Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DI MTS DARUSSALAM LEGONKULON

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Mendapatkan Persetujuan Penyusunan Skripsi


Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Miftahul Huda Rancasari – Pamanukan – Subang

Oleh :

APRIYANI ISWATUN NISA


NPM : 1617.01.1782

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


MIFTAHUL HUDA SUBANG
TAHUN 2020 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai pencipta, penguasa,

pemelihara alam semesta yang telah menganugrahi kita semua dengan segala nikmat-Nya,

sehingga Proposal ini dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan

kepada kekasih kita Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua pada era

globalisasi ini, serta kepada keluarga, sahabat – sahabatNya dan kepada umatnya. Amiin.

Selama penyusunan Proposal ini penulis mendapat bantuan, motivasi, serta arahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis bermaksud mengajukan Proposal dengan judul

“PENGARUH METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI MTS DARUSSALAM

LEGONKULON”

Sebagai bahan pertimbangan dan untuk mendapat persetujuan dari ketua Prodi

Fakultas Tarbiyah Jurusan Agama Islam STAI Miftahul Huda Rancasari – Pamanukan –

Subang. Dalam penulisan Skripsi sebagaimana Judul tersebut di atas. Maka Penulis

lampirkan satu bundel Proposal.

Pamanukan, 13 Juni 2020

Penulis,

APRIYANI ISWATUN NISA

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DI MTS DARUSSALAM LEGONKULON

Di ajukan untuk diseminarkan oleh Ketua Jurusan Tarbiyah

Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Munasir, M.Pd.
NIDN. 2128058501

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua Jurusn Tarbiyah dan penguji seminar

proposal Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda Subang menerangkan bahwa proposal

Pengaruh Metode Pembelajaran Think Talk Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa di Mts Darussalam Legonkulon telah diseminarkan pada tanggal 10 Juni 2020 dan

dianggap layak untuk diteliti.

Oleh :

APRIYANI ISWATUN NISA


NPM : 1617.01.1782

Menyetujui,

Penguji 1 Penguji 2

Lukman Nugraha, M.Si. M.Ed Muhamad Januaripin, M.Pd.I


NIDN: 2114028301

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................i

Lembar Persetujuan .....................................................................................ii

Lembar Pengesahan .....................................................................................iii

Daftar isi .....................................................................................iv

A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1

B. Perumusan Masalah .....................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .....................................................................................6

D. Kerangka Pemikiran .....................................................................................7

D. Hipotesis .....................................................................................12

F. Metode Penelitian .....................................................................................12

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................24

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran :

1. Analisis Masalah

2. Fc .Teori Analisis Masalah

3. Lembar pengajuan judul

4. Lembar analisis judul

5. Halaman pengesahan judul

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

hampir semua aspek kehidupan, dimana berbagai permasalahan tersebut hanya dapat

dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia disatu sisi perubahan tersebut juga

telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar

mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki

dengan kualitas pendidikan yang tinggi pula.

Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan

kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Pendidikan

merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para

pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Sebagaimana tertuang dalam QS. Al-

Mujaddalah ayat 11 yang berbunyi: 

ُ‫س ِح اللَّه‬
َ ‫س ُحوا َي ْف‬ ِ ِ‫س ُحوا فِي ال َْم َجال‬
َ ْ‫س فَاف‬ َّ ‫يل لَ ُك ْم َت َف‬ ِ ‫ِإ‬
َ ‫آمنُوا ذَا ق‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَا َُّأي َها الذ‬

ِ ِ َّ ِ ِ َّ ِ ‫ِإ‬
‫ْم‬
َ ‫ين ُأوتُوا الْعل‬
َ ‫آمنُوا م ْن ُك ْم َوالذ‬ َ ‫ش ُزوا َي ْرفَ ِع اللَّهُ الذ‬
َ ‫ين‬ ُ ْ‫ش ُزوا فَان‬
ُ ْ‫يل ان‬
َ ‫لَ ُك ْم ۖ َو ذَا ق‬

ٍ ‫َدرج‬
‫ات ۚ َواللَّهُ بِ َما َت ْع َملُو َن َخبِ ٌير‬ ََ
1
Artinya: “ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan.” (Alwasim. 2013:543)

Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan

derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat

yakni yang lebih tinggi dari pada yang sekadar beriman. Tidak disebutnya kata

meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang

berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor

di luar ilmu itu. Tentu saja, yang dimaksud dengan ( ‫ْم‬ ِ


َ ‫الْعل‬ ‫)ُأوتُ وا‬ atau yang diberi

pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan

pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok

besar. Pertama, sekadar beriman dan beramal saleh. Kedua, beriman dan beramal

saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi,

bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya

pada pihak lain, baik secara lisan atau tulisan, maupun dengan keteladanan.

Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apa

pun yang bermanfaat. Dalam QS. Fathir (35): 27-28, Allah menguraikan sekian

banyak makhluk illahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan

menyatakan bahwa: yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba-hamba-Nya

hanyalah ulama. Ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan Al-Qur’an bukan

hanya ilmu agama disisi lain, itu juga menunjukkan bahwa ilmu harus menghasilkan

2
khasyyah, yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong

yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkanya untuk kepentingan

makhluk. (Shihab. 2010: 491)

Menurut teori konstruktivisme, menyatakan bahwa peserta didik harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu

tidak lagi sesuai. Selain itu menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling

dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada peserta didik, peserta didik harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses

ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan

ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi peserta

didik anak tangga yang membawa peserta didik ke pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

(Trianto. 2010: 28)

Namun di dalam dunia pendidikan sering ditemui berbagai masalah yang

berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran

pada umumnya guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional

yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi,

memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran

cenderung berpusat pada guru. Hal itu dikarenakan peserta didik tidak belajar untuk

berpikir kritis, berlatih menemukan konsep maupun mengembangkan kreativitasnya.

Jarang sekali guru mengelompokkan peserta didik dalam kelompok belajar, sehingga

3
kurang terjadi interaksi antara peserta didik dengan peserta didik atau pun peserta

didik dengan guru.

Maka dari itu perlu adanya pembenahan model atau teknik pembelajaran

untuk mengefektifkan pembelajaran. Salah satu yang dapat digunakan adalah model

pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Hal ini diharapkan peserta didik dapat terlibat

langsung dalam pembelajaran.

Model pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

menyebutkan bahwa penerapan TTW memungkinkan seluruh peserta didik

mengeluarkan ide-ide di belakang pemikirannya, membangun secara tepat untuk

berpikir dan refleksi, mengorganisasi ide-ide, serta mengetes ide tersebut sebelum

peserta didik diminta untuk menulis. Model TTW lebih efektif jika dilakukan dalam

kelompok kecil yang heterogen dengan 3-5 peserta didik, dalam kelompok ini peserta

didik diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan

membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkan melalui tulisan. (Huda. 2014:

218)

Penulis memilih model Think-Talk-Write (TTW) adalah sebagai salah satu

alternatif yang dapat digunakan untuk melatih peserta didik meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Model Think-Talk-Write (TTW) membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga keterlibatan peserta didik

dapat secara aktif terlihat.

Penerapan model Think-Talk-Write (TTW) melibatkan tiga komponen utama,

yakni: think (berpikir), talk (berbicara) dan write (menulis). Dengan menerapkan

ketiga komponen utama tersebut diharapkan peserta didik memiliki kemampuan

4
berpikir kritis yang memiliki lima indikator diantaranya adalah keterampilan

menganalisis, keterampilan melakukan sintesis, keterampilan memahami dan

memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan, keterampilan mengevaluasi dan

menilai yang nantinya peserta didik dapat terlibat penuh dalam proses pembelajaran.

Jonhson mengemukakan pendapatnya mengenai berpikir kritis yaitu sebuah

proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan

masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah (Jonhson.2009:183)

Menurut Martinis dan Bansu (2008) “Model pembelajaran kooperatif Think-

Talk-Write merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk

memahami konsep-konsep yang diajarkan dengan mengembangkan kemampuan

berpikir kritis matematis siswa”.

Hamdayana (2014:218) menyatakan “salah satu kelebihan model think talk

write adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa”.

Dengan menggunakan motode Think-Talk-Write dengan harapan siswa

mampu membangun pemikiran untuk menciptakan ide, mengungkapkan ide dan

berbagi ide dengan temannya, serta menulis hasil pemikirannya tersebut dalam proses

belajar dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.

Berdasarkan hasil observasi sementara di MTS DARUSSALAM

LEGONKULON, penulis menemukan fakta yang bertolak belakang dengan teori

yang dikemukakan. Dimana guru telah menerapkan metode Think Talk Write (TTW)

dalam pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan cara menjelaskan materi yang

akan dipelajari, memperjelaskan teknik pembelajaran dengan metode Think-Talk-

Write serta tugas-tugas dan aktivitas siswa, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

5
yang akan dicapai, memberikan motivasi agar siswa yang berperan aktif dalam

pembelajaran. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Metode

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) tersebut belum baik dalam berkemampuan

berpikir kritis yang ditandai dengan Peserta didik belum bisa menemukan masalah

yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia

ketahui dan tidak diketahui dalam masalah tersebut. Peserta didik tidak aktif dalam

berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan

tidak bisa menyelesaikan masalah secara individu.

Sehubungan dengan permasalah tersebut penulis melakukan penelitian

kuantitatif untuk mencari tahu permasalahan yang selama ini terjadi. Karena apabila

tidak dilakukan penelitian dikhawatirkan kualitas mutu pendidikan di MTS

DARUSSALAM LEGONKULON semakin menurun. Oleh karena itu penulis dalam

penelitian ini mengangkat judul tentang “Pengaruh Metode Pembelajaran Think Talk

Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di MTS Darussalam Legonkulon”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang dirumuskan adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana metode pembelajaran think talk write di MTS Darussalam

Legonkulon?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa di MTS Darussalam Legonkulon?

3. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran think talk write terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa di MTS Darussalam Legonkulon?

C. Tujuan Penelitian

6
Ditinjau dari rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode pembelajaran think talk write di MTS Darussalam

Legonkulon

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa di MTS Darussalam

Legonkulon

3. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran think talk write terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa di MTS Darussalam Legonkulon

D. Kerangka Pemikiran

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk melakukan

proses pembelajaran yang tidak lepas dari aktivitas guru dan siswa. Dalam hal ini

sekolah berperan penting dalam membelajarkan siswanya guna untuk menyampaikan

ilmu pengetahuan serta memberikan pendidikan secara teoritik maupun praktik.

Berkaitan dengan proses pembelajaran tentunya memmiliki tujuan yakni untuk

membentuk pribadi siswa yang kreatif dan cerdas baik secara intelektual maupun

emosional, oleh karena itu proses pembelajaran tersebut seharusnya dilakukan hanya

satu arah dari guru kepada murid saja tetapi akan lebih baik lagi apabila dilakukan

secara bervariatif dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang berbeda

karena dengan metode tersebut akan mengasah keterampilan siswa dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.

Selain itu metode pembelajaran juga berperan untuk menjadikan siswa aktif

belajar sehingga anggapan lama yang memandang bahwa pusatnya pembelajaran

adalah guru (teacher centred) kini berubah menjadi student centred (siswa adalah

pusat pembelajaran) artinya tidak hanya guru yang aktif dalam proses pembelajaran

tetapi siswa juga dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Adapun metode

7
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana demikian salah satunya adalah metode

pembelajaran think talk write.

Menurut Huda (2013:218) sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak

yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk

(berbicara/berdiskusi), dan write (menulis).

Tahap 1: Think

Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang

berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap ini siswa

secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat

catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak

dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Tahap 2: Talk

Siswa diberi kesempaan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap ini

siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam

kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya

dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka

sendiri yang diungkapkanya kepada orang lain.

Tahap 3: Write

Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan kegiatan tahap

pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan,

keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang

diperoleh.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan metode

pembelajaran think talk write guru harus menyiapkan terlebih dahulu tahap-tahap

yang harus dilakukan selama metode think talk write berlangsung sebagai titik tolak

8
dalam melaksanakan metode think talk write tersebut sehingga pelaksanaannya dapat

dilakukan dengan baik dan sesuai tujuan.

Dengan penerapan metode think talk write yang baik sesuai tujuan maka akan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tentang materi pembelajaran yang

disampaikan. Sehingga indikator kemampuan berpikir kritis dapat dicapai oleh siswa

dengan lebih baik.

Indikator berpikir kritis menurut Fisher (2009:7) diantaranya yaitu:

1. Mengenal masalah

2. Mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu

3. Mengumpulkan data dan menyusun informasi yang diperlukan

4. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan

5. Memahami dan menggunakan bahasa secara tepat, jelas dan khas

6. Menganalisis data

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antar masalah-masalah

9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan

10. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil

11. Memnyusun kembali pola-pola kenyakinan seseorang berdasarkan pengalaman

yang lebih luas

12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal yang kualitas-kualitas tertentu

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh Fisher (2009:7) maka dapat

di rumuskan berpikir kritis siswa adalah proses seseorang dalam memecahkan suatu

masalah, memenuhi hasrat keingin tahuan melalui cara membuktikan yang valid atau

9
sifat penalaran yang sistematis untuk sampai pada kesimpulan atau pengambilan

keputusan.

Untuk lebih jelas penulis menyajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

10
Pengaruh

Metode Pembelajaran Think Talk Write Kemampuan Berpikir Kritis


(TTW)
(Variabel Y)
(Variabel X)

Tahap 1: Think 1. Mengenal masalah


2. Mencari cara-cara yang dapat
Siswa membaca teks berupa soal (kalau dipakai untuk menangani masalah-
memungkinkan dimulai dengan soal masalah itu
yang berhubungan dengan permasalahan 3. Mengumpulkan data dan
sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap menyusun informasi yang
ini siswa secara individu memikirkan diperlukan
kemungkinan jawaban (strategi 4. Mengenal asumsi-asumsi dan
penyelesaian), membuat catatan kecil nilai-nilai yang tidak dinyatakan
tentang ide-ide yang terdapat pada 5. Memahami dan menggunakan
bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami bahasa secara tepat, jelas dan khas
dengan menggunakan bahasanya sendiri. 6. Menganalisis data
Tahap 2: Talk 7. Menilai fakta dan mengevaluasi
pernyataan-pernyataan
Siswa diberi kesempaan untuk 8. Mengenal adanya hubungan yang
membicarakan hasil penyelidikannya logis antar masalah-masalah
pada tahap ini siswa merefleksikan, 9. Menarik kesimpulan-kesimpulan
menyusun, serta menguji (negosiasi, dan kesamaan-kesamaan yang
sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi diperlukan
kelompok. Kemajuan komunikasi siswa 10. Menguji kesamaan-kesamaan dan
akan terlihat pada dialognya dalam kesimpulan-kesimpulan yang
berdiskusi, baik dalam bertukar ide seseorang ambil
dengan orang lain ataupun refleksi 11. Menyusun kembali pola-pola
mereka sendiri yang diungkapkanya kenyakinan seseorang berdasarkan
kepada orang lain. pengalaman yang lebih luas
12. Membuat penilaian yang tepat
Tahap 3: Write
tentang hal-hal yang kualitas-
Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide kualitas tertentu dalam kehidupan
yang diperolehnya dan kegiatan tahap sehari-hari.
pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri
atas lndasan konsep yang digunakan,
Fisher (2009:7)
keterkitan dengan materi sebelumnya,
strategi penyelesaian, dan solusi yang
diperoleh.

Huda (2013:218)
11
E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono. 2017:64)

Berdasarkan pemikiran diatas dapat diidentifikasikan bahwa penelitian

mengenai metode pembelajaran think talk write (Variabel X ) dan kemampuan

berpikir kritis (Variabel Y) dapat dibuatkan hipotesis sebagai alat untuk menganalisa

serta mengetahui hubungan kedua variable.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis alternative (Ha) dan

Hipotesis nol (Ho) sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran think talk

write terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran

think talk write terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Prinsip pengajuannya bertolak dari taraf 10% dengan membandingkan dengan

t hitung dengan t table dengan catatan:

1. Jika t hitung lebih besar dari t table, maka tolak Ho artinya signifikan.

2. Jika t hitung lebih kecil dari t table, maka terima Ho artinya tidak signifikan.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif,

sebagaimana pendapat Sugiyono (2017: 14) bahwa:

“Metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan


pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

12
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena perlu pembuktian antara

teoritis dengan fakta yang ada dilapangan untuk mencapai hasil penelitian yang

maksimal, dan dapat didesain sejak awal sehingga dapat dijadikan pegangan untuk

penelitian serta dapat menguji hipotesis dengan jelas dan terperinci.

Sumber data yang ditentukan yaitu menggunakan data primer dan data

sekunder. Menurut Sudijono (2017: 19) “Data primer adalah data statistik yang

diperoleh atau bersumber dari tangan pertama, data sekunder adalah data statistik

yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua.”

Untuk menunjang keberhasilan dalam penelitian ini, penulis gunakan teknik

alat sebagai berikut :

a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, maka penulis perlu menggunakan

teknik sebagai berikut :

1) Observasi

Menurut Sugiono (2017:203) bahwa ”Observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun berbagai proses biologis dan psikologis,

dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.”

Observasi ini berfungsi untuk mengetahui cara guru dalam mengajar,

mengetahui aktivitas belajar siswa serta keadaan lingkungan sekolah secara

langsung, sehingga peneliti dapat mengumpulkan data yang jelas.

2) Wawancara

Sugiono (2017:194) wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk

teknik pengumpulan data yang banyak di gunakan dalam penelitian deskriptip

kualitatif dan deskriptip kuantitatif.

13
Penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, dengan guru, dan

pihak yang dianggap berkepentingan dalam pendidikan guna memperoleh data

yang lengkap dan konkrit.

3) Dokumentasi

Sukmadinata (2012:221) mengemukakan bahwa dokumen merupakan suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektonik.

Penulis menyimpulkan data atau catatan penting dari sumber informasi pada

MTS Darussalam Legonkulon berupa: catatan guru, data siswa, absensi guru,

absensi siswa, buku leger siswa.

4) Angket

Sugiono (2017:199) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.

Penulis membuat angket yang berjumlah 20 soal pertanyaan yang diajukan

secara tertulis terhadap responden yakni baik itu bersumber dari guru ataupun

dari peserta didik (Siswa MTS Darussalam Legonkulon) dengan jawaban

pilihan ganda 5 (lima) option dan tiap option penulis memberi scr sebagai

berikut:

Untuk jawaban:

a=5 = selalu d=2 = Pernah

b=4 = sering e=1 = tidak pernah

c=3 = kadang-kadang

b. Teknik Analisis Data

14
Teknik analisis data penelitian kuantitatif berbeda dengan kualitatif. Analisis data

dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, menghitung

korelasi, regresi, uji perbedaan, analisa jalur dan sebagainya, maka analisis data

yang akan penulis gunakan sebagai berikut.

1) Analisis Parsial

Dalam analisis ini peneliti menghitung variabel X dan variabel Y dari hasil

penyebaran angket secara terpisah, dengan mencari nilai rata-rata setiap

veriabel dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sudijono (2015:43)

rumus persentase sebagai berikut;

f
P= × 100 %
N

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = Angka persentase

Selanjutnya hasil tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan pendapat Ridwan

dan Akdon (2013:18)

Keterangan : kriteria Interpretasi Skor

Angka 0% - 20% = Sangat Lemah

Angka 21% - 40% = Lemah

Angka 41% - 60% = Cukup

Angka 61% - 80% = Kuat

Angka 81% - 100% = Sangat Kuat

2) Anaisis Korelasional.

a) Uji Normalitas Data


15
Uji Normalitas data merupakan uji prasyarat analisis data yang bertujuan

apakah data yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. adapun langkah-

langkahnya sebagai berikut:

(1) Menentukan Range (R) dengan rumus dari Sudijono (2015:52) sebagai

berikut:

R=H─L+1

R = Total Range

H = Highbest Score (Niai Tertinggi)

L = Lowest Score (Niai terendah )

1= Bilangan konstan

(2) Menentukan jumlah kelas (K) berdasarkan pendapat Ridwan dan

Akdon (2013:36)

K = 1+ 3,3 Log n

(3) Menentukan panjang kelas interval (P) berdasarkan pendapat Ridwan

dan Akdon (2013:36) dengan rumus sebagai berikut:

Rentangan (R)
P=
Jumlah kelas (K)

(4) Membuat daftar distribusi frekuensi variabel X dan variabel Y

(5) Menentukan mean (X) berdasarkan pendapat Sudijono (2015:81)

sebagai berikut:

16
Mx=
∑F
N

Keterangan:

Mx = Mean yang kita cari

∑ F = jumlah dari skor (nilai) yang ada


N = Number of Cases (banyaknya skor itu sendiri)

(6) Menentukan Standar Deviasi (SD) menurut Sudijono (2015:162)

dengan rumus sebagai berikut;

SD=i
√∑ fx −(∑ f x )
2 2

SD = Devasi standar

i = Kelas interval

∑fx2 = jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval

dengan x2

∑fx = jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing interval

dengan x

N = Number fo Cases

(7) Membuat data frekuensi observasi dan ekspektasi variabel X dan

variable Y

17
(8) Menguji normalitas distribusi dengan Chi kuadrat dari ridwan dan

akdon (2015:124) sebagai berikut:

( Oi−Ei2 )
X2 = ∑
Ei

(9) Mencari drajat kebebasan (DK) dengan rumus dari Subana et al

(2015:126) sebagai berikut:

DK = Banyak kelas – 3

(10) Mencari Nilai X2 tabel bertarap signifikan (a) = 0,5 sebagai berikut:

X2 tabel = X2 X2(1-a) (dk)

(11) Menarik kesimpulan

Jika X2 hitung > dari harga kritik X2 tabel, maka tidak berdistribusi

normal Jika harga X2 hitung < dari harga kritik X2 tabel, maka

berdistribusi normal

b) Uji Linieritas data

Apabila data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji linieritas

dta dari Ridwan dan Akdon (2013:136) dengan langkah- langkah sebagai

berikut:

(1) Membuat tabel penolong untuk menghitung data statistic

(a) Menghitung rumus b

n. ∑ XY- ∑ X.Y
b=
n. ∑ x −¿ ¿
2

18
(b) Menghitung rumus a

a¿
∑ Y −b . ∑ x
n

(2) Menguji signifikasi berdasarkan pendapat dari Ridwan dan Akdon

(2013:137-138) dengan langah-langkah sebagai berikut:

(a) Mencari jumlah kuadrat regresi (Jkreg[a]) dengan rumus:

JKreg(a) = ¿ ¿

(b) Mencari jumlah kuadrat regresi (Jkreg[bǀa]) dengan rumus:

Jkreg (bǀa) =b {∑
n
XY-( ∑ X).( ∑ Y)
}
(c) Mencari jumlah kuadrat residu (Jkres) dengan rumus sebagai

berikut:

Jkres = ∑ Y2 ─ JK reg [bIa] ─ Jkreg [a]

(d) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKreg[a]) dengan

rumus:

RJKreg[a] = Jkreg[a]

(e) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKreg[bIa] dengan

rumus:
19
RJKreg[bIa] = Jkreg[a]

(f) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

JKres
RJKres =
N −2

(g) Menguji signifikasi dengan rumus;

RJK

Reg ( bla )
Fhitung =
RJKres

(h) Membuat kesimpulan

(3) Menguji linieritas berdasarkan pendapat dari Ridwan dan Akdon

(2013:138-140) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Mencari jumlah kuadrat eror (Jke) dengan rumus:

Jke = ∑ ¿ ∑ Y -( ∑ Y ¿2 }
n

(b) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKtc) dengan rumus:

JKtc = Jkres – JKE

(c) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKtc) dengan

rumus:

JKtc
RJKtc ¿
k −2
20
(d) Mencari rata-rata jumlah kuadrat eror (RJKE) dengan rumus;

JKE
RJKE=
N−K

(e) Mencari nilai Fhitung dengan rumus;

RJKtc

RJKtc
Fhitung ¿
RJK E

(f) Mencari nilai Ftabel menggunakan taraf signifikan (a) = 0,5

dengan rumus:

Ftabel = F (1-a) (dk TC, dk E)

(g) Menentukan keputusan pengujian lineritas jika Fhitung ≤ Ftabel,

maka tolak Ho artinya data berpola linier dan Fhitung ≥ Ftabel,


maka tolak Ho artinya data berpola tidak linier

(c) Uji Hipotesis Data

Apabila data tersebut berdistribusi normal dan berpola linier, maka

pengelolahan data nya dilanjutkan dengan menggunakan pendekatan persamaan

korelasi product momen dari Sudijono (2015:206) dengan rumus:

rxy =N ∑ XY -( ∑ X ¿ ¿ ¿ ¿
21
Keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N = Naamber Of Cases

Σ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

ΣX = Jumlah seluruh skor X

ΣY = Jumlah seluruh skor Y

Apabila data tidak normal dan tidak linier, maka analisa yang digunakan adalah

rank order dengan rumus;

1−6 ∑ D
2

P= 2
N (N −1)

Keterangan:

P = Angka indek Korelasi Tata Jenjang

6 dan 1 = Bilangan konstan (tidak boleh diubah-ubah)

D = Difference (R1 –R2)

N = Namber Of Cases

Setelah mengetahui koefisisen korelasi selanjutnya memberikan interpretasi

terhadap analisa terhadap analisa data tersebut:

22
(1) Interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan

dengan indeks korelasi “r” product momen sebagai berikut;

Besarnya “r” Product Momen Interpretasi

(rxy)

0,00 – 0,20 Sangat lemah

0,20 – 0,40 Lemah

0,40 – 0,70 Sedang

0,70 – 0,90 Kuat

0,90 – 1,00 Sangat Kuat

(2) Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y

dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan dari Ridwan dan Akdon

sebagai berikut:

KP = r2 X 100 %

(3) Uji Sognifikasi Korelasi dengan rumus sebagai berikut:

(a) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis dengan derajat kebebaan: n-2

(b) Membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel pada taraf signifikan 5% dan 1%

dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

r √ n-2
t=
√ 1−r 2

Kaidah pengujian

Jika t hitung ≥t tabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan


23
jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho artinya tidak signifikan (Ridwan dan Akdon,

2013:127)

F. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi penelitian

Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat

atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur pelaku, tempat, dan

kegiatan yang dapat diobservasi.

Lokasi yang penulis teliti adalah MTS Darussalam Legonkulon alasannya karena

berdasarkan hasil observasi terdapat permasalahan bahwa guru telah menyampaikan

pembelajaran dengan baik menggunakan metode Think Talk Write (TTW) akan tetapi

masih ada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Think

Talk Write (TTW) tersebut kurang memahami materi yang disampaikan. Selain itu

belum ada yang melakukan penelitian tentang pengaruh metode Think Talk Write

(TTW) terhadap berpikir kritis siswa disekolah tersebut.

2. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( Sugiono, 2017 :117)

Berdasarkan sumber yang penulis peroleh bahwa yang akan dijadikan populasi

dalam penelitian adalah Guru dan Siswa di MTS Darussalam Legonkulon yang

dimana sebanyak 14 guru dan 100 Siswa.

24
Tabel 1.1

Jumlah Guru MTS Darussalam Legonkulon

No Nama Jenis Kelamin

1. Ade Tojiri, S.Ag L

2. Umi Zakiyah, S.Ag P

3. Ny. Hidayah, BA P

4. Sahbudin Latip, S. Pd. I L

5. Nono Karsono, S. Pd L

6. Jumali, A. Md L

7 Ainun Na’imah, S. Pd. I P

8. Ahmad Zaky R, S. Pd. I L

9. Kholil, S. Pd. I L

10. Wawan Nurhasyim, SH. I L

11. Fitri Kurnia, S. Pd. I P

12. Deden Royani, S.S L

13. Heri Kurniawan, S. Pd. I L

14. Irfan Mutaqin L

25
Table 1.2

Jumlah siswa MTS Darussalam Legonkulon

Kelas L P Jumlah

VII 15 13 28

VIII 16 12 28

IX 25 19 44

Jumla 56 44 100

a. Sampel Penelitian

Sebagian dari populasi adalah sampel, seperti yang telah dikemukakan oleh

Sugiono (2017: 118) bahwa ”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Penentuan sampel pada variabel X dan Y dalam penelitian ini berdasarkan

pendapat Ridwan dan Akdon (2013: 253) bahwa: Berkaitan dengan penentuan

sampel sebagai ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10 %-15 % atau 20 %-25 % atau lebih,

dari jumlah populasi yang diteliti.

Berdasarkan ketentuan diatas, maka penarikan anggota semple untuk variabel x

(Guru) diambil seluruhnya yaitu 14 orang karena jumlahnya kurang dari 100,

sedangkan untuk variabel Y (Siswa) sempelnya 100 ditetapkan 11% karna

jumlahnya 100, yaitu 100 X 11% = 11 orang.

Kemudian dalam menentukan sampel penentuan, sampel dilakukan dengan

teknik random sampling. Menurut Ridwan akdon (2013 :241) ’’Random Sampling

26
adalah cara pengambilan semple dari anggota populasi dengan menggunakan acak

tanpa memperlihatkan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut ”. Dalam

hal ini peneliti menggunakan teknik proportional cluster random sampling dengan

teknik ini banyaknya anggota dari tiap kelas diambil secara acak sebanding dengan

ukuran tiap kelas.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan menyajikan tabel teknik pengambilan sampel

sebagai berikut :

Kelas Jumlah siswa Sampel

VII 28 3

VIII 28 3

IX 44 5

Jumlah 100 11

27
DAFTAR PUSTAKA

Alwasim.2013. Al-Qur’an tajwid Kode, Transliterasi Per Kata, Terjemah Per Kata, Bekasi:

Cipta Bagus Sagara.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Gunawan, Adi W,Genius Learning Strate, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, cet 3

Huda,Miftahul.2014.Model-model pengajaran dan pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, Cet.4

Jumanta,Hamdayama.2014.Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan

Berkarakter.Bogor: Ghalia Indonesia

Ridwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Rusman.2013.Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) Edisi

Kedua, Jakarta:Rajawali Pers

Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

--------. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana.

Yamin, M, dan Ansari.B. I. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa.

Jakarta: Gaung Persada Press.

28
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH MTS
DARUSSALAM LEGONKULON

ANALISIS MASALAH

Disusun Oleh :

APRIYANI ISWATUN NISA

NPM:1617.01.1782

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA SUBANG

TAHUN AKADEMIK

2020

29
ANALISIS MASALAH

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH MTS
DARUSSALAM LEGONKULON

1. ANALISIS MASALAH

a. Teori Pentingnya Teori Variabel X

Menurut Huinker dan Laughin menyebutkan bahwa penerapan TTW

memungkinkan seluruh peserta didik mengeluarkan ide-ide di belakang

pemikirannya, membangun secara tepat untuk berpikir dan refleksi,

mengorganisasi ide-ide, serta mengetes ide tersebut sebelum peserta didik diminta

untuk menulis. (Huda, 2013: 218)

b. Teori Pentingnya Teori Variabel Y

Jonhson mengemukakan pendapatnya mengenai berpikir kritis yaitu sebuah

proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti

memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,

dan melakukan penelitian ilmiah (Jonhson.2009:183)

c. Teori Keterkaitan Variabel X dan Variabel Y

Menurut Martinis dan Bansu (2008) “Model pembelajaran kooperatif Think-Talk-

Write merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk

memahami konsep-konsep yang diajarkan dengan mengembangkankemampuan

berpikir kritis matematis siswa”.

d. Fakta XY

30
Berdasarkan hasil observasi sementara di MTS DARUSSALAM

LEGONKULON, penulis menemukan fakta yang bertolak belakang dengan teori

yang dikemukakan. Dimana guru telah menerapkan metode Think Talk Write

(TTW) dalam pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan cara menjelaskan

materi yang akan dipelajari, memperjelaskan teknik pembelajaran dengan metode

Think-Talk-Write serta tugas-tugas dan aktivitas siswa, guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai, memberikan motivasi agar siswa yang

berperan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW) tersebut

belum baik dalam berkemampuan berpikir kritis yang ditandai dengan Peserta

didik belum bisa menemukan masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan

kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak diketahui dalam

masalah tersebut. Peserta didik tidak aktif dalam berdiskusi dengan teman dalam

kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan tidak bisa menyelesaikan

masalah secara individu

2. FOCUS PENELITIAN

a. Variabel X: Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

b. Variabel Y: Kemampuan Berpikir Kritis

3. INDICATOR VARIABEL PENELITIAN

a. Teori Indikator X:

Menurut Miftahul huda (2013:218) sebagaimana namanya, strategi ini memiliki

sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni (berpikir), talk

(berbicara/berdiskusi), dan write (menulis).

Teori Indikator Y:

31
Indikator berpikir kritis menurut Alec Fisher (2009:7) diantaranya yaitu:

1. Mengenal masalah

2. Mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-msalah itu

3. Mengumpulkan data dan menyusun informasi yang diperlukan

4. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan

5. Memahami dan menggunakan bahasa secara tepat, jelas dan khas

6. Menganalisis data

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antar masalah-masalah

9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan

10. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang

ambil

11. Menyusun kembali pola-pola kenyakinan seseorang berdasarkan pengalaman

yang lebih luas

12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal yang kualitas-kualitas tertentu

dalam kehidupan sehari-hari.

32
Pengaruh

Metode Pembelajaran Think Talk Write Kemampuan Berpikir Kritis


(TTW)
(Variabel Y)
(Variabel X)

Tahap 1: Think 13. Mengenal masalah


14. Mencari cara-cara yang dapat
Siswa membaca teks berupa soal (kalau dipakai untuk menangani masalah-
memungkinkan dimulai dengan soal masalah itu
yang berhubungan dengan permasalahan 15. Mengumpulkan data dan
sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap menyusun informasi yang
ini siswa secara individu memikirkan diperlukan
kemungkinan jawaban (strategi 16. Mengenal asumsi-asumsi dan
penyelesaian), membuat catatan kecil nilai-nilai yang tidak dinyatakan
tentang ide-ide yang terdapat pada 17. Memahami dan menggunakan
bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami bahasa secara tepat, jelas dan khas
dengan menggunakan bahasanya sendiri. 18. Menganalisis data
Tahap 2: Talk 19. Menilai fakta dan mengevaluasi
pernyataan-pernyataan
Siswa diberi kesempaan untuk 20. Mengenal adanya hubungan yang
membicarakan hasil penyelidikannya logis antar masalah-masalah
pada tahap ini siswa merefleksikan, 21. Menarik kesimpulan-kesimpulan
menyusun, serta menguji (negosiasi, dan kesamaan-kesamaan yang
sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi diperlukan
kelompok. Kemajuan komunikasi siswa 22. Menguji kesamaan-kesamaan dan
akan terlihat pada dialognya dalam kesimpulan-kesimpulan yang
berdiskusi, baik dalam bertukar ide seseorang ambil
dengan orang lain ataupun refleksi 23. Menyusun kembali pola-pola
mereka sendiri yang diungkapkanya kenyakinan seseorang berdasarkan
kepada orang lain. pengalaman yang lebih luas
24. Membuat penilaian yang tepat
Tahap 3: Write
tentang hal-hal yang kualitas-
Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide kualitas tertentu dalam kehidupan
yang diperolehnya dan kegiatan tahap sehari-hari.
pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri
atas lndasan konsep yang digunakan,
Fisher (2009:7)
keterkitan dengan materi sebelumnya,
strategi penyelesaian, dan solusi yang
diperoleh.

Huda (2013:218)

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai