Anda di halaman 1dari 5

LIBURAN SEKOLAH

Tokoh:
Dalang ( M. Naruto Eka. P. P)
Putri memiliki karakter manja dan sombong, tetapi tidak mempunyai banyak teman (Jihan
Akhilla Rahma)
Kiki yang selalu mengambil peran sebagai pemimpin tanpa diminta. (Keyla Resya Dwi
Kania)
Raya adalah orang paling malas diantara semuanya. (Linda Kartika Sabrina)
Akbar si Hobi Bertanya tentang apapun. (Marfel Tri Andika)
Mursid yang selalu mendukung apa yang dilakukan Akbar (M. Gibran Parisya. N)
Zainudin adalah kakek baik hati. (M. Aliffiandhika)

Babak 1
Ada 5 orang sahabat, mereka telah bersahabat sejak lama. Dari 5 orang sahabat itu, masing-
masing mempunyai karakter masing-masing. Ketika liburan sekolah telah tiba, kelima
bersahabat itu, Putri, Kiki, Raya, Mursid, dan Akbar memutuskan untuk pergi berlibur
bersama ke sebuah desa. Mereka pergi ke sana atas rekomendasi Akbar yang selalu penasaran
akan hal baru.
Akbar: Teman-teman, kita kan udah masuk libur sekolah. Bagaimana kalau kita liburan
bersama?
Raya: Hmm..boleh. Tapi kita liburan kemana?
Putri: Bagaimana kalau ke pantai? Atau ke gunung?
Kiki: Jangan yang terlalu jauh, kita masih SMP
Akbar: Aku tau, bagaimana kalau kita pergi ke sebuah desa yang ada di pelosok?
Mursid: Desa, desa apa itu? Mengapa kita harus pergi kesana?
Raya: Akbar, jangan yang aneh-aneh yaa..
Akbar: Tenang aja, nggak aneh-aneh kok. Katanya didekat desa itu ada sebuah hutan yang
jarang ada orang yang masuk kesana. Konon katanya, hutan itu terkenal angker.
Putri: Akbar, sudah dibilang jangan aneh-aneh. Mau apa kita kesana?
Mursid: Ya, Jalan-jalan. Ya, kan Bar?
Raya: Hah, jalan-jalan kok ke hutan angker. Buat apa
Akbar: Ya, kan aku penasaran sama desa itu.
Putri: Kamu tau darimana desa itu?
Akbar: Ayahku yang memberi tau. Ayah punya kenalan di sana, bagaimana kalau kita kesana
kita menginap di tempat teman ayah
Raya: (Berjalan menjauhi teman-temannya) Terserahlah. Pokoknya aku nggak mau ikut
Akbar: (Berusaha membujuk Raya) Ayolah, masa kita liburan nggak kemana-mana
Raya: Tapi ya jangan ke hutan juga
Mursid: Lah kata si Kiki jangan jauh-jauh karena kita masih SMP. Kan tempat yang kubilang
nggak terlalu jauh.
Putri: (Memikirkan kembali perkataan Mursid) Tapi...
Akbar: Ayolah, ikut semua. Pasti seru
Raya: Huh, ya sudah. Terserah mu sajalah.
Akbar: Oke. Raya udah setuju. Yang lain setuju juga kan?
Putri, Kiki: Oke, kita ikut

Babak 2
Pada hari yang telah ditentukan, mereka pun pergi ke tempat itu dengan diantar oleh supir
keluarga Akbar. Mereka ingin menginap di tempat itu selama beberapa hari. Mereka disana
menginap di rumah kakek Zainudin, teman ayahnya Akbar sekaligus warga lokal yang juga
dijuluki sebagai tetua kampung.
Sampai di rumah Kakek Zainudin…
Kakek Zainudin: Selamat datang anak-anak di rumah kakek.
Raya: Halo kakek
Kakek Zainudin: Sekarang kalian istirahat dulu saja, besok baru jalan-jalan nya
Akbar: Oke.
Lalu mereka pun pergi ke kamar yang sudah di sediakan Kakek Zainudin.
Raya: (Mengeluh sambil menghadap ke arah Kiki dan Putri) Masih gak ngerti kenapa
sebenarnya kita semua di sini buat ikutin kemauannya Akbar.
Kiki: Lah, Raya. Dari awal kan kalau gak mau ikut, ya udah. Kenapa ngeluh?
Putri: Ya soalnya Akbar ngomong terus, jadi berisik. Udah gitu kesannya kalau kita gak ikut
bakal nyesel banget…
Akbar: (Mengintip ke arah kamar yang ditempati ketiga temannya) Guys, dijamin ini akan
jadi pengalaman terbaik di hidup kalian. Kapan lagi ngabisin waktu liburan pakai suasana
horor?
Raya; Dih, kalau bukan karena temen dari TK, males banget!
Mursid: Udah lah ikut aja

Pada malam harinya


Tiba-tiba kakek Zainudin keluar rumah dan menghampiri mereka.
Zainudin: Eh, anak-anak sudah malam kok masih di luar? Masuk, yuk. Kakek sudah buatkan
goreng singkong dan teh hangat. Di luar dingin.
Singkat cerita, mereka akhirnya masuk untuk menyantap singkong goreng dan teh hangat.
Lalu mereka pergi ke kamar masing-masing untuk istirahat.

Babak 3
Keesokan harinya ketika Kakek Zainudin akan pergi ke ladang, Dadu mengintip dari jendela
dan memastikan Kakek Zainudin sudah pergi. Setelah itu, dia bergegas menemui keempat
orang temannya.
Akbar: Guys, kakek udah pergi. Yuk, berangkat sekarang.
Mursid: Ayo, aku udah penasaran ada apa di hutan itu.
Singkat cerita mereka akhirnya pergi ke hutan yang katanya sangat angker. Selangkah dua
langkah sampai memasuki sepertiga hutan seperti tidak terjadi apa-apa. Semuanya normal
dan baik-baik saja. Sampai pada satu waktu, cuaca terang berubah menjadi gelap.
Kiki: Kayaknya mendung dan akan hujan deh… gimana, nih? Pulang aja, yuk. Tadi jalan
kesini nanjak banget. Takutnya pas pulang licin…
Mursid: Yah, sayang, Ki kalau gak dapat apa-apa. Belum hujan kok…
Mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya hujan turun deras.
Putri: Tuh, kan bener apa kata Kiki. Akbar ngeyel banget sih!
Raya: Tahu gini mending rebahan di rumah Kakek Zainudin.
Mursid: Udah, guys. Kita neduh aja dulu sampai hujan reda terus pulang ke rumah Kakek
Zainudin.

Mereka berteduh selama satu jam di bawah pohon besar. Setelah hujan reda, mereka kembali
berjalan.
Mursid: Ayo, lanjut guys.
Putri: Hm, kayanya kita pulang aja deh. Cuaca gak mendukung. Ini bisa jadi hujan lagi deh
kayaknya.
Akbar: Ya ampun, Put. Belum ada setengah jalan. Sayang banget!
Raya: Eh, kalau kamu mau nyasar mending sendirian aja, kalau mau susah-susah jalan di
jalanan menanjak dan licin, sendiri aja. Jangan bawa-bawa kita!
Akbar: ( Sambil menarik Mursid) Oh, ya udah! Kita jalan sendiri! Ayo Mursid!

Akbar mendengus kesal sambil terus berjalan. Namun, baru beberapa langkah Akbar dan
Mursid berjalan, tiba-tiba terdengar suara aneh dari semak-semak. Ia menghentikan
langkahnya, tiga orang temannya juga membeku di tempat sambil menyaksikan punggung
Akbar dan Mursid.
Terdengar suara dari sembarang arah. Tiba-tiba ada yang berucap kepada mereka “Hey
kalian, kembali ke tempat asal kalian. Jangan jelajahi hutan ini lebih jauh. Ini bukan tempat
kalian. Kembali sekarang atau kalian tidak akan selamat.”
Suara itu terdengar jelas dan membuat bulu kuduk mereka merinding. Akbar dan Mursid
yang tadinya berjalan ke depan, seketika membalikkan tubuhnya dan membeku menatap tiga
orang temannya di belakang.
Kaki Akbar seolah kaku, tidak bisa bergerak, Mursid juga mulai ketakutan. Sementara angin
terus berembus membuat suasana semakin tegang. Melihat Akbar berdiri kaku, Raya, Kiki,
dan Putri bergegas menghampiri Akbar dan Mursid dan segera menepuk Akbar untuk
menyadarkannya.
Putri: Apa itu tadi?
Kiki: Huuh, sudah dibilang jangan ke tempat ini
Raya: Tapi aku penasaran apa yang terjadi tadi
Kiki: Udahlah, ayo kita coba lagi, masih penasaran aku. Kalian juga kan (Kiki menunjuk
kepada Raya, Putri, Mursid dan Akbar)
Akibat perkataan Kiki, mereka pun juga dibuat penasaran dan pergi lagi ke tempat itu.
Namun baru beberapa langkah, mereka kembali berhenti.
Raya: Kok tambah serem ya
Putri: Seperti hujan tidak akan berhenti. Kita kembali saja bagaimana, suasananya juga
tambah seram
Mursid: Iya, kembali saja yuk. Akbar juga sudah lemas dan ketakutan

Babak 4
Singkatnya, mereka kembali lagi ke rumah kakek Zainudin.
Di rumah, kakek Zainudin sedang menunggu mereka. Ia khawatir karena tadi ia pergi ke
danau yang ingin didatangi anak-anak itu, namun tidak ada. Ia menunggu seolah tahu mereka
dari mana. Hari ternyata sudah menjelang Magrib, padahal mereka merasa baru dua jam di
dalam hutan. Sesampainya dirumah kakek Zainudin, mereka menceritakan hal yang mereka
alami tadi di hutan.
Zainudin: Bersihkan diri kalian, lalu istirahatlah. Besok kembali lagi ke rumah masing-
masing. Lupakan kejadian ini. Ingat, jangan pernah sembarangan di tempat orang lain.
Singkatnya mereka menuruti perkataan Kakek Zainudin dan kembali ke rumah masing-
masing setelah keesokan harinya. Kelima anak tersebut meminta maaf kepada Kakek
Zainudin karena sudah lancang.

Dari drama tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan. Bila kita memasuki wilayah orang
lain harus meminta ijin terlebih dahulu. Karena itu merupakan suatu etika.

Anda mungkin juga menyukai