2, Oktober 2012
Abstrak
Abstract
This research aims at: 1) finding out of information about teacher’s elementary school
in Singaraja to chose and use material in accordance with context, environment, setting of
students, or material based local content; 2) finding out of information on the subject matter
are the teacher’s elementary school in Singaraja were chosed and used material based local
content in accordance with context, environment, setting of students, or material based
local content; 3) to know the degree of ability of the teacher’s elementary school in
Singaraja are chosing and using material in accordance with context, environment, setting
of students, or material based local content. This research is designed in ex post facto
research and qualitatively. The data were gathered by means collecting documents and with
multistage stratified random sampling techniques. And then, the data were analyzed
descriptively and qualitatively. The results of this research shows: 1) The unit lessons of
teacher’s elementary school in Singaraja that is contains material based local content are
302 units (76,46%). The unit lessons of teacher’s elementary school in Singaraja that have’t
contains material based local content are 93 units (23,54%); 2) Balinese subject matter
useful material based local content. Indonesian subject matter only use: 77,57%; Education
of Citizenship: 72,55%; Sciences: 65,79%; Matematics: 84,09%; Social Sciences: 77,27%;
Art, Culcutural and Skills: 90%; Hinduism: 83,33%.; 3) The sum of unit lessons categorized
very suitable are 163 units (53,44%). The sum of unit lessons categorized suitable enought
are 142 units (46,56%). No one of unit lessons categorized unsuitable. Sugested that, the
teacher’s elementary school in Singaraja must be chose and use material based local
content to supporting meaningful teaching and learning.
dalam memilih atau menggunakan materi verbal. Jika dilihat dari segi penyajian data,
pelajaran sesuai dengan konteks, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif,
lingkungan, setting siswa atau materi karena data digambarkan secara deskriptif
pelajaran yang berbasis local content? dan naratif. Jika dilihat dari segi tujuan,
Sejalan dengan masalah yang ingin penelitian ini termasuk penelitian survey,
diungkap, tujuan pokok penelitian ini adalah karena ingin memetakan gejala atau
“untuk memperoleh informasi tentang variabel dalam suatu wilayah dengan cara
apakah guru-guru SD di kota Singaraja telah reduksi (dalam mengambil sampel), dan
memilih atau menggunakan materi pelajaran generalisasi (dalam membuat kesimpulan).
sesuai dengan konteks, lingkungan, setting Seperti dikatakan oleh Fraenkel dan
siswa atau materi pelajaran yang berbasis Wallen (1993), “the mayor purpose of
local content dalam upaya mencapai surveys is to describe the characteristics of
pembelajaran yang bermakna”. population. In essence, what researchers
Secara lebih rinci, tujuan penelitian want to find out is how the members of a
ini adalah: population distribute themselves on one or
1. untuk mendapatkan informasi more variables” (tujuan utama survei adalah
apakah guru-guru SD di kota Singaraja telah untuk menggambarkan ciri/sifat (kondisi
memilih atau menggunakan materi pelajaran variabel) dari populasi. Jadi, apa yang
sesuai dengan konteks, lingkungan, setting peneliti ingin dapatkan tidak lain adalah
siswa atau materi pelajaran yang berbasis bagaimana anggota populasi
local content; mendistribusikan dirinya dalam satu atau
2. untuk mendapatkan informasi beberapa variabel). Sesuai dengan
pada bidang studi/mata pelajaran apa saja pernyataan itu penelitian ini ingin
guru-guru SD di kota Singaraja telah mendapatkan gambaran tentang
memilih atau menggunakan materi pelajaran kemampuan para guru SD memilih materi
sesuai dengan konteks, lingkungan, setting pelajaran yang berbasis local content.
siswa atau materi pelajaran yang berbasis Survei dapat dilakukan pada seluruh
local content; anggota populasi, tetapi dapat juga
3. untuk mengetahui bagaimana dilakukan pada beberapa anggota populasi
tingkat kemampuan guru-guru SD di kota (sampel). Jadi survei bisa bersifat the whole
Singaraja dalam memilih atau menggunakan or the part. Dalam hal ini peneliti
materi pelajaran sesuai dengan konteks, menggunakan pendekatan the part, yakni
lingkungan, setting siswa atau materi akan digunakan pendekatan reduksi dan
pelajaran yang berbasis local content. generalisasi, dengan menggunakan teknik
sampling.
METODE Objek penelitian ini adalah LOCAL
Jika dilihat dari sumber data, CONTENT yang ada dalam rencana
penelitian ini termasuk penelitian expost pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang
facto, karena data yang dikumpulkan telah mencakupi:
ada dan terjadi apa adanya. Jika dilihat dari 1. Apakah guru-guru SD di kota
jenis datanya, penelitian ini termasuk Singaraja telah memilih atau menggunakan
penelitian kualitatif, karena data yang materi pelajaran yang berbasis local content.
dikumpulkan dalam bentuk pernyataan
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 yang berbasis local content adalah Bahasa
dapat diketahui bahwa dari seluruh RPP Bali. Ketujuh bidang studi lainnya, memiliki
yang dianalisis, terdapat 305 RPP yang variasi dalam hal persentase penggunaan
telah menggunakan materi pelajaran yang materi pelajaran berbasis local content.
berbasis local content dan 90 RPP yang Pada bidang studi Bahasa Indonesia,
tidak menggunakan materi pelajaran yang perbandingan persentase antara guru yang
berbasis local content. Persentase secara telah memilih atau menggunakan materi
keseluruhan guru-guru SD di kota Singaraja pelajaran berbasis local content dan guru
yang telah memilih atau menggunakan yang tidak memilih atau menggunakan
materi pelajaran yang berbasis local content materi pelajaran berbasis local content
adalah 77,21%, sedangkan persentase adalah 77,57%: 22,43%. Pada bidang studi
guru-guru SD yang tidak menggunakan Pendidikan Kewarganegaraan: 72,55%:
materi pelajaran yang berbasis local content 27,45%, Ilmu Pengetahuan Alam: 65,79%:
adalah 22,79%. 34,21%, Matematika: 84,09%: 15,91%, Ilmu
Dari delapan bidang studi yang Pengetahuan Sosial: 77,27%: 22,73%, Seni
dianalisis, bidang studi yang secara Budaya dan Keterampilan: 90%: 10%, dan
keseluruhan menggunakan materi pelajaran Agama Hindu: 83,33%: 16,67%.
2 PKN 37 18 19 0
3 IPA 50 30 20 0
4 Matematika 74 38 36 0
5 IPS 34 20 14 0
6 Bahasa Bali 13 7 6 0
7 SBK 9 4 5 0
8 Agama Hindu 5 4 1 0
Jumlah 305 163 142 0
Persentase 100% 53,44% 46,56% 0%
Data pada tabel 2 dapat diketahui memilih atau menggunakan materi pelajaran
bahwa, tingkat kecocokan penggunaan berbasis local content dan ada pula guru
materi pelajaran yang berbasis local content yang tidak memilih atau menggunakan
berada pada tingkat sangat cocok dan materi pelajaran berbasis local content. Data
cukup cocok. RPP yang berada pada tingkat hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
kecocokan sangat cocok adalah 163 buah banyak guru yang telah memilih atau
atau setara dengan 53,44%. RPP yang menggunakan materi pelajaran berbasis
berada pada tingkat kecocokan cukup cocok local content dibandingkan dengan guru
adalah 142 buah atau setara dengan yang tidak memilih atau menggunakan
46,56%. Tak satu pun RPP yang berada materi pelajaran berasis local content. Hal
pada tingkat kecocokan dalam kategori tidak tersebut mengindikasikan adanya usaha
cocok. keras para guru SD di kota Singaraja untuk
menggunakan materi pelajaran yang
PEMBAHASAN berbasis local content. Ini berarti bahwa,
Pada bagian ini dipaparkan guru telah perupaya membawa
pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian pembelajarannya ke pembelajaran yang
sebagaimana diuraikan sebelumnya. kontekstual, agar membelajaran tersebut
Pembahasan dipaparkan secara sistematis bermakna (meaningful).
berdasarkan urutan hasil penelitian. Usaha keras guru SD di kota
Pembahasan mencakup tiga hal pokok, Singaraja untuk memilih atau menggunakan
yakni: (1) pemilihan atau penggunaan materi materi pelajaran yang berbasis local content
pelajaran yang berbasis local content, (2) telah terbukti. Hal ini tampak dari cukup
bidang studi yang telah menggunakan banyaknya RPP yang berisi materi pelajaran
materi pelajaran berbasis local content, dan berbasis local content. Tiga perempat lebih
(3) tingkat kemampuan guru SD dalam RPP guru-guru SD di kota Singaraja telah
memilih atau menggunakan materi pelajaran menggunakan materi pembelajaran berbasis
yang berbasis local content. local content.
Berdasarkan hasil analisis data Beberapa hal yang menyebabkan
diketahui bahwa RPP guru-guru SD di kota para guru telah memilih atau menggunakan
Singaraja yang mengandung materi materi pembelajaran berbasis local content
pelajaran berbasis local content berjumlah adalah sebagai berikut.
302 buah (76,46%). RPP guru-guru SD di Pertama, kegiatan Kelompok Kerja
kota Singaraja yang tidak mengandung Guru (KKG) yang telah dilaksanakan para
materi yang berbasis local content adalah guru SD memberikan inspirasi untuk saling
93 buah (23,54%). Dengan demikian, guru- bertukar pikiran dalam memecahkan
guru SD di kota Singaraja ada yang telah permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Melalui KKG para guru dapat beberapa faktor penghabat yang
saling bertukar pikiran tentang materi menyebabkan para guru SD tidak memilih
pelajaran yang mereka berikan di kelas atau menggunakan materi pelajaran yang
masing-masing. berbasis local content dalam RPP yang
Kedua, pendidikan dan pelatihan mereka rancang. Faktor penghambat
serta berbagai kegiatan ilmiah yang diikuti tersebut kemungkinan yang menjadi alasan
oleh para guru membuka wawawasan para para guru tidak memilih atau menggunakan
guru tentang pendekatan pembelajaran materi pelajaran yang berbasis local content.
kontekstual. Guru-guru SD telah banyak Kemungkinan alasan ini diperoleh
yang mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, berdasarkan hasil telaah mendalam
seperti: lokakarya, seminar, pendidikan dan terhadap RPP yang dibuat oleh para guru
latihan (diklat), dan lain sebagainya. SD. Kemungkinan-kemungkinan alasan
Keikutsertaan guru dalam berbagai kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
ilmiah memberi dampak positif bagi guru Pertama, berdasarkan pengamatan
untuk meningkatkan profesionalisme guru ternyata gambar-gambar yang digunakan
dalam melaksanakan tugas-tugas dalam RPP yang dibuat oleh para guru
keguruannya. mengambil dari buku-buku sumber yang
Ketiga, peran supervisi kepala diterbitkan di luar propinsi Bali. Hal ini
sekolah dan pengawas SD memberikan menyebabkan gambar-gambar yang
sumbangan untuk peningkatan kreativitas digunakan tidak sesuai dengan lingkungan
para guru SD dalam mengembangkan dan tempat para siswa beraktivitas.
meningkatkan perencanaan dan Kedua, selain gambar, para guru SD
pelaksanaan pembelajaran di kelas masing- juga kurang kreatif dalam mengembangkan
masing. Oleh karena itu, supervisi kepala materi pelajaran. Mereka cenderung
sekolah dan pengawas pendidikan kepada mengambil materi yang ada pada buku
para guru perlu dilakukan secara pelajaran yang mereka miliki, tanpa
berkesinambungan. menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
Keempat, ketersediaan berbagai lingkungan dan keadaan para siswa yang
sumber belajar yang mudah diakses oleh diasuhnya. Materi-materi pada buku yang
para guru SD sangat mendukung dicetak dan diterbitkan oleh penerbit di
pengembangan pengetahuan dan wawasan Jawa, tentu tidak semuanya sesuai dengan
para guru untuk terus- meningkatkan keadaan di Bali, sehingga perlu diadaptasi
kualitas materi pelajaran. Sumber-sumber terlebih dahulu, bukan diambil begitu saja.
belajar seperti internet, buku elektronik, Ketiga, nama-nama tokoh yang
berbagai buku pelajaran yang diterbitkan digunakan oleh para guru dalam materi
oleh penerbit yang berbeda-beda, berbagai pelajaran tidak sesuai dengan nama-nama
lembar kerja siswa, koran, majalah, dan lain para siswa, sehingga nama-nama tokoh
sebagainya memberikan inspirasi bagi para tersebut terasa asing di telinga para siswa.
guru SD untuk mengembangkan materi Hal ini disebabkan para guru dalam
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mengambil nama-nama tokoh yang
para siswa mereka. digunakan dalam materi pelajaran hanya
Selain faktor-faktor pendukung mengambil atau mencontoh dari sumber
sebagaimana dipaparkan di atas, terdapat yang mereka gunakan. Misalnya, mengambil
nama tokoh dari buku paket, internet, Keterampilan: 90%, dan Agama Hindu:
majalah, dan lain sebagainya. Seharusnya 83,33%.
para guru mengadaptasi nama tokoh yang Pada ketujuh bidang studi, yaitu
digunakan dalam materi pelajaran, sehingga Bahasa Indonesia, Pendidikan
nama-nama tokoh tidak asing bagi para Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam,
siswa. Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni
Keempat, beberapa contoh yang Budaya dan Keterampilan, serta Agama
ditulis para guru pada RPP sangat umum Hindu terlihat bahwa persentase guru yang
dan abstrak, sehingga contoh-contoh telah memilih atau menggunakan materi
tersebut tidak kontekstual. Bahkan terdapat pelajaran berbasis local content lebih besar
beberapa RPP yang uraian materinya tidak dibandingkan yang tidak memilih atau
jelas, karena hanya mencantumkan materi menggunakan materi pelajaran berbasis
secara singkat. Demikian pula tema-tema local content. Faktor pendukung dan faktor
yang diangkat dalam materi pelajaran tidak penghambat bagi guru dalam memilih atau
relevan dengan keadaan real yang dihadapi menggunakan materi pelajaran yang
para siswa dalam kehidupan sehari-hari berbasis local content adalah sebagaimana
mereka. yang telah diuraikan sebelumnya.
Dari delapan bidang studi yang Usaha yang penting untuk dilakukan
dianalisis, hanya bidang studi Bahasa Bali dalam upaya penggunaan materi pelajaran
yang secara keseluruhan menggunakan berbasis local content pada semua mata
materi pelajaran yang berbasis local content. pelajaran adalah sebagai berikut.
Bahasa Bali merupakan bidang studi Pertama, peningkatan dan
muatan lokal (mulok) yang memberikan pemantapan terhadap berbagai faktor
kekhasan bagi sekolah-sekolah yang ada di pendukung pemilihan atau penggunaan
Bali. Pembelajaran bahasa Bali mencakup materi pelajaran yang berbasis local content.
kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan Hal ini dapat dilakukan dengan pengawasan
berbicara bahasa Bali. Dalam keempat yang melekat (waskat) oleh kepala sekolah
kegiatan tersebut para guru SD telah dan pengawas pendidikan terhadap kinerja
memilih alur cerita, nama-nama tokoh, latar guru dalam membuat rencana pelaksanaan
materi, dan contoh-contoh yang pembelajaran. Hal lain yang dapat dilakukan
mencerminkan kehidupan sehari-hari adalah memberikan penguatan dan motivasi
masyarakat Bali. kepada para guru untuk terus
Ketujuh, bidang studi lainnya, mengembangkan materi pelajaran berbasis
memiliki variasi dalam hal persentase local content.
penggunaan materi pelajaran berbasis local Kedua, mengeliminasi segala faktor
content. Pada bidang studi Bahasa penghambat yang menyebabkan para guru
Indonesia, persentase guru yang telah tidak memilih atau menggunakan materi
memilih atau menggunakan materi pelajaran pelajaran berbasis local content. Hal yang
berbasis local content adalah 77,57%. Pada dapat dilakukan adalah menggugah
bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan: kesadaran para guru SD tentang arti penting
72,55%, Ilmu Pengetahuan Alam: 65,79%, penggunaan materi pelajaran berbasis local
Matematika: 84,09%, Ilmu Pengetahuan content. Kegiatan lain yang dapat dilakukan
Sosial: 77,27%, Seni Budaya dan adalah meningkatkan keikutsertaan para
guru dalam berbagai kegiatan ilmiah dan misalnya minat dan bakat, kemampuan
kegiatan kelompok seprofesi untuk intelegensi, kreativitas, motivasi, komitmen,
meningkatkan profesionalitas para guru. dan lain sebagainya. Faktor eksternal
Sebagaimana diuraikan adalah faktor yang berasal dari luar diri guru,
sebelumnya, terungkap bahwa tingkat misalnya: situasi tempat kerja, lingkungan
kecocokan penggunaan materi pelajaran sosial, suasana akademik, kepemimpinan
yang berbasis local content berada pada kepala sekolah, dan lain sebagainya.
dua kategori, yaitu: tingkat sangat cocok dan Kemampuan guru dalam memilih
cukup cocok. Tak satu pun RPP yang atau menggunakan materi pelajaran yang
berada pada tingkat kecocokan dalam berbasis local content perlu dipertahankan
kategori tidak cocok. Jumlah RPP yang dan bila memungkinkan terus ditingkatkan.
berada pada tingkat kecocokan sangat Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara
cocok adalah 163 buah atau setara dengan lain: (1) pelibatan guru dalam berbagai
53,44%. Jumlah RPP yang berada pada kegiatan ilmiah seperti seminar, lokakarya,
tingkat kecocokan cukup cocok adalah 142 dan pelatihan tentang pengembangan
buah atau setara dengan 46,56%. materi pelajaran berbasis local content, (2)
Perbandingan antara persentase RPP yang penyediaan berbagai sumber atau referensi
berada pada kategori sangat cocok dan tentang pengembangan materi pelajaran
cukup cocok adalah 53,44%: 46,56%. berbasis local content, (3) pemberian
Perbandingan persentase tersebut penguatan kepada para guru yang telah
menunjukkan bahwa, secara umum RPP memilih atau menggunakan materi pelajaran
rancangan para guru SD di Kota Singaraja berbasis local content, dan (4) pemberian
lebih banyak berada pada kategori sangat motivasi dan bimbingan serta supervisi klinis
cocok. Hal yang sangat membanggakan kepada para guru yang tidak memilih atau
adalah tidak ada satu pun RPP yang berada menggunakan materi pelajaran berbasis
pada kategori tidak cocok. Hal ini berarti local content.
para guru SD di Kota Singaraja, memiliki
tingkat kemampuan yang tinggi dan cukup SIMPULAN
tinggi dalam memilih atau menggunakan Berdasarkan hasil penelitian dan
materi pelajaran berbasis local content. Ini pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
berarti juga bahwa guru berupaya sebagai berikut.
melaksanakan pembelajaran yang berbasis 1. Guru-guru SD di kota Singaraja ada
pendekatan kontekstual untuk menjadikan yang telah memilih atau menggunakan
pembelajarannya lebih bermakna materi pelajaran berbasis local content dan
(meaningful). ada pula guru yang tidak memilih atau
Terdapat beberapa faktor yang menggunakan materi pelajaran berbasis
mempengaruhi tingkat kemampuan guru local content. Berdasarkan hasil analisis
dalam memilih atau menggunakan materi data diketahui bahwa RPP guru-guru SD di
pelajaran yang berbasis local content. Kota Singaraja yang mengandung materi
Faktor-faktor tersebut dikelompokkan pelajaran berbasis local content berjumlah
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor 302 buah (76,46%). RPP guru-guru SD di
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang Kota Singaraja yang tidak mengandung
berasal dari dalam diri guru itu sendiri,
materi yang berbasis local content adalah berbasis local content disarankan untuk
93 buah (23,54%). mencoba memilih atau menggunakan materi
2. Dari delapan bidang studi yang pelajaran berbasis local content agar
dianalisis, hanya bidang studi Bahasa Bali tercipta pembelajaran yang kontekstual dan
yang secara keseluruhan menggunakan bermakna.
materi pelajaran yang berbasis local content. 2. Para guru SD yang mengajar bidang
Pada bidang studi Bahasa Indonesia, studi Bahasa Indonesia, Pendidikan
persentase guru yang telah memilih atau Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam,
menggunakan materi pelajaran berbasis Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni
local content adalah 77,57%. Pada bidang Budaya dan Keterampilan, dan Agama
studi Pendidikan Kewarganegaraan: Hindu yang tidak memilih atau
72,55%, Ilmu Pengetahuan Alam: 65,79%, menggunakan materi pelajaran berbasis
Matematika: 84,09%, Ilmu Pengetahuan local content disarankan untuk segera
Sosial: 77,27%, Seni Budaya dan memilh materi pelajaran berbasis lokal
Keterampilan: 90%, dan Agama Hindu: content.
83,33%. 3. Tingkat kemampan guru SD di kota
3. Para guru SD di Kota Singaraja Singaraja dalam memilih atau menggunakan
memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dan materi pelajaran yang berbasis local content
cukup tinggi dalam memilih atau perlu terus ditingkatkan melalui berbagai
menggunakan materi pelajaran berbasis kegiatan seperti seminar, pelatihan,
local content. Jumlah RPP yang berada lokakarya, diskusi kelompok kerja guru, dan
pada tingkat kecocokan sangat cocok lain sebagainya.
adalah 163 buah atau setara dengan
53,44%. Jumlah RPP yang berada pada DAFTAR RUJUKAN
tingkat kecocokan cukup cocok adalah 142 Atkinson, D. 1999. “TESOL and Culture”
buah atau setara dengan 46,56%. Tak satu TESOL QUARTERLY. 33 (4), 625 –
pun RPP yang berada pada tingkat 649.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan
kecocokan dalam kategori tidak cocok.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas.
SARAN Carson. 1999. “Cross-cultural Differences in
Berdasarkan hasil-hasil yang Learning Style of Elementary Age
diperoleh dalam penelitian ini, maka dalam Students from Ethnic Background”
uraian berikut ini disampaikan beberapa Journal of Multicultural and
saran. Development, 78 (2), 29 – 35.
Chambers, F. 1997. “Seeking Concensus in
1. Para guru SD di kota Singaraja yang
Coursebook Evaluation” ELT Journal.
telah memilih atau menggunakan materi 51 (1), 39 – 45.
pelajaran berbasis local content diharapkan Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar
untuk terus mengembangkan diri dan Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
meningkatkan profesinalisme guru, serta Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum
mengimbaskan pengetahuan dan Balitbang-Depdiknas.
keterampilan yang dimiliki kepada guru lain. Depdiknas. 2007. Model Kurikulum Bahasa
Indonesia Masa Depan. Tersedia:
Para guru SD di kota Singaraja yang tidak
www.
memilih atau menggunakan materi pelajaran
puskur.net/download/naskahakademi
k/naskahakademikbindonesia/naskah
akade
mikbindonesia.doc+praktek+penilaian
+autentik [1 Januari 2007].
Forsyth, I; Jolliffe, A; and Stevens, D. 1995.
Planning A Course: Practical
Stratigies for Teachers, Lectures, and
Trainers. London: Kogan Page
Limited.
Kubota, R. 1999. “Javanese Culture
Constructed by Discourses:
Implications for Applied Linguistics
Research and ELT” TESOL
QUARTERLY. 33 (1), 9 – 31.
Prihantoro, F.X.T.H. 2007. Jangan Sampai
KTSP Menjadi Kurikulum Tidak Siap
Pakai. Majalah Educare Nomor
4/IV/Juli 2007, hal 35 – 36).
Puskur-Depdiknas. 2003. Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) [Online].
Tersedia:http://www.geocities.com/pa
kguruonline/pend konteks ba b2a.html
[Diakses, 10 Januari 2007].
Puskur-Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004:
Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.
Ramly, M. 2007. Peningkatan Mutu
Sumberdaya Manusia melalui
Bahasa, Sastra dan Seni (Makalah)
Pertemuan Forum Fakultas
Pendidikan Bahasa, Sastra dan Seni
Se-Indonesia IX. Makassar, 13 Juli
2007.
Sarkim, T. 2007. KTSP Lahir Prematur,
Perlu Penegakan Otonomi Sekolah.
Majalah Educare Nomor 4/IV/Juli
2007, hal 7 – 9).
Sudaryono, S. 2007. KTSP Berpeluang
Membangun Pribadi-pribadi Cerdas,
Meski Dibangun di atas Pondasi yang
Keropos. Majalah Educare Nomor
4/IV/Juli 2007, hal 4 – 6).
Verma, S. 1995. Curriculum and Standards
Framework. Carlton-Victoria:
Lithocraft Graphics.
e-mail: sonia_pisca@yahoo.com
Abstrak
Abstract
Drama learning process in English Education Department has been using the
literature written by western authors. This has become the burden for students since there is
a gap between the culture of the text and the student’s culture. This becomes the biggest
challenge for the students to understand the text. The culture background is a very important
issue in learning a language. Language learning can be successful if there is a contextual,
character-based and meaningful learning. This research is aimed at developing the
character and local-based drama learning model. The method used was Dick, Carey and
Carey (2001) development method. There are nine steps of the model development. The
final products are the character and local-based drama learning model and character and
local-based script. The model and the script were then implemented and tested. The result :
“there was a significant difference between the students taught by character and local-based
drama learning model and the students who were not.”
Bahasa Inggris semester V tahun ajaran sedang mengambil mata kuliah drama di
2012-2013. semester V jurusan Pendidikan Bahasa
Wawancara dilakukan untuk menggali Inggris tahun ajaran 2012-2013. Kuesioner
informasi tentang apa yang dibutuhkan pertama menggunakan skala Likert (sangat
dosen khususnya dalam memasukkan tidak setuju-sangat setuju) dengan skala 1-5
unsur-unsur karakter dan lokalitas dalam sedangkan kuesioner kedua menggunakan
model pembelajaran. Tokoh-tokoh yang skala Likert 1-3.
diwawancarai adalah Prof. Drs Sunayono
Basuki, Ks., MA, seorang guru besar sastra. HASIL DAN PEMBAHASAN
Beliau telah mengajar mata kuliah drama di Hasil penelitian meliputi hasil
Universitas Pendidikan Ganesha selama analisis dokumen dan literatur, hasil
puluhan tahun dan membimbing wawancara, hasil asesmen diri, hasil
pementasan drama sebagai tugas akhir. observasi, dan hasil kuesioner. Hasil analisis
Tokoh kedua yang diwawancarai adalah dokumen dan literatur adalah sebagai
Drs. Hardiman, M.Si. Beliau adalah dosen berikut. Tujuan umum pembelajaran drama
seni rupa Universitas Pendidikan Ganesha ada dua. Pertama, untuk membangun
yang juga menjadi sutradara dan pengetahuan. Kedua, untuk membangun
pembimbing UKM Teater Kampus Seribu pengalaman.
Jendela Universitas Pendidikan Ganesha. Tujuan pertama, membangun
Selain wawancara dengan kedua tokoh pengetahuan drama, dijabarkan sebagai
tersebut, juga dilakukan asesmen diri karena berikut.
peneliti adalah pengajar mata kuliah drama - Untuk mengetahui konsep teater,
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan ciri-ciri teater
Undiksha. - Untuk mengetahui elemen-elemen
Sementara itu kuesioner dilakukan teater dan hubungan mereka
untuk mengetahui respon mahasiswa Tujuan kedua, memberikan
terhadap proses pembelajaran. Untuk itu, pengalaman nyata berteater dengan
dilakukan pengumpulan data dari memaksimalkan pengetahuan kognitif yang
mahasiswa untuk memberi masukan tentang telah dikuasai. Analisis silabus menunjukkan
nilai-nilai karakter dan lokalitas yang bahwa pembelajaran drama berorientasi
dibutuhkan dari model pembelajaran dan pada pengetahuan dan hasil pengalaman.
bahan pembelajaran. Kuesioner ini disebar Hasil ini diperkuat dengan hasil wawancara
kepada mahasiswa yang telah mengambil Prof. Basuki yang mengatakan sebuah
mata kuliah drama. Butir-butir dalam pembelajaran drama yang baik, setidaknya
kuesioner ini meliputi efektifitas bertumpu pada tiga kekuatan. Pertama,
pembelajaran, materi pembelajaran, proses kekuatan konsep. Kedua, estetika naskah
dan model pembelajaran, nilai-nilai karakter dan pementasan. Ketiga, karakter. Kekuatan
dan asesmen yang dilakukan. Sementara itu konsep dapat dipelajari, dapat dieksplorasi
disebarkan pula kuesioner kedua untuk pada teori-teori drama. Estetika naskah dan
mengetahui efektivitas materi pembelajaran pemanggungan juga sesungguhnya lahir
yang diberikan yaitu naskah yang akan dari kekuatan konsep. Tanpa kekuatan
dipentaskan. Mahasiswa yang disasar konsep, sebuah naskah dan pementasan
dalam kuesioner ini adalah mahasiswa yang
tidak dapat digarap. Demikian halnya mahasiswa. Sebab tanpa adanya metode
dengan kekuatan karakter. Kekuatan ceramah dari dosen, mahasiswa akan lebih
karakter tak akan muncul jika pemain tak sulit memahami pembelajaran. Kedua,
memahami konsep. Karakter juga dapat materi pembelajaran sulit dipahami, sebab
berkembang jika pemain teater memiliki terdapat jurang budaya yang lebar antara
kekuatan dan pengetahuan psikologis untuk teks dengan mahasiswa. inilah yang mesti
mampu membawakan peran dengan baik. diperbaiki. Materi dapat disederhanakan
Jika karakter sudah dapat dikemas dengan dengan penjelasan dosen. Naskah drama
baik, maka muncul nilai-nilai positif karakter juga dikaji ulang agar tidak menggunakan
yang tumbuh. Misalnya dengan berperan naskah luar, namun dosen mengembangkan
sebagai karakter yang baik, maka si naskah sendiri dengan basis karakter dan
pemeran karakter tersebut akan lokalitas. Ketiga, nilai-nilai karakter harus
mendapatkan inspirasi untuk melakukan dimasukkan dalam proses pembelajaran
yang baik. dan dalam asesmen pembelajaran. Dengan
Wawancara kedua dilakukan demikian maka asesmen tidak hanya
terhadap ahli drama dan seni rupa, Drs. berorientasi pada produk, namun juga pada
Hardiman, M.Si. Hasil wawancara dengan proses.
Drs. Hardiman, M.Si adalah sebagai berikut. Sementara itu hasil observasi
Proses pembelajaran drama dapat dibagi menunjukkan bahwa karakteristik pebelajar
menjadi dua yaitu soal apa itu bermain mata kuliah drama sangat beragam. Mereka
drama, dan bagaimana mengajarkan drama. datang dari berbagai latar budaya daerah
Pengertian pertama yaitu apa bermain masing-masing dan mereka tidak memiliki
drama menyangkut definisi beberapa teori, dasar seni drama dalam bahasa Inggris.
konsep, model-model pendekatan drama. Pengetahuan dan pengalaman yang minim
Pengertian kedua yaitu bagaimana menyulitkan mereka beradaptasi dengan
mengajarkan drama dengan sangat menarik baik sebab mereka juga jarang bersentuhan
yang menyangkut proses pembelajaran dengan dunia seni. Tantangan dosen adalah
kuliah drama termasuk proses produksi menjembatani kendala bahasa dan budaya.
pementasan drama. Target pengajaran Caranya adalah dengan mengembangkan
drama adalah untuk mempersiapkan mereka model pembelajaran drama berbasis
sebagai karakter yang bernas, sekaligus karakter dan lokalitas dan mengembangkan
mempersiapkan mereka menjadi calon naskah drama berbasis karakter dan
pendidik, baik secara formal maupun lokalitas.
informal. Sementara itu hasil analisis
Hasil asesmen diri adalah sebagai kuesioner dibagi menjadi lima bagian yaitu:
berikut. Pertama, efektifitas pembelajaran efektivitas mata kuliah drama, materi
ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran kuliah drama, proses
pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran dan model pembelajaran,
pembelajaran sudah berjalan efektif namun nilai-nilai karakter yang dikembangkan dan
perlu ditingkatkan. Misalnya perlu kombinasi asesmen. Kuesioner ini telah diuji validitas
antara proses belajar individu dan dan reliabilitasnya dan ada tiga butir yang
kelompok. Demikian pula perlu kombinasi gugur dalam uji validitas.
antara ceramah dosen dan presentasi
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. 2010. Dasar-dasar Pengertian
Sastra. www.anneahira.com (diunduh
pada 5 Maret 2012)
Dewi, E.S., 2010. A Proposed Sillabus for
TEYL Course for Students of English
Education Department at Ganesha
University of Education. Thesis belum
dipublikasikan. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Elangovan, S. 2009. Using Local Literatures
and Translations to Teach English.
Htttp;//www.articlesbase.com/literature
-articles/using-local-literatures-
andtranslations-to-teach-english-
1075560.html. (diunduh pada 20
Maret 2012).
Piscayanti, K.S. 2010. The Effect of
Literature-Based Instruction on
Student’s English Achievement With
Differing Achievement Motivation : An
Experimental Study on The Eighth
Grade Students of SMPN 1 Singaraja
In Academic Year 2009-2010. Thesis
belum dipublikasikan. Singaraja:
Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja.
Piscayanti, K.S. 2011. Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Sastra Lokal
(Bali) Terhadap Prestasi Menulis
Naratif Bahasa Inggris Pada
Mahasiswa Semester Empat Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha
Tahun Ajaran 2010/2011. Laporan
Penelitian belum dipublikasikan.
I Ketut Sudiana
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan (1)
meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pada pembelajaran Kimia Dasar, (2)
meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran Kimia Dasar, dan (3)
mendeskripsikan persepsi mahasiswa terhadap upaya pengembangan soft skills melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar
mahasiswa pada pembelajaran Kimia Dasar. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
Semester I (Kelas B) Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun akademik 2011/2012, yang mengikuti perkuliahan Kimia Dasar sebanyak 22
mahasiswa. Objek penelitian ini adalah upaya atau tindakan peningkatan soft skills
mahasiswa yang diterapkan, kepemilikan atribut soft skills mahasiswa, persiapan belajar
mahasiswa (tugas reviu), aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, hasil belajar
mahasiswa, dan persepsi mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tindakan yang diterapkan dalam penelitian ini dapat (1)
meningkatkan soft skills mahasiswa, (2) meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa, (3)
meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dan (4) mahasiswa memberikan respon positif
terhadap upaya pengembangan soft skills yang dimplementasikan melalui model
pembelajaran kooperatif.
Kata kunci: Pengembangan soft skills, model pembelajaran kooperatif, Kimia Dasar
Abstract
This classroom action research aimed at (1) improving students’ activities on Basic
Chemistry subject, (2) improving student’s achievement, (3) gaining students’ perception
towards the efforts of soft skills development by implementing cooperative learning model to
improve students’ activities and achievement on Basic Chemistry subject. The subjects of
this research were all first semester students of class B (including 22 students) of Biology
Education Department, Faculty of Mathematics and Science, Ganesha University of
Education in the academic year 2011/2012. The objects of the research were the efforts of
improving the students’ soft skills, soft skill atribut ownership of the students, students
learning preparation (review), students’ activities during learning process, students’
achievement, and students’ perception towards the implemented model. The results of the
study showed that the implementation of cooperative learning model were (1) improving the
students’ soft skills, (2) improving student’s activities, (3) improving student’s achievement,
(4) student’s positive response towards the efforts of soft skills development implemented
through cooperative learning model.
technical skills such as financial, computing mutiara, lagu-lagu, pribahasa, cerita, film
and assembly skills ” (Berthal dalam Illah (video clip), yang memotivasi dan inspiratif,
Sailah, 2007). dan tidak kalah penting adalah peran
Dari penelusuran atau kajian formal pimpinan (dosen) sebagai role model
yang pernah dilakukan, ditemukan yang (Sriartha dan Sudiana, 2009: 6).
membawa atau mempertahankan orang di Dalam pembelajaran kooperatif
dalam sebuah kesuksesan 80% ditentukan siswa belajar dalam kelompok-kelompok
oleh soft skills yang dimilikinya dan 20% kecil yang memiliki tingkat kemampuan
oleh hard skillsnya (Illah Sailah, 2007). berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
Sejalan dengan pernyataan tersebut maka kelompok, setiap anggota saling bekerja
kesuksesan mahasiswa dalam mengikuti sama dan membantu untuk memahami
perkuliahan juga ditentukan oleh faktor soft suatu bahan pembelajaran. Belajar belum
skills selain hard skills (potensi selesai jika salah satu teman dalam
akademiknya). Untuk meningkatkan soft kelompok belum menguasai bahan
skills mahasiswa salah satunya dapat pembelajaran (Budi Jatmiko, 2004:7).
ditempuh dengan cara mensinergikan Sebagaimana pembelajaran inovatif pada
antara soft skills dan hard skills dalam umumnya pembelajaran kooperatif
perkuliahan. bertujuan untuk meningkatkan prestasi
Pengembangan soft skills dapat belajar anak. Siswa akan belajar lebih
dilakukan melalui proses pembelajaran efisien dalam proses pembelajaran
(intrakurikuler) dan kegiatan kemahasiswaan kelompok (Te – Yi Chan, et al: 2008). Simon
(ekstrakurikuler). Pengembangan soft skills Attle dan Bob Baker (2007) juga
melalui kegiatan belajar atau tatap muka di menemukan bahwa melalui pembelajaran
dalam kelas memerlukan kreativitas dosen kooperatif siswa dapat memaksimalkan
pengampu mata kuliah dengan tetap pada perkembangan profesional mereka. Selain
pencapaian kompetensi mata kuliah itu, pembelajaran kooperatif masih memiliki
tersebut. Pengembangan soft skills melalui keunggulan lain, yaitu banyak atribut soft
kurikulum dapat ditempuh dengan dua cara. skills dapat dilatihkan, seperti kerjasama
Pertama, melalui kegiatan pembelajaran (teamwork), keterampilan berkomunikasi,
yang secara ekplisit diintegrasikan dalam pengambilan keputusan, disiplin,
mata kuliah yang dituangkan dalam Silabus, manajemen waktu, kejujuran dan lain
SAP (Satuan Acara Perkuliahan) atau RPP sebagainya.
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Bersadarkan pengalaman
Kedua, dapat dilakukan melalui proses memberikan kuliah Kimia Dasar di Jurusan
hidden curriculum, yaitu suatu strategi Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha,
pengembangan soft skills yang disampaikan ditemukan beberapa kelemahan dalam
oleh dosen kepada mahasiswa secara pembelajaran, seperti (1) pelaksanakan
terintegrasi pada saat perkuliahan perkuliahan belum dikelola dengan
berlangsung. Biasanya, cara kedua ini memperhatikan atau memberikan tempat
dilakukan dosen melalui panutan (contoh pada aspek sosial pembelajaran, (2)
atau teladan), dan juga melalui pesan– umumnya mahasiswa cenderung belajar,
pesan selingan pada saat pelaksanaan bekerja, dan juga memecahkan
perkuliahan menggunakan kata-kata permasalahan-permasalahan pembelajaran
yang mereka hadapi sendiri-sendiri, (3) soft skills mahasiswa. Model pembelajaran
mahasiswa kurang terbiasa bekerja sama yang memberi peluang paling tinggi
(sharing) dengan mahasiswa lainnya, (4) terjadinya peningkatan soft skills adalah
mahasiswa sering mengeluh jika diberikan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu
tugas atau PR (Pekerjaan Rumah), (5) tidak dalam penelitian ini dirumuskan judul
disiplin atau suka menunda-nunda dalam “Upaya Pengembangan Soft skills Melalui
mengerjakan tugas, yang dikalangan Implementasi Model Pembelajaran
mahasiswa dikenal dengan istilah SKS Kooperatif untuk Peningkatan Aktivitas dan
(Sistem Kebut Semalam), dan (6) Hasil Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran
ketidakjujuran mengerjakan tugas, antara Kimia Dasar”.
lain menyalin (copy paste) pekerjaan teman. Adapun permasalahan dalam
Fakta ini memberikan indikasi bahwa soft penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
skills mahasiswa masih rendah. Hal ini berikut. (1) Apakah upaya pengembangan
dapat menghambat pencapaian puncak soft skills melalui implementasi model
prestasi akademiknya. Dosen harus pembelajaran kooperatif dapat
memiliki pedagogi soft skills untuk tujuan meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa
meningkatkan soft skills mahasiswa. pada pembelajaran Kimia Dasar?, (2)
Perlu dikondisikan pengelolaan Apakah upaya pengembangan soft skills
pembelajaran yang memberikan peluang melalui implementasi model pembelajaran
terjadi interaksi dan kerjasama antara kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa satu dengan lainnya. Hampir mahasiswa pada pembelajaran Kimia
semua siswa belajar lebih efisien pada saat Dasar?, dan (3) Bagaimanakah persepsi
mereka diperkenalkan untuk bekerja secara mahasiswa terhadap upaya pengembangan
bersama-sama (cooperative) dengan siswa soft skills melalui implementasi model
lainnya dalam satu kelompok atau tim. pembelajaran kooperatif pada pembelajaran
Menurut Vygotsky, interaksi sosial dengan Kimia Dasar?
teman lain memacu terbentuknya ide baru Tujuan umum penelitian ini adalah
dan memperkaya perkembangan intelektual (1) meningkatkan aktivitas belajar
siswa (Ibrahim dan Nur., 2000:18). Ide kunci mahasiswa pada pembelajaran Kimia Dasar,
dari Vygotsky tentang aspek sosial belajar (2) meningkatkan hasil belajar mahasiswa
adalah konsepnya tentang zone of proximal pada pembelajaran Kimia Dasar, dan (3)
development (zone perkembangan mengetahui persepsi mahasiswa terhadap
terdekat). Untuk mencapai zona upaya pengembangan soft skills melalui
perkembangan terdekat, perlu diciptakan implementasi model pembelajaran
lingkungan sosial belajar siswa agar tercipta kooperatif untuk peningkatan aktivitas dan
masyarakat belajar (learning community). hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran
Model pembelajaran yang dapat Kimia Dasar. Penerapan model
menciptakan kondisi seperti itu adalah pembelajaran ini diharapkan dapat
model pembelajaran kooperatif. bermuara pada terjadinya peningkatan soft
Berdasarkan uraian di atas agar skills mahasiswa yang memberi dampak
terjadi peningkatan kualitas pembelajaran meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
(aktivitas dan hasil belajar mahasiswa), mahasiswa.
dapat dilakukan melalui upaya peningkatan
yang berasal dari mahasiswa ataupun dari Aktivitas belajar mahasiswa siklus I:
dosen. Permasalahan dan pertanyaan partisipasi dalam presentasi-diskusi kategori
dikoleksi, untuk kemudian pada akhir cukup; spontanitas mahasiswa dalam
pelaksanaan presentasi dan diskusi kepada presentasi-diskusi kategori baik; dan
mahasiswa diminta untuk menjawabnya antusiasme mahasiswa dalam presentasi-
(tugas individu). Karena pertimbangan waktu diskusi adalah cukup. (2) Nilai tugas
yang tersedia terbatas, maka untuk maksud membuat reviu pokok bahasan baik. (3) Nilai
ini dari sejumlah permasalahan atau perkembangan aktual mahasiswa kurang.
pertanyaan yang muncul dipilih antara 3 (4) Nilai perkembangan terdekat baik. (5)
sampai dengan 5 permasalahan/pertanyaan Nilai tes akhir cukup. (6) Mahasiswa masih
yang substansinya paling relevan dengan mengalami kesulitan dalam menjawab soal-
kompetensi dasar pokok bahasan yang soal yang menuntut penalaran dan
sedang dikaji. Hasil pekerjaan mahasiswa argumentasi. (7) Penilaian secara autentik
dikumpulkan saat itu untuk kemudian dinilai. masih rendah. (8) Presentasi dan diskusi
Nilai yang diperoleh mahasiswa berjalan kurang efektif. Meminta mahasiswa
menunjukkan tingkat perkembangan agar bersedia secara sukarela
aktual mahasiswa, (7) Tugas mempresentasikan tugasnya agak sulit
(permasalahan dan pertanyaan) yang sama terlaksana atau tidak lancar. Pada awalnya
dengan point 5 di atas, kembali ditugaskan tidak ada yang secara spontan mau
kepada mahasiswa untuk dikerjakan secara mempresentasikan tugasnya. (9) Mahasiswa
berkelompok di rumah sebagai PR kurang terampil dalam mengemukakan
(pekerjaan rumah), (8) Pertemuan pertanyaan/pendapat secara lisan. (10)
berikutnya (seminggu kemudian) hasil Pada saat presentasi, partisipasi anggota
pekerjaan mahasiswa secara berkelompok kelompok dalam presentasi dan diskusi
dikumpulkan untuk dinilai sebagai nilai kurang baik. Ada mahasiswa yang dominan
kelompok. Nilai ini menunjukkan tingkat dan ada mahasiswa yang perannya sangat
perkembangan terdekat bagi mahasiswa minimal. (11) Pada Siklus I mahasiswa
setelah dibantu teman sejawat. Berbagai dalam mempresentasikan tugasnya lebih
hal yang masih belum dapat dikerjakan banyak membaca apa yang sudah mereka
dalam kerja kelompok dapat ditanyakan tulis atau ditayangkan dilayar dengan media
kepada dosen untuk didiskusikan, (9) Pada Powerpoint. Belum disertai uraian,
setiap akhir siklus pembelajaran terdiri atas argumentasi, penjelasan tambahan, atau
beberapa pokok bahasan (kompetensi penalaran. (12) Media Powerpoint yang
dasar) dilaksanakan tes hasil belajar. Nilai dibuat mahasiswa masih belum baik,
tes yang dicapai mahasiswa akan kurang menarik (dilihat dari desain dan
menunjukkan tingkat perkembangan layout), kurang sistematis, terlalu banyak
terdekat mahasiswa setelah pembelajaran animasi yang tidak penting, dan kurang
dibantu teman sejawat dan dosen. dilengkapi gambar atau video yang dapat
memperkuat pesan/informasi yang hendak
Refleksi Tindakan I disampaikan. (13) Mahasiswa masih
Berdasarkan hasil observasi dan terkesan enggan, merasa takut, kurang
evaluasi seperti disajikan di atas maka dapat percaya diri dalam presentasi dan diskusi.
dibuat refleksi tindakan I sebagai berikut. (1) Mahasiswa kurang lancar dan masih grogi
disarankan untuk berbagi dan begitu pula akhir yang signifikan dibandingkan pada
halnya dalam menanggapi pertanyaan- siklus I. Pada siklus I rerata nilai tes akhir
pertanyaan oleh mahasiswa lainnya. (7) 66,1 (cukup) menjadi rerata 82,1 (baik) pada
Kepada mahasiswa pada saat presentasi siklus II. (6) Kepemilikan atribut soft skills
diminta tidak hanya membacakan tugas oleh mahasiswa juga mengalami
reviunya, tetapi juga dituntut agar mampu peningkatan. Rerata skor kepemilikan atribut
memberikan uraian atau penjelasan soft skills pada siklus I cukup meningkat
tambahan. menjadi baik pada siklus II. (7) Upaya
perbaikan tindakan pada siklus II, seperti
Refleksi Siklus II membagi materi presentasi menjadi dua
Hasil observasi dan evaluasi setelah bagian memberikan peluang presentasi
dilaksanakan tindakan II dapat dibuat kepada lebih banyak mahasiswa ternyata
refleksi siklus II sebagai berikut. (1) Rerata mampu menjadikan presentasi lebih lancar
nilai partisipasi presentasi-diskusi pada dan aktivitas belajar juga meningkat.
siklus II adalah 3,1 dengan kategori baik. Demikian pula halnya dengan pemberian
Terdapat peningkatan aktivitas presentasi- materi soft skills yang disesuaikan dengan
diskusi yang signifikan dari cukup pada momen (relevan dengan situasi dan kondisi)
siklus I menjadi baik pada siklus II. Rerata lebih mengena atau lebih bermakna bagi
nilai spontanitas mahasiswa dalam mahasiswa. Keseluruhan perbaikan
presentasi-diskusi 3,0 dengan kategori baik. tindakan pada siklus II terbukti telah mampu
Terdapat peningkatan spontanitas dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
presentasi-diskusi 2,5 (baik) pada siklus I
menjadi 3,0 (baik) pada siklus II. Aktivitas HASIL PENELITIAN
belajar mahasiswa dilihat dari antusiasme Aktivitas belajar mahasiswa diukur
dalam presentasi-diskusi adalah baik. dengan menggunakan parameter 1)
Terjadi kenaikan rerata nilai antusiasme partisipasi dalam presentasi-diskusi, 2)
cukup pada siklus I menjadi baik pada siklus spontanitas dalam presentasi-diskusi, dan 3)
II. (2) Nilai tugas membuat reviu pokok antusiasme dalam mengikuti pembelajaran.
bahasan pada Siklus II adalah sangat baik. Dari data penelitian diperoleh bahwa ketiga
Terdapat kenaikan rerata skor membuat parameter tersebut menunjukan adanya
tugas reviu pokok bahasan dibandingkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Untuk
pada siklus I, yaitu dari baik menjadi sangat parameter partisipasi dalam presentasi-
baik. (3) Nilai perkembangan aktual diskusi, naik dari 2,2 (cukup) menjadi 3,1
mahasiswa pada siklus II adalah kurang. (baik). Untuk parameter spontanitas dalam
Nilai perkembangan aktual lebih baik presentasi-diskusi, naik dari 2,5 (baik)
daripada siklus I, yaitu dari 37,2 (sangat menjadi 3,0 (baik). Sedangkan untuk
kurang) menjadi 46,7 (kurang). (4) Nilai parameter antusiasme dalam mengikuti
perkembangan terdekat pada siklus II pembelajaran, terjadi kenaikan dari 2,0
kategori baik. Terjadi sedikit peningkatan (cukup), dan 3,0 (baik).
dibandingkan pada siklus I 79,2 (baik) Aktivitas belajar mahasiswa juga
menjadi 80,8 (baik) pada siklus II. (5) Nilai diukur dari performance (kinerja) mahasiswa
tes akhir pada siklus II adalah 82,1 dengan selama pembelajaran berlangsung.
kategori baik. Terjadi peningkatan nilai tes Pengukuran secara autentik (autentik
Hal ini menunjukkan hasil pencapain yang berpusat pada siswa (student centered), dan
konsisten dengan kategori baik pada setiap belajar lebih bermakna.
siklusnya. Capaian hasil belajar tersebut Penyelenggaraan tes di akhir siklus
dikontribusi oleh model pembelajaran pada penelitian ini merupakan salah satu
kooperatif dan juga meningkatnya cara untuk mengukur hasil belajar
kepemilikan atribut soft skills mahasiswa. mahasiswa. Rerata nilai hasil tes
Mahasiswa mendapat manfaat dari belajar menunjukkan peningkatan secara signifikan
kooperatif. Artinya, antarmahasiswa telah dari siklus I ke siklus II. Nilai tes ini
terjadi sharing pengetahuan, dimana dalam menunjukkan hasil belajar mahasiswa
belajar antarmahasiswa telah terjadi proses setelah tindakan upaya pengembangan soft
saling melengkapi, sehingga setiap skills mahasiswa melalui pembelajaran
mahasiswa mendapat manfaat berupa kooperatif. Nilai tes ini juga merupakan hasil
penguasaan materi kuliah menjadi lebih belajar (perkembangan terdekat) mahasiswa
baik. Semangat untuk belajar secara setelah berinteraksi dengan teman sejawat
kooperatif didukung oleh soft skills dan dosen.
mahasiswa yang meningkat. Mahasiswa Tindakan piningkatan kepemilikan
yang kemampuan akademisnya kurang atribut soft skills di kalangan mahasiswa
mendapat bantuan dari mahasiswa yang dapat dilakukan melalui cerita, penayangan
memiliki penguasaan materi kuliah lebih gambar, dan pemutaran video yang inspiratif
baik. Mahasiswa yang penguasaan materi atau berisi muatan soft skills. Tindakan
kuliah lebih baik juga mandapat hasil belajar pemberian selingan materi soft skills lebih
dari kegiatannya membantu temannya yang bermakna jika diberikan tepat pada
kurang. Hal demikian itu sejalan dengan momentumnya. Artinya, tepat waktu (bisa di
tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu belajar awal kuliah, disisipkan saat perkuliahan,
belum selesai jika salah satu teman dalam atau pada akhir perkuliahan), dan materi
kelompok belum menguasai bahan soft skills relevan dengan situasi dan kondisi
pembelajaran. (Budi Jatmiko, 2004: 7). saat itu. Respon mahasiswa terhadap upaya
Temuan dalam penelitian ini juga sejalan pengembangan soft skills melalui
dengan konsep aspek sosial belajar implementasi model pembelajaran
menurut Vygotsky tentang zone of proximal kooperatif pada pembelajaran Kimia Dasar
development (zona perkembangan secara umum adalah positif dan berharap
terdekat). Di mana pembelajaran terjadi model pembelajaran ini dapat diterapkan
melalui interaksi sosial dengan teman pada mata kuliah lainnya.
sejawat. Bantuan dari teman sejawat yang
lebih mampu, siswa bergerak ke dalam zona SIMPULAN DAN SARAN
perkembangan terdekat mereka di mana Berdasarkan hasil penelitian ini
pembelajaran baru terjadi (Ibrahim dan Nur, dapat dibuat simpulan sebagai berikut.
2000: 18-19). Malalui upaya pengembangan Upaya pengembangan soft skills melalui
soft skills yang dipadukan dengan model implementasi model pembelajaran
pembelajaran kooperatif dapat menciptakan kooperatif pada pembelajaran Kimia Dasar
lingkungan sosial siswa (masyarakat) belajar dapat (1) meningkatkan soft skills
(learning community), pembelajaran yang mahasiswa, (2) meningkatkan aktivitas
belajar mahasiswa, (3) meningkatkan hasil
belajar mahasiswa, dan (3) mahasiswa Ibrahim, Muslimin; Nur, Mohamad. 2004.
memberikan respon positif terhadap upaya Pengajaran Berdasarkan Masalah.
pengembangan soft skills yang Cetakan Kedua. Surabaya: UNESA
University Press.
diimplementasikan melalui model
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative
pembelajaran kooperatif. Learning: Theory, Research, and
Implikasi dari penelitian ini adalah Practice. Second Edition. USA: Allyn
bahwa upaya pengembangan soft skills & Bacon.
melalui implementasi model pembelajaran Simon Attle dan Bob Baker. 2007.
kooperatif layak untuk dicoba diterapkan Cooperative Learning in a Competitive
pada mata kuliah lainnya. Agar penerapan Environment: Classroom Applications.
International Journal of Teaching and
model pembelajaran ini dapat memberikan
Learning in Higher Education 2007,
hasil yang lebih optimal disarankan agar Volume 19, Number 1, 77 – 83.
atribut soft skills yang menjadi Sriartha, I Putu dan Sudiana, I Ketut. 2009.
pengembangan dapat diperluas dan perlu Buku Panduan Pengembangan Soft
dikembangkan instrumen untuk pengukuran skills Mahasiswa Undiksha melalui
atribut soft skills. Multilevel Role Model Berlandaskan
Trikaya Parisudha. Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja
DAFTAR PUSTAKA
Suryanti. 1998. Pengembangan Model
Budi Djatmiko. 2004. Model-model Pembelajaran Tipe Teams Game
Pembelajaran (DI, Kooperatif, dan Turnamen (TGT) dalam Meningkatkan
PBI). Makalah UNESA Hasil Belajar Fisika SMU. Tesis (tidak
Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetya, diterbitkan) IKIP Singaraja.
dan Muhsinatun Siasah Masruri. Te – Yi Chan, Rou – Mei Wang, Bin – Shyan
2010. Pengembangan Model Jong, Yen – The Hsia and Tsong –
Pendidikan Karakter Terintegrasi Wuu Lin. 2008. Conceptual Graph
dalam Pembelajaran Bidang Studi di Based Learning Material. Producing
Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Strategy For Cooperative Learning.
Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi ASEE/IEEE Frontiers in Education
Khusus Dies Natalis UNY. Halaman Conference. 38th. 978 – 1 – 4244 –
1-12 1970 – 8/08. October 22 – 25, 2008,
Elfindri, Jemmy Rumengan,. Muhammad Saratoga Springs, New York.
Basri Wello, Poltak Tobing, Fitri Yanti, Triatmanto. 2010. Tantangan Implementasi
Zein, Elfa Eriyanti, dan Ristapawa Pendidikan Karakter di Sekolah.
Indra. 2010. Soft skills untuk Pendidik. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Mei
Baduose Media. 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies
Hilda Karli dan Margaretha Yuliariatiningsih. Natalis UNY. Halaman 187 - 203
2002. Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Model-model
Pembelajaran 2. Cetakan Pertama.
Edisi Kesatu. Bandung: Bina Media
Informasi.
Illah Sailah. 2007. “Pengembangan Soft
skills di Perguruan Tinggi. Makalah
disampaikan dalam rangka Sosialisasi
Pengembangan Soft skills di
Undiksha, tanggal 26 April 2007.
Gede Nurjaya
Abstrak
Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar Metode Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia yang mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan
aplikatif mahasiswa. Untuk tujuan itu, rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini membutuhkan waktu dua
tahun untuk menghasilkan produk yang siap pakai.
Pada tahun kedua ini adalah uji coba efektivitas penggunaan bahan ajar. Hasilnya
adalah sebagai berikut ini. (1) Prestasi mahasiswa setelah diajarkan dengan menggunakan
bahan ajar yang telah disusun berada pada kategori baik dengan rata-rata skor 79,42. Skor
untuk pemahaman sebesar 81,17 dalam kategori baik, lebih tinggi dibandingkan skor
kemampuan aplikatif yang sebesar 76,8 pada kategori baik juga. (2) Respon mahasiswa
terhadap penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran adalah positif dengan rata-rata 4,43
pada skala 5. (3) Kendalaa yang dihadapi oleh mahasiswa saat penggunaan bahan ajar
tersebut dalam pembelajaran adalah kekurang waktu dan ada beberapa bagian bahan ajar
yang sulit dipahami karena redaksinya.
Abstract
The study aimed at producing learning materials for the course of “Method of
Indonesian language and arts” in order to be able to increase the students’ comprehension
and application. The research design used was resarch and development model (R&D). The
study needed some steps before producing a ready-to-use product.
In the second year of the reserach project, the study conducted an experiment to
measure the efficacy of the product. The results of the experiment was as follows: a)
Students achievement after being taught using the designed learning materials falls within
the good category with M=79.42. The means of comprehension score is 81.17 which is
categorised good. It is higher than the score of application which is 76.8; b) students
response is very positif towards the use of designed learning materials as shown by means
of score which is 4.43 at scale 5. c) the only constraint faced by students in using the
designed learning materials is the time allotment. Besides, some parts of the materials are
difficult to understand, especially, their sentences.
kegiatan belajar berisi sajian materi, contoh, mengetahui prestasi dan respon mahasiswa
latihan serta rangkuman yang bersifat terhadap penggunaan bahan ajar yang
interaktif untuk menumbuhkan pembelajaran tersusun. Selain itu, juga untuk mengetahui
(Winataputra, dkk, 1972:2). Modul kendala yang dihadapi. Sehubungan
diharapkan disusun sedemikian rupa agar dengan itu, data penelitian ini dikumpulkan
memungkinkan 1) meningkatkan secara dengan metode tes dan angket. Metode tes
maksimal kegiatan pembelajaran, 2) meliputi tes pemahaman dan tes unjuk kerja
terselenggaranya proses maju berkelanjutan untuk menjaring kemampuan aplikatif.
secara efektif, 3) pembelajaran berpusat Angket dipakai untuk menjaring data respon
pada siswa (Depdikbud, 1985:4). Modul dan kendala yang dihadapi. Untuk respon,
yang disusun dengan baik dapat digunakan angket terstruktur dan untuk
memberikan banyak keuntungan, yaitu 1) kendala digunakan angket terbuka.
dapat meningkatkan secara maksimal
pembelajaran, 2) pembelajar lebih aktif HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam proses belajarnya karena Hasil Prestasi mahasiswa
menghadapi sejumlah masalah atau tugas Pelaksanaan uji coba penggunaan
yang harus dikerjakan, 3) dapat memberikan bahan ajar Metode PBSI dalam
balikan dengan segera sehingga pembelajar pembelajaran dilaksanakan pada semester
dapat mengetahui hasil belajarnya, 4) genap tahun ajaran 2010/2011. Uji coba ini
kegiatan pembelajar terarah karena modul melibatkan tiga kelas yang ada di Jurusan
mengandung sasaran belajar yang jelas, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan 5) keterlibatan pengajar dalam dengan jumlah mahasiswa yang terlibat
pembelajaran sangat minimal (Russel, ketika uji coba sebanyak 60 orang dengan
1974:20; Suryobroto, 1983:16; dan rincian sebagai berikut: kelas A sebanyak
Nasution, 2000:206). 28 orang, kelas B sebanyak 18 orang, dan
kelas C sebanyak 14 orang. Uji coba
METODE PENELITIAN dilaksanakan sebanyak dua kali dengan
Penelitian ini menggunakan materi yang diajarkan adalah pendekatan
rancangan penelitian dan pengembangan komunikatif dan model pembelajaran
dengan tahapan yang sering dikenal dengan konstruktivisme.
4-D (define, design, develop, disseminate). Setelah dilakukan tes sehabis
Pengembangan materi pembelajaran ini pelaksanaan pembelajaran dengan
mengacu pada model pengembangan Dick menggunakan bahan ajar “Metode PBSI”
& Carey (1990). yang disusun ditemukan prestasi mahasiswa
Kegiatan penelitian ini terdiri dari: berada pada kategori baik dengan rata-rata
(1) melakukan analisis kebutuhan (need 79,42. Jika dilihat secara parsial masing-
assesment), (2) menetapkan pokok-pokok masing kemampuan, yaitu kemampuan
materi yang akan dikembangkan, dan (3) pemahaman konsep dan kemampuan
mengembangkan prototype, (4) validasi ahli, aplikatif, tampak ada perbedaan, walupun
(5) uji coba. masih berada pada kategori baik. Rata-rata
Pada tahun kedua dari kemampuan pemahaman mahasiswa
pengembangan bahan ajar Metode PBSI ini adalah 81,17, sedangkan rata-rata
dilakukan tahapan uji coba untuk kemampuan aplikatif adalah 76,8.
Berdasakan tabel hasil angket di atas, ditelusuri, ternyata kesulitan terletak pada
terlihat bahwa mahasiswa merespon positif kutipan asli yang tidak diadaptasi sesuai
penggunaan bahan ajar Metode PBSI dalam konteks wacana pada bahan ajar tersebut
pelaksanaan pembelajaran dengan rata-rata dan juga kesesuaian dengan pola bahasa
respon adalah 4,43 dalam kategori positif. atau ragam bahasa yang dikendaki oleh
Dari delapan item pernyataan pada angket, mahasiswa.
semua pernyataan dijawab positif oleh
mahasiswa. Hal ini lebih memperkuat rata- PEMBAHASAN
rata semua item yang sebasar 4,43 tersebut. Dari temuan yang telah
dikemukakan di depan, maka ada beberapa
Kendala yang Dihadapi dalam temuan menarik yang perlu dibahas lebih
Pembelajaran lanjut. Pembahasan ini meliputi prestasi
Dari angket bebas yang diisi oleh mahasiswa, respon, dan kendala yang
mahasiswa mengenai kendala dalam dihadapi ketika pelaksanaan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran ditemukan dengan menggunakan bahan ajar yang
adanya dua kendala dalam pemanfaat telah disusun.
bahan ajar Metode PBSI. Kedua kendala Prestasi mahasiswa yang rata-rata
tersebut adalah (1) waktu yang terbatas dan umumnya adalah 79,42 dengan kategori
(2) ada beberapa bagian materi yang sulit baik, tampaknya merupakan sinya bahwa
dipahami (berupa kutipan asli). Semua pembelajaran dengan menggunakan bahan
mahasiswa menyatakan kendala waktu ajar yang telah disusun tampaknya
sebagai kendala utama. Mengenai kendala mempunyai pengaruh yang cukup signifikan.
kedua, hanya ditemukan sebanyak 50%. Apalagi rata-rata umum ini adalah gabungan
Artinya hanya 50% mahasiswa sampel yang nilai pemahaman dan aplikatif yang untuk
menyatakan ada beberapa bagian dari pertama kalinya dilakukan penilaian secara
bahan ajar yang sulit dipahami. Setelah berimbang. Maksud berimbang di sini
adalah penilaian aplikatif yang selama ini pemahaman. Akan aneh, jika nilai
jarang dilakukan dalam perkuliahan mata pemahaman lebih rendah dibandingkan
kuliah Metode Pembelajaran, umumnya, dan aplikatif. Walaupun demikian, prestasi ini
khususnya Metode PBSI, sekarang ini masih dapat ditingkatkan jika kendala yang
dilakukan secara lebih seksama yang dihadapi selama pembelajaran dapat
menjadi bagian yang setara dengan dihilangkan.
pemahaman konsep. Ada dua kendala yang dikemukakan
Pemberian bahan ajar yang tercetak oleh mahasiswa dalam penerapan bahan
kepada mahasiswa tampaknya juga ikut ajar ini. Kendala pertama adalah kurangnya
berkontribusi terhadap prestasi mereka waktu pembelajaran. Kendala kedua adalah
mengikuti perkuliahan. Logikanya adalah ada beberapa bagian materi yang sulit
dengan diberikan bahan ajar yang tercetak, dipahami oleh mahasiswa. dalam hal
maka waktu yang biasanya tersita untuk kendala waktu, mahasiswa menganggap
mencatat materi dapat dikurangi dan waktu yang tersedia untuk mengerjakan
konsentrasi mahasiswa untuk bekerja dalam tugas perkuliahan yang menyangkut
pembelajaran dapat ditingkatkan. Hal ini pemahaman dan kemampuan aplikatif
tampaknya disebabkan oleh komponen masih terlalu singkat. Hal ini juga peneliti
bahan ajar seperti kompetensi dasar dan rasakan. Kekurangan waktu ini terjadi bisa
indikator yang secara eksplisit dapat mereka karena beberapa kemungkinan. Jika dilihat
baca dari bahan ajar ini. Sesuai dengan dari konsep pembelajaran, mahasiswa atau
konsep pembalajaran seperti dikemukakan siswa yang tidak ingat dengan berjalannya
dalam konsep pembelajaran mikro, bahwa waktu selama pembelajaran adalah
pemahaman dan konsentrasi mahasiswa mahasiswa atau siswa yang asyik
dapat ditingkatkan jika mereka mengetahui mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
dari awal tujuan pemnbelajarannya dan Kemungkinan yang lain adalah tugas yang
langkah-langkah kegiatan yang dapat terlalu banyak sehingga terasa waktu
dilakukan selama pembelajaran. tersedia sedikit atau memang waktunya
Hal menarik yang berkaitan dengan sedikit. Kedua kemungkinan ini tampaknya
prestasi yang juga perlu dicermati adalah ada pada penelitian ini. Mahasiswa memang
adanya perbedaan kemampuan tampak asyik bekerja sehingga mereka lupa
pemahaman dan kemampuan aplikatif. waktu. Di lain pihak, waktu perkuliahan
Kemampuan pemahaman lebih tinggi untuk mata kuliah Metode PBSI memang
perolehan hasilnya yaitu sebesar 81,17, kurang karena terjadi perubahan berupa
sedangkan kemampuan aplikatif sebesar pengurangan jumlah JS dari 4 JS untuk 2
76,8. Ada selisih 4,37 poin dari kedua SKS menjadi 2 JS untuk 2 SKS. Peneliti
kemampuan tersebut. Hal ini dapat mengamati waktu pembelajaran yang hanya
dijelaskan bahwa kemampuan aplikatif 2 JS tampaknya tidak mencukupi untuk
memang merupakan tingkatan yang lebih pencapaian tingkat pemahaman dan
tinggi jika melihat taksonomi Bloom. Karena kemampuan aplikatif dalam perkuliahan
tingkatannya lebih tinggi yaitu tergolong C3 Metode PBSI.
sedang pemahaman C2, maka wajarlah Walaupun ada kendala seperti di
kemampuan aplikatif lebih sulit sehingga atas, mahasiswa merespon positif (4,43)
prestasinya lebih rendah dibandingkan penggunaan bahan ajar yang disusun untuk
Abstrak
Abstract
memanfaatkan apa yang ada di sekitar guru, kedua dalam hal tulisan yang
lingkungan siswa karena tema bahasannya bagaimana yang harus dikerjakan, dan
adalah memanfaatkan barang-barang bekas ketiga tidak mengerti yaitu untuk apa
di lingkungan siswa. Pada awalnya agar membuat tulisan tersebut dan cara
siswa memiliki konsep, guru menjelaskan mengembangkan tulisan. Seluruh kesulitan
berdasarkan contoh tulisan yang sudah ada tersebut mengakibatkan siswa kurang
tentang argumentasi memanfaatkan barang menyenangi pelajaran menulis.
bekas/sampah, kemudian siswa ditugaskan Upaya yang dilakukan guru dalam
melihat secara langsung barang pembelajaran menulis di sekolah yang
bekas/sampah di lingkungannya sendiri telah disurvei cenderung hanya melalui
dengan pertimbangan karena masing anak pemberian penjelasan teori menulis,
memiliki lingkungan yang berbeda. kemudian guru menugaskan siswa menulis
Selanjutnya siswa diajarkan berargumentasi dengan topik bebas atau ditentukan, dan
dengan ditugaskan menulis argumentasi. akhirnya guru menilai hasil tulisan siswa.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut. Cara yang ditempuh oleh guru
Nilai rata-rata kelas siwa adalah 6,39 masih tersebut masih berorientasi produk bukan
tergolong cukup belum mencapai standar proses. Upaya tersebut tidak membimbing
yang dinginkan. Ada 2 orang siswa (5%) dan memberi pengalaman kepada siswa
yang masih gagal dalam upaya meraih secara alamiah untuk menemukan sendiri
prestasi belajarnya. Rincian hasil secara dan belajar memecahkan masalahnya
rinci adalah sebagai berikut. Ada 5 siswa sendiri karena pola pembelajarannya masih
(12,5%) hasilnya sangat baik, 14 siswa berorientasi lebih banyak pada guru
(35%) tergolong baik, 19 siswa (47,5%) (teacher-oriented) yang semestinya pola
tergolong cukup, dan 2 siswa (5%) tergolong pembelajaran diorientasikan pada siswa
kurang atau gagal (Hasil wawancara dengan (student-oriented). Kelas masih berfokus
guru bahasa Indonesia kelas V Lab. pada guru sebagai sumber utama
Undiksha). pengetahuan sehingga kurang
Di sisi lain, berdasarkan wawancara memberdayakan siswa yaitu mendorong
dengan beberapa siswa sebagai sampel siswa mengkonstruksikan pengetahuan di
terkait dengan hasil belajar yang diperoleh benak mereka sendiri. Guru menjelaskan
tersebut bahwa kesulitan yang dialami dengan ceramah walaupun dengan contoh
adalah mereka walaupun sudah mendapat mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta
penjelasan teori menulis dari guru juga sulit sehingga siswa dalam proses belajar tidak
mengerti penjelasan guru dan tidak mengerti mengalami secara alamiah. Oleh karena itu,
tulisan yang harus dibuat serta untuk apa miskonsepsi dan cara keliru yang dilakukan
dan sulit mengembangkannya menjadi guru selama ini perlu segera dibenahi.
tulisan yang sesuai dengan permintaan Kondisi ini perlu segera diatasi yaitu dengan
guru. Akibat dari kesulitan-kesulitan tersebut menemukan langkah-langkah praktis dalam
membuat mereka kurang senang saat pembelajaran menulis argumentasi.
pembelajaran menulis. Dari ungkapan Setelah berdiskusi antara peneliti
tersebut, kalau diidentifikasi kesulitan siswa dan guru dan menganalisis kurikulum serta
adalah pertama dalam hal mengertikan didasarkan atas hasil identifikasi masalah
penjelasan teori menulis yang diberikan yang ada, maka tindakan yang disepakati
“ESL Composition Profile” (Jacobs dkk., tidak menjorok kedalam dan rata pinggir
1981),baik dari segi isi tulisan yaitu kanan dan kiri. Ada kalimat yang dibuat
kelengkapan unsur-unsur objek yang harus tidak dimulai dengan huruf besar dan
diargumentasikan maupun organisasi tulisan diakhiri dengan tanda titik.
yaitu sistematika atau keruntutan penjelasan Hasil tentang respon siswa
objek. Dengan mengacu pada profil ini, skor diperoleh adalah sebagai berikut. Hampir
maksimal yang bisa dicapai siswa adalah semua siswa yaitu 95% dari jumlah siswa
100 (60 dari komponen isi, dan 40 dari dan merespon positif pelaksanaan
komponen organisasi). pembelajaran ini. Mereka merespon positif
karena merasa terbantu dan menjadi lebih
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN mudah dalam menghasilkan tulisan. Melalui
Diperlukan dua siklus untuk dapat kegiatan pencermatan gambar untuk melihat
mencapai hasil penelitian ini. Pada keunggulan yang dipilih sebagai bahan
siklus 1 media gambar yang digunakan alasan atau argumentasi yang diungkap
adalah hadiah yang berupa tas sekolah dalam bentuk kalimat, sehingga dalam
yakni pilih tas ransel dan tas selempang menulis menjadikan paragraf tinggal
yang memakai tali. Tampak pembelajaran menyusun dan menghubungkan saja satu
berpusat pada siswa baik saat diskusi kalimat dengan kalimat lainnya. Adanya
kelompok maupun saat diskusi antar kegiatan diskusi kelompok mereka merasa
kelompok. Interaksi terjadi multi arah yakni terbantu dalam menemukan ide lebih
dari siswa dengan siswa dalam diskusi lengkap sebagai bahan argumentasi dan
kelompok dan antar kelompok juga terjadi mereka menjadi lebih yakin lagi atas
interaksi antar siswa dan siswa juga kepada temuannya melalui diskusi antar kelompok
guru sebagai pemandu jalannya diskusi melalui penyajian hasil di depan kelas. Ada
secara klasikal saat diskusi antar kelompok beberapa siswa mengalami kesulitan sedikit
yakni penyajian hasil diskusi kelompok. terutama dalam menghubungkan kalimat
Hasil pembelajaran menulis yakni menggunakan piranti penghubung
argumentasi skor rata-rata yang diperoleh yang tepat ketika merangkai kalimat yang
pada siklus 1 ini adalah 75 tergolong baik. ada menjadikan paragraf argumentasi yang
Sejumlah 4 siswa (13%) memperoleh nilai padu. Ini terjadi jika urutan ide alasan tidak
berkategori sangat baik, sejumlah 19 siswa ditata secara beraturan.
(63%) memperoleh nilai berkategori baik, Setelah melalui refleksi siklus 1
dan 7 siswa (24%) memperoleh nilai dengan perubahan dan perbaikan terhadap
berkategori cukup. Hasil ini yakni penerapan kelemahan yang ada pada siklus 1.
pembelajaran menulis argumentasi Pembelajaran menulis argumentasi pada
berdasarkan pendekatan konteks dan siklus 2 bermediakan gambar sepeda
proses bermediakan gambar telah sebagai hadiah yang harus dipilih siswa
menampakkan peningkatan hasil yang lebih yaitu sepeda gunung dan sepeda ontel yang
baik dibandingkan dengan skor rata-rata antik dan unik. Hampir semua siswa aktif
yang diperoleh saat refleksi awal yang terlibat dalam diskusi untuk berusaha
hanya pada kategori cukup. Kelemahan menemukan ide keunggulan atau kelebihan
tulisan yang masih tampak adalah hanya benda yang menjadi pilihannya. Tampak
dari segi bentuk paragraf. Memulai paragraf ketua kelompok aktif mencatat temuan idea
operasi konkret sangat memerlukan objek- argumentasi siswa kelas Vb Lab. Undiksha.
objek konkret sebagai pijakan untuk Hasil rata-rata pembelajaran menulis
memandu belajarnya. Terkait dengan sebelumnya terbatas pada kategori cukup,
pembelajaran dengan media gambar setelah diterapkan pembelajaran hasil rata-
Wright(1992) mengatakan bahwa gambar rata pembelajaran menulis siswa mencapai
dapat memainkan sejumlah peran: (1) kategori baik.
Gambar dapat memotivasi murid dan Siswa merespon secara positif
menarik perhatian mereka. (2) Gambar terhadap penerapan pembelajaran menulis
dapat memberikan konteks penggunaan argumentasi berdasarkan pendekatan
bahasa dan membawa dunia nyata ke konteks dan proses bermediakan gambar
dalam kelas. (3) Gambar dapat bercerita karena siswa merasa menjadi lebih mudah
sebagaimana adanya, diinterpretasikan, dalam menulis dengan adanya penemuan
atau dikomentari secara subjektif. (4) ide yang akan digunakan sebagai dasar
Gambar dapat memberikan isyarat tentang berargumentasi sehingga tinggal merangkai
jawaban suatu pertanyaan. (5) Gambar menjadi tulisan argumentative. Hal ini
dapat memberi stimulus dan informasi untuk menyebabkan pembelajaran menulis
diacu dalam bercakap-cakap, berdiskusi dan dirasakan lebih menyenangkan dan lebih
bercerita. Dengan demikian jelaslah bahwa mudah.
pembelaran menulis argumentasi sangat Berdasarkan simpulan di atas, dapat
efektif dengan penyampaian materi dengan disampaikan saran-saran berikut.
bermediakan gambar sehingga siswa Guru pengajar bahasa Indonesia di
merespon secara positif. SD hendaknya menerapkan hasil penelitian
ini dalam pembelajaran menulis dengan
PENUTUP kemungkinan disesuaikan karakteristik
Berdasarkan uraian di atas dapat khusus kelas yang dihadapi. Guru dalam
ditarik simpulan sebagai berikut. Penerapan memilih topic sebagai bahan yang hendak
pembelajaran menulis argumentasi ditulis hendaknya dipilih bersama siswa,
berdasarkan pendekatan konteks dan yaitu sesuatu yang dekat dengan kehidupan
proses bermediakan gambar dapat siswa dan disukai siswa dengan tetap
meningkatkan aktivitas siswa kelas Vb Lab. mempertimbangkan tema yang sedang
Undiksha dalam belajar menulis dikembangkan dalam kurikulum. Peneliti-
argumentasi. Pembelajaran yang peneliti lain hendaknya dapat melakukan
sebelumnya berpusat pada guru yang lebih penelitian lanjutan di dalam pembelajaran
banyak aktif, setelah penerapan menulis jenis lain, namun pada tingkat kelas
pembelajaran menulis argumentasi atau jenjang yang berbeda
berdasarkan pendekatan konteks dan
proses bermediakan gambar, pembelajaran DAFTAR RUJUKAN
jadiberpusat pada siswa dan aktivitas siswa Balitbang, Depdiknas. (2002). Kurikulum
dalam belajar dapat ditingkatkan. Berbasis kompetensi: Kebijakan
Penerapan pembelajaran menulis Umum Pendidikan Dasar dan
Menengah Retorika Suatu
argumentasi berdasarkan pendekatan
Pendekatan Terpadu. Jakarta:
konteks dan proses bermediakan gambar Depdiknas.
dapat meningkatkan hasil menulis