Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NUR AN NISA SHOLEHA

NIM : 1931710094

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI/KELAS : EKONOMI SYARI’AH/5

SEMESTER :2

MATA KULIAH : FIKIH IBADAH

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. ROMANSYAH HARUL, M.SI

Pengertian Bersuci dari Najis, Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya

Thaharah adalah melaksanakan pekerjaan dimana tidak sah melaksanakan shalat kecuali
dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan diri dari najis dan hadats dengan air.
Najis terbagi menjadi 3 macam, yaitu: Najis Mukhaffafah (Ringan), Najis Mutawassitah
(Sedang), Najis Mughalazhah (Berat). Cara Mensucikan najis tersebut adalah, untuk najis
ringan dengan cara memercikkan air pada bagian yang terkena najis, meskipun tidak
mengalir, untuk najis sedang dengan cara dibasuh dengan air sampai hilang sifatnya. Dan
untuk najis berat, dengan cara mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali yang salah
satunya dicampur dengan debu atau tanah yang suci.

Bersuci dari Hadats

Hadas adalah sesuatu yang terjadi yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri
sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu,
Hadats kecil dan Hadats besar. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan
hadats, yaitu dengan mandi wajib dan berwudhu.
Shalat Fardhu dan Waktunya

Sholat Fardhu adalah sholat yang hukumnya wajib dilaksanakan. Sholat fardhu sendiri
menurut hukumnya tersendiri atas 2 golongan yaitu, Fardhu ‘ain (diwajibkan bagi setiap
individu) dan fardhu kifayah (iwajibkan atas seluruh muslim, namun akan gugur dan
menjadi sunnah bila telah dilaksankan oleh sebagian muslim yang lain). Setiap sholat
fardhu memiliki waktu pelaksanaan yang berbeda. Sholat Shubuh, waktunya kira-kira
jam 04:00 – 06:00. Sholat Dzuhur, waktunya kira-kira jam 12.00-15.00. Sholat Ashar,
waktunya kira-kira jam 15 : 00 – 18 : 00. Sholat Maghrib, waktunya kira-kira jam 18 : 00
– 19 : 00. Shalat Isya, kira-kira waktunya jam 19 : 00 – 03 : 00 dini hari.

Shalat Sunnah

Shalat Sunnah adalah shalat yang dianjurkan oleh syara’ untuk dilakukan sebagai
tambahan dan penyempurna shalat fardhu nanti pada hari Kiamat, jika memang ada
shalat yang belum sempurna. Hukum shalat sunnah bagi orang yang menjalankannya
akan mendapatkan pahala, sedangkan orang yang tidak menjalankannya tidak disiksa.
Shalat sunnah itu terbagi menjadi dua macam yaitu; muthlaq dan muqoyyad. Shalat
sunnah muthlaq ialah semua shalat sunnah yang dilakukan tanpa terikat oleh waktu,
sebab tertentu, maupun jumlah rakaat tertentu. Sehingga shalat jenis ini boleh dilakukan
kapanpun, dimanapun, dengan jumlah rakaat berapapun, selama tidak dilakukan diwaktu
atau tempat yang dilarang untk shalat. Adapun shalat muqayyad adalah shalat sunnah
yang dianjurkan, terkait dengan waktu tertentu atau keadaan tertentu. Macam-macam
sholat sunnah yaitu, shalat sunnah rawatib, Shalat Tahajud, Shalat witir, Shalat Dhuha,
Shalat Tahiyyat Masjid, Shalat Tarawih, Shalat Hajat, shalat tasbih, Shalat Taubat, dan
Shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

ZAKAT DAN DALIL ZAKAT

A) Zakat
Zakat harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Zakat adalah rukun islam
ketiga yang berbentuk ibadah maliyah ijtima’iyyah yang memiliki fungsi dan peranan
sangat strategis dalam syari’at islam. Zakat tidak hanya berfungsi untuk mendekatkan
diri (taqarrub) kepada Allah SWT, tetapi juga menjadi sarana untuh membersihkan
jiwa manusia dari sifat tercela seperti kikir, rakus dan egois serta membersihkan harta
benda dari pencampuran hak milik para mustahiq zakat. Zakat terbagi menjadi 3
macam, yaitu: Zakat Fitrah, zakat profesi/pekerjaan, dan zakat Mal/harta kekayaan.
orang-orang yang berhak menerima zakat, dikenal dengan istilah para mustahiq
(mustahiqqin) yang berjumlah 8 kelompok, yaitu: Fakir, Miskin, 'Amil,
Mu'allaf, Memerdekakan Budak, Gharim (Orang yang Memiliki Hutang), Sabilillah,
Ibnu Sabil.

B) Dalil Zakat
Ada beberapa dalil zakat, yaitu di dalam surah Al-Baqarah, ayat 43, 110, dan 277.
Dan juga terdapat dalam surah At-Taubah ayat 58 dan 103.

ZAKAT FITRAH
Zakat menurut pengertian syara’ adalah zakat yang dikeluarkan oleh seorang muslim
dari sebagian hartanya pada oang-orang yang membutuhkan untuk mensucikan
jiwanya serta menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat pada puasanya,
seperti perkataan yang kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya. Diriwiyatkan
dari Ibnu Abba, ia berkata: Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk
mensucikan diri orang puasa dari perbuatan sia-sia (al-laghw) dan perkataan kotor
(ar-rafats), sekaligus untuk memberi makan orang-orang miskin.
Syarat wajib zakat Fitrah, yaitu: Islam, adanya Kelebihan Makanan untuk kebutuhan
sendiri dan orang-orang yang berada dalam tanggungan nafkah pada malam hari raya
dan ketika hari raya, serta mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian awal bulan
syawal.
Adapun waktu pembayaran zakat fitrah ada 5 waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah,
yaitu: waktu boleh, waktu wajib, waktu utama, waktu makhruh, waktu haram.
Disunahkan untuk menunaikan zakat fitrah (fitri) di daerah tempat orang tersebut
berada ketika hari raya. Hanya saja, diperbolehkan menunaikan zakat fitri diluar
tempat orang tersebut berdomisili. Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau
makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa. Salah satu cara konvensional
adalah mendatangi masjid dan bertemu dengan pengurus yang mengatur zakat.

Anda mungkin juga menyukai