Anda di halaman 1dari 8

AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116

dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

IMPLEMENTASI PROGRAM LAYANAN BAGI PESERTA DIDIK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SECARA DARING

Nor Mazidah
SMP Negeri 266 Jakarta, DKI Jakarta
mazeedatahir@gmail.com

ABSTRAK
Peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif memiliki
kemampuan yang heterogen, karena peserta didik di sekolah ini di samping
berasal dari anak-anak reguler juga terdapat anak-anak berkebutuhan khusus.
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa semua guru di sekolah inklusif dituntut
untuk mengerti, memahami dan dapat memberikan program layanan kebutuhan
khusus tersebut. Agar guru mampu memberikan layanan sesuai kebutuhan,
maka seorang guru setidaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan identifikasi, asesmen, membuat planning matrik, dan penyusunan
perangkat pembelajaran akomodatif. Diharapkan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dapat dirancang dengan baik, disesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan setiap individu peserta didik serta didukung oleh kompetensi
pendidik, media, sumber dan strategi pembelajaran yang memadai, sesuai
dengan standar pelayanan. Sebagai bagian dari guru yang mengajar di sekolah
inklusif, penulis mencoba mengaplikasikan program layanan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK) dengan melakukan beberapa tahapan
sebagaimana yang dipaparkan di atas. Penerapan program layanan bagi PDBK
dalam pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas IX-F SMP
Negeri 266 Jakarta secara siginifikan mampu menjawab kebutuhan individu
peserta didik. Melalui layanan tersebut, PDBK dididik bersama-sama anak
lainnya (reguler) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan
demikian PDBK bisa mendapatkan kesempatan dan peluang yang sama dengan
anak reguler untuk memperoleh layanan pendidikan di sekolah.
Kata Kunci: program layanan, peserta didik berkebutuhan khusus

ABSTRACT
Students in inclusive education schools have heterogeneous abilities, because
students in this school, apart from coming from regular children, also have children with
special needs. This condition implies that all teachers in inclusive schools are required to
understand, understand and be able to provide these special needs service programs. In
order for teachers to be able to provide services according to their needs, a teacher must at
least have the knowledge and skills in identifying, assessing, making planning matrices,
and compiling accommodative learning tools. It is expected that the implementation of
learning activities can be well designed, adapted to the abilities and needs of each
individual student and supported by the competence of educators, media, resources and
114
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

adequate learning strategies, in accordance with service standards. As part of a teacher


who teaches in inclusive schools, the author tries to apply the service program for PDBK
by carrying out several stages as described above. The application of service programs for
students with special needs in online learning of Islamic Religious Education (PAI) in
class IX-F of SMP Negeri 266 Jakarta is significantly able to answer the individual needs
of students. Through these services, children with special needs are educated together
with other children (regulars) to optimize their potential. Thus children with special
needs can get the same opportunities and opportunities as regular children to obtain
educational services at school.
Keywords: service program, students with special needs

PENDAHULUAN
Setiap individu tanpa terkecuali anak berkebutuhan khusus, merupakan
karunia Allah Swt. yang luar biasa dan patut disyukuri. Masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Karena kekurangan itulah maka mereka harus
mendapatkan layanan yang baik agar hak mereka untuk mengembangkan
potensi dirinya dapat dilakukan secara optimal. Sebagaimana anak-anak normal
lainnya, anak berkebutuhan khusus juga mempunyai hak untuk mendapatkan
pembelajaran dan pengajaran secara baik. Dengan demikian maka akan
membantu bagi anak berkebutuhan khusus dalam membentuk karakter,
kepribadian, keterampilan dan kemandirian yang setara layaknya anak pada
umumnya. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Bicara tentang pendidikan di sekolah, maka tidak bisa lepas dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) karena sangat penting untuk
memperkuat pondasi keimanan dan ketakwaan peserta didik yang telah
ditanamkan di lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan
tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Muatan materi PAI memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Karena di
dalamnya harus memuat berbagai komponen antara lain adalah akidah, akhlak,
fikih, Al Quran, hadis, dan sejarah Islam. Karena itulah guru PAI dituntut untuk
memiliki kompetensi yang memadai sehingga semua komponen tersebut dapat
dicerna dan dipahami oleh peserta didik sesuai kemampuannya baik oleh
115
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

peserta didik regular maupun peserta didik berkebutuhan khusus. Dalam


materi-materi tertentu yang berkaitan dengan keterampilan membaca Al Quran,
maka kemampuan guru PAI dalam menguasai program layanan bagi peserta
didik berkebutuhan khusus sangatlah penting, agar kemampuan akademik
peserta didik dapat berkembang secara optimal, lebih-lebih dalam situasi
pandemi seperti saat ini, di mana kegiatan pembelajaran dilakukan secara
daring.
Secara garis besar, Best Practice ini dirumuskan dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana implementasi program layanan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dalam pembelajaran daring PAI di kelas 9F SMP Negeri
266 Jakarta serta manfaat dari penerapan program layanan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dalam pembelajaran daring PAI di kelas 9F SMP Negeri
266 Jakarta.
Peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif memiliki
kemampuan yang heterogen, karena peserta didik di sekolah ini di samping
berasal dari anak-anak reguler juga terdapat anak-anak berkebutuhan khusus.
Peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) memiliki keragaman kelainan baik
fisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis. Menurut Dr.
Budiyanto, M.Pd., dalam bukunya “Merancang Identifikasi, Asesmen, Planning
Matriks, dan Layanan Kekhususan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Inklusif” dikatakan bahwa sebagian besar sekolah inklusif belum
memiliki sumber daya manusia yang memahami bentuk layanan bagi PDBK,
sehingga sering kali mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan anak
berkebutuhan khusus. Kalaupun di sebagian sekolah sudah ada, namun
perbandingan dengan rasio kebutuhan masih sangat jauh.
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa semua guru di sekolah inklusif dituntut
untuk mengerti, memahami dan dapat memberikan program layanan kebutuhan
khusus tersebut. Agar guru mampu memberikan layanan sesuai kebutuhan,
maka seorang guru setidaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan identifikasi, asesmen, membuat planning matrik, dan penyusunan
perangkat pembelajaran akomodatif. Diharapkan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dapat dirancang dengan baik, disesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan setiap individu peserta didik serta didukung oleh kompetensi
pendidik, media, sumber dan strategi pembelajaran yang memadai, sesuai
dengan standar pelayanan.
Sebagai bagian dari guru yang mengajar di sekolah inklusif, penulis
mencoba menerapkan program layanan bagi PDBK dengan melakukan beberapa
tahapan sebagaimana yang dipaparkan di atas. Penerapan program layanan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus dalam pembelajaran daring Pendidikan

116
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

Agama Islam (PAI) di kelas IX-F SMP Negeri 266 Jakarta secara siginifikan
mampu menjawab kebutuhan individu peserta didik. Melalui layanan tersebut,
anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (reguler) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian anak
berkebutuhan khusus bisa mendapatkan kesempatan dan peluang yang sama
dengan anak reguler untuk memperoleh pelayanan pendidikan di sekolah.

METODE PENELITIAN
Penelitian best practice ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini melihat secara alamiah bagaimana
berbagai proses dan realita yang terjadi di lapangan. Peneliti sebagai human
instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation
(observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka
peneliti harus berinteraksi dengan sumber data.
Teknik pengumplan data dengan wawancara, observasi, studi dokumen,
dan diskusi kelompok terarah. Wawancara adalah proses untuk memperoleh
penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab, secara
langsung maupun melalui media, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.
Observasi merupakan kegiatan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menyajikan gambaran riil suatu peristiwa untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif
yang berbentuk dokumentasi. Sedangkan diskusi kelompok terarah
dimaksudkan untuk mengungkap makna sebuah maslah dari suatu diskusi
terpusat, untuk menghindari pemaknaan yang salah hanya dari seorang peneliti.
Peneliti menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi

PEMBAHASAN
Untuk menerapkan program layanan bagi PDBK dalam pembelajaran
daring PAI, ada beberapa tahapan yang penulis lakukan. Pada tahap awal
penulis menyiapkan instrumen untuk melakukan identifikasi bagi seluruh
peserta didik di kelas 9F sebagai objek pelaksanaan program. Adapun format
instrumen yang penulis pakai adalah format yang disusun oleh tim ahli dan
biasa digunakan untuk PDBK secara nasional. Karena penerapan ini dilakukan
pada saat pembelajaran daring, maka penulis mengaplikasikan format
instrumen identifikasi tersebut ke dalam aplikasi google form, agar semua siswa
dapat mengisinya dari rumah masing-masing.

117
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

Kemudian tahap selanjutnya adalah penulis melakukan identifikasi dengan


cara memberikan link google form yang berisi instrumen identifikasi kepada
seluruh siswa kelas 9F SMP Negeri 266 Jakarta. Tujuannya adalah untuk
menemukenali apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) dalam
pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak normal seusianya.
Identifikasi anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan berdasarkan gejala-
gejala yang dapat diamati (manifes) dan gejala yang tidak dapat diamati (latin)
seperti (1) gejala fisik, (2) gejala perilaku, dan (3) gejala hasil belajar. Gejala fisik
yang dapat diamati dan dijadikan sebagai acuan dalam proses
pengidentifikasian, misalnya adanya gangguan penglihatan, pendengaran,
wicara, kekurangan gizi, pengaruh obat-obatan dan minuman keras, atau
semuanya yang menyangkut terganggunya fungsi fisik. Gejala perilaku
misalnya, perilaku sosial yang negatif seperti suka membolos, suka merusak,
berkelahi, berbohong, malas atau semua perilaku yang tidak sesuai dengan
norma dan hukum yang berlaku dimasyarakat. Sedangkan gejala hasil belajar
dapat diketahui setelah dilakukan pengetesan dan terlihat dari data hasil tes
yang rendah yang mengakibatkan tidak naik kelas bahkan dikeluarkan dari
sekolah alias drop out (DO), atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan akademis. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada anak,
maka patut ditandai dan dicurigai sebagai anak berkebutuhan khusus. Proses
semacam inilah yang disebut sebagai kegiatan identifikasi.
Setelah dilakukan identifikasi, tahap berikutnya adalah asesmen. Yaitu
suatu proses pengumpulan informasi tentang anak secara menyeluruh yang
berkenaan dengan kondisi dan karakteristik hambatan sebagai dasar dalam
penyusunan program pembelajaran dan program kebutuhan khusus yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan anak. Apabila dari hasil identifikasi
menunjukkan bahwa anak secara signifikan mengalami hambatan tertentu,
maka anak tersebut dapat dinyatakan berkebutuhan khusus. Guna memperkuat
penetapan ini, pada jenis hambatan tertentu dapat memanfaatkan jasa profesi
sesuai bidang keahliannya, misalnya anak yang dindikasi mengalami hambatan
intelektual, maka selanjutnya dilakukan tes intelegensi di psikolog.
Setelah dilakukan identifikasi, di kelas 9F dari total jumlah siswa 34 orang,
ditemukan satu orang yang terindikasi memiliki hambatan. Dari dasar inilah
maka penulis mengarahkan kepada siswa yang bersangkutan untuk melakukan
diagnosis di rumah sakit untuk memastikan jenis hambatan yang dialami
menurut ahlinya.
Kegiatan identifikasi dapat dilakukan oleh guru dan pihak lain yang dekat
dengan anak, seperti orang tua dan keluarganya, sedangkan asesmen biasanya

118
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

perlu melibatkan tenaga profesional yang ahli di bidangnya, seperti psikolog,


sosiolog, terapis, dokter dan lain-lain. Identifikasi dilakukan hanya untuk
mengenali gejala tanpa diagnosis. Sementara asesmen dilakukan untuk
menegakkan diagnosis. Inilah yang membedakan secara spesifik antara
identifikasi dan asesmen.
Adapun jenis asesmen dalam pendidikan khusus ada tiga yaitu: asesmen
akademik, asesmen non-akademik, dan asesmen perkembangan. Asesmen
akademik adalah suatu proses untuk mengetahui kondisi/kemampuan PDBK
dalam bidang akademik. Bagi PDBK pada jenjang preeschool, kemampuan
akademik yang perlu digali terkait dengan kemampuan membaca, menulis dan
berhitung. Sedangkan bagi PDBK pada jenjang pendidikan dasar dan
selanjutnya, kemampuan akademik yang perlu digali adalah terkait dengan
semua bidang studi/mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah tersebut.
Terkait hal hal ini, setiap guru mata pelajaran disarankan untuk melakukan
asesmen akademik kepada setiap peserta didik, untuk memastikan apakah
peserta didik yang bersangkutan mampu menguasai kompetensi dasar sesuai
dengan usianya.
Asesmen non-akademik (kekhususan) adalah suatu proses untuk
mengetahui kondisi PDBK yang berkaitan dengan jenis hambatan yang
disandangnya secara mendalam komprehensif dan akurat. Biasanya asesmen
jenis ini hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya,
seperti psikolog, sosiolog dan terapis.
Sedangkan asesmen perkembangan adalah suatu proses untuk mengatahui
kondisi perkembangan PDBK yang terkait dengan kemampuan intelektual,
emosi, perilaku, komunikasi yang sangat bermanfaat dalam mempertimbangkan
penggunaan metode, strategi maupun pemilihan alat bantu yang tepat baik
dalam penyusunan perencanaan pembelajaran (akademik) maupun dalam
penyusunan program kebutuhan khusus. Adapun hasil dari asesmen yang
dilakukan oleh penulis terhadap peserta didik berkebutuhan khusus di kelas 9F
dapat dilihat dalam simpulan asesmen.
Langkah berikutnya adalah membuat planning matrix untuk menyusun
program layanan kebutuhan khusus didasarkan pada simpulan hasil asesmen.
Planning matrix adalah mapping deskripsi tentang kondisi ABK secara individu
yang menggambarkan tentang kondisi aktual hambatan karakteristiknya,
dampak, strategi layanan dan media yang diperlukan dalam intervensi.
Deskripsi mapping karakteristik kebutuhan khusus tersebut selanjutnya disusun
skala prioritas yang menggambarkan urutan urgensi masalah yang perlu segera
ditangani. Oleh sebab itu dengan adanya planning matrix ini, guru pendidikan
khusus menjadi sangat terbantu, karena untuk menetapkan program layanan

119
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

kebutuhan khusus, tinggal menyusun program layanan kebutuhan khusus


tersebut sesuai dengan skala prioritas yang telah diperoleh. Selanjutnya, penulis
mendesain rumusan RPP akomodatif yang sudah dimodifikasi untuk
disesuaikan dengan hambatan peserta didik berkebutuhan khusus.
Setelah dilakukan beberapa tahapan mulai dari identifikasi, asesmen,
pembuatan planning matrix, penyusunan RPP akomodatif, kemudian diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik berkebutuhan khusus mampu
menghasilkan produk video simulasi bacaan ayat Al Quran tentang optimis,
ikhtiar dan tawakal yang dibuat oleh peserta didik berkebutuhan khusus.
Adapun manfaat yang diharapkan dari Best Practice ini antara lain: (1). Bagi
peserta didik berkebutuhan khusus: (a). Meningkatnya minat dan motivasi
peserta didik berkebutuhan khusus dalam mengikuti proses pembelajaran PAI,
(b). Meningkatnya kemampuan peserta didik khusus dalam memahami
kompetensi dasar pembelajaran PAI, (c). Terciptanya keseragaman kompetensi
dasar antara peserta didik regular maupun berkebutuhan khusus, (d).
Meningkatnya hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus dalam
pembelajaran PAI, dan (e). Meningkatkan keterampilan peserta didik khusus
dalam menyimulasikan bacaan ayat-ayat Al Quran.
Manfaat bagi pendidik antara lain: (a). Mampu memberikan layanan
kepada setiap individu perserta didik sesuai dengan kemampuan, potensi,
hambatan yang dimilikinya baik peserta didik regular maupun berkebutuhan
khusus, sehingga setiap peserta didik mendapatkan layanan yang sama tanpa
ada diskriminasi, (b). Meningkatkan kreativitas dan profesionalitas bagi
pendidik yang bersangkutan, dan (c). Memberikan motivasi bagi pendidik lain
untuk bekerjasama memberikan layanan terbaik kepada peserta didik.
Bagi satuan pendidikan manfaatnya antara lain meningkatkan kualitas
layanan terhadap peserta didik sehingga tercipta kenyamanan dalam proses
belajar mengajar yang diharapkan akan berdampak pada prestasi sekolah.
Selain manfaat yang sudah disebutkan di atas, ada hal-hal yang menjadi
faktor pendukung dalam penerapan program layanan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dalam pembelajaran PAI antara lain: (a). Motivasi dan
bimbingan dari kepala sekolah yang selalu diberikan kepada para guru untuk
menjadi lebih baik, (b). Peserta didik berkebutuhan khusus di kelas 9F SMPN 266
Jakarta memiliki minat belajar yang kuat sehingga mempermudah guru dalam
memberikan bimbingan, dan (c). Orangtua PDBK yang sangat mendukung
pelaksanaan program ini.
Pada tahap implementasi program layanan bagi PDBK dalam
pembelajaran PAI di kelas 9F SMPN 266 Jakarta, penulis juga menemukan
kendala yang cukup signifikan yaitu minimnya pengetahuan penulis tentang

120
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring
AL BAYAN, Jurnal Pengembangan Belajar E-ISSN : 2808-4918 P-ISSN : 2088-5116
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Volume II, Nomor 1, April 2022

program layanan bagi PDBK. Bentuk layanan ini merupakan hal baru bagi
penulis selama mengabdi menjadi guru, dan baru kali ini mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti pelatihan mengenai PDBK.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Simpulan penerapan program layanan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus di kelas 9F SMPN 266 Jakarta sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya adalah: (1). Bahwa implementasi program layanan bagi peserta
didik berkebutuhan khusus dalam pembelajaran daring PAI di kelas 9F SMP
Negeri 266 Jakarta dapat dilakuakn melalui beberapa tahap yaitu: melakukan
identifikasi, asesmen, planning matrix, dan penyusunan RPP akomodatif, dan
(2). Manfaat dari penerapan program layanan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus dalam pembelajaran daring PAI di kelas 9F SMP Negeri 266 Jakarta
adalah terlayaninya hak-hak peserta ddidik berkebutuhan khusus dalam
mendapatkan layanan pendidikan yang baik sebagaimana yang didapat oleh
peseta didik regular, sehingga mereka mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara lebih optimal.

Saran
Program layanan ini dapat diterapkan oleh guru mata pelajaran lain, agar
terjadi peningkatan kualitas layanan yang diterima oleh peserta didik khususnya
PDBK di sekolah inklusif.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. (2018). Merancang Identifikasi, Asesmen, Planning Matriks, dan Layanan
Kekhususan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif, Surabaya:
Jakad Publishing
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Modul Bimtek Guru Pembimbing
Khusus GTK Pendidikan Inklusif, Jakarta:
Priyatiningsih, Titi. (2020). Kupas Tuntas Best Practice, Beserta Contoh Karya
Terbaik, Salatiga: Griya Media

121
Implementasi Program Layanan Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Secara Daring

Anda mungkin juga menyukai