DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................8
PENDAHULUAN...................................................................................................8
2.1. Latar Belakang..........................................................................................8
2.2. Maksud dan Tujuan...................................................................................8
2.3. Pengertian..................................................................................................9
2.4. Ruang Lingkup........................................................................................10
2.5. Batasan Operasional................................................................................10
2.6. Landasan Hukum.....................................................................................11
BAB II....................................................................................................................13
STANDAR KETENAGAAN................................................................................13
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia..........................................................13
2.2. Distribusi Ketenagaan.............................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
STANDAR FASILITAS........................................................................................14
3.1. Standar Ruangan dan denah....................................................................14
3.2. Standar Fasilitas......................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................16
TATA LAKSANA.................................................................................................16
4.1. Pembentukan Tim tanggap darurat..........................................................16
4.2. Prosedur downtime recovery...................................................................18
4.3. Pembentukan Disaster Recovery Center (DRC).....................................20
4.4. Mobilisasi tim tanggap Darurat...............................................................21
4.5. Penyiapan kondisi backup unit perengkat keras dan jaringan.................25
4.6. Penyiapan databse backup menuju restore…………….……………….26
4.7. Prosedur Pelaksanaan Manual pencatatan dan perekaman data …..…. 26
4.8. prosedur Pengembalian ke Sistem Normalisasi ...............................…. 26
BAB V....................................................................................................................28
LOGISTIK.............................................................................................................28
BAB VI..................................................................................................................29
KESELAMATAN PASIEN...................................................................................29
BAB VII.................................................................................................................31
KESELAMATAN KERJA....................................................................................31
BAB VIII................................................................................................................32
vi
PENGENDALIAN MUTU....................................................................................32
BAB IX..................................................................................................................35
PENUTUP..............................................................................................................35
vii
Lampiran
Peraturan Direktur No. 25.2/PERDIR/RSPM/VI/2022
Tentang
PANDUAN SISTEM PENGAMANAN DATA SAAT TERJADINYA DOWNTIME
PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS) DI RSU.
PRIMA MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
8
dampak terburuk tersebut, situasi yang kurang kritikal dapat diantisipasi dengan
hanya menggunakan sebagian dari metode perencanaan saja dan dengan sedikit
modifikasi prosedur bilamana diperlukan.
Setelah itu, perencanaan penanggulangan bencana harus dilakukan simulasi
dalam bentuk uji coba untuk melihat apakah sudah terbukti dan teruji dengan baik
dan sudah sesuai dengan yang diharapkan seluruh pihak. Proses ini juga sekaligus
memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada pihak-pihak terkait didalam
penerapan program penanggulangan bencana.
Sebagai salah satu institusi yang memberikan pelayanan publik RSU. Prima
Medika merasa perlu mempunyai sistem pengamanan data saat terjadinya
downtime pada SIMRS, sehingga dapat menjamin ketersediaan data atau
informasi dapat tetap selalu memiliki data yang tercatat dan terekam dalam
SIMRS secara terkini serta dapat di akses dengan segera. Oleh karena itu, sebagai
upaya penyamaan persepsi dalam menciptakan dan menjamin pengamanan saat
terjadinya downtime, maka disusun “PEDOMAN SISTEM PENGAMANAN
DATA SAAT TERJADINYA DOWNTIME PADA SIMRS DI RSU.PRIMA
MEDIKA
9
2.3. Pengertian
Downtime adalah istilah dalam industri komputer untuk menunjukan
waktu di mana komputer atau sistem TI tidak tersedia, offline atau tidak
beroperasi. Downtime memiliki banyak penyebab, termasuk penghentian
untuk melakukan maintenance (dikenal sebagai downtime terjadwal),
kesalahan manusia, malfungsi software atau hardware, dan bencana
lingkungan seperti pemadaman listrik, kebakaran, banjir, atau perubahan
suhu yang besar. Downtime dapat menjadi salah satu metrik yang digunakan
untuk ketersediaan sistem. Ketersediaan sering diukur dengan standar
operasional 100% atau standar yang tidak pernah gagal atau sering disebut
dengan uptime yaitu periode waktu ketika sistem komputer beroperasi
penuh dan tersedia bagi pengguna dan sistem lain. Administrator sistem dan
personel TI bertugas untuk memastikan ketersediaan sistem komputer yang
sangat penting serta meminimalkan kejadian downtime.
Data adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda-
tanda yang secara relatif belum bermakna bagi Rumah Sakit. Informasi
adalah data yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang
mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan. Pengelolaan data
dan informasi di Rumah Sakit adalah proses penatalaksanaan mulai dari
identifikasi data, pengumpulan data, penyimpanan data, analisa data
menjadi informasi, pelaporan serta distribusi informasi.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem
Informasi Kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat
10
tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi,
perangkat, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola
secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan.
11
dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu
dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu sistem
teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan
seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan
koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat,dan merupakan bagian dari Sistem
Informasi Kesehatan.
6. Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi
data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan kesehatan.
7. Website
Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang terangkum
dalam sebuah domain atau subdomain, yang tepatnya berada di dalam
World Wide Web (WWW) di dalam internet.
8. Jaringan
Jaringan adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang
didesain untuk dapat berbagi sumber daya (printer, CPU), berkomunikasi,
dan dapat mengakses informasi.
12
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Rumah Sakit Bab I Pasal 1 ayat 5 berisi tentang Sistem Elektronik adalah
serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan
Informasi Elektronik.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Rumah Sakit Bab I Pasal 1 ayat 6 berisi tentang Penyelenggaraan Sistem
Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara
negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit Bab XI Pasal 52 ayat 1 berisi tentang Setiap Rumah Sakit
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1171 Tahun
2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit Bab I Pasal 1 ayat 1 berisi
tentang Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneia Nomor 82 Tahun 2013
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Bab I Pasal 2 berisi
tentang Pengaturan SIMRS bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas,
profesionalisme, kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneia Nomor 092 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem Informasi
Kesehatan Terintegrasi.
13
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Shift II :
Senin – Kamis : jam 14.00 - 22.00
Jumat : jam 14.00 - 21.00
Sabtu : jam 14.00 - 21.00
14
BAB III
STANDAR FASILITAS
2. Ruang Server
Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan
seluruh data milik rumah sakit. Ruangan ini sebaiknya berdekatan dengan
ruang SIMRS agar lebih mudah dimonitoring dan dijangkau bila terjadi
masalah. Selain itu, di dalam ruangan server perangkat elektronik yang
ada harus tetap menyala 24 jam. Karena itu untuk mencegah kerusakan
perangkat akibat suhu yang panas, ruangan harus tertutup dan dingin.
15
Komponen output adalah media utuk menghasilkan data yang telah
diolah dari sistem berupa laporan, seperti printer, dan scanner.
2. Komponen Teknologi
Teknologi merupakan aplikasi yang digunakan dalam Sistem Informasi.
Teknologi digunakan untuk menerima input, menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu
pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
3. Komponen Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan
dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat
keras computer dan menggunakan perangkat lunak untuk
memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk
keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data
perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang di
hasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna
untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau
dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS
(Database Management System).
4. Komponen Kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam,
api, temperature, air, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan sistem
itu sendiri, ketidak-efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa
pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa
hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur
terjadi kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
16
BAB IV
TATA LAKSANA
17
Penyebab potensial yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenis yang
ada dalam kategori pada uraian sebelumnya harus ditentukan dampak yang dapat
terjadi apakah berdampak kecil, sedang, besar terhadap keseluruhan sistem
operasional yang ada. Berikut adalah analisa terhadap penyebab potensial bencana
sehingga mengakibatkan matinya sistem (down time) di RSU.Prima Medika dapat
terjadi disertai dengan probabilitas dan tingkatan dampak seperti tersebut :
18
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana disertai antisipasinya pada
RSU.Prima Medika, diperlukan suatu rancangan solusi dengan kemungkinan
skenario dampak terburuk yang dapat terjadi dalam cakupan luas sehingga efektif
untuk melakukan skenario antisipasi bencana yang berdampak kepada pelayanan,
pencatatan dan perekaman data. Dengan demikian situasi yang kurang kritikal
atau dibawah kondisi terburuk sekalipun sudah dapat dilakukan antisipasi
menggunakan seluruh atau sebagian rancangan desain tersebut dengan
memungkinkan adanya modifikasi prosedur bilamana diperlukan. Berikut adalah
rancangan solusi terhadap penanggulangan bencana :
1. Pembentukan Tim tanggap darurat;
2. Prosedur Down Time Recovery;
3. Pembentukan Disaster Recovery Center (DRC);
a. Mobilisasi tim tanggap darurat,
b. Penyiapan kondisi backup unit perangkat keras dan jaringan,
c. Penyiapan database backup menuju restore,
d. Prosedur pelaksanaan manual pencatatan dan perekaman data,
e. Prosedur pengembalian ke sistem normalisasi.
19
kegiatan pengelolaan data seperti penomoran, pencatatan dan perekaman
data dalam kondisi darurat pada saat proses penanggulangan dan
pemulihan bencana.
Anggota tim tanggap darurat yang dibentuk tersebut terdiri dari
personil PT. Buana Varia Komputama dan dibantu oleh personil Instalasi
Informasi Tekhnologi (IT) RSU.Prima Medika sebagai penghubung yang
memfasilitasi di dalam internal organisasi di rumah sakit.
Struktur tim tanggap darurat yang terbentuk akan disosialisasikan
kepada setiap unit/instalasi di RSU.Prima Medika sehingga pada saat
kondisi bencana siapapun dapat mengetahui, kepada siapa dan kemana
harus menghubungi pertama kali. Berikut merupakan struktur tim tanggap
darurat downtime SIMRS RSU.Prima Medika
Site Coordinator
Pimpinan Team Tanggap darurat
Anak Agung Ngurah Manik Artawan
HP : 08123644109
20
2. DOWN TIME RECOVERY
Merupakan suatu upaya pemulihan sistem SIMRS RSU.Prima
Medika yang sedang operasional dengan cepat dan dengan waktu
sebelum 1 X 24 jam sejak diketahui terjadinya permasalahan sehingga
layanan sistem tidak terganggu. Pemulihan tersebut dilakukan oleh team
First level support dari IT RSU.Prima Medika. First level support
tersebut identik dengan tim tanggap darurat seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Metode pendekatan penanggulangan dan pemulihan
bencana dalam bentuk Down time recovery dibagi menjadi :
- High Availability
- Disaster Recovery.
21
2.1.2. REDUNDANT SWITCH MODUL & SPANNING TREE
PROTOCOL
Melakukan redundant terhadap perangkat pusat jaringan utama
(backbone switch), sehingga bila terjadi kegagalan hardware
dapat langsung dialihkan kepada unit perangkat cadangan yang
sudah tersedia secara pasif. Selain itu tekhnologi spanning tree
protocol memungkinkan melakukan pembuatan topologi secara
local loop tanpa terjadinya tumbukan data sehingga bila terjadi
gangguan pada satu segmen distribusi dapat langsung beralih
(automatic fail over) melalui segmen distribusi lainnnya yang
terhubung langsung.
2.1.3. DATABASE REPLICATION
Melakukan replikasi database secara real time sehingga bila
terjadi kerusakan (corrupt) database dapat secara langsung dan
segera dialihkan dengan menggunakan database hasil replikasi
yang identik dengan database yang pertama.
2.1.4. HARDWARE BACKUP UNIT
Menyediakan backup unit terhadap seluruh perangkat keras
terpasang di RSU. Prima Medika peruntukan SIMRS sehingga
bila terjadi kegagalan hardware dapat segera dipulihkan dan
tidak mengganggu operasional sistem yang ada.
2.1.5. UNINTERUPTABLE POWER SUPPLY (UPS)
Menyediakan UPS pada seluruh server, unit cpu serta pada
setiap segmentasi distribusi jaringan (distribution switch)
sehingga bila terjadi kegagalan daya listrik dan tidak serta merta
beralih kepada genset yang sudah disediakan oleh RSU.Prima
Medika, operasional sistem peruntukan MIRSA tetap dapat
operasional selama beberapa saat dan potensi kehilangan data
dapat dicegah.
22
2.2. DISASTER RECOVERY.
Disaster recovery merupakan suatu upaya down time recovery
dalam bentuk ketetapan tindakan terhadap langkah-langkah yang harus
diambil pertama kali saat menentukan apakah suatu masalah dan potensi
kehilangan data dapat dikategorikan sebagai suatu bencana seperti yang
sudah dijelaskan pada analisa dampak terhadap penanggulangan bencana
dengan dampak besar, seperti bencana alam,kebakaran pada ruang server.
Siapa yang berhak menyatakan kondisi bencana serta kepada siapa saja
pertama sekali informasi kondisi darurat diberikan.
Selain itu, pemberlakuan tingkat kegawatan terhadap pernyataan
kondisi bencana juga perlu diatur dengan tujuan dapat dilakukan
pengambilan keputusan mulai dari tingkat terendah hingga tingkat
tertinggi disesuaikan dengan dampak dari bencana itu sendiri dan untuk
dapat menggerakkan secara cepat dan tepat waktu tim tanggap darurat
yang sudah dibentuk. Berikut adalah prosedur disaster recovery yang
diterapkan oleh RSU.Prima Medika :
23
Sedangkan untuk dapat menggerakkan secara cepat dan tepat waktu tim
tanggap darurat yang sudah dibentuk selain waktu tanggap (respond time)
yang harus dilaksanakan, adalah sebagai berikut :
24
dilakukan walaupun masih dalam kondisi manual sehingga potensi
kehilangan data dapat diminimalisir sedini mungkin.
Persiapan tersebut dilakukan dengan kondisi skenario dan dampak
terburuk yang harus menjadi dasar terhadap metode perencanaan dan
dengan eskalasi level tertinggi secara terstruktur dan sistematis adalah
sebagai berikut :
1. Mobilisasi tim tanggap darurat.
2. Penyiapan backup unit untuk perangkat keras dan jaringan.
3. Persiapan data backup periode terakhir untuk dilakukan restore.
4. Persiapan prosedur pencatatan data manual terhadap layanan pasien.
5. Persiapan entry data kedalam sistem sementara dan backup data.
6. Normalisasi sistem dan pelaksanaan restore data.
25
penanggulangan bencana dan pemulihan sistem hingga kondisi normal
kembali. Lokasi pusat penanggulangan dan pemulihan bencana
ditentukan oleh RSU.Prima Medika (Disaster Recovery Center-DRC).
Dapat melalui Kepala unit IT dan SIMRS RSU. Prima Medika maupun
pimpinan tim tanggap darurat itu sendiri sehingga dapat langsung bekerja
sesuai kebutuhan yang diperlukan.
26
3.3. DATA BACKUP SEBELUM BENCANA DAN RESTORE.
Data terkini sebelum terjadinya bencana dipersiapkan untuk mulai
dilakukan pengembalian data (restore) ke dalam sistem sesuai tersebut
pada penyiapan backup unit pada perangkat keras dan jaringan. Data
terkini sebelum bencana dapat diperoleh dari beberapa kondisi :
a. Data backup hasil pada tape tape cattridge dengan penyimpanan
diluar area lokasi bencana.
b. Data backup atau dummy pada harddisk sebagai antisipasi bila tape
tape cattridge mengalami keruasakan, 60 kilometer diluar area
bencana.
c. Data replikasi secara real time dari primary database server ke
secondary database server pada ruang server pada area bencana.
d. Database Replication online melalui Virtual Private Networking
(VPN) yang berjarak melebihi 60 kilometer dari pusat area
bencana.
Bila proses penyiapan data terkini sudah dilakukan oleh tim
tanggap darurat bagian server & database maka proses selanjutnya adalah
proses pelaksanaan pengembalian data ke dalam sistem sementara
(restore). Dibutuhkan beberapa waktu dalam proses restore tersebut
namun tidak akan melebihi 1 X 24 jam.
27
b. Registrasi pasien menggunakan formulir identitas pasien yang
sudah dipersiapkan pada setiap unit/instalasi sebelum situasi dan
kondisi bencana.
c. Layanan dan tindakan terhadap pasien selama dalam masa situasi
dan kondisi bencana menggunakan formulir kartu kendali yang
telah dipersiapkan dan disimpan pada setiap unit/instalasi sebelum
situasi dan kondisi bencana terjadi. Bentuk formulir identitas
pasien adalah sesuai yang tertera pada LAMPIRAN 008.
FORMULIR KARTU KENDALI PASIEN.
d. Bila bencana yang terjadi adalah merupakan dampak terburuk,
maka semua cara bayar akan dicatat sebagai pasien dijamin dan
dilaporkan kepada pemerintah daerah atau kementrian kesehatan
untuk dapat diajukan klaim pembayarannya. Sedangkan bila
bencana yang terjadi hanya minimum dan bersifat lokal serta
bukan karena alam dimana penanganan pasien tetap dapat
dilakukan secara normal, maka pada setiap lokasi pembayaran tetap
menggunakan prosedur seperti biasanya namun pencatatan
mengggunakan formulir rincian biaya dan formulir kwitansi ditulis
secara manual dan dimasukkan ke dalam sistem setelahnya.
28
3.5. PEMASUKAN DAN BACKUP DATA KE SISTEM
SEMENTARA
Pencatatan secara manual menggunakan formulir dan kwitansi
yang ditulis sesuai tersebut pada persiapan pencatatan data manual
terhadap layanan dan tindakan pasien perlu dipusatkan dalam satu wadah
pada lokasi pusat penanggulangan bencana (DRC) sehingga dapat
dengan mudah dilakukan pemasukan data ke dalam sistem sementara
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Tim Tanggap Darurat bagian
manual sistem dan bisnis proses bertugas mengumpulkan, memilah dan
memasukkan data-data tersebut ke dalam sistem sementara.
Tim Tanggap Darurat bagian server & database akan selalu
melakukan backup data terhadap hasil pemasukan data tersebut dengan
kurun waktu periodik secara rutin sampai sistem kembali normal
sehingga pencatatan dan perekaman data menjadi tetap terkini.
29
4. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat
diabaikan sehingga potensi kehilangan data karena kegagalan sistem yang
dapat terjadi karena berbagai sebab seperti yang diuraikan di atas dapat
selalu diminimalisir.
Beberapa jenis pemeliharaan yang berkaitan erat dengan down
time recovery untuk high availability adalah pemeliharaan terhadap
database, server, infrastruktur jaringan utama (backbone) yang secara
keseluruhan terpusat pada satu ruang server (data center) serta update
antivirus. Sedangkan jenis maintenance untuk perangkat keras seperti unit
cpu, printer jaringan terdistribusi (distribution switch) juga diperlukan
namun diuraikan secara terpisah dari dokumen business continuity plan
dan disaster recovery ini dan dapat dilihat secara terpisah sebagai bentuk
manifestasi pelatihan dan implementasi di operasional secara langsung.
Pada gambar diatas file-file yang akan dibackup berasal dari server01
dimana pada jam-jam tertentu file-file tersebut akan digandakankan ke
server03 dan akan dibackup secara harian setiap jam 8 malam secara
otomatis.
30
Mekanisme yang digunakan pada tape tape cattridge, adalah :
Nama Tape cattridge/Hari Mingguan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Keterangan :
Nama Hari
Nama Tape cattridge
Tape Tape cattridge yang digunakan pada backup harian minggu pertama, misal
backup hari senin, akan digunakan kembali (ditambah) pada hari senin minggu
kedua dan hari senin minggu selanjutnya. Begitu juga untuk hari selasa, dan
seterusnya. Tape Tape cattridge yang digunakan pada backup mingguan, misal
backup minggu pertama, akan digunakan kembali (ditambah) pada minggu kedua
dan minggu seterusnya.
Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nop Des
cattridge/Bulan
Tape
Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nop Des
Keterangan :
31
Nama bulan Nama Tape cattridge
Mekanisme backup harian, tape cartridge harian akan dioverwrite pada hari yang
sama pada minggu berikutnya, misal cartridge hari senin minggu pertama akan
dioverwrite pada hari senin minggu kedua, dst. Sedang untuk cartridge backup
mingguan akan dioverwrite pada minggu yang sama pada bulan berikutnya, misal
cartridge minggu pertama bulan maret akan dioverwrite pada minggu pertama
bulan april, dan seterusnya. Jika terjadi backup pada minggu ke-5 maka minggu
ke-5 ini akan direplace pada bulan yang terdapat 5 minggu berikutnya, dibawah
ini adalah skema dari nama tape tape cattridge :
Keterangan :
Ruang server atau dengan istilah kata lain Data Center, merupakan
pusat ruang pengolahan data dan pusat jaringan dimana pengelolaannya
sangat penting dan membutuhkan pemeliharaan yang cukup intensif
serta keamanan ruangan terhadap personil yang tidak berhak sangat
dibatasi. Ruang server ini menuntut kinerja yang dalam 24 jam terus
menerus dapat beroperasional dimana penerapan high availability
sangat dibutuhkan.
32
Metode pemeliharaan yang dilakukan adalah menggunakan daftar
periksa sehingga peralatan terpasang dapat secara rutin terpantau dan
terpelihara dengan baik dan dapat bekerja optimal sehingga operasional
sistem tetap terjaga.
Beberapa hal yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah kondisi
server, jaringan utama (backbone switch), Uninteruptable Power Supply
(UPS), kondisi dan daya listrik, suhu dan temperatur ruangan,
pendingin ruangan (A.C), sistem pengkabelan terstruktur. Bentuk
pemeliharaan menggunakan daftar periksa pemeliharaan ruang server
yang secara rutin setiap hari oleh petugas IT RSU.prima Medika.
33
CONTOH : FORMULIR DOWNTIME ALAT DAN SISTEM
INFORMASI
34
BAB V
LOGISTIK
35
Komponen penunjang adalah komponen pelengkap yang membantu teknis
tugas-tugas SIM RS seperti alat tulis menulis, kertas, dan jenis alat tulis
kantor yang standar.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011). Tujuan
keselamatan pasien, yaitu membangun kesadaran terhadap keselamatan pasien
serta terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelayanan di Rumah Sakit.
Pengelolaan data dan informasi sangat membantu dalam pencapaian
keselamatan pasien. Mengingat RSU. PRIMA MEDIKA sudah menggunakan
SIMRS secara keseluruhan. Data insiden keselamatan pasien yang dilaporkan di
RSU. PRIMA MEDIKA terdiri dari beberapa jenis insiden yaitu :
1. Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah suatu insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
Kejadian nyaris cedera meliputi:
a. Semua kejadian salah obat, yang belum sampai terpapar ke pasien.
b. Semua kesalahan medis (medical error) yang belum sampai
terpapar ke pasien.
2. Kejadian Tidak Cidera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena
"keberuntungan" (misal; pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi
alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
36
3. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission), bukan
karena underlying diseases/kondisi pasien. Kejadian tidak diharapkan
(KTD) mencakup:
a. Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk
rumah sakit.
b. Semua kejadian serius akibat reaksi obat, jika sesuai dan
sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah sakit.
c. Semua kesalahan pengobatan yang signifikan jika sesuai dan
sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah sakit.
d. Semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis
pascaoperasi; sebagai contoh, diagnosis praoperasi adalah obstruksi
saluran pencernaan dan diagnosis pascaoperasi adalah ruptur
aneurisme aorta abdominalis (AAA).
e. Kejadian tak diharapkan atau pola kejadian tak diharapkan selama
sedasi prosedural tanpa memandang cara pemberian.
f. Kejadian tak diharapkan atau pola kejadian tak diharapkan selama
anestesi tanpa memandang cara pemberian.
g. Kejadian-kejadian lain; sebagai contoh, infeksi yang berkaitan
dengan perawatan kesehatan atau wabah penyakit menular.
37
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas
medis lainnya perlu diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja di sana perlu dilaksanakan, misalnya
perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan
limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga ‘concern’ keselamatan dan hak-hak pasien
yang masuk kedalam program patient safety.
Pengelolaan data dan informasi sangat membantu dalam pencapaian
keselamatan kerja. Mengingat RSU. PRIMA MEDIKA sudah menggunakan
SIMRS secara keseluruhan. Keselamatan kerja pada unit berfokus kepada
peralatan-peralatan utama dan penunjang yang digunakan oleh staf RSU. PRIMA
MEDIKA selama melaksanakan tugasnya. Selain dari perangkat teknis, budaya
kerja staf juga turut memengaruhi keselamatan staf tidak hanya dari sisi fisik tapi
juga dari sisi psikologis.
38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
39
lainnya tidak berguna akan tetapi masalah mempersiapkannya.
Sifat ini sulit mengukurnya.
e. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih
pendek, daripada siklus dapat diperolehnya informasi : masukan,
pengolahan dan pelaporan keluaran kepada para pemakai. Biasanya
agar informasi itu tepat waktu, lamanya siklus ini harus dikurangi.
Dalam beberapa hal ketepatan waktu dapat diukur.
f. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-
istilah yang tidak jelas. Membetulkan laporan dapat memakan
biaya yang besar.
g. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran
informasi tidak hanya dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi
juga dengan lebih dari seorang pengambilan keputusan. Sifat ini
sulit mengukurnya, akan tetapi dalam banyak hal dapat diberikan
nilai yang dapat diukur.
h. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi
untuk menguji keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan
yang sama.
i. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk
mengubah informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah
dipertimbangkan sebelumnya.
j. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem
informasi formal. meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-
dugaan, klenik, dan sebagainya sering dianggap sebagai informasi,
hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan kita.
40
Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan
diizinkan untuk memilih keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan
keputusan yang “rata-rata” akan menjadi optimal, dan untuk
menghindarkan kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu
kerugian. Informasi ini tidak sempurna karena lebih banyak memberikan
perkiraan daripada memberikan angka yang pasti.
2. Mutu Informasi
Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau
kesalahan. Menurut Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh :
a. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
b. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
c. Hilang atau tidak terolahnya data.
d. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah.
e. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen
sejarah yang salah).
f. Kesalahan dalam prosedur pengolahan(misalnya kesalahan
program komputer).
g. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja.
Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan
informasi melalui prosedur untuk menemukan dan mengukur
penyimpangan dan menyesuaikannya. Kesulitan karena kesalahan dapat
diatasi dengan :
a. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan
b. Pemeriksaan intern dan extern
c. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,
d. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar
para pemakai dapat menilai kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi.
41
BAB IX
PENUTUP
42