserta didik
hanyalah sekitar 10% karena baca adalah berbentuk verbal dan peserta
cenderung akan bosan (Audie, 2019).

2.2.2 Macam – macam Media Pembelajaran


Pengelompokan dari berbagai macam media apabila dilihat dari segi
perkembangan teknologi oleh Seels & Glasglow (1990:181-183) dibagi dala
katagori luas, yaitu pilohan media tradisional dan media teknologi mutakhir
(Arsyad, 2013: 35-37)

2.2.2.1 Media Tradisional

1) Visual dian yang diproyeksikan


a. Proyeksi opoque (tak tembus pandang)
b. Proyeksi overhead
c. Slides
d. Filmstrips

2) Visual yang tak diproyeksikan


a. Gambar/poster
b. Foto
c. Charts, grafik/ diagram
d. Papan infi, papan bulu

3) Audio
a. rekaman piringan
b. pita kaset, reels, cartridge

4) Penyajian Multimedia
a. Slide plus suara (tape)
b. Multi-image
5) Visual dinamis yang diproyeksikan
a. Film
b. Televisi
c. Radio

6) Cetak
a. Buku teks
b. Modul
c. Workbook
d. Majalah ilmiah
e. Lembaran lepas (hand-out)

7) Permainan
a. Teka – teki
b. Simulasi
c. Permainan papan

8) Relia
a. Model
b. Specimen (contoh)
c. Manipulatif (peta, boneka)

2.2.2.2 Median Teknologi Mutakhir


1) Media berbasis telekomunikasi
a. Telekonferen
b. Kuliah jarak jauh

2) Media berbasis mikroprosesor


a. Computer – assisted instruction
b. Permainan komputer
c. Sistem tutor intelijen
d. Interaktif
e. Hypermedia
f. Compact (video) disc

Dalam penjelasan media mutakhir secara ringkas tentang video akan


disajikan sebagai berikut (Arsyad, 2013: 37-38):
1. Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang menggabungkan
media lain kedalam teks. Dengan istilah hypermedia, pengarang dapat
membuat suatu korpusmateri yang kait – mengkait meliputi teks,
grafik/ gambar animasi, bunyi, video, ,musik dan lain-lain
2. Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran
dimanan materi video rekaman disajikan dengan pengendalian
komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan
melihat video serta suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif
dan respons yag menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian.
Peralatan yang dibutuhkan antara lain lomputer, videodisc laser dan
layar monitor
3. Campact video disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video
dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada
pita magnetik.

Media video yang dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa


video merupakan materi yang diringkas menjadi contoh langsung yang
dapat disampaikan kepada siswa dengan cara melihat, mendengarkan
serta mengamati materi melalui gambar yang bergerak dan suara yang
disampaikan. Pada saat ini penggunaan media video semakin banyak,
salah satunya penggunaan video tutorial

2.2.3 Media Video


Menurut (Arsyad, 2013:50) Video dapat menggambarkan suatu objek yang
bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberi daya tarik
tersendiri. Video yang biasanya disebut bersama dengan film dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang
rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu
dan memengaruhi sikap.
Kelebihan dalam memnggunakan media video (Arsyad, 2013:50-51),
antaralain :
a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Video
merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan
objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung
ketika berdenyut.
b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya,
langkah- langkah dan cara yang benar dalam berwudlu.
c. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, video
menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, video
kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau
eltor dapat membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan
makanan dan lingkungan.
d. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, video,
seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam
kelas.
e. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara
langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.
f. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen, maupun perorangan.
g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi
frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu
dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana
kejadian mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga
kuncup itu mekar.
Namun walaupun memiliki berbagai manfaat, video juga memiliki
keterbatasan (Arsyad, 2013:51), antaralain :
a. Pengadan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan
waktu yang banyak.
b. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan
melalui film tersebut.
c. Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan belajar yang diinginkan; kecuali film dan video itu dirancang dan
diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
2.2.4 Video Tutorial
Video tutorial terdiri dari dua kata, yakni video dan tutorial. Pengertian
video sudah dijelaskan dalam poin 2.1. Sementara itu tutorial dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2001 : 1230), memiliki pengertian (1) Pembimbingan
kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau
sekelompok kecil mahasiswa, (2) Pengajaran tambahan melalui tutor.
Dalam uraian lain disebutkan tutorial adalah metode pentransferan ilmu
pengetahuan yang lebih efektif daripada buku maupun guru. Dalam tutorial
ini selalu disertakan contoh langsung, baik pengoperasian atau kasus yang
nyata, sehingga dalam proses pemahaman akan menjadi lebih baik (Wind,
2014:1).
Arsyad (2013:150) mengungkapkan program pembelajaran tutorial dengan
bantuan komputer bisa dikatakan sebagai informasi atau pesan berupa suatu
konsep disajikan di layar komputer dengan teks, gambar, atau grafik. Pada
saat yang tepat siswa diperkirakan telah membaca, menginterpretasi, dan
menyerap konsep itu.
Berdasarkan penjelasan tersebut bisa kita simpulkan bahwa video tutorial
merupakan panduan tentang cara menjelaskan sesuatu, baik materi
pembelajaran atau pelatihan maupun proses pengoperasian suatu sistem
(hardware dan software) yang dikemas dalam bentuk media video yang
ditujukan kepada siswa/ peserta didik. Video tutorial juga bisa dikatakan
sebagai metode pentransferan ilmu pengetahuan yang dikirimkan atau
dibentuk dalam format gambar bergerak. Pengertian tersebut menperjelas
bahwa video tutorial akan membuat suatu penjelasan atas materi menjadi
lebih mudah.
Model tutorial memiliki konsep yang disajikan teks, gambar diam atau
gambar gerak, serta grafik. Model tutorial ini menggunakan software yang
diprogram dalam komputer. Model tutorial ini memiliki beberapa
karakteristik, seperti berikut (Kustandi, 2013:70-71) :
1. Bahan ajar diprogram dalam komputer biasa menggunakan CD atau
2. melalui situs internet
3. Pebelajar dapat merespon dalam mempelajari materi
4. Jawaban pebelajar dievaluasi oleh program pembelajaran di komputer
5. Setiap kegiatan belajar, pebelajar perlu mengulang atau melanjutkan
kegiatan belajar selanjutnya
Pada penggunaan video tutorial juga ada kelebihan dan kekurangannya.
Keunggulan menggunakan media video yaitu (Diono et al., 2022):
1. Dapat memberikan informasi yang dapat diterima lebih rata oleh peserta
didik
2. Sangat cocok untuk penjelasan proses atau prosedur
3. Dapat mengefisienkan waktu, dan mudah diputar ulang atau dihentikan
sesuai kebutuhan
4. Memberikan pengalaman mendalam yang dapat mempengaruhi sikap
peserta didik.
Kekurangan dalam penerapan media video yaitu :
1. memerlukan biaya dan waktu yang banyak untuk membuat video
2. Saat video diputar dikhawatirkan peserta didik kurang memahami isi
informasi dalam video karena kemampuan peserta didik dalam
menyerap informasi sangat berbeda-beda .
BAB III
METODE PNELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan oleh peneli-ti yaitu metode penelitian pre-
experimental design. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
one group time pre test-post test design, yaitu tanpa menggunakan kelompok pem-banding.
Namun, terdapat pre test dan post test, de-ngan demikian hasil perlakuan dapat diketahui le-
bih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
sehingga pengaruh perlakuan atau treatment dapat dihitung dengan cara membandingkan
nilai pretest dengan postest, dan apabila hasil dari postest lebih besar dari pada hasil pretest,
maka perlakuan berpengaruh positif
Kawasan Lingkungan yang akan dilakukannya penelitian adalah di Pondok Pesantren
Nurul Amin, Dusun Wringinsari, RT 02, RW12, Desa Padomasan, Kecamatan Jombang,
Kabupaten Jember. Subjek penelitian ini yaitu santri wati Pondok Pesantrem Nutul Amin
dengan jumlah popolasi ()
3.2 Teknik Analisis Validitas Instrumen
3.3 Teknik Analisis Aktivitas dan Respon
3.4 Teknik Analisis Hasil Belajar
Daftar Pustaka

Audie, N. (2019). Peran Media Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 2, No. 1, Pp. 586-595)., 2(1), 586–
595.
Diono, W., Astuti, N., Bahar, A., & Handajani, S. (2022). PENERAPAN VIDEO TUTORIAL
PADA PELATIHAN MEMBUAT BOMBOLONI BAGI IBU-IBU PKK DI RT 5 RW 2
SIMO POMAHAN SURABAYA. 11(1), 96–105.
Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. FITRAH:Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333. https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945

Anda mungkin juga menyukai