Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH QOWAID FIQHIYYAH

<Ad-Dhararu yuzalu=

Disusun oleh
Kelompok 6

Nabila Qurrotu (2002056053)


Irawati (2002056095)
Ahmad Rakan (2002056072)

Kelas Ilmu Hukum A2 2021

UIN WALISONGO SEMARANG


Jl. Walisongo No. 3-5, Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa
Tengah E-mail: humas@walisongo.ac.id Telepon: 024-7604554

0 0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tak lupa mari kita bershalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita hingga akhir kelak.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dan kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami sebagai mahasiswa
bisa menyusun makalah yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang.

Kartasura, 29 Maret 2021

Kelompok 6

2 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................... 6

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6

C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kaidah ........................................................................................................ 5

B. Dasar Hukum Kaidah .................................................................................................. 6

C. Cabang Kaidah dan Contoh Kasus .......................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................9

B. Saran ............................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................10

3 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan adanya al-masyaqah akan mendatangkan kemudahan atau keringanan


sedangkan adanya al-dharûrah akan adanya penghapusan hukum. Kesimpulannya, dengan
adanya penghapusan al-dharûrah dan keringan al-masyaqah akan mendatangkan
kemaslahatan bagi kehidupan manusia.

Namun Dharar (Kemudharatan) secara etimologi adalah berasal dari kalimat "adh
Dharar" yang berarti sesuatu yang turun tanpa ada yang dapat menahannya. Sedangkan
Dharar secara terminologi menurut para ulama ada beberapa pengertian diantaranya.
Dalam Makalah Ini kami akan Menjelaskan apa Itu Kaidah Fiqih Ad-Dhararu yuzalu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kaidah ?

2. Apa Dasar Hukum Kaidah ?

3. Apa Saja Cabang Kaidah dan Contoh Kasus ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui Pengertian Kaidah

2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Kaidah

3. Untuk mengetahui Apa Saja Cabang Kaidah dan Contoh Kasus

4 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kaidah

Arti dari kaidah <ad-Dhararu yuzalu= adalah kemudharatan/kesulitan harus


dihilangkan. Jadi, konsepsi kaidah ini memberikan pengertian bahwa manusia harus
dijauhkan dari idhrar (tindak menyakiti), baik oleh dirinya maupun orang lain, dan tidak
semestinya ia menimbulkan bahaya (menyakiti) pada orang lain.
Namun Dharar (Kemudharatan) secara etimologi adalah berasal dari kalimat "adh
Dharar" yang berarti sesuatu yang turun tanpa ada yang dapat menahannya. Sedangkan
Dharar secara terminologi menurut para ulama ada beberapa pengertian diantaranya
adalah:
a. Dharar ialah posisi seseorang pada suatu batas dimana kalau tidak mau melanggar
sesuatu yang dilarang maka bisa mati atau nyaris mati. Hal seperti ini
memperbolehkan ia melanggarkan sesuatu yang diharamkan dengan batas batas
tertentu.
b. Abu Bakar Al Jashas, mengatakan <Makna Dharar disini adalah ketakutan
seseorang pada bahaya yang mengancam nyawanya atau sebagian anggota
badannya karena ia tidak makan.=
c. Menurut Ad Dardiri, <Dharar ialah menjaga diri dari kematian atau dari
kesusahan yang teramat sangat=.
d. Menurut sebagian ulama dari Madzhab Maliki, <Dharar ialah mengkhawatirkan
diri dari kematian berdasarkan keyakinan atau hanya sekedar dugaan.=
e. Menurut Asy Suyuti, <Dharar adalah posisi seseorang pada sebuah batas dimana
kalau ia tidak mengkonsumsi sesuatu yang dilarang maka ia akan binasa atau
nyaris binasa.=
Jadi, Dharar disini menjaga jiwa dari kehancuran atau posisi yang sangat mudharat
sekali, maka dalam keadaan seperti ini kemudaratan itu membolehkan sesuatu yang
dilarang.

Berdasarkan pendapat para ulama di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Dharar
adalah kesulitan yang sangat menentukan eksistensi manusia, karena jika ia tidak
diselesaikan maka akan mengancam agama, jiwa, nasab, harta serta kehormatan manusia.
Dalam kajian ushûl al-fiqh, al-dharûrah termasuk dalam pembahasan rukhshah al-
syari‟ah. Namun demikian, terdapat perbedaan antara al-dharurah dan al-masyaqah. Al-
dharûrah merupakan kesulitan yang sangat menentukan eksistensi manusia karena jika
tidak diselesaikan maka akan mengancam agama, jiwa, akal, nasab, harta dan kehormatan
manusia. Sedangkan al-masyaqqah adalah kesulitan yang menghendaki adanya kebutuhan
(al-hajah) tentang sesuatu, bila tidak terpenuhi tidak akan membahayakan eksistensi
manusia.
Dengan adanya al-masyaqah akan mendatangkan kemudahan atau keringanan
sedangkan adanya al-dharûrah akan adanya penghapusan hukum. Kesimpulannya, dengan
adanya penghapusan al-dharûrah dan keringan al-masyaqah akan mendatangkan
kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Kedharuratan dapat dibedakan pada lima tingkatan, yaitu:
a. Darurat, yaitu keadaan seseorang yang apabila tidak segera mendapat pertolongan
maka diperkirakan bias mati. Misalnya seseorang yang sangat kelaparan,
wajahnya sudah pucat pasi, badan gemetaran dan keringat dingin berlelehan.
5 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6
0 0
Kadar darurat inilah yang bias menyebabkan diperbolehkan makan makanan yang
haram.
b. Hajat, yaitu keadaan seseorang yang sekira tidak segera ditolong, menyebabkan
kepayahannya, tetapi tidak sampai menyebkan kematian. Dalam keadaan seperti
ini orang tersebut tidak bias menghalalkan barang yang haram. Ia hanya boleh
berbuka puasa, apabila ia kebetulan sedang melakukan puasa fardhu.
c. Manfaat, yaitu kepentingan manusia untuk menciptakan kehidupan yang layak.
Maka hukum diterapkan menurut apa adanya karena sesungguhnya hukum itu
mendatangkan manfaat. Misalnya makan makanan pokok seperti beras, ikan,
sayur-mayur, laup-pauk dan sebagainya.
d. Zinah, yaitu suatu kebutuhan seperti kebutuhan orang yang terpaksa hanya makan
nasi dengan lauk sederhana, padahal ia menginginkan lauk-pauk yang mewah.
e. Fudlul, yaitu suatu kebutuhan sebagaimana kebutuhhan orang yang bias makan
dengan cukup, tetapi masih ingin berlebih-lebihan, sehingga menyebabkannya
makan makanan haram atau syubhat. Kondisi semacam ini dikenakan hukum
saddud Zariah.

B. Dasar Hukum

Firman Allah Swt:


‫ا‬RFVNF V '‫ ا‬RFGW T ‫ا‬.
T 7T /V GS F R T
VN
P 7F‫ا‬฀残‫ا‬ R.GR /V 7‫ا‬R H_ ‫ا‬T'ۗ'O?GR R7 _H'OG‫و‬RV ‫اخ‬GS ‫و‬S‫ا‬V ?V/' H‫'ا‬
R RG /T NR 7V T'‫ا‬R/? R T 7V RF'‫ىا‬T
V .‫ا‬8 V G‫'ا‬HSV /7T GV S .‫ا‬F ‫ ا‬R HR .
<Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.= (Q.S Al-A’raf/7: 56)
‫ا‬฀残‫ا‬
R H_ ‫ا‬8 V .FR .H‫ا‬
‫ا‬R ۗ V T T R/'R7RGF'‫>ا‬V
T' 7V F'‫ىا‬G‫ا‬ R T S฀残‫ ا‬RFR7/V R '‫'ٓا‬GR RG‫ا‬FT
R F'‫ا‬
R ‫ ا‬RGVN V 7/V HR ' R 'RNF V ‫`ا‬/F'‫ا‬RFGT ‫ ا‬7RRGR.FVN‫ ا‬7R T VFR.F‫ ا‬H‫ا‬R ٰ V 7'/F'‫ا‬
R R /7R ‫خ‬T F' R _ S฀残‫ ا‬RG‫ى‬. ٰ ‫>' ٓ ٰ'ا‬R‫ا‬TGR .
VNHTGV.' R
T
V
‫ا‬RFVN/T 7T VGGS F'‫` ا‬. /SNT ‫ا‬FR .
<Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.= (Q.S Al-
Qashash/28: 77)
Sabda Rasulullah Saw.:
‫ا‬GT VNRF?‫ا‬ R S฀残‫ا‬F_ R‫اش‬F_ R‫ش‬H‫ا‬฀残‫ا‬ ‫ا‬FV S GR R SG7_ 6 R 7_ 6 R ‫ا‬FV GR ‫ا‬7' 7R T RFHR ‫ا‬7‫ا‬R 7R 6
R 6‫ا‬ R RF .
<Tidak boleh memudharatkan dan di mudaratkan, barang siapa yang
memudharatkan, maka Allah akan memudharatkannya, dan barang siapa saja yang
menyusahkan, maka Allah akan menyusahkannya.= (HR.Imam Malik)

C. Cabang Kaidah dan Contoh Kasus

1) Kaidah Pertama
7‫ا‬T 7R 6
R F‫'ا‬.‫ا‬ T HS ' R‫ز‬N R 7S 7R 6
S F‫ا‬ R VF'
<Kemadharatan itu tidak bisa dihilangkan dengan kemadhratan yang lain=
Kaidah ini semakna dengan kaidah:
T V/GT .
G‫ا‬TF R ‫ا‬SH' R‫ز‬N R 7S 7R 6
S F‫ا‬ R VF'
<Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang sebanding=

6 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
Maksud kaidah itu adalah kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan cara melakukan
kemudharatan lain yang sebanding keadaannya.
Contoh Kasus :
a. Seorang debitor tidak mau membayar utangnya padahal waktu pembayaran sudah
habis. Maka dalam hal ini tidak boleh kreditor mencuri barang debitor sebagai
pelunasan terhadap hutangnya.
b. Seorang dokter tidak boleh melakukan donor darah dari satu orang ke orang lain
jika hal itu menyebabkan si pendonor menderita sakit lebih parah dari yang
menerima donor.
c. Iqbal dan Subekti adalah dua orang yang sedang kelaparan, keduanya sangat
membutuhkan makanan untuk meneruskan nafasnya. Iqbal, saking tidak tahannya
menahan lapar nekat mengambil getuk Manis kepunyaan Subekti yang kebetulan
dibeli sebelumnya di Kantin. Tindakan Iqbal walaupun dalam keadaan yang
sangat menghawatirkan baginya tidak bisa dibenarkan karena Subekti juga
mengalami nasib yang sama dengannya, yaitu kelaparan.
Kebolehan berbuat atau meninggalkan sesuatu karena Dharar adalah untuk memenuhi
penolakan terhadap bahaya, bukan selain ini. Dalam kaitan ini Dr. Wahbah az-Zuhaili
membagi kepentingan manusia akan sesuatu dengan 5 klasifikasi, yaitu:
a. Dharar, yaitu kepentingan manusia yang diperbolehkan menggunakan sesuatu
yang dilarang, karena kepentingan itu menempati puncak kepentingan manusia,
bila tidak dilaksanakan maka mendatangkan kerusakan. Kondisi semacam ini
memperbolehkan segala yang diharamkan atau dilarang, seperti memakai pakaian
sutra bagi laki-laki yang telanjang , dan sebagainya.
b. Hajat, yaitu kepentingan manusia akan sesuatu yang bila tidak dipenuhi
mendatangkan kesulitan atau mendekati kerusakan. Kondisi semacam ini tidak
menghalalkan yang haram. Misalnya seorang laki-laki yang tidak mampu
berpuasa maka diperbolehkan berbuka dengan makanan halal, bukan makanan
haram.
c. Manfaat, yaitu kepentingan manusia untuk menciptakan kehidupan yang layak.
Maka hukum diterapkan menurut apa adanya karena sesungguhnya hukum itu
mendatangkan manfaat. Misalnya makan makanan pokok seperti beras, ikan,
sayur-mayur, lauk-pauk, dan sebagainya.
d. Zienah, yaitu kepentingan manusia yang terkait dengan nilai-nilai estetika.
e. Fudhul, yaitu kepentingan manusia hanya sekedar utuk berlebih-lebihan, yang
memungkinkan mendatangkan kemaksiatan atau keharaman. Kondisi semacam
ini‫ا‬dikenakan hukum saddu adz dzariah, yakni menutup segala kemungkinan
yang mendatangkan mafsadah.

2) Kaidah Kedua
.T‫' ا‬7R ‫و‬V S‫ظ‬/V GR VF'‫ا‬/S N. T S .‫ا‬. S H'7_7S R 6
V F'
<Kondisi darurat memperbolehkan sesuatu yang semula dilarang=
Dasar nash dari kaidah di atas adalah firman Allah:
T S V 6''GR FT_ '‫ا‬GV GVS NRF?
GTۗ‫ا‬VNRF'‫ا‬T G7V S .7‫ط‬V R F
R ‫ا‬RG7_ /R ‫'ا‬G_ ‫ا‬GV SGF‫ا‬ R 7_ RG‫ا‬/VRFHR
<Dan sesunguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.= (QS. al-An’am:119)
G‫ا‬TVNRF?‫ا‬GR R V/NG‫ا‬Q
T'‫ا‬Rٓ R /'?
R ‫ ا‬FR H‫'@ا‬.‫ا‬
_ Q R 7VR NR>‫ا‬7‫ط‬V _ S 6'‫ا‬FT GR RG
<Maka barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedangkan ia tidak
menginginkannya, serta tidak melampaui batas maka tiada dosa baginya=. (QS.Al-
Baqarah:173)

7 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
Melihat ayat di atas, tidak semua keterpaksaan itu memperbolehkan yang haram,
namun keterpaksaan itu dibatasi dengan keterpaksaan yang benar-benar tidak ada jalan
lain kecuali hanya melakukan itu, dalam kondisi ini maka yang haram dapat
diperbolehkan memakainya.
Contoh Kasus :
a. Seseorang di hutan tiada menemukan makanan sama sekali kecuali babi hutan
dan bila ia tidak memakannya akan mati, maka babi hutan itu dapat dimakan
sebatas keperluannya.
b. Kebolehan mengucap kata kufur karna dipaksa.
Batasan kemadharatan adalah suatu hal yang mengancam eksistensi manusia, yang
terkait dengan panca tujuan yaitu: memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara
akal, memelihara keturunan dan memelihara kehormatan atau harta benda.

3) Kaidah Ketiga
'RG7_T /RF.‫ا‬ S H7_/T S 76
T 7_S /RFN‫ا‬ R V FF‫ا‬‫ا‬T/S S ''GR
T .
<Apa yang diperbolehkan karena adanya kemudlaratan diukur menurut kadar
kemudlaratan.=
Contoh Kasus :
a. Kebolehan memakan bangkai bagi seseorang hanya sekadar dalam ukuran untuk
mempertahankan hidup, tidak boleh melebihi.
b. Sulitnya shalat jumat untuk dilakukan pada satu tempat, maka shalat jumat boleh
dilaksanakan pada dua tempat. Ketika dua tempat sudah dianggap cukup maka
tidak diperbolehkan dilakukan pada tiga tempat.

4) Kaidah Keempat
‫ا‬/TT F'7R GR VF'‫ا‬T.VF‫ج‬R ‫ىا‬RF?‫ا‬G/
R P _ RFGS ‫ا‬T/7T 'RGGR ‫ا‬VF'
‫ء‬S 7V R/
<Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.=
Contoh Kasus :
a. Berkumur dan mengisap air kedalam hidung ketika berwudhu merupakan sesuatu
yang disunatkan, namun dimakruhkan bagi orang yang berpuasa karena untuk
menjaga masuknya air yang dapat membatalkan puasanya.
b. Seseorang diprintahkan shalat dalam keadaan berdiri, namun ia tidak mampu
melaksanakannya, maka shalat itu dapat dikerjakan dengan duduk atau berbaring.
c. Meminum khomr itu disamping ada madharatnya merusak akal dan
menghambur-hamburkan uang sedang manfaatnya untuk menguatkan badan,
walaupun demikian maka yang dimenangkan adalah menolak kerusakannya.

5) Kaidah Kelima
'‫ا‬GR GT WGT ‫خ‬R R ‫(اأ‬ 7'.‫'ا‬
T 'RGT. R ‫'ا‬GR GS GS R‫?ظ‬V R ‫اأ‬NT
T V 7‫ا‬OR 6 S HT 'R .R/7T VGGS VF'‫ا‬
R ? V H7‫ا‬ R R R .‫ا'ا‬T'R0
8R 7'?
<Jika ada dua kemadaratan yang bertentangan, maka diambil kemadaratan yang
paling besar.=
Maksudnya, apabila ada dua mafsadah bertentangan, maka perhatikan mana yang
lebih besar madharatnya dengan memilih yang lebih ringan madharatnya.
Contoh Kasus :
a. Diperbolehkan mengadakan pembedahan perut wanita yang mati jika
dimungkinkan bayi yang dikandungnya dapat diselamatkan.
b. Diperbolehkan shalat dengan bugil jika tidak ada alat penutup sama sekali.

8 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dharar ialah posisi seseorang pada suatu batas dimana kalau tidak mau melanggar
sesuatu yang dilarang maka bisa mati atau nyaris mati. Hal seperti ini memperbolehkan ia
melanggarkan sesuatu yang diharamkan dengan batas batas tertentu. Jadi, Dharar disini
menjaga jiwa dari kehancuran atau posisi yang sangat mudharat sekali, maka dalam
keadaan seperti ini kemudaratan itu membolehkan sesuatu yang dilarang.

Sedangkan Untuk Dasar HukumNya terkadung dalam Firman Allah pada


Quran Surah Al - A’Raf ayat 56 dan Quran Surah Qashas ayat 77. Sedangkan Kaidahnya
dibagi Menjadi 5 Kaidah DiantaraNya :

<Kemadharatan itu tidak bisa dihilangkan dengan kemadhratan yang lain=

<Kondisi darurat memperbolehkan sesuatu yang semula dilarang=

<Apa yang diperbolehkan karena adanya kemudlaratan diukur menurut kadar


kemudlaratan.=

<Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.=

<Jika ada dua kemadaratan yang bertentangan, maka diambil kemadaratan yang
paling besar.=

B. Saran

Dengan adanya penugasan makalah ini diharapkan para penyusun


mendapatkan banyak informasi lebih lanjut dari berbagai sumber selain berasal dari
rekomendasi buku-buku ilmu fiqih yang ada, juga bisa mendapatkan informasi yang
tepat dari media internet.

9 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0
DAFTAR PUSTAKA

https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/perbedaan-ushul-fiqh-dengan-kaidah-
fiqh/#:~:text=Kaidah%20fiqh%20merupakan%20aturan%20yang,dalil%20syar'i
%20yang%20ada.

http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/edutech/article/view/2273

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tahkim/article/view/5617

10 | ad-Dhararu yuzalu Kelompok 6


0 0

Anda mungkin juga menyukai