Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DAN SCRIPT SIMULASI KONSELING

“ HUBUNGAN ANTARA MERTUA DAN MENANTU “

MK. ULUMUL HADIST

Oleh
Siti Sarifah Sifa
DK20A
0601520011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN

Komplek Masjid Agung Al-Azhar,Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru,Jakarta Selatan 12110

Telp: (021) 727 92753 Fax: (021) 724 4767

E-Mail : info@uai.ac.id
Table of Contents
Bab I............................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................3
Bab II...........................................................................................................................................................3
A. Khazanah Hadist..............................................................................................................................3
B. Pendekatan dan Tekhnik Konseling.................................................................................................3
C. Script Konseling...............................................................................................................................3
Bab I

A. Latar Belakang Masalah


Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Ketika
individu memutuskan untuk menikah dan kemudian menjadi pasangan suami-istri,
pertama kali yang akan dibicarakan oleh kebanyakan pasangan adalah tempat
tinggal untuk membentuk keluarga barunya. Bagi sebagian pasangan baru, tinggal
dengan orangtua merupakan pilihan yang paling banyak dilakukan. Ada beberapa
alasan yang mendasari pasangan suami istri tinggal bersama orangtua, diantaranya
adalah suami belum mampu mengontrak atau membeli rumah sendiri, suami belum
mampu secara finansial, pihak mertua sendiri yang meminta pasangan untuk tinggal
di rumahnya karena alasan ingin ditemani dan dari pihak suami sendiri yang tidak
ingin pergi meninggalkan rumah orang tuanya. Pasangan baru yang memutuskan
untuk tinggal di rumah mempelai pria atau wanita berarti istri atau suami tinggal
bersama mertua, dengan demikian keluargatersebut menjadi keluarga besar karena
ada dua keluarga dalam satu rumah.
Setelah menikah, menantu bukan hanya melakukan penyesuaian diri dengan
pasangan tetapi juga keluarga barunya terutama dengan mertua. Bertambahnya
anggota keluarga setelah pernikahan tidak semudah yang diinginkan, tidak jarang
terjadi konflik antara menantu dengan mertua yang tinggal serumah.
seperti yang dialami oleh Nur afifah, seorang klien saya yang memiliki
permasalahan dengan mertua yang lebih dominan didalam rumah tangganya.
umurnya masih cukup muda, yakni 23 tahun dan sudah memiliki 2 orang anak.
suatu hari, klien saya mendatangkan saya dan beliau menyampaikan bahwa ia
merasa ingin bercerai dengan suaminya. sekejap saya berfikir bahwa perceraian
merupakan kasus yang serius untuk ditangani, maka dari itu saya menawarkan
kepada ibu Nur Afifah untuk menjalankan proses konseling bersama saya.
B. Rumusan Masalah
Bagi sebagian pasangan menganggap tinggal dengan mertua sebagai kondisi yang
menguntungkan. Namun disisi lain, tidak sedikit pasangan yang justru menganggap
hal itu akan menimbulkan permasalahan dalam rumah tangga. Ada beberapa bentuk
hubungan menantu dengan mertua yang yang sering terdengar dan menjadi bahan
pembicaraan menarik di media konsultasi, yaitu hubungan penuh dengan konflik.
Konflik itu sendiri banyak dialami oleh menantu perempuan dengan ibu mertua.
Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian dari Utah State Universityyang
menyatakan bahwa 60% pasangan suami istri mengalami ketegangan hubungan
dengan mertua, yang biasanya terjadi antara menantu perempuan dengan ibu
mertua. Hasil sebuah survei lain menyatakan bahwa 90% menantu perempuan
pernah terlibat konflik dengan ibu mertuanya.
Konflik antara menantu perempuan dan ibu mertua merupakan permasalahan
sehari-hari dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Tingkah laku dan sikap
menantu perempuan biasanya menimbulkan teguran-teguran dan kritikan dari ibu
mertua. Tanggapan ibu mertua yang penuh dengan kritikan-kritikan dan tidak
diimbangi dengan pengertian dan penjelasan akan menimbulkan ketidaknyamanan
bagi menantu perempuan. Apabila menantu perempuan tidak dapat menerima
kritikan tersebut dengan bijak, bisa saja menantu perempuan menjadi tersinggung
dan marah, maka hal tersebut dapat menimbulkan konflik antara menantu dengan
mertua. Tinggal bersama dengan mertua akan berakibat buruk bagi Kesehatan
wanita.
Idealnya di dalam satu rumah hanya ada satu keluarga dengan satu kepala keluarga
yaitu suami dan satu kepala rumah tangga yaitu istri. Kehidupan rumah tangga akan
lebih sempurna, ketika pasangan suami istri memiliki rumah sendiri dengan bebas
tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Jika hal tersebut terwujud maka kebutuhan
psikologis masing-masing pihak akan terwujud. Ada empat kebutuhan psikologis
yang harus terpenuhi untuk mencapai kesejahteraan yaitu cinta dan dimiliki (love
and belonging), kekuasaan (power), kebebasan (freedom),kesenangan (fun).
Para ilmuan mengatakan bahwa wanita memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar
terkena penyakit serius seperti jantung ketika tinggal satu atap dengan sang mertua.
Hal ini karena sang istri merasa stres. Ketika wanita tinggal Bersama mertuanya,
akan merasa tertekan karena harus berperan sebagai anak, ibu, sekaligus istri tiap
harinya. Rasa stres yang diderita oleh wanita dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi dan diabetes. Menantu yang sudah tinggal di rumah mertua dan dapat
mengikuti pola gaya hidup atau aturan lingkungan di tempat tinggal, serta menantu
yang tinggal di rumah mertua lebih dari 14 tahun memiliki kesehatan mental yang
baik. Hasil yang ditemukan antara tahun 1990 hingga 2004, bahwa dari 671 orang
didiagnosis mengidap penyakit arteri koroner, 3,72% meninggal karena penyakit
jantung, dan 68,7 % meninggal karena penyebab lain.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan subjective
well-being pada menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua.Manfaat
Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran subjective well-being pada menantu perempuan yang tinggal dengan ibu
mertua.
Bab II

A. Khazanah Hadist
Meski hanya sedikit hadis tentang mertua dan menantu yang benar-benar
menjelaskan keduanya, namun secara umum Islam begitu mengutamakan orang
yang telah melahirkan pasangan bagi seseorang.
Dilihat dari hukum di Indonesia, Hukum Online mengatakan bahwa definisi
mertua tidak spesifik diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Definisi mertua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang tua
istri (suami). Jadi, hubungan yang terjalin antara mertua dengan menantu adalah
hubungan yang terjadi karena perkawinan.
Hadis tentang mertua dan menantu yang paling menonjol adalah saat Rasulullah
SAW bersabda: “Yang paling berhak atas seorang perempuan adalah suaminya.
Yang paling berhak atas seorang lelaki adalah ibunya." (HR Tirmidzi)
Dalam hadis tersebut, tersirat bahwa yang harus dilakukan menantu pada
mertuanya adalah sebagaimana pasangan memperlakukan kedua orang tuanya.
Artinya secara umum, mertua dapat menjadi orang tua baru bagi para menantunya.
Nanti dari sana muncul hak dan kewajiban yang akan mendorong keharmonisan di
antara keduanya.
Terdapat kisah menarik yang berkaitan dengan sikap menantu kepada mertua,
yaitu ketika bibi dari Al Hushain bin Mihshan datang kepada Rasulullah SAW.
Beliau kemudian bersabda: “Apakah engkau sudah bersuami?”
Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap
suamimu?” tanya Rasulullah SAW lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah
mengurangi haknya, kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.”
Beliau kemudian bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu
dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR Ahmad)
Dari hadis tentang mertua dan menantu ini, secara tidak langsung kaum muslimin
diperintahkan untuk selalu berbuat baik terhadap mertua, yang menjadi suatu
bentuk bakti kepada suami.
Sebab, menjalin suatu hubungan baik kepada mertua dapat menjadi salah satu
upaya untuk menyenangkan hati suami.
Terkait dengan ketaatan seorang istri pada suami, terdapat hadis dari Abu Hurairah
RA yang bisa juga menjadi hadis tentang mertua dan menantu, yakni:
‫ َو َما ِل َه‬ ‫ َن ْفسِ َها‬ ‫فِي‬ ‫ ُت َخالِفُ ُه‬  ‫ َواَل‬ ‫َأ َم َر‬ ‫ِإ َذا‬ ‫ َو ُتطِ ي ُع ُه‬ ‫ َن َظ َر‬ ‫ِإ َذا‬ ُ‫ َتسُرُّ ه‬ ‫الَّتِي‬ ‫ َقا َل‬ ‫ َخ ْي ٌر‬ ‫ال ِّن َسا ِء‬  ُّ‫َأي‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
َ  ِ ‫هَّللا‬ ‫ُول‬
ِ ‫ل َِرس‬ ‫قِي َل‬
ْ
ُ‫ َيك َره‬ ‫ ِب َما‬ ‫ا‬

Artinya: “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, Siapakah wanita yang


paling baik?’ Beliau menjawab “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat
suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri
dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR An-Nasai dan Ahmad)
B. Pendekatan dan Tekhnik Konseling
Dalam proses konseling ini, saya menggunakan pendekatan psikoanalisis yang
tujuannya untuk membentuk kembali kepribadian klien dengan cara
mengembalikan hal yang tidak disadarinya agar menjadi sadar kembali karena
menurut teori psikoanalisis ini struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri
dari alam ketidaksadaran atau pikiran bawah sadar Selain itu Alasan saya
menggunakan teknik pendekatan ini agar Klien saya bisa dengan mudah
menumpahkan segala perasaan dan pengalamannya kepada saya karena hal itulah
yang akan menjadi bahan analisis bagi saya .
Proses konseling ini berjalan kurang lebih 50 menit dan beberapa prosesnya akan
saya jelaskan secara rinci sebagai berikut.
C. Script Konseling

Konselor : Halo selamat siang ibu Afifah. silahkan duduk. apa kabar bu afifah? perkenalkan saya
Rifa yang insyaallah akan membantu ibu dalam proses konseling kali ini ya bu.
Klien : iya ibu Rifa, perkenalkan saya Nur Afifah . sebelumnya terimakasih banyak ya ibu
karena telah meluangkan waktunya untuk saya. alhamdulillah kabar saya baik bu
meskipun perasaan saya masih bercampur aduk.
Konselor :sama-sama ibu, dengan senang hati saya akan membantu ibu dalam menyelesaikan
permasalahan ini ya bu . baiklah kalau begitu saya mulai ya proses konselingnya .
Klien : baik ibu rifa
Konselor : jadi bagaimana bu afifah? permasalahan apa yang ingin ibu ceritakan kepada saya?
Klien : jadi begini bu, say aini masih tinggal dirumah suami saya, yang mana itu juga masih
Bersama orang tuanya. Sebelum menikah kami sudah berencana dan sepakat untuk
mengontrak saya karena bagaimanapun juga saya tidak ingin aib pernikahan saya
terlihat oleh orang tua saya. Namun, ternyata mertua saya tidak mengizinkannya.
Alasannya, sayang-sayang rumahnya besar namun penghuninya Cuma mertua yaitu ibu
bapaknya saja. Jadi mertua saya meminta agar saya dan suami tetap tinggal disana.
Supaya beliau tidak kesepian juga, suami saya jelas merasa kasihan kepada kedua
orangtuanya.
Konselor : oh baik … jadi ibu afifah sebelumnya sudah sepakat ya untuk tidak tinggal dengan
orangtua, namun mertua bu afifah meminta agar bu afifah dan suami tinggal disana
Klien : iya , Ada satu alasan mengapa saya tidak ingin tinggal bersama mertua dan hal itu
sudah saya pikirkan Jauh sebelum saya menikah saya takut dan juga khawatir akan ada
konflik-konflik yang terjadi dan ternyata kekhawatiran saya benar terjadi hampir setiap
hari selalu ada hal yang menjadi masalah bagi kami apalagi ketika anak saya baru lahir
Duh mertua saya itu bawel sekali selalu menyuruh saya untuk memberikan susu
formula kepada anak saya supaya gemuk katanya padahal anak saya waktu itu masih
ASI
Konselor : okey, jadi ibu afifah sebelumnya sudah memikirkan ya bahwa akan banyak hal yang
terjadi apabila tinggal serumah dengan mertua?
Klien : iya bu betul sekali. Dan sebetulnya bukan hanya itu mertua saya sering banget cuekin
saya dan pasang muka jutek Padahal saya nggak tahu Salah saya apa dan karena hal
itulah saya jadi bingung Saya harus bagaimana ya Bu Apa langkah perceraian yang
saya ambil adalah langkah yang benar?
Konselor : Bisakah ibu jelaskan apa perasaan bingung yang Ibu maksud?
Klien : Iya saya bingung Bu Karena mertua saya suka tiba-tiba jutekin dan menyindir saya
tanpa sebab. saya kan nggak tahu ya salah saya apa, dan kalau begitu saya malah jadi
takut karena saya ngerasa semua hal yang saya lakuin itu salah di mata mertua saya.
Hal itu juga jadi merembet bu kehubungan saya dan suami. Suami saya terus membela
ibunya, padahal dia nggak tahu yang sebenarnya salah siapa.
Konselor : Apa sebelumnya hubungan Bu Afifah dan mertua baik-baik saja dari awal pernikahan?
Klien : awal pernikahan baik-baik saja Bu Rifa tapi sekitar 1 tahun menikah itu mulai ada
konflik-konflik seperti ini. Mangkanya saya juga bingung banget ko hubungan saya
sama mertua malah jadi seperti ini padahal sebelum-sebelumnya saya akur.
Konselor : oh baik saya sudah faham, jadi saya simpulkan Kembali ya bahwa anda bingung dan
takut ya karena anda merasa semua hal yang ibu lakukan akan salah dimata mertua bu
afifah? dan penyebab konflik yang saya tangkap sejauh kebnayakan karena
kesalahfahaman ya bu afifah?
Klien : iya bu rifa, betul sekali.
Konselor : Baiklah sekarang bu afifah sedang berada dalam proses konseling yang mana dalam
proses ini saya mengharapkan adanya keterbukaan dan kejujuran dalam bercerita. dan
saya akan berjanji untuk menjaga semua kerahasiaan yang bu afifah sampaikan, kecuali
jika ibu afifah mengizinkan saya untuk memberitahukannya kepada orang lain. apakah
ibu afifah sepakat dengan hal ini?
Klien : iya saya sepakat bu rifa.
Konselor : Baiklah, sekarang saya ingin bertanya. kalau saya boleh tahu apa pekerjaan bu afifah?
Klien : Saya IRT bu, cuma urus anak dan suami saja setiap hari.
Konselor : kalau dalam kesehariannya, apa saja yang ibu afifah lakukan sedari bangun tidur?
Klien : bangun tidur saya itu kadang suka belanja dulu, terus nyiapin sarapan untuk anak dan
suami saya. tapi itu juga tergantung sih, kalau saya kesiangan gitu bangun jam 07.00
atau jam 08.00, paling anak dan suami saya beli sarapan di luar. habis itu saya mandi
terus kalau bosan saya main HP saja. anak-anak saya biarkan main sama temannya.
kadang dirumah, kadang di lapangan, kadang dirumah temennya juga. terus juga saya
juga nyuci baju, nyetrika, dan beres-beres.  kalau urusannya nyapu dan ngepel, saya
lebih sering nyapuin area kamar saya saja karena saya nggak mau bersihin area lain.
Konselor : oh begitu bu... alasannya apa bu kalau saya boleh tahu?
Klien : jadi waktu itu pernah saya disindir sama mertua saya. katanya lantainya bau amis, ini
nyapu sama ngepelnya nggak bersih. Nah makanya saya nggak mau bersihin lagi
daripada saya salah kan ya bu. Tapi waktu itu suami saya juga pernah bilang ke saya.
katanya mertua saya, saya ini nggak pernah nyapu dan ngepel, terus kerjaannya cuma
main HP dan diam di kamar saja. Padahal saya pernah nyapuin dan ngepelin tapi malah
dibilang ga bersih.
Konselor : baik bu. Bu Afifah sejauh ini saya sudah bisa mengidentifikasi ada satu hal yang saya
tangkap di sini mengenai faktor utama konflik tersebut bisa terjadi, dan hal itu
berhubungan dengan komunikasi antara buah Afifah dan juga mertua . Apakah Bu
Afifah pernah membicarakan hal seperti ini kepada mertua ? atau sekedar mengobrol
dan sharing.
Klien : Duh jarang banget bu, malah sepertinya nggak pernah karena saya ini nggak suka
ngobrol sama orang yang topiknya nggak cocok sama saya jadi tegur teguran pun juga
jarang meskipun kami tinggal satu rumah mungkin itu juga karena faktor konflik yang
sebelumnya kali ya bu.
Konselor : bu afifah, seumpama ada kesempatan untuk ibu afifah dan mertua mengobrol
membahas tentang perasaan secara empat mata, apa yang akan ibu katakan?
Klien : saya malu bu, saya juga gatau harus ngomong apa
Konselor : oke gini. Anggaplah saya mertua anda. Lalu tumpahkanlah semua perasaan anda
kepada mertua. Silahkan.
Klien : mah, tolong dong ngertiin perasaanku sebagai seorang istri dari anak mamah. Aku juga
pengin diperlakukan seperti layaknya orang tua kepada anaknya. Kalau aku salah coba
tolong langsung sampaikan saja salah aku apa, jangan malah menyebarkan aibku
kepada suamiku ya mah. Aku sayang sama mamah, aku juga pengen banget akrab sama
mamah lagi kaya waktu dulu. Maafin aku juga ya mah, aku sering nyusahin mamah
dirumah dan jarang bantu-bantu mama. Aku tahu itu hal yang sangat salah. Maaf ya
mah …
Konselor : Sekarang kita telah mengetahui bagaimana perasaan ibu Afifah kepada beliau. dan
fokus permasalahan kita sekarang adalah bagaimana agar hubungan ibu Afifah dan
mertua kembali baik seperti dulu. dan dari ungkapan Bu Afifah tadi saya bisa
mengetahui bahwa Bu Afifah sadar apa yang ibu lakukan sejauh inilah yang
mengakibatkan ketidak nyamanan terhadap bu afifah sendiri. tapi kenapa bu Afifah
memilih untuk menyimpan perasaan ini sampai entah kapan? dan tidak mencoba untuk
menyampaikannya ?
Klien : saya gengsi bu hehe. saya juga pasti segan sekali kalau harus menyampaikan hal itu.
Takutnya juga mertua saya malah makin marah sama saya kalau saya ungkapin
perasaan saya .
Konselor : jadi anda beranggapan bahwa ibu mertua anda akan marah jika anda mengungkapkan
perasaan itu dan ibu afifah lebih memilih untuk memendamnya selama ini padahal ibu
tahu bahwa segala hal itu perlu didiskusikan dan juga dibicarakan dengan baik. Kalau
menurut bu Afifah bagaimana?
Klien : Iya Bu. saya tahu bahwa segala hal lebih baik dikomunikasikan dan saya juga tahu
bahwa adanya komunikasi yang baik juga akan menjadikan hubungan antara kita dan
orang lain menjadi baik juga. duh bu, saya jadi merasa menyesal karena sudah
menyakiti mertua saya. karena saya sebenarnya tahu bahwa Hal ini disebabkan oleh
komunikasi saya yang kurang baik
Konselor : bu Afifah, anda tidak perlu merasa bersalah dan menyesal sedalam itu. yang terjadi
biarlah terjadi dan Jadikanlah hal itu sebagai pembelajaran. yang terpenting adalah
bagaimana sekarang ibu mampu menyadari kesalahan dan mengatasinya.
Klien : saya sangat berterima kasih ya bu Rifa atas nasehatnya. tapi saya masih bingung bu
tindakan-tindakan apa yang harus saya lakukan
Konselor :  dalam proses konseling ini saya bertanggung jawab untuk membantu dan melatih
kemampuan ibu Afifah dalam menyelesaikan permasalahan. sekarang Bu Afifah harus
menyadari bahwa faktor-faktor terjadinya konflik ini bukan dari luar diri ibu,
melainkan dari dalam diri ibu. sehingga ibu Afifah harus menyadari hal itu dan
memunculkan rasa tanggung jawab dari diri ibu.
Klien :  Oh gitu ya bu. baiklah Bu, kalau begitu lalu apa yang harus saya lakukan setelah ini?
Konselor : saya akan memberikan beberapa pengarahan yang bisa Ibu pilih dan coba terapkan
dalam mengatasi konflik-konflik yang terjadi
a. Yang pertama cobalah untuk mengidentifikasi pemicu masalahnya, karena bisa jadi
sebelumnya mungkin ada sikap atau ucapan yang mempengaruhi suasana hati mertua
kita. bisa juga karena memang sudah bawaan mertua itu memiliki sikap yang suka
mengkritik siapa saja. jadi poin di sini kita harus tetap tenang ya bu untuk dapat
menghindari situasi yang bisa membuat tindakan negatif. kita juga harus tetap dewasa
dalam menanganinya
b. yang kedua pertahankan komunikasi. seperti yang Ibu afifah katakan tadi ya bahwa
Komunikasi itu menjadi kunci utama di setiap hubungan. dan jangan ragu juga untuk
meminta saran atau pendapat dari beliau. disisi lain kita juga perlu menjaga nada bicara
kita kepada mertua, Karena bagaimanapun juga mertua itu adalah orang tua kita yang
harus diperlakukan dengan sopan.
c. Bu Afifah juga perlu menyesuaikan diri ibu terhadap berbagai kondisi lingkungan
yang ada di hadapan ibu Afifah. anda juga perlu coba untuk menjauhi lingkungan yang
bisa membuat Ibu menjadi makin egois. coba juga untuk berani menegur lebih dulu,
membantu meringankan pekerjaannya di rumah, mengobrol atau quality time gitu
bersama keluarga. kalau mertuanya sedang kelelahan juga coba tawarkan mau dipijitin
atau enggak pasti mertua ibu Afifah akan senang sekali.
saya rasa bu afifah cukup bijak untuk memilih salah satu dari beberapa solusi yang
sudah saya arahkan. ibu afifah memiliki kebebasan untuk memilih mana yang ingin ibu
afifah terapkan kedepannya
Klien : baik bu, terimakasih banyak atas sarannya. Insya Allah saya akan coba semua untuk
mencegah dan mengatasi konflik-konflik saya dengan mertua . semoga semua arahan
ini dapat membantu saya untuk memperbaiki hubungan saya dengan semua orang .
Konselor : iya bu, saya senang sekali mendengarnya. sekarang setelah proses konselinf ini selesai
ada baiknya kita menarik kesimpulan atas apa yang sudah kita bicarakan tadi ya bu.
yang dapat saya simpulkan adalah : Pertama, ibu afifah mengalami masalah yang
sebenarnya bu afifah tahu kenapa hal itu bisa terjadi dan apa penyebabnya. Kedua, bu
afifah tahu yang sebenarnya bu afifah lakukan itu adalah bukan hal baik namun bu
afifah masih melakukannya karena bu afifah masih kebingunan atas apa yang terjadi.
Ketiga, bu afifah menyadari bahwa perilaku ini dating dari dalam diri anda sendiri yang
terungkap melalui beberapa Teknik konseling yang saya lakukan sehingga saya dapat
memberikan beberapa arahan yang sesuai dengan permasalahan yang ibu hadapi.
Klien : iya bu, saya akan coba untuk memperbaiki diri saya dan saya akan terus mencoba untuk
memperlakukan orang lain dengan baik. Saya juga akan coba menerapkan semua
arahan yang sudah bu Rifa berikan kepada saya tadi, saya harap hal itu dapat berjalan
dengan baik pada saya. Terima kasih banyak sekali lagi ya bu Rifa, saya merasa lebih
lega perasaannya sekarang setelah melakukan proses konseling ini.
Konselor : sama-sama bu, dengan senang hati. Dan saya senang sekali mendengarnya. Semoga
dengan keputusan yang sudah ibu pilih akan bermanfaat dan membantu ibu ya untuk
perubahan yang lebih baik. Saya berharap hal itu bisa dengan mudah diterapkan oleh bu
afifah. 2 minggu kedepan kita adakan proses konseling lagi ya bu untuk mengetahui
bagaimana perkembangannya. Namun saya tetap berharap semua hal itu berhasil ya bu.
Insya allah kita akan bertemu lagi ya 2 pekan depan.
Klien : baik bu, Insya Allah saya akan memberikan perkembangan yang baik. Terima kasih ibu
Rifa
Konselor : Baik bu, Terima kasih Kembali.

Anda mungkin juga menyukai