Anda di halaman 1dari 44

Pengembangan Alat

Ukur Atribut Non


Kognitif
Menentukan konstruk teoretik
Penyusunan
Pembatasan domain ukur
(merumuskan aspek keperilakuan)
Skala
Operasionalisasi Aspek (menghimpun
indikator keperilakuan) Kisi2 (blue print) dan
spesifikasi skala

Penulisan aitem (review aitem) Penskalaan

Field Test (eval


Uji coba bahasa eval kualitatif kuantitatif)

Seleksi aitem
Validitas Konstrak
Estimasi reliabilitas

Kompilasi Final
Langkah Dasar Konstruksi
1. Identifikasi tujuan ukur → memilih suatu definisi, memahami dengan
seksama teori yang mendasari konstrak psikologis atribut yang akan diukur
2. Pembatasan domain → menguraikan konstrak teoretik menjadi beberapa
dimensi atau aspek
3. Operasionalkan menjadi indikator keperilakuan
4. Kumpulan indikator dibuat kisi2/blueprint
5. Tentukan format stimulus → metode penskalaan
6. Menulis aitem → perhatikan kaidah penulisan, buat yang jumlahnya 3x
lipat dari jumlah dalam bentuk final
7. Review → 1) oleh penulis sendiri, 2) oleh orang yang berkompeten dalam
konstruksi skala dan atribut yang diukur
8. Evaluasi kualitatif → meminta responden mengisi → cek bahasa dan
kalimat mudah dipahami
9. Evaluasi kuantitatif → analisis aitem (berdasarkan daya beda, realibilitas
dan validitas)
Permasalahan Tentang Konsep
Psikologi-1
• Variabel psikologi: kecemasan, kepercayaan diri, stres, dll bersifat ABSTRAK,
tidak bisa disentuh, bersifat tumpang tindih (overlapping), 1 nama variabel
ternyata isinya beda, dll
• Pengukuran variabel psikologi: DILAKUKAN SECARA TIDAK LANGSUNG
melalui tanda-tanda keperilakuan, yang mencerminkan atribut yang diukur
• Atribut psikologi → biasanya ada lebih dari 1 teori → pilih salah 1 yang paling
sesuai DENGAN TUJUAN pembuatan alat ukur, pertimbangkan juga
KOMPLEKSITAS teori (lebih sederhana teorinya semakin mudah bikinnya)
• Rumusan indikator perilaku yang operasional dan jelas → acuan utama
penulis aitem, aitem yang ditulis berdasarkan indikator yang jelas akan
selaras fungsinya dan punya daya beda
• Kalo tidak/belum ada acuan teoretik → hasil diskusi para ahli
• Jika memilih 1 teori dirasa kurang, maka BOLEH MENGGABUNGKAN 2-3
teori asalkan berasal dari mahzab yang sama
Dimensi Keperilakuan-1
• Dimensi keperilakuan harus secara representatif
menggambarkan atribut yang diukur sebagaimana
dikehendaki oleh teori yang mendasari
• Merupakan hasil penguraian konstrak menjadi konsep
keperilakuan baru yang lebih konkret untuk
menggambarkan ciri orang yang memiliki atribut yang
hendak diukur
• Contoh
• Mengukur kepercayaan diri → bagaimana karakteristik/ciri2
orang yang KD nya tinggi dan KD nya rendah?
Dimensi Keperilakuan-2
Penguraian atribut Prokratinasi
agresivitas 1. Menunjukkan rangkaian perilaku
penangguhan

Agresivitas
2. Menghasilkan bentuk perilaku di
bawah standar

Merasa Bertindak Kurang 3. Melibatkan tugas yang dianggap


dominan emosional punya afeksi penting oleh pelaku
4. Dst.
Aitem yang ditulis harus mengungkapkan
keseluruhan aspek tersebut agar dapat memiliki
fungsi ukur yang valid
Dimensi Keperilakuan-3
kepribadian

• Bisa jadi konstrak atributnya


terdiri atas 2 atau lebih Ekstrovert Introvert
subdomain yang berbeda dan
pembuatan skala ditujukan
untuk menempatkan individu Dimensi 1 Dimensi 4
dalam salah 1 tipe klasifikasi
• Contoh skala pengasuhan →
Dimensi 2 Dimensi 5
otoritatif, otoriter, permisif,
mengabaikan, skala gaya
coping → avoidance, active, Dimensi 3 Dimensi 6
problem appraisal
Indikator Keperilakuan
• Adalah deskripsi bentuk2 perilaku yang mengindikasikan adanya
atribut psikologis yang diukur → jelas dan dapat diukur sehingga
dapat dikuantifikasikan
• Fungsi indikator keperilakuan sama seperti fungsi gejala yang
digunakan untuk mendiagnosis penyakit. Dokter TIDAK PUNYA
ALAT UKUR PENYAKIT tapi penyakit mengukur gejala2nya, seperti
suhu, darah, dll. Kecemasan tidak bisa diukur secara langsung, tetapi
DISIMPULKAN dari bentuk2 perilaku tertentu yang menunjukkan
adanya kecemasan.
• Indikator keperilakuan tergantung pada kreativitas perancang skala,
selama logis dan relevan
• Dinyatakan dalam bentuk favorabel
• Nanti masing2 indikator akan diuji relevansinya dalam pengukuran,
jika tidak relevan akan gugur
• TIDAK BOLEH diturunkan hanya menjadi 1 aspek dan masing2 aspek
TIDAK BOLEH hanya diturunkan menjadi 1 indikator
Contoh indikator keperilakuan
Agresivitas

Merasa Bertindak Kurang punya


dominan emosional afeksi

Tidak suka
Suka berkelahi Suka menyakiti
mengalah

Menyalahkan Berperilaku Cenderung


orang lain kasar membenci

Mudah terlibat Tidak merasa


keributan bersalah
Kisi-Kisi dan Blueprint
• Uraian tentang atribut, aspek, indikator disajikan dalam
tabel yang disebut kisi2/blueprint
• Aspek keperilakuan dari suatu atribut belum tentu
memiliki kontribusi yang sama. Satu aspek dapat lebih
berperan dan kontribusinya juga lebih menentukan
dibandingkan yang lain → aspek yang lebih penting beri
bobot yang lebih besar. Tau dari mana? Dari teori atau
hasil analisis faktor, jika tidak didasarkan pada penilaian
para ahli. Kalo nggak bisa juga, dibuat mengikuti
perbandingan banyaknya indikator di setiap aspek atau
semua aspek beri bobot yang sama
Contoh
Aspek Indikator Bobot (%)
Merasa dominan Tidak suka mengalah
25
Menyalahkan orang lain
Bertindak emosional Suka berkelahi
Berperilaku kasar 37,5
Mudah terlibat keributan
Kurang punya afeksi Suka menyakiti
Cenderung membenci 37,5
Tidak merasa bersalah
Total 100
MENULIS AITEM
FORMAT AITEM

• Bentuk pernyataan → ada yang berupa serangkaian kalimat


deklaratif saja dan ada yang didahului oleh beberapa baris
kalimat/gambar sebagai stimulus yang diikuti oleh pernyataan
berkenaan dengan stimulus tsb
• Bentuk pertanyaan → dapat dibuat hanya dalam serangkaian
kalimat tanya atau dibuat dengan didahului stimulus berupa
kalimat/gambar

Contoh : Berikut adalah aitem pernyataan mengenai dialami atau


tidaknya suatu kejadian dalam enam bulan terakhir yang
mengindikasikan adanya tekanan batin mengarah kepada depresi.

Merasa dibenci oleh seseorang [ya] [tidak]


Perubahan keadaan ekonomi keluarga [ya] [tidak]
• Aitem tidak langsung → berkenaan dengan apa yang telah
dialami individu tetapi mengenai perasaannya saat ini.
Contoh : aitem berupa pernyataan tetapi direspon dengan empat
pilihan

Merasa gelisah di kantor memikirkan keadaan anak-anak di rumah


[HTP] - [SJ] - [KD] - [SS] - [HSL]

Subjek diminta menyatakan frekuensi relatif timbulnya perasaan


dalam dirinya, dimana jawaban SS dan HSL berarti frekuensi perasaan
yang tinggi dan mengindikasikan tingginya tingkat konflik peran-ganda
yang dialami oleh subjek, begitupun sebaliknya terhadap HTP dan SJ

• Dalam variasi lain, disajikan berupa suatu permasalahan,


keadaan, situasi, atau kasus hipotetik yang seakan sedang
dihadapi oleh subjek dan subjek harus menentukan salah-satu
tindakan yang merupakan kecenderungan perilakunya
• Aitem favorabel → berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau
mendukung atribut yang diukur → menggambarkan dukungan,
keberpihakan atau menunjukkan kesesuaian dengan deskripsi
keperilakuan pada indikatornya

Contoh : Pengukuran Semangat Kerja maka aitem yang berbunyi,

Saya berangkat kerja dengan hati gembira

• Aitem tidak favorabel → konsep yang isinya bertentangan atau


tidak mendukung ciri perilaku yang dikehendaki → tidak
mendukung atau tidak menggambarkan ciri aitem yang diukur

Dengan imbalan yang saya peroleh sekarang ini saya tidak


merasa perlu untuk bekerja dengan baik
FORMAT RESPON

• Respon negatif → menentang atau menegasikan isi pernyataan

• Respon positif → mendukung atau afirmatif terhadap isi


pernyataan

• Masing-masing respon dapat dibuat berjenjang dengan


menambahkan kata ‘agak’ atau kata ‘sangat’ sehingga diperoleh
diferensiasi yang lebih tajam
• Istilah SETUJU umumnya digunakan sebagai pilihan respon
dalam skala-skala sikap yang meminta subjek menyatakan
kesetujuan (dukungan) atau ketidaksetujuan (penolakan)
terhadap isi pernyataan berkenaan dengan objek sikap yang
disebutkan dalam aitem.

• Istilah SESUAI biasanya digunakan sebagai pilihan respon dalam


skala-skala yang mengukur keadaan diri subjek sendiri sehingga
dalam merespon aitem subjek lebih dahulu menimbang
sejauhmanakah isi pernyataan merupakan gambaran mengenai
keadaan dirinya.
• Digunakan bentuk lain untuk menggambarkan frekuensi keadaan
atau perilaku, yaitu :

HTP = Hampir Tidak Pernah


SJ = Sangat Jarang
KD = Kadang-kadang
SS = Sangat Sering
HSL = Hampir Selalu

• Tidak banyak manfaatnya memperbanyak pilihan menjadi


sembilan jenjang atau lebih karena justru akan mengaburkan
perbedaan yang ada diantara jenjang-jenjang yang dimaksud.
• Umumnya subjek tidak akan cukup peka dengan perbedaan
jenjang yang lebih dari tujuh tingkat, terlebih pada subjek berusia
lanjut atau yang belum dewasa. Pilihannya cukup disederhanakan
menjadi tiga,
[TS] – [N] – [S]
• Pada beberapa kasus skala juga dibuat hanya dengan respon
“ya” atau “tidak”.
• Untuk tujuan tertentu diperlukan rentang skor yang lebar lebih dari
tujuh poin sehingga model kategori respon berjenjang menjadi
tidak cocok, untuk itu model responnya dibuat dalam bentuk
jenjang kontinum, sbb :

Tidak Setuju Setuju

Dengan format diatas responden dapat memilih salah satu kotak


disepanjang sembilan jenjang kontinum. Tidak perlu diberi angka agar
responden semata-mata memperkirakan posisi responnya secara
subjektif tanpa ada pengaruh dari skor yang diperolehnya.
BERKENAAN DENGAN PILIHAN TENGAH

1. Silang pendapat mengenai perlu tidaknya menyediakan pilihan


tengah dipicu oleh beberapa orang yang berpendapat bahwa pilihan
tengah akan lebih banyak dipilih sehingga dikhawatirkan respon
yang diperoleh tidak cukup bervariasi dan kurang informatif. Namun
kekhawatiran tsb kurang beralasan karena :

a). Kecenderungan subjek untuk memilih pilihan tengah lebih disebabkan


kalimat dalam aitem itu sendiri yang tidak cukup sensitif untuk memancing
respon yang berbeda dari subjek
b). Jika pilihan tengah tidak disediakan, sedangkan subjek memang
benar-benar merasa dirinya berada diantara “ya” dan “tidak” atau diantara
“setuju” dan “tidak setuju”, jawaban apa yang harus dipilihnya?
c). Belum ada bukti empirik yang mendukung kekhawatiran tsb

2. Pilihan tengah harus diwujudkan sebagai N (= NETRAL) atau


TIDAK MENENTUKAN PENDAPAT. Jangan memberikan pilihan
tengah sebagai R (= RAGU-RAGU) karena respon yang kita
inginkan adalah respon yang diyakini oleh subjek.
KAIDAH PENULISAN AITEM

1). Gunakan kata dan kalimat yang sederhana, jelas, dan


mudah dimengerti oleh responden namun tetap harus
mengikuti tata tulis dan tata bahasa Indonesia yang baku.

2). Tulis aitem dengan hati-hati sehingga tidak


menimbulkan penafsiran ganda terhadap kata dan istilah yang
digunakan.

Contoh : Saya akan menjadi pendengar yang baik, bila ada karyawan
yang mengeluh*

*problem pada aitem terletak pada “pendengar yang baik”


3). Harus selalu mengacu pada indikator keperilakuan,
karena itu jangan menulis aitem yang langsung berkaitan
dengan atribut yang diukur.

Contoh : mengungkap atribut Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun,

Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun

Apabila dijawab oleh subjek dengan respon positif seperti


SESUAI atau YA maka harus langsung disimpulkan bahwa subjek
merasa cemas, begitu pula apabila sebaliknya diperoleh jawaban
negatif TIDAK harus diartikan bahwa subjek tidak merasa cemas.
Hendaknya dibuat aitem yang berupa suatu pernyataan tidak
langsung mengenai kecemasan sebagai atribut yang diukur, tetapi
berupa pernyataan mengenai indikator keperilakuannya, seperti :

Saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa pensiun
yang sudah dekat

4). Selalu perhatikan indikator perilaku apa yang hendak


diungkap sehingga stimulus dan pilihan jawaban tetap relevan
dengan tujuan pengukuran.
5). Cobalah menguji pilihan-pilihan jawaban yang telah
ditulis. Adakah perbedaan arti atau makna antara dua pilihan
yang berbeda sesuai dengan indikator keperilakuannya,
apabila tidak ada beda makna yang jelas maka aitem yang
bersangkutan tidak akan memiliki daya beda

Fungsi aitem sebenarnya adalah membedakan individu


pada aspek yang diukur berdasarkan responnya terhadap aitem
tersebut. Contoh, untuk mengungkap Semangat Kerja :

Pekerjaan saya menuntut berbagai macam kemampuan

Dipandang dari segi tingginya semangat kerja yang hendak


diungkap, apakah perbedaan individu yang menjawab YA dan yang
menjawab TIDAK terhadap aitem di atas? Bandingkan dengan
aitem berikut,

Saya berangkat kerja dengan hati yang tidak mantap


6). Isi aitem tidak boleh mengandung social desirability yang
tinggi. Aitem yang bermuatan secial desirability cenderung
akan disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata
karena orang berfikir normatif, bukan karena isi aitem itu
sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya.

Contoh, pengukuran Asertivitas :


Seseorang menyalakan rokok dalam bis berAC yang sedang anda tumpangi.
a) Saya tegur dengan sopan dan baik-baik
b) Saya tunjukkan bahwa saya terganggu dan sangat jengkel

7).Untuk menghindari stereotipe jawaban, sebagian dari


aitem perlu dibuat dalam arah favorabel dan sebagian
lain dibuat dalam arah tidak favorabel.

• Pada tahap-tahap awal penyusunan skala, perlu ditulis aitem yang


jumlahnya paling sedikit dua atau tiga kali lipat dari jumlah yang
dispesifikasikan oleh blue-print.
PENSKALAAN
Ketika seseorang menjawab YA pada aitem
atau stimulus berapa skor yang harus
diberikan padanya?

Saya merasa tidak disukai oleh banyakorang (Ya) (Tidak)


• Skor yang diberikan tergantung pada berapa besar harga
skor yang telah ditetapkan bagi masing-masing respon
• Praktek yang banyak dilakukan → menganggap semua
aitem berharga sama sehingga skor diberikan hanya
berdasar pilihan jawaban
• Penskalaan→ proses penentuan letak stimulus atau
kategori respon tertentu pada suatu kontinum
psikologis
JENIS PENSKALAAN

• Penskalaan stimulus (Thurstone)


• Penskalaan respon (Likert)
• Penskalaan subjek
Langkah-langkah alat ukur
atribut non kognitif
 Pengukuran atribut psikologis hanya berupa konstruk teoritis
◦ Shg tdk dpt diukur scr langsung
◦ Atribut psikologis diukr scr tdk langsung mll respon yg dipilih subjek ketika
ia dihadapkan pada perangsang ttt
◦ Respon yg diperlukan tdk sama dg respon dlm pengukuran atribut kognitif
yg memerlukan respon jns pendapat (benar-salah), ttp memerlukan
respon jns ekspresi sentimen (yi: jns respon yg tdk dapat dinyatakan dlm
benar salah → semua respon benar mnrt alasan masing2)
 Pengukuran atribut non kognitif mengungkapkan atribut-atribut
kepribadian non projektif
Langkah-langkahnya yaitu:
1. Pengembangan spesifikasi alat ukur
2. Penulisan pernyataan atau pertanyaan
3. Penelaahan pernyataan atau pertanyaan
4. Perakitan instrumen (utk uji coba)
5. Uji coba
6. Analisis hasil uji coba
7. Administrasi instrumen (bentuk akhir)
8. Proses Kuantifikasi
9. Penyusunan skala dan norma
1. Pengembangan spesifikasi
instrumen
a. Subjek → karakteristik subjek yg relevan, bersifat group-dependent
b. Tujuan → hrs jelas, tujuan berupa eksploratif atau utk layanan
(konseling, diagnostik, dll)
c. Model skala → model Likert, Thurstone, Guttman, perbandingan
pasangan, dll
d. Kisi-kisi/blue print
e. Waktu → fleksibel, bukan tes kecepatan, ttp pengelolaan waktu
sgt penting (terutama ketika diadministrasikan scr
kelompok/klasikal)
2. Penulisan pernyataan atau
pertanyaan
Tgt pada model skala yg digunakan
Penyusunan pernyataan atau pertanyaan harus memertimbangkan:
1. Ide substansinya
2. Format susunannya
3. Pembahasaannya

Membutuhkan latihan dan ketepatan dlm penyusunan formatnya


3. Penelaahan pernyataan
atau pertanyaan
 Dilakukan analisis scr kualitatif
 Arah analisis kualitatif:
◦ Arah substansi, yi arah teori yg mendasari beserta kesesuaian isi
pernyataan dg kisi2
◦ Arah rumusan, ditujukan agar dpt memancing respon yg dikehendaki
◦ Arah pembahasaannya, yi kesesuaianbahasa dan subjek yg dikenai
pengukuran
 Dari penelaahan ini diperoleh validitas isi skala
 Proses ini membutuhkan revisi pernyataan atau pertanyaan yg
kurang memadai dan membuang pertanyaan atau pernyataan yg
tidak sesuai
4. Perakitan instrumen (utk uji
coba)
Pertanyaan/pernyataan yg telah dipilih dari proses ke-3 kemudian dirakit
menjadi seperangkat alat ukur sesuai dg perencanaan sebelumnya
Proses ini relatif sederhana karena kisi2 telah dituliskan secara rinci dan jelas
5. Uji coba
Hal2 yg harus diperhatikan:
Kelompok subjek yg dilibatkan dlm proses ujicoba harus benar2 sesuai
dg rumusan dlm spesifikasi
Kondisi pengukuran diusahakan sealami mungkin
◦ Shg respon subjek benar2 mencerminkan keadaan yg sebenarnya
6. Analisis hasil uji coba, Seleksi
dan perakitan instrumen
SELEKSI DAN PERAKITAN
ANALISIS HASIL UJI COBA
INSTRUMEN
Berdasarkan teori tes klasik Seleksi pertanyaan/pernyata-an
tgt pd model skala yg digunakan
Tgt pada model skala masing- Semakin lengkap kisi2nya maka
masing smkn sederhana kegiatannya
Contoh: ????
7. Administrasi instrumen
(bentuk akhir)
Krn tgt pada subjek, maka spesifikasi kelompok subjek utk administrasi sgt
penting

Hasil2 dan kesimpulan2 yg diperoleh akan terbatas berlakunya


(generalisasinya) pada klp subjek yg terlibat dlm penggunaan instrumen tsb
8. Proses kuantifikasi
 Subjek Perangsang

 Response
Skema Pengembangan Skala
 Kuantifikasi skala menggunakan:
◦ Skala nominal
◦ Skala ordinal
◦ Skala interval
◦ Skala ratio
 Utk dpt diolah dg statistik parametrik, data yg digunakan adl skala interval
atau ratio
◦ Pd umumnya PSP menggunakan skala interval
9. Penyusunan skala dan
norma
a. Penyusunan skala, disesuaikan dg model skala yg digunakan
❖ Skala skor mentah
❖ Skala jenjang persentil
❖ Skala baku
b. Penyusunan norma
❖ Norma yg perlu dikembangkan sesuai dg kebut dan
keinginan pengembang instrumen
❖ Norma berdasarkan kelompok JK, klp LB pendidikan,
klp profesi, klp jurusan, dll
Pengembangan Skala Model
Likert
 Summated ratings → Rensis Likert (1932)
 Utk mengukur sikap
 2 hal yg hrs diperhatikan, yi:
1. Sikap sll mpny objek sikap (yi: sst yg mjd sasaran sikap)
2. Scr teori sikap digambarkan dlm satu kontinuum, dr negatif → netral →
positif
 Berupa kalimat2 pernyataan
◦ Favorable statement (mendukung, searah dg teori yg mendasari)
◦ Unfavorable statement (tdk mendukung, tdk searah dg teori yg mendasari)
 Diusahakan seimbang, atau sama, namun jk diperlukan maka disesuaikan
dg kebutuhan
 Langkah2 sesuai dg sebelumnya
Tabel 1. Sebaran Butir Skala
Sebelum Seleksi Butir
No. Aspek Rencana Favorable Unfavorable Total

1 Bebas 4 3,7,42,45,46,49 5,26,34,39 10

2 Inisiatif dan kreatif 4 4,9,18,37,40,48 8,10,23,31,47 11

3 Self esteem 4 2,16,35 1,22,27,30,33, 9


36

4 Progresif dan ulet 4 13,20,25,29,32,3 6,28,43 10


8,50

5 Internal LOC 4 11,44 12,14,15,17,19 10


,21,24,41

Total 20 50
Pengembangan Skala dg Model
Perbandingan Pasangan (Thurstone)
 Skala yg disusun berdasarkan perbandingan pasangan menggunakan
model skala utk perangsang
 Langkah2nya yi:
◦ Penyusunan tabel popularitas perangsang
◦ Penyusunan pasangan2 perangsang
◦ Pencetakan instrumen yg berup pasangan2 perangsang
◦ Penerapan instrumen pd klp subjek
◦ Penghitungan frekuensi pilihan f
◦ Penghitungan proporsi pilihan p
◦ Konversi harga proporsi p ke dlm harga normal deviate Z
◦ Konversi harga Z ke dlm Zc (Z yg dikoreksi) utk menghilangkan tanda
negatif
Keunggulan dan keterbatasan
metode perbandingan
KEUNGGULAN KETERBATASAN

Menghindari social desirability Beban kerja besar


factor Penggunaan perangsang bny
ketika pasangan yg diperlukan juga
Cocok utk penggunaan di bny
Indonesia yg masih melibatkan
sistem sosial yg mengutamakan
konformitas sosial
Pengembangan Skala
Thurstone
 “Bapak” Skala Sikap → Louis Thurstone
 Bny meneliti ttg perkemb, perubahan, dan pengaruh sikap sosial
 Teknik PS Sikap yg dikembangkan oleh Thurstone:
◦ Metode perbandingan pasangan
◦ Metode interval tampak sama
◦ Metode interval suksesif
 Ketiga metode tsb menggunakan penilaian mengenai dukungan atau
kepositifan relatif pernyataan2 sikap thd objek sikap ttt
 Nilai disesuaikan dg kebutuhan instrumen yg dirakit

Anda mungkin juga menyukai