BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1. Penatua
Menurut kamus The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 kata
penatua berasal dari bahasa Yunani yaitu presbuteros atau presbuterion yang digunakan untuk
menyebut penatua terkhusus dalam teks-teks perjanjian baru. Istilah ini diartikan sebagai
orangtua, penatua dan juga orang yang lebih tua dibandingkan yang lain. Kata ini sendiri berasal
dari kata presbutes yang berarti “orangtua”. Dalam status sosial presbuteros dianggap sebagai
orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan juga dianggap sebagai orang yang disegani.
Meskipun memang pada awalnya kata presbuteros hanya digunakan untuk menyatakan usia
seseorang yang lebih tua, pemaknaan akan kata tersebut kemudian bergesar menjadi suatu status
sosial dalam masyarakat, sehingga presbuteros diberikan kepada para penatua yang dianggap
sebagai orang yang bijak dan berwibawa.1 Orang-orang yang dianggap sebagai penatua dalam
strata sosial dianggap sebagai orang yang pantas untuk memiliki rasa hormat tertinggi dari
masyarakat. Sehingga setiap orang yang diberikan gelar presbuteros merupakan orang-orang
yang menginjak usia 50 tahun ke atas dan dianggap sebagai orang yang pantas untuk dihormati.2
Jabatan ataupun posisi sebagai seorang elders dianggap sebagai komunitas orang-orang
yang mengatur suatu daerah. Para elders dalam komunitasnya dianggap sebagai orang yang
memiliki hak dan juga dianggap sebagai pemimpin dari komunitas mereka tersebut. Sehingga
1
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 , (USA: Grand
Rapids,1971), 192
2
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
2
kepemimpinan dipegang oleh elder tersebut. Pengertian lain dari presbuteros yaitu presbuteros
Dalam bahasa Ibrani kata penatua diartikan sebagai zaqen, Menurut Theological
Dictionary of The Old Testament kata ini berasal dari kata benda zaqan yang berarti janggut
(beard). Dengan demikian kata ini sering digunakan merujuk kepada seorang pria yang memiliki
janggut, dengan kata lain usia yang sudah cukup tua. Dalam perjanjian lama kata zaqen selalu
merujuk kepada orangtua dan juga penatua sebagai orang yang bertanggungjawab dalam suatu
daerah. Sehingga jelas bahwa kata zaqen selalu diberikan dan dirujuk untuk menyatakan
penatua.4
sebagai pemimpin. Dalam konteks Alkitab elders atau pun penatua-penatua dianggap sebagai
seorang pemimpin. Sehingga kata ini digunakan dalam tulisan-tulisan perjanjian Baru dengan
merujuk kepada para pemerintah pada masa itu. Dengan kata lain kata penatua digunakan kepada
para pemimpin. Paulus beberapa kali menyebutkan peranan dan juga ketaatan kepada
pemerintah. Dalam Ibrani juga dijelaskan mengenai ketaatan kepada pemerintah (Ibrani 13:17).
Oleh sebab itulah secara terminologi kata penatua digunakan untuk menunjukkan kedudukan
2.1.2. HKBP
Terbentuknya suatu gereja ditentukan dalam 3 hal yaitu: Ibadah pertama gereja tersebut,
Baptisan pertama, dan hasil dari Rapat atau pun Sinode. Apabila HKBP dilahirkan berdasarkan
3
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
4
G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Dictionary Of The Old Testmaent Vol.4, (Germany: William B.
Eerdmans Publishing Co, 1980) 123
5
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical And Practical Guide For Church Members, (Michigan: Grand
Rapids, 2009) 17
3
Ibadah pertama maka hari jadi atau hari lahir HKBP adalah pada tahun 1824 dihitung ketika dua
misionaris dari gereha Baptist, London, Inggris yaitu Richard Burton dan Nathanael Ward yang
berkhotbah pertama kali di tanah Batak yaitu di Tarutung. Apabila hari jadi HKBP dilihat dari
Baptisan Pertama maka hari jadi HKBP harusnya adalah 31 Maret 1861. Namun tanggal lahir
HKBP yang sebenarnya berasal dari rapat atau sinode yang dilakukan pada 7 Oktober 1861.
Sebenarnya rapat atau sinode selalu dilakukan pada tanggal 7 Oktober berarti ada kemungkinan
bahwa sebelum 7 Oktober 1861 rapat atau sinode juga sudah pernah dilakukan, maka bisa
dikatakan bahwa ada alasan tertentu sehingga penetapan tanggal lahir HKBP melalui sinode
Penetapan tanggal lahir HKBP pada 7 Oktober 1861 ditetapkan dengan dasar pemikiran
yang sangat teologis. Rapat atau sinode tersebut sebenarnya bukanlah acara besar-besaran dan
istilah sinode godang bukan berarti jumlah peserta yang datang ke rapat tersebut sangat banyak.
Dan rapat sebelum 7 Oktober 1861 juga sebenarnya pernah dilakukan, maka bisa dikatakan
bukanlah pelaksanaan rapat yang penting disini namun keputusan yang diambil dari rapat
tersebut. Keputusan yang diambil dari sinode pada 7 Oktober 1861 merupakan tonggal penentu
sejarah kelahiran HKBP. Pada 7 Oktober 1861 lah ditetapkan mengenai pembagian wilayah
penginjilan dimana keputusan tersebut dipahami sebagai re-orientasi strategi pelayanan dan tugas
para misionaris sekaligus sebagai perluasan wilayah penginjilan. Keputusan tersebut disemangati
dan didasarkan pada firman Tuhan yang juga diterima oleh para rasul. Berdasarkan Kisah Para
Rasul 15:28 “ Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami”. Sehingga keputusan
dalam rapat dapat dikatakan sebagai hasil dari keputusan Roh Kudus bersama-sama dengan
keputusan para pekerja gereja. Atas keyakinan ini lah keputusan yang diambil dari rapat 7
Oktober 1861 dilihat sebagai keputusan yang benar. Atas keputusan ini juga penginjilan di tanah
6
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 333-335
4
Batak mulai mengalami perkembangan. Maka bisa dikatakan bahwa kelahiran HKBP 7 Oktober
1861 dilihat dari gerakan HKBP itu sendiri dalam PI dengan mulai membagi wilayah-wilayah
penginjilan.7
Perlu diakui bahwa dari antara badan zending tersebut yang paling berpengaruh adalah
RMG. Pemciu berkembangnya kekristenan di tanah Batak adalah dengan dibuatnya perkebunan-
perkebunan di tanah Batak yang membuka isolasi masyarakat Batak. RMG merupakan badan
zending yang memiliki sifat kepemimpinan namun juga menjadi hamba. RMG sendiri datang
Oktober 1862) dan pada saat itu Nommensen sendiri juga mempelajari Bahasa Batak dan belajar
beradaptasi dengan orang-orang Batak. Pada tahun 1863 Nommensen pun tiba di Silindung,
meskipun dalam perjalanannya Nommensen sempat dihambat oleh beberapa orang Batak, namun
kemudian karena perbuatan Nommensen yang dianggap luar biasa kepada masyarakat setempat,
akhirnya dia pun menjadi dihargai di Silindung.9 Pada masa Nommensen menjalankan misinya,
terdapat 4 dimensi kerja misi Nommensen yaitu dalam bidang Pendidikan, kesehatan,
kerohanian, dan Ekonomi. Bidang Kerohanian: Usaha-usaha dalam bidang ini sangat
bahasa Batak, serta buku-buku bacaan yang memfokuskan kepada pengajaran Kristen. Bidang
Pendidikan Umum dan Teologi: bidang ini muncul dengan pandangan bahwa tidak akan
mungkin gereja dapat berdiri di tengah masyarakat yang buta huruf dan para misionaris paham
7
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, 333-335
8
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal hal 287
9
Paul Bodboldt Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1975) hal 55-56
5
bahwa membina kerohanian saja tidak mungkin membentuk manusia seutuhnya. Oleh sebab itu
para misionaris menyadari bahwa pendidikan adalah sarana utama penunjang berhasilnya PI
yang sesungguhnya. Bidang Kesehatan: Sebenarnya sejak awal para misionaris melakukan misi
di tanah Batak, sangatlah didukung oleh pelayanan misionaris di bidang kesehatan. Pelayanan
peran datu. Bidang Sosial Ekonomi: Masyarakat Batak hidup dalam penggolongan derajat hidup
perbudakan dan sisten pinjam meminjam. Untuk mengatasi keadaan tersebut para misionaris
berjuang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui bidang pelayanan ekonomi. Dan
kemudian setelah gereja HKBP ada, Nommensen selalu menggelar atau mengadakan konferensi-
konferensi tahunan. Pada masa itu juga lah muncul peranan dari “pelayan” yang sekarang disebut
dengan sintua yang bertujuan untuk menopang pelayanan.Tugas dari sintua sendiri yaitu
mengunjungi orang-orang Kristen, dan juga membantu dalam mengajar. Dengan demikian
Nommensen menunjukkan bahwa dia dan masyarakat berada dalam satu sinode dimana arti
Maka menurut tulisan dari Pedersen dia mengatakan bahwa aspek terpenting dalam
sosial yang ditandai dengan didirikannya pusat pengobatan di Huta Dame dan juga Nommensen
berkecimpung dalam perusahaan dagang secara besar-besaran. Maka dari sana diharapkan bahwa
orang Batak mulai mengenal teknik-teknik pertanian modern dalam proses itu. Menurut
Nommensen hal-hal yang bernailai rohaniah dan hal-hal sosial memiliki hubungan yang erat.
10
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, 333
6
“Karena apabila berita rohaniah telah diterima, penduduk akan mmenjadi lebih sadar akan
Sebelum menjadi HKBP, gereja yang jemaatnya merupakan masyarakat Batak disebut
dengan HKB (Hatopan Kristen Batak). HKB sendiri diterima dengan cepat oleh Jemaat karena
mereka dapat berinteraksi dengan Belanda pada masa itu dan Jemaat (masyarakat Batak) juga
menilai bahwa kehadiran HKB memiliki kekuatan untuk mendukung sistem pemerintahan
Kolonial Belanda. RMG sendiri juga menginginkan HKB berkembang dengan cepat dalam
bidang politis dengan tujuan agar agama Islam pada masa itu menjadi sulit untuk berkembang. 12
Konflik yang terjadi adalah mengenai skisma ataupun perpecahan yang terjadi dalam gereja
Batak (HKB). Dalam HKB sendiri perpecahan atau skisma tidak terjadi karena adanya
perbedaan pandangan atau pemahaman teologi namun adanya perbedaan pendapat mengenai
management dalam gereja yang justru menjadi masalah dan memiliki berbagai pandangan dan
sudut pandang. Ada dua hal penting yang menjadi latar belakang terjadinya skisma yaitu: Yang
pertama munculnya gerakan kemandirian di dalam gereja, yang kedua munculnya semangat
gerakan nasionalis dalam gereja. Kedua fenomena ini lah yang kemudian menjadi latar belakang
yang melahirkan gerakan-gerakan yang mendukung terjadinya skisma kemdian dari skisma
tersebut terbentuklah denominasi-denominasi baru yang salah satunya disebut dengan HCHB.
Yang kemudian pada tahun 1946 HCHB sendiri berubah menjadi HKI13
Lalu kemudian konflik yang juga dialami oleh gereja batak sendiri yaitu pada tanggal 10
mei 1940 yang mana pada saat itu para missionaris dari Jerman ditawan dan kemudian gereja
Batak yang pada saat itu sudah berganti nama menjadi HKBP kemudian berdiri secara otonom
11
Paul BodBoldt Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan, 61
12
Paul BodBoldt Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan, 61
13
Paul BodBoldt Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan, 142-148
7
atau dengan kata lain secara mandiri. Namun ketika masa pemerintahan Jepang kemiskinan
justru dialami oleh gereja-gereja Batak. Banyak juga peraturan-peraturan yang kemudian diganti
oleh Jepang yang mana mereka berusaha untuk mempopulerkan upacara-upacara kebudayaan
Jepang. Orang-orang Kristen pada masa itu dipaksa untuk bekerja pada hari Minggu dan dilarang
mengajarkan agama dan menyanyikan lagi gereja di sekolah-sekolah. 14 Akan tetapi kemudian
setelah masa peperangan berakhir gereja HKBP sendiri menjalankan suatu revolusi dimana
Belanda sudah enggan untuk memegang kekuasaan atas HKBP pada masa itu dan kemudian
Dalam dunia Israel kuno, istilah penatua disebut dengan zegenim=yang berjanggut, ini
mengacu pada orang tua dalam penjajaran untuk anak laki-laki. Istilah penatua yang disebutkan
pertama kali dalam teks Alkitab adalah “para penatua Israel”, kadang dikatakan terdiri dari tujuh
puluh orang (Keluaran 21; Bilangan 11) yang menjadi perwakilan seluruh bangsa. Badan ini
menjadi Sanhedrin beberapa saat setelah Pembuangan Babilonia. Istilah lain untuk sebutan
penatua ini adalah sekelompok orang yang bekerja sebagai penasihat administrasi di istana
kerajaan yang disebut “penatua istana raja” atau singkatnya “penatua” (bnd 2 Samuel 12:17;
Kejadian 24:2; 50:7; 1 Raja 12:6-15; Mazmur 105:22). 15 Selain itu terdapat juga istilah lain dari
penatua yaitu sebutan untuk tetua kota. Konsep penatua mirip dengan senator dalam bahasa Latin
14
Paul BodBoldt Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan, hal 150
15
Nili Sacher Fox, In The Service of the King: Officialdom in Ancient Israel and Judah, (Cincinnati: Hebrew Union
Colege Press, 2000), 63-64
16
J. Conrad, “Elder”, dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny., G. Johannes Botterwick and
Helmer Ringgren, terj., David E. Green, (Grand Rapids” Eerdmans Publishing, 2003), 123
8
Posisi penatua di bawah hukum Musa berbeda dengan posisi penatua dalam Perjanjian
Baru. Tampaknya “penatua” memiliki fungsi organic. Masyarakat mereka menghormati mereka
dan mereka sangat berpengaruh bagi masyarakat. Penatua dalam Perjanjian Lama adalah pelayan
dan tetap berada dalam batas-batas mereka. Ereka bekerja bersama dengan para hakim, raja dan
pemimpin bangsa. Memang tanggung jawab mereka terbatas namun sangat penting sebab
mereka diharapkan untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan untuk menggembalakan kawanan.17
Disebutkan secara umum mengenai fungsi penatua yaitu untuk melayani kapasitas
yudisial. Juga terdapat hokum yang secara khusus menyebutkan peran para tetua yang hanya
berlaku hanya untuk kasus pembunuhan (Ulangan 19:1-13; 21:1-9; Yosua 20:1-9), anak-anak
yang memberontak (Ulangan 21:18-21), perkawinan levirate (Ulangan 25:5-10; Rut 4:1-12), dan
perzinahan (Ulangan 22:!3-21). Juga ada beberapa keterlibatan para penatua dalam transaksi
tanah (mis Rut 4:1-12). Selain itu juga terdapat bagian yang menyebutkan bagaimana sesepuh
dapat berfungsi menjadi wakil komunitas untuk berhubungan dengan orang luar (1 Samuel
16:15).18
Ada bukti bahwa struktur dan fungsi dari tua-tua kota Israel banyak berubah selama
berabad-abad. Perubahan yang paling signifikan yaitu ketika orang-orang Israel diasingkan KKE
Asyur dan ke Babel. Banyak orang-orang yahudi dipendahkan ke kota-kota dan orang-orang non
Yahudi. Dikota itu kemudian mereka membentuk semacam kota dalam sebuah kota, sebuah
“distrik” atau “kawasan” Yahudi. Orang-orang terkemuka dalam komunita Yahudilah kemudian
yang akan melayani sebagai penatua dengan gaya kehidupan yang religious dan berada dalam
sinagoga.19 Perjanjian Lama juga mencatat bahwa ada beberapa kualifikasi bagi seseorang yang
17
Conrad, “Elder”, Theological Dictionary of the Old Testament, 120
18
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, (Eugene: Wipf&Stock,
2003), 4
19
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, 5
9
disebut penatua yaitu 1) penatua adalah anggota senior dari keluarga besar, 2) kaya, namun juga
dermawan dan ramah, 3) karakternya mencontohkan standar etika dan moralitas yang paling
dijunjung tinggi oleh masyarakat, 4) ahli dalam “pengetahuan rahasia” rakyatnya (baik dalam hal
keagamaan, adat istiadat maupun sejarah), dan 5) dikenal masyarakat karena keahliannya dalam
berpidato, khususnya keahlian persuasif. Juga terdapat beberapa karakteristik, yaitu pertama,
memiliki sifat kekeluargaan, kedua, memiliki moral kebenaran etis dan murah hati yang
ditunjukkan dalam keluarganya dan masyarakat bahwa dia adlah pelayan untuk masyarakat
bukan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Ketiga, memiliki pengetahuan dan keterampilan
Kata “penatua” (presbuteros) bukanlah kata untuk babtis, melainkan sebutan untuk
pendeta, pengajar, pelayan, penilik dan diaken. Istilah penatua digunakan 76 kali dalam
Perjanjian Baru dan Sembilan kali digunakan untuk berbicara tentang mereka yang lanjut usia, 20
empat kali untuk sebutan nenek moyang Israel dan dua belas kali merujuk pada penatua surgawi
dalam Wahyu dan Yohanes dan Kisah Para Rasul menerapkan kata itu kepada para pemimpin
agama Israel sebanyak dua puluh Sembilan kali dan sisanya mengacu pada kepemimpinan di
gereja lokal.21
Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa pengertian apostolik dari jabatan
ini bersinonim dengan istilah lain: pendeta, gembala, pengawas, dan uskup.
setiap kota (Tit 1:5). Sama dengan Kisah Para Rasul 14:23, dia memahami bahwa
20
Paul. A. F. Castellano, As it is in Heaven: a Biblical, Historical, and Theological, Introduction, to The Traditional
Church and Her Worship, (USA: Wheatmark, 2021)
21
R. Alastair Campbell, The Elders: Seniority within Earliest Christianity, (London: T&T Clark, 2004), 128
10
gereja muda membutuhkan pemimpin yang saleh yang dapat mengajarkan doktrin
sehat dan menyangkal kesalahan (Tit 1:9). Dalam Titus 1:5 disebut tua-tua namun
diayat berikutnya disebut sebagai “penilik” (ay.7). Dalam hal ini Paulus menyebutkan
2. Ketika Paulus mendarat di Miletus, dia memanggil para penatua dari Efesus untuk
(ay 20). Ia mencurahkan isi hatinya kepada mereka dan mendorong mereka untuk
kawanan domba Allah, “yang oleh Roh Kudus telah mnejadikan kamu penilik” (ayat
28). Seperti dalam suratnya kepada Titus, penggunaan kata “penatua” dan “penilik”
3. Istilah “penatua” juga tumpang tindih dengan istilah “pendeta”. Dalam 1 Petrus 5,
21:15-17) dengan menyebut dirinya sebagai seorang penatua dan menugaskan sesame
penatua untuk “menggembalakan kwanan domba Allah yang ada diantara kamu” (1
Pet 5:2). Dalam konteksnya, dia menjelaskan bahwa peran penatua adalah
domba-domba dengan firman Tuhan. Menariknya, dalam perikop ini, Petrus juga
jika penatua, pendeta dan penilik merupakan tiga istilah yang ebrbeda untuk jabatan yang sama.
Baru setelah Perjanjian baru ditutup, para penatua dan uskup (penilik) mulai berpisah sebagai
Ketika membahas penatua dalam Perjanjian Baru maka tidak jauh beda dengan penatua
di dunia Israel kuno yaitu terdapat persamaan yaitu berbasis kekerabatan. Dimana penatua, hatus
mengurus rumah tangganya terlebih dahulu dengan baik (bnd. 1 Tim 3:4-5), dan anak-anaknya
juga menjadi bagian dari persekutuan orang percaya (Titus 1:6). Selain itu, penatua harus
memiliki standar hidup yang ramah dan tidak mencintai uang dan tidak rakut akan keuntungan (1
Tim 3:2-3; Tit 1:7). Penatua harus memiliki standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika
dan moralitas.25 Mereka harus hidup tanpa cela, suami dari satu istrim sederhana, bijaksana dan
bermartabat (bnd 1 Tim 3:2) dan ia harus menjadi pecinta kebaikan dan tuan atas dirinya sendiri,
jujur, suci dan dapat menguasai diri (Titus 1:8). Penatua haruslah dapat meneruskan tradisi yaitu
kepercayaan masyarakatnya maka penatua bukanlah orang yang baru bertobat (bnd 1 Tim 3:6)
dan ia harus berpegang teguh pada perkataan yang pasi seperti yang diajarkan agar ia dapat
memberi petunjuk dalam ajaran yang sehat… (Tit 1:9). Terakhir, penatua harus menjadi
pembicara yang baik, mampu meuakinkan anggotanya dan mampu menjadi guru yang tepat (1
Tim 3:2).26
Penatua merupakan jabatan yang bertujuan untuk membangun tubuh Allah yaitu gereja di
tengah-tengah jemaat. Paulus sendiri melihat gereja sebagai tubuh Allah yang dibangun oleh
seluruh anggota tubuh dengan tugasnya masing-masing termasuk dalam hal ini dalam gereja
25
Gene A. Getz, Elders and Leaders: God’s Plan for Leading the Church, (Chicagi: Moody Publishers, 2003),139-
141
26
Miller, Elders Lead, 10
12
Batak adalah penatua. Untuk melihat konsep pelayanan gereja, penulis berangkat dari perspektif
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus pada 1 Korintus 12: 28-30. Pada ayat 28
ditunjukkan kembali karunia-karunia Roh yang telah ditunjukkan oleh Paulus pada 1 Korintus 12
ayat 8-10. Maka peranan dari tiap-tiap karunia yang dikatakan Paulus pada ayat 28 memiliki
fungsi dan peranannya masing-masing dalam gereja. Setiap karunia pasti berbeda namun
memiliki dampak dalam gereja dan juga jemaat. Para Rasul (Apostolous) seperti Paulus sendiri
yang memiliki peranan dalam komunikasi terutama dalam memberikan pengajaran 27, Rasul juga
ditunjuk langsung oleh Kristus untuk menjalankan pelayanan Kristus.28 Para Nabi (Prophetas)
yang mendeklarasikan keinginan dari Allah dengan kekuatan dari Roh. Kemudian Guru
(didaskalous) mengajarkan mengenai iman kepada para murid-muridnya, dan yang sering
diajarkan adalah tentang Yesus sendiri.29 Terdapat pula karunia-karunia lain yang dikatakan oleh
Paulus yaitu dunameis, charismata iamaton, antilempseis, kuberneseis, gene glosson. Yang
1 Korintus 12 ayat 29-30 apabila dilihat dari versi NIV atau pun LAI diterjemahkan
dengan menggunakan kalimat tanya. Namun tidak menunjukkan jawaban hingga akhir ayat 30.
Namun menurut versi Novum Testamentum, setiap karuni diawali dengan kata me untuk
menyatakan bahwa tidak seluruhnya adalah Rasul, Nabi, Guru dan karunia yang lainnya. Dengan
pernyataan tersebut, jelas bahwa tidak mungkin satu orang dapat melakukan seluruh hal tersebut
secara bersamaan, sehingga tiap orang memiliki peranannya masing-masing. Peranan yang saling
melengkapi tersebut yang kemudian menghancurkan rasa superioritas, dan juga rasa otoritas
27
David W.J.Gill, 1 Corinthians, dalam Clinton E.Arnold, 1&2 Corinthians, (Michigan:Zondervan, 2002) hal 156-
157
28
F.F. Bruce, The New Century Bible Commentary I & II Corinthians, (London: Grand Rapids, 1986), hal 123
29
Bruce, The New Century, hal 123
13
terhadap peranan yang lain30. Dalam konteks jemaat Korintus juga terdapat pemahaman bahwa
setiap orang religius atau pun beriman memiliki kemampuan untuk berbahasa Roh (glossolalia).
Maka dari ayat 30, Paulus mengungkapkan dan mengkritik anggapan tersebut dengan
mengatakan me pantes glossais lalousin. Maka dengan jelas Paulus mengatakan bahwa karunia
berbahasa Roh adalah karunia yang tidak harus dimiliki setiap orang.31
Dengan perspektif Paulus tersebut mengenai gereja, maka tiap orang dalam gereja
dilakukan dengan tujuan untuk membangun jemaat bukan untuk memperoleh suatu hal yang
diobsesikan dalam suatu komunitas orang demi terlihat hebat. Paulus melalui teks ini
mengungkapkan setiap bentuk atau pun peranan setiap orang dalam gereja penting untuk gereja
apabila berfungsi sesuai yang diinginkan. Maka pelayanan gereja melalui program-program yang
dibentuk harus relevan dengan kebutuhan jemaat bertujuan untuk pembangunan jemaat.
1. Watchman Nee
Menurut Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Gereja yang Normal
berpendapat bahwa sebutan kata penatua pada mulanya berasal dari dunia Perjanjian Lama.
Dimana orang-orang Israel disetiap kotanya memiliki penatua. Tidak hanya dalam Perjanjian
Lama, Perjanjian baru juga menyebutkan mengenai penatua yaitu dalam keempat Injil. Kisah
Para Rasul juga memuat mengenai penatua. Terkait dengan hal kapankan mulainya penatua
30
Craig L.Blomberg, 1 Corinthians: The NIV Application Commentary (Michigan: Zondervan,1994) hal 156
31
Bruce, The New Century, hal 123
14
diberlakukan dalam sebuah gereja yaitu dengan melihat Alkitab yang mencatat bahwa para
penatua di gereja muncul di Yerusalem namun tidak diketahui bagaimana mereka dilantik.
Alkitab juga mencatat bahwa bahwa Allah tidak berbicara mengenai gereja di Yerusalem yang
diatur, karena Allah tidak bermaksud menjadikan gereja di Yerusalem menjadi contoh kemudian
bagi gereja-gereja lokal. Demikianlah murid-murid Yesus kemudian disebut Kristen ketika di
Yerusalem terdapat penatua namun tetap Alkitab tidak membicarakan mengenai pelantikannya
namun mencatat eksistensinya yang dicatat dalam Kis 11:30 yaitu bagaimana Barnabas dan
Paulus mengantarkan sejumlah uang untuk bantuan gereja dan membantu para penatua yang
melayani disana. Inilah yang menjadi catatan pertama mengenai penatua dalam Alkitab.32
Setelah para rasul memberitakan Injil bagi gereja setempat demikianlah gereja berdiri.
Kemudian setelah berdirinya gereja maka diperlukan para penilik bagi gereja yang berguna
untuk kepengurusan, pembinaan dan penggembalaan. Maka jika muncul pertanyaan tentang
siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan gereja jawabannya adalah para
penatua yang dilantik menjadi penilik jemaat. Alkitab mencatat ini. Urusan mengenai gereja
berada di tangan para penatua bukan para rasul sebab Allah tidka pernah memanggil dan
mengutus seorang rasul yang bertugas mengurus gerjea dan membina mereka. Pada akhirnya,
Allah berkehendak adalah tanpa “gembala” bukan tanpa orang yang akan bertugas mengurus,
bertanggung jawab dan membina gereja yaitu para penatua yang kemudian di bantu oleh para.
Dalam melakukan pelayanannya rasul tidak hanya hidup dalam satu gereja melainkan harus
Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik berarti pengawas.
Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam melakukan pekerjaannya
bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang penatua adalah sebagai pengawas dan
diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang menganggur melainkan semuanya harus
bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka yang disebut sebagai penatua adalah
sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas mutlaknya adalah sebagai komandan.
Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya
dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis, pesimis untuk melakukan pekerjaannya
maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan dan mengingatkan mereka serta
menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua bukanlah pengganti pekerja yang
lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi mereka. Pada akhirnya, penatua
bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak dikerjakan oleh para saudara pekerja
Alkitab mencatat bahwa para penatua memiliki dua aspek khusus dalam kewajiabnnya
1. Bersfitaf urusan. Tugas untuk mengurus, menggembalakan dan mengajar adalah tugas
utama para penatua. Mereka memiliki tugas utama untuk mengurus gereja Allah di dunia
ini (bnd 1 Tim 3:5), bertanggung jawab atas semua rencana dan sega urusan dalam suatu
gereja lokal. Berdasarkan hal ini, gereja bukanllah terdiri dari sekelompok orang yang
pekerja Allah dengan “timbal-balik” sebab gereja adalah satu terhadap yang lain (Rom
34
Nee, Kehidupan, 58
16
12:3) dan tidak ada yang menjadi kepala karena satu-satunya Kepada gereja adalah
Kristus demikianlah tanggung jawab penatua sebagai penilik bukan untuk memerintah
melainkan menjadi teladan (bnd 1 Pet 5:3). Mengenai memerintah dan menjadi teladan
sangat berbeda sekali. Jika memerintah berarti terdapat perintah yang dikeluarkan dan si
pemberi perintah tidak melakukan pekerjaan sama sekali sedangkan menjadi teladan
berarti harus melakukan hal baik sebagai teladan dengan kemudian mengajak orang lain
untuk bersama-sama bekerja. Maka tugas para penatua adalah menjadi teladan dengan
berkerja melakukan yang terbaik dan melalui itu kemudian para penatua menjadi teladan.
2. Bersifat rohani. Para penatua haruslah berkarunia dan dengan karunia itu kemudian dia
dapat melakukan tugasnya dalam aspek rohani. Dalam 1 Timotius 5:17 “penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama merkea yang dengan jerih
payah berkhotbah dan mengajar”. Jika pada umumnya tugas mereka adalah mengurus
gereja maka mereka juga harus berkarunia sebab mereka adalah sama seperti seorang
nabi maupun pengajar yang dapat mengajar orang banyak melalui khotbahnya. Melalui
ini adalah tugas khusus para penatua karena Allah telah memilih orang-orang tertentu
yang dianggap mampu untuk melakukan tugas penggembalaan. Mereka kemudian juga
Pada akhirnya, dapat dilihat bahwa Alkitab pada mulanya mengadakan tugas penatua
atau penilik adalah sebagai pekerja yang mengawasu satu gerjea lokal. Dalam hal ini tidak
pernah ada penilik yang terdiri dari satu orang melainkan terdiri dari beberapa orang. Allah tidak
35
Nee, Kehidupan, 60
36
Nee, Kehidupan, 64
17
menginginkan seseorang untuk mengurus gerejanya hanya berdiri pada satu posisi istimewa lalu
membiarkan orang lain utnuk bekerja sendirian dan memaksakan mereka untuk tunduk
kepadanya. Melainkan, Allah menyukai jika dalam sebuah gereja terdapat beberapa ornag untuk
mengurus gerejanya. Cara ini dilakukan oleh Allah pada mulanya adalah untuk melindungi
gereja-Nya agar tidak menjadikan gereja itu milik pribadinya dan mengenakan warna tertentu
sesuai selera pribadinya terhadap gereja. Demikianlah harus tersedia beberapa orang dalam hal
para penatua unutk dapat bersama-sama bertanggung jawab mengurus satu gereja agar tidak ada
yang dapat melakukan tugasnya dengan semena-mena melainkan bekerja bersama dan melihat
2. Alexander Strauch
Strauch berpendapat bahwa penatua sangat diperlukan perannya bagi gereja mula-mula dan hal
ini ditekankan oleh ayat-ayat Alkitab karena kepenatuaan sudah seharusnya menjadi prioritas
utama yang perlu dibicakan dalam hal pastoral dalam jemaat. Dikarenakan banyak sekali muncul
tradisi-tradisi yang sesat para penatua kemudian menjadi benar-benar disalahgunakan dalam
gereja. Sudah banyak cara dilakukan untuk mencengah hal ini semakin marak termasuk dengna
memunculkan banyak buku yang berusaha membahas mengenai pembaruan dan reformasi
gereja. Walau demikian hal ini masih tetap diabaikan. Terdapat persyaratan bagi kepenatuaan,
yaitu dimana harus terdapat sifat tegas sehingga dapat berkualifikasi secara rohani maupun
moral. Dalam Perjanjian Baru, dua kali disebutkan bahwa seorang penilik jemaat harus
bersungguh-sungguh dapat memenuhi syarat yaitu tak bercacat, suami dari satu istri, dapat
menahan diri, memiliki anak-anak yang beriman, bijaksana, tidak angkuh, sopan, bukan
37
Nee, Kehidupan, 61-63
18
pemberang, bukan peminum, bukan pemarah tidak serakah, suka memberi tumpangan, cakap
mengajar orang, sopan, bukan pemimpin, suka akan yang baik, adil, saleh, pendamai, peramah,
bukan hamba uang, mejadi kepada keluarga yang baik dan bukan pemarah, bukan orang yang
baru bertobat, mempunyai nama baik diluar jemaat, dapat menguasai diri dan berpegang kepada
perkataan yang benar supaya dapat menasihati dan meyakinkan(bnd. 1 Tim 3:7; Tit 1:5-9). Itulah
kualifiikasi yang sebenarnya yang dinginkan oleh Allah dan tersurat dalam Alktab. Demikian
banyak sekali terjadi banyak kelemahan yang dikarenakan lalainya para anggota jemaat
memimpin para anggotanya dalam melihat kualifikasi pemimpin yang baik dan benar
berdasarkan Alkitab.38
Beberapa nilai dan sifat yang harus dimiliki oleh penatua adalah sebagai berikut:
1) Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para penatua
untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu melakukan
penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka diharapkan dapat
mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali persaudaraan, keimanan dan
menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun dikarenakan situasi budaya setiap warga
kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk meningkatkan tali persaudaraan Kristen
dan ini adalah rencana Allah. Ini menjadi sangat utama karena dalam gereja, aspek
kekeluargaan adalah penting karena akan memuat mengenai jalinan antar manusia hingga
hubungan intim sekalipun. Dengan hubungan ini kemudian sikap mengasihi akan
38
Alexander Strauch, Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, (Yogyakarta, 2021), 102
39
Strauch, Manakah, 2
19
terdapat, hubungan indah yang baru yang terjalin antar manusia dengan Allah menjadi
sangat dekat. Namun demikian kembali lagi bahwa hal yang paling penting dalam
kepenatuaan adlah mengenai persaudaaran sesama warga gereja yaitu agar terjadi
persaudaraan yang kemudian menjadi pedoman bimbingan dalam tingkah laku diantara
orang-orang Kristen (bnd Rom 14:15, 21; 1 Kor 6:8; 8:11-13). Dengan adanya para
penatua dalam pemerintahan gereja maka diharapkan menjalin persaudaraan satu sama
2) Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga menjadi
sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat bahwa
perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang mengajar
murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan kerendahan hati.
Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati karena karakter
3) Karakter moral yang baik.. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat
diharapkan memiliki karakter moral yang bik dan tidak bercacat dalam semua segi
kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas
dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya. Para
4) Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena merupakan
kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga yang disegani dan
dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan adalah bersikap baik dan
ramah. Mengenai hal berumah tangga menjadi ditekankan dalam hal ini adalah sikap
40
Strauch, Manakah, 11
41
Strauch, Manakah, 12
42
Strauch, Manakah, 102
20
konsekuen dan aktifnya dalam berjemaat. Maka dengan demikian, jika seseorang ingin
mengetahui seperti apa apakah penatua maka harus diamati juga cara dia mengurus anak-
anaknya dan bagaimana hubungannya dengan istrinya. Akhirnya, penatua dalam rumah
5) Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas menyatakan
bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat mengajarkannya kepada
orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada firman Tuhan dan siap
3. F.H. Sianipar
Dalam tulisannya dia berpendapat bahwa penatua merupakan seorang yang memiliki
pengetahuan, memiliki pengalaman dan juga berhikmat kepada semua anggota gereja. 45
Alkitab mengenai gembala adalah seorang yang mampu merawat kawanan dombanya,
sengar dan air jernih, membawa yang lemah, mencari yang hilang, menghangatkan yang
terluka, merawat yang sakit.46. Rasul Petrus mengingatkan para penatua untuk tidak pernah
“memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi
teladan bagi kawanan domba itu” (1 Pet 5:3). Domba harus digiring. Seorang gembala yang
baik mengetahui hal ini; mereka tidak akan ‘menguasai’ kawanan ‘dengan kekuatan dan
kekerasan’ (Yeh 34:4). Sebaliknya, kata Tuhan “Aku sendiri akan menggembalakan domba-
domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring…” (Yeh 34:15). Gembala
43
Strauch, Manakah, 108
44
Strauch, Manakah, 110
45
F. H. Sianipar, Tohonan Sintua, (Pematang Siantar: Yayasan STT HKBP Pematang Siantar, 1996), 48
46
Sianipar, Tohonan Sintua, 33
21
memimpin dengan teladan hidup mereka 47. Sehingga Sianipar memandang jabatan penatua
4. Alexander Straught
Dalam tulisannya Alexander Straugh mengatakan bahwa penatua harus dapat menjadi
penasihat yang cakap bagi jemaat untuk dapat menjalankan tanggung jawab serta
membimbing jemaat ke jalan yang seharusnya mereka tempuh. Kadang, mereka perlu
memberi penilaian dalam beberapa situasi tertentu, tetapi mereka melakukannya dengan
Allah. Jadi ketika Paulus dan Petrus secara langsung menasihati para penatua untuk
menggambarkan bahwa Penatua sebagai gembala adalah yang ditempatkan Allah di tengah-
Penatua harus memberi makan kawanan. Salah satu tuduhan terhadap para gembala yang
jahat atas Israel adalah “…oleh sebab gambala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-
tidak digembalakannya” (Yeh 34:8). Oleh karena itu, Allah berfirman “… celakalah
47
Sianipar, Tohonan Sintua, 48
48
Alexander Straught, Biblical Eldership: an Urgent Call to Restore Biblical Church Leadership, Peny., Stephen &
Amanda Sorenson, (Littleton: Lewis & Roth Publishers, 1995), 25
49
Straught, Biblical Eldership, 16
22
harus terampil untuk mengajar Firman yang cakap (1 Tim 3:2; 5:17; Ibr 13:7). Orang-orang
ini harus berpegang teguh pada perkataan yang benar yang sesuai dengan ajaran sehingga ia
dapat menasihati ajaran yang sehat dna menyangkal mereka yang bertentangan (Tit 1:9).
Orang yang tidak ‘cenderung mengajar’ tidak layak melayani sebagai gembala kawanan. Apa
gunanya seorang gembala yang tidak bisa memberi makan domba? Sebagai pemelihara
domba, penatua harus melindungi, memberi makan, memimpin dan merawat banyak
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:11-12). Sehingga
sangat jelas bahwa pekerjaan mereka adalah mengembangkan para jemaat dalam hal iman
dan mendewasakan pemahaman mereka tentang hubungan mereka dengan Kristus (Ef 4:13).
Jadi, penatua yang baik adalah memperlengkapi dan memungkinkan para murid yang mereka
cari untuk memotivasi tindakan pelayanan. Mereka bukanlah menejer mikro, melainkan
mempercayakan berbagai tugas pelayanan kepada laki-laki dan perempuan yang bertanggung
5. JL C.H. Abineno
Abineno dalam tulisannya berpendapat bahwa Penatua merupakan salah satu jabatan
pelayan yang berada ditengah-tengah gereja yang terpanggil dari kalangan jemaat atau biasa
disebut juga dengan istilah penatua. Penatua inilah yang bersama-sama dengan pendeta dan para
50
Straught, Biblical Eldership, 17
51
Straught, Biblical Eldership, 29-30
23
pelayan gereja lainnya bersama-sama memikirkan dan melakukan pelayanan bagi jemaat
setempat. Namun hal yang perlu diingat bahwa ketika penatua diangkat dari tengah-tengah
jemaat, bahwa pada dasarnya jabatan seorang penatua bukanlah seperti jabatan pada umumnya
yang bisa kita lihat ditempat lain. Mereka inilah yang nantinya sesuai dengan panggilannya akan
melayani jemaat dengan pelayanan yang sungguh. Karena jabatan gerejawi berasal dari Allah:
Allah lah yang – oleh RohNya yang Kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-
Anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat menjadi pelayan gerejawi, ketika dengan
serius menghidupi panggilannya, dan meyakini bahwa mereka dipilih oleh Allah, maka tidak ada
alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan yang besar ditengah-tengah
gereja. Para penatua tadi harus mau melakukan suatu terobosan dengan membina jemaat atau
membangun jemaat secara rohani dan dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus
4: 11-12). Dalam bahasa yunani sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang
pertama presbyteros dimana kemudia kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah
episkopos, kata ini kemudian berkembang menjadi “uskup”, dimana kata episkopos memiliki arti
menilik dan lebih cocok kepada penatua.53 Penilik sendiri bisa diartikan sebagai mangawasi,
penatua memiliki tugas mengawasi ditengah-tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas
untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara
Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ketengah-tengah jemaat sebagai
pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan
membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan Tri Tugas Panggilan Gereja
52
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 6
53
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
24
(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,
penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga ada suatu
kerjasama yang dilakukan, dan pelayanan yang dibangaun bisa lebih efektif. Karena penatua
bukanlah satu-satunya pejabat dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan
berlandaskan Alkitab yang harus secara benar disampaikan kepada jemaat sesuai dengan
setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada
umat Allah secara murni dan utuh.55 Maka dari sini kita melihat bahwasanya para penatua harus
dengan serius melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman
yang sejati.
Dalam ruang lingkup desa Batak yang tradisional, Nommensen dalam usaha untuk
pengabaran Injil memerlukan bantuan dari penduduk setempat guna mendalami adat Batak,
situasi dan kondisi tiap-tiap desa dan juga menjaga desa tersebut. Sehingga dalam sejarah gereja
Batak Nommensen kemudian menunjuk empat orang sebagai penatua yang merupakan penatua
yang “pertama” dalam gereja Batak dengan tujuan untuk membantu dalam penggembalaan,
perawatan orang sakit dan terutama dalam pengabaran Injil. Lothar Schreiner mengatakan dalam
bukunya bahwa pengabdian para penatua jemaat di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas
masih memeluk agama suku dilihat sebagai faktor dasar untuk gereja suku. Dia mengatakan
bahwa pengangkatan penatua-penatua itu berkaitan dengan tata desa. Yang mana dalam
54
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
55
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
25
masyarakat Batak sendiri yang masih sangat tradisional. Sehingga peranan para penatua penting
dalam membantu pekabaran Injil secara perlahan dalam masyarakat Batak. Menurut keterangan
dari tulisan Schreiner, dia mengatakan bahwa para penatua yang menerima tugas tersebut
menjalankan tugasnya secara sukarela, tanpa adanya imbalan yang bersifat materil. Dan ternyata
mengabarkan Injil semakin teratur. Sehingga dengan keteraturan tersebut, Schreiner mengatakan
bahwa para pendeta utusan pada masa itu kemudian menunjuk dan mengangkat dua orang
penatua dalam setiap desa. Para penatua tersebut ditugaskan untuk mencurahkan perhatian dan
tenaga kepada keadaan dan juga kemajuan agama Kristen dalam setiap desa. Para pentua yang
telah diangkat juga diwajibkan untuk mengadakan kunjungan yang teratur kepada kampung-
kampung tetangga yang masih erat dengan agama suku. Setiap penatua diutus berpasang-
pasangan ke setiap desa. Schreiner menegaskan bahwa ketika diutus maka mereka (para penatua)
akan melakukan tugas mereka dengan sukarela. Peranan dari para penatua tersebut menurut
bertambahnya jumlah yang telah masuk dalam jemaat, maka jumlah penatua juga ditingkatkan.
Menurut Schreiner bahwa jabatan penatua dapat dikatakan sebagai jabatan yang diidamkan pada
kepengaturan dan kepemimpinan yang menurutnya berdikari dalam jemaat yang ada di desa.
Kepada orang-orang yang menurut Pendeta utusan dapat melakukan tugas tersebut akan
diberikan kesempatan dan tugas dalam mengambil prakarsa dan juga untuk memimpin dalam
56
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49-50
26
desa tersebut. Schreiner mengatakan bahwa jabatan sebagai penatua dalam gereja Batak pada
masa Nommensen merupakan faktor kemasyarakatan yang baru, Para penatua yang diutus
memiliki amanat yang diberikan dan juga merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Batak
pada masa itu.57 Dengan kata lain Schreiner berpendapat bahwa kehadiran penatua dalam desa-
desa Batak yang menganut agama suku memiliki dampak dan pembaharuan serta perkembangan
yang belum pernah dialami oleh masyarakat Batak sebelum hadirnya Nommensen. Dengan kata
lain bahwa para penatua memberikan pembangunan jemaat yang berdampak pistif, memberikan
pengaruh yang positif dan juga memberikan perhatian yang baik bagi jemaat-jemaat. Para
penatua yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin suatu desa, mengawasi dan merawat
serta menyebarkan Injil ternyata menunjukkan hasil yang positif. Para jemaat pada masa itu
menerima edukasi dan pengajaran yang baik dalam bidang keagamaan, kesehatan, managemen
dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran penatua memberikan dampak yang besar. Yang paling
menarik bahwa Schreiner sangat menekankan bahwa peranan atau pun jabatan penatua
merupakan jabatan yang dilaksanakan dengan sukarela. Terbukti dengan hasil menurut
perspektif sejara yang menunjukkan kemajuan. Dapat dikatakan bahwa para penatua pada masa
itu menjalankan tugasnya dengan baik dan juga yang terutama dengan sukarela. Tugas dan
tanggungjawab yang mereka terima justru membuat jemaat semakin berkembang. Dapat
dikatakan bahwa peranan penatua pada masa Nommensen masih tergolong berat karena
berhadapan secara langsung dengan agama-agama suku namun ternyata memberikan dampak
Andar Lumbantobing dalam tulisannya juga mengatakan bahwa Nommensen yang telah
tiba di Barus yang merupakan perjalanan pertamanya di Indonesia, yang pertama dilakukan
57
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 50
27
adalah mencari orang yang bersedia membantu Nommensen dalam melakukan tugas-tugasnya.
Dia mencari orang-orang tersebut untuk mengajari dia dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat
istiadat dan juga soal-soal kebiasaan atau pun tradisi yang ada di tempat barunya tersebut.
Orang-orang yang dipercayanya itu lah yang kemudian menjadi penatua dengan tujuan
membantunya untuk mengerjakan pekabaran Injil di tanah Batak. 58 Dalam tulisannya Andar
baru didirikannya menugaskan para penatua untuk mengamati tingkah laku setiap anggota
jemaat dengan tujuan agar mereka benar-benar melaksanakan kehidupan Kristen sesuai dengan
ketentuan yang diaturkan. Penatua juga ditugaskan untuk membimbing orang-orang yang ingin
menjadi Kristen pada masa itu supaya mereka benar-benar memahami bahwa mereka harus
tunduk dan taat kepada peraturan gereja. Penatua juga diwajibkan membimbing setiap orang
yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mengetahui bahwa kehidupan
mereka harus taat kepada hukum dan peraturan gereja. Tugas lain sebagai penatua yang
58
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2022) 145
59
Pandangan Warneck yang dikutip oleh Andar Lumbantobing dalam Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan
Jabatan dalam Gereja Batak, 145
28
2. Penatua harus mengusahakan supaya jemaat yang sakit, tidak pergi kepada datu untuk
3. Penatua harus mengamati para wanita agar tidak menjunjung keranjang atau beban di atas
kepala, melakukan pekerjaan pada hari Minggu seperti bekerja di sawah dan lading.
4. Penatua juga diberikan tugas untuk memberik pertolongan dan juga penghiburan kepada
orang-orang yang tidak berhasil atau mengganggap dirinya sendiri sebagai orang Kristen
yang gagal.60
Menurut keterangan yang juga dituliskan oleh Andar Lumbantobing dikatakan bahwa
para penatua akan berada di depan ketika ibadah untuk melihat jemaat-jemaat yang hadir dan
yang tidak hadir dalam ibadah. Ketika terganggu gangguan dalam ibadah, para penatua juga
dapat melihatnya dengan jelas. Termasuk menjaga anak-anak yang menangis ketika ibadah
berlangsung, dan tanpa mengganggu orang lain akan dibawa keluar dari rumah ibadah. Dalam
gereja-gereja tertentu para penatua justru duduk diantara jemaat secara berpencar, dengan tujuan
Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat bagaimana peranan dari para penatua yang
begitu berat pada masa itu. Tanggungjawab yang mereka emban demi mendukung pertumbuhan
jemaat di desanya masing-masing sangat berat. Para penatua yang langsung dipercayai dapat
menjadi perantara dari para missionaris pada masa itu diharapkan dapat memunculkan perubahan
dalam cara hidup, dan juga dalam pemahaman mereka terhadap kekristenan. Dapat dikatakan
bahwa peranan penatua pada masa itu memberikan hasil yang baik. Para jemaat tidak lagi
bergantung kepada datu dalam hal pengobatan namun para penatua yang sudah paham dan
cerdas dalam hal tersebut dapat membantu dan menolong para jemaat. Pertumbuhan jemaat yang
60
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
61
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
29
terjadi didukung dengan adanya edukasi yang diberikan kepada penatua dan kemudian didukung
dengan baik dalam implikasinya oleh penatua itu sendiri. Tentu masalah yang dihadapi para
penatua merupakan masalah yang berat karena langsung berhadapan dengan agama suku dan
pola pemikiran yang sangat tradisional. Namun dengan tanggungjawab yang diamplikasikan
dengan baik, dengan pernyataan dan penjelasan sejarah tersebut dapat dikatakan bahwa para
penatua menjadi salah satu faktor bertumbuh dan berkembangnya ajaran Kekristenan pada masa
Dalam konfessi HKBP tidak dicantumkan pasal khusus mengenai penatua namun pada
pasal 9 konfessi HKBP 1951 mengenai pelayan pelayan gereja dan pasal 9 konfessi HKBP 1996
mengenai majelis jemaat diterangkan bagaimana para pelayan dalam gereja seharusnya berperan.
Dalam konfessi 1951 pasal 9 dikatakan bahwa berdasarkan 1 Korintus 12:28 setiap orang
dipanggil oleh Allah untuk melayani sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kristus. Dijelaskan
2. Untuk melayani sakramen baik sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan
Kudus.
4. Untuk menjaga kemurnian ajaran, melakukan tuntunan jiwa, melawan ajaran-ajaran yang
sesat.
62
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 63-64
30
Memang dalam konfessi HKBP terkhusus konfessi HKBP 1951 tidak menjelaskan secara
rinci mengenai penatua, namun dalam pasal 9 ini dapat dipahami bagaimana peranan dan tugas
dari para penyandang jabatan pelayanan tidak terkecuali kepada penatua. Dengan kata lain
penatua juga memiliki peranan dalam menggembalakan, melakukan pekerjaan diakonia, menjaga
kemurnian ajaran, melakukan tuntunan, melawan ajaran-ajaran yang sesat. Sehingga dalam
Dalam konfessi 1996 pada pasal 9 mengenai majelis jemaat dituliskan terdapat 9 poin
1. Mengkhotbahkan kabar baik di tengah gereja, di dunia ini dan kepada segala makhluk.
2. Memelihara dan melayankan dua sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus.
6. Menjalankan hukum siasat gereja dan penggembalaan dan menentang ajaran sesat.
Dapat dilihat dalam konfessi 1996 dituliskan lebih rinci mengenai jabatan dalam HKBP
itu sendiri melalui poin-poin yang terdapat dalam pasal 9 ini. Dalam konfessi ini juga dinyatakan
para pejabat dalam gereja yang berperan penting dalam gereja mula-mula yaitu rasul, nabi,
pemberita Injil, gembala, pengajar, diaken, diakones, penetua, episkopos untuk melayani tubuh
63
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
31
Kristus.64 Penulis juga berpendapat bahwa peranan penatua juga terlibat dalam poin-poin tersebut
Untuk menjadi penatua di HKBP tentu tidak diangkat begitu saja, ada kriteria dan syarat
yang harus dipenuhi seorang jemaat ketika akan diangkat menjadi seorang penatua. Adapun
syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang penatua, telah diatur dan tertuang dalam tata dasar
dan tata laksana HKBP 2002 setelah Amandemen ketiga bab VII pasal 27, tentang pelayan
tahbisan di HKBP, atau sering disebut dengan aturan peraturan HKBP, diantaranya65:
7. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh rapat pelayan tahbisan.
Dalam struktur gereja HKBP kita mengenal pelayan jemaat yang sifatnya tidak penuh waktu,
namun dengan niat untuk melayani ditengah-tengah gereja, mereka bersedia diangkat dari
tengah-tengah jemaat itulah yang kita sebut dengan nama penatua. Mereka inilah para pelayan
tidak penuh waktu, dimana mereka dengan sukarela mempersembahkan dirinnya tanpa adanya
menerima belanja dari gereja yang bersangkutan (bnd, AP HKBP 2002 Amandemen ke 3,
64
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
65
Huria Kristen Batak Protestan, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Ketiga, (Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2019), 169
32
halaman 61). Tentu jika dilihat dari hal tersebut, ini menjadi menarik karena mereka bersedia
melayani ditengah-tengah gereja. Tidak seperi pelayan penuh waktu lainnya yang menerima
belanja dari jemaat, penatua adalah pelayan tidak penuh waktu yang bersedia melayani tanpa
menerima belanja dari jemaat. Lalu bagaimana dengan tugas pokok penatua HKBP? Tugas
pokok penatua HKBP sudah diatur secara terstruktur didalam agenda HKBP, dan inilah yang
menjadi dasar penatua untuk melakukan pelayanan ditengah-tengah gereja HKBP yang di
1. Mereka adalah pelayan jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat dan meneliti
perilakunya. Apabila mereka mengetahui seseorang tidak berperangai yang baik, dia
harus ditegor dan diberitahukan kepada guru jemaat dan kepada pendeta untuk dinasihati.
2. Mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan orang-orang
4. Mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun
yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan firman Allah dan mendoakannya.
5. Menghibur orang yang berdukacita, merawat orang yang susah dan orang yang miskin.
6. Membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup
Dari tugas pokok yang diberikan kepada para penatua, kita bisa melihat ini merupakan
suatu tanggung jawab yang harus dijalani dalam pelayanan yang ada didalam gereja. Penatua
66
Huria Kristen Batak Protestan, Agenda, (Percetakan HKBP: Pematang Siantar, 2002), 44
33
harus benar-benar mengawasi dan melihat bagaimana keadaan jemaat yang dilayani, meskipun
mereka bukanlah pelayan penuh waktu, namun mereka harus secara rutin memantau keadaan
jemaat, sehingga persoalan-persoalan yang ada ditengah-tengah jemaat bisa ditangani secara
serius. Mereka juga bersama-sama menghidupi Tri Tugas panggilan gereja yang dimana
biasanya ditingkat huria, para penatualah yang membidangi ketiga bagian panggilan gereja
tersebut. maka ketika proses pelayanan yang terjadi ditengah-tengah gereha, jemaat dan penatua
harus aktif melakukan interaksi, sehingga ketika ada sumbangsih pemikiran yang diberikan
jemaat untuk kemajuan pelayanan, bisa terealisasi dan disampaikan kepada Pendeta gereja.
pedomannya untuk mengamati tingkah laku setiap anggota supaya para penatua untuk
mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka benar-benar melaksanakan tata kehidupan
Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Dalam hal ini dapat dikatakan, para penatua
bertugas sebagai kepala puak dikampungnya. Mereka bertugas untuk membimbing orang-orang
yang mau menjadi Kristen supaya mereka benar-benar sadar, bahwa dia harus tunduk kepada
peraturan gereja selama hidupnya dan bahwa hukum kekristenan itu jauh berbeda dari hukum-
hukum agama suku. Mereka juga harus menjelaskan bahwa sekalipun seorang sudah dibaptiskan
dalam nama Allah Tritunggal dan dia percaya bahwa Tuhan Yesus adalah juruselamatnya, dia
belum dengan sendirinya terbebas dari tuntutan hukum. Malah sebaliknya, dia harus lebih patuh
terhadap hukum, karena dengan demikianlah dia menyatakan kasihnya kepada Allah.
Sehubungan dengan soal hukum itu, banyak orang datang kepada Nommensen, untuk
menanyakan bagaimanakah sebenarnya mereka harus merayakan hari Minggu itu. Diantara tugas
para penatua terdapat kewajiban untuk mengamati, agar cara kehidupan para anggota senantiasa
34
sesuai dengan peraturan baru itu. Tugas-tugas lain yang dipercayakan kepada para penatua itu
b. Mereka juga harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit dan tidak
c. Mereka harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban
Mereka juga bertugas untuk memberi pertolongan dan penghiburan kepada orang-orang
yang tidak berhasil atau menganggap dirinya gagal menjadi orang Kristen.67
67
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 114-
123