2. Sebutkan dan Jelaskan perbedaan Bank Umum dan BPR Secara Spesifik?
Secara spesifik perbedaan antara Bank Umum dan BPR antara lain :
Dalam Syarat Permodalan
Ternyata, syarat permodalan BPR lebih kecil dibandingkan bank umum konvensional yang harus
memiliki modal setidaknya Rp 3 triliun dan bank Syariah senilai Rp 1 trilium. BPR lebih bervariasi
tergantung 4 zona yang terbagi dalam Peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor
20/POJK.03/2014 pasal 5.
Zona I Rp 14.000.000.000
Zona II Rp 8.000.000.000
Zona III Rp 6.000.000.000
Zona IV Rp 4.000.000.000
Referensi bukuEKSI4205/modul4/4.49
Dalam Jangkauan Wilayah
BPR sendiri memiliki jangkauan wilayah kabupaten, berbeda dengan bank umum yang tidak
terbatas. Adanya jangkauan wilayah layanan BPR sesuai dengan tujuan pendirian BPR sehingga
kantornya lebih sederhana dibandingkan kantor bank umum.
Dalam Segi Layanan
BPR tentunya memiliki keterbatasan layanan dan sederhana. Bank umum cukup kompleks bila bicara
soal layanan, seperti asuransi, valas, juga giro.
Dalam Layanan Simpanan dan Kredit
Kedua jenis bank ini sama-sama melayani simpanan dan kredit. Perbedaannya terletak pada
pelayanan kedua bank. Bank umum lebih kompleks dalam memberikan layanan seperti giro, kredit
konsumtif, kredit investasi, dan kredit modal kerja dari segmen nasabah. Sedangkan BPR
memberikan layanan berupa tabungan dan deposito berjangka. Kredit yang disediakan adalah kredit
untuk karyawan, kredit usaha kecil, dan kredit tanpa angunan. Namun, BPR tidak melayani kartu
kredit seperti halnya bank umum.
Dari Kegiatan Usaha
BPR melayani deposito berjangka, tabungan, kredit, penempatan dana SBI (Surat Berjangka
Indonesia, sertifikat deposito, pembiayaan, deposito berjangka, dan penempatan dana. Sedangkan
bank umum melayani lebih dari semua itu. Aktivitas lain dari bank umum ialah penerbitan surat atas
pengakuan utang, valuta asing, kliring, transfer, inkaso, dan lainnya.
3. Sebutkan dan Jelaskan Pokok-pokok Penilaian Kesehatan Bank?
Pokok-pokok Penilaian Kesehatan Bank POJK No. 4 Tahun 2016 antara lain :
Bank termasuk bank asing wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara individual
maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko.
Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari : profil risiko (risk profile), Good
Corporate Governance ( GCG), rentabilitas (earning) dan permodalan (capital).
Bank wajib melakukan penilaian sendiri (selft assesment) tingkat kesehatan bank dan hasil selft
assesment tingkat kesehatan bank yang telah mendapat persetujuan dari direksi wajib disampaikan
ke dewan komisaris dilanjutkan ke Bank Indonesia.
Periode penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan paling kurang setiap semester dan dilakukan
pengkinian apabila diperlukan.
Jika hasil penilaian Bank Indonesia ditemukan pelanggaran maka Bank Indonesia berwenang
menurunkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank.
4. Di dalam Undang-undang disebutkan bahwa Bank wajib melindungi rahasia Nasabah simpanan dan
simpanannya. Namun terdapat beberapa situasi pengecualian. Sebutkan dan jelaskan secara singkat
situasi apa saja tersebut?
Untuk kepentingan perpajakan.
Diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 41 Ayat 1
Untuk kepentingan penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang .
Diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 41A Ayat 1
Untuk kepentingan dalam perkara pidana/peradilan. Dalam konteks kepentingan hukum pidana,
polisi, jaksa dan hakim dapat memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau
terdakwa pada bank. Sama halnya dengan proses di atas, pihak polisi, jaksa dan hakim harus
mengajukan izin secara tertulis kepada OJK dengan menyebutkan nama dan jabatan secara jelas.
Diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 42 Ayat 1
Untuk perkara perdata antara bank dengan nasabahanya. Dalam perkara ini, direksi bank dapat
memberikan keterangan kepada Pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan
dan informasi lainnya yang relevan dengan perkara tanpa memerlukan izin dari OJK.
Diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 43
Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis dan
permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan termasuk yang telah meninggal dunia.
Diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 44A Ayat 1
Diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 44A Ayat 2
Referensi :
Lestari, Murti (2022 ) . Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank . Modul 4 & 5. Universitas Terbuka