Anda di halaman 1dari 5

EWID NUR ANISA

857017495
UK 1 PKR
1. Uraikanlah pengertian PKR, mengapa perlu dilaksanakan, dan ap manfaat yang
diperoleh dari PKR!
JAWABAN:
PKR adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam
satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat
kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang
kelas atau lebih dan menghadapi muridmurid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.

PKR perlu dilaksanakan karena PKR memungkinkan kita untuk memenuhi asas quantity
(jumlah) dan equity (pemerataan), yaitu dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada.
beberapa alasan berikut:
a. Alasan Geografis karena sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman
yang berpindah-pindah, dan adanya mata pencaharian khusus, seperti menangkap ikan,
menebang kayu dan sebagainya, mendorong penggunaan PKR
b. Alasan demografis, Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apalagi tinggal di
daerah pemukiman yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai pendekatan pengajaran
yang praktis
c. Kekurangan guru di sekolah
d. Kekurangan ruang kelas
e. Guru tidak dapat hadir
f. Jumlah siswa yang banyak, misalnya Satu ruang kelas yang berjumlah 40 orang atau
lebih, yang diajar oleh seorang guru pada waktu dan dalam mata pelajaran yang sama
maka dengan PKR dimungkinkan memilah murid menjadi dua atau lebih subkelas yang
terdiri atas 10 - 20 murid.
Manfaat dilaksanakan PKR yaitu pembelajaran pada kelas besar bisa lebih efektif, biaya
operasional sekolah lebih ekonomis, seorang guru PKR berusaha kuat untuk mendorong anak
agar aktif dan mandiri, serta pemerintah dapat mendirikan SD di lokasiyang mudah dijangkau
oleh anak.

2. Dalam pembelajaran PKR prinsip-prinsip apa saja yg harus dipenuhi? Jelaskan!


JAWABAN:
Pada pembelajaran PKR prinsip-prinsip yang perlu dipenuhi yaitu :
a. prinsip utama PKR adalah kegiatan pembelajaran terjadi secara bersamaan atau serempak.
Kegiatan yang terjadi secara serempak ini tentu harus bermutu dan bermakna, artinya,
kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum/kebutuhan
murid dan dikelola secara benar.
b. Selama berlangsungnya PKR, semua murid harus secara aktif menghayati pengalaman
belajar yang bermakna, baik yang berkaitan dengan tuntutan kurikulum, maupun yang
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang bersifat jangka panjang seperti kemampuan berpikir
kritis, mandiri, bertanggung jawab, dan bekerja sama
c. Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar setiap dan semua
murid merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Guru harus mampu
melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat. Tindakan
instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi
kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas atau mengajukan pertanyaan. Tindakan
pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi
kelas yang optimal.
d. Agar terjadi Waktu Keaktifan Akademik (WKA) yang tinggi, semua jenis sumber tersebut
harus dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang-barang bekas, dan segala peralatan
yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru PKR sehingga ketiga prinsip
sebelumnya dapat dipenuhi. Murid yang mempunyai kemampuan lebih tinggi (baik dari
kelas yang sama maupun dari kelas yang lebih tinggi dapat dimanfaatkan sebagai tutor.
Selanjutnya, waktu harus dialokasikan secara cermat sehingga menghasilkan WKA yang
berkadar tinggi. Oleh karena itu, seorang guru PKR harus mampu memanfaatkan waktu
secara efisien sehingga waktu yang terbuang dapat diperkecil, bahkan dihindari.
e. Apabila keempat prinsip dapat terlaksana, maka prinsip kelima dapat terwujud yaitu guru
harus membiasakan murid untuk belajar mandiri sehingga memungkinkan guru PKR
mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.

3. Berkan contoh pembelajaran PKR yang ideal!


JAWABAN:
Berikut contoh pembelajaran PKR yang ideal :

“Mungkin tidak banyak yang tahu jika di pulau Jawa, apalagi di Bogor yang tidak jauh dari pusat
pemerintahan RI masih dijumpai sekolah yang kekurangan guru. Mengajar kelas rangkap, tentu saja
tidak dapat dihindarkan. Itulah yang terjadi dengan Pak Ade (bukan nama sebenarnya). Pak Ade
mengajar di kelas 5 dan kelas 6. Murid dari dua tingkat kelas yang berbeda ini diajar dalam satu ruang
kelas dan dalam waktu yang bersamaan. Pada saat pengamatan, sedang berlangsung pelajaran
Matematika untuk kelas 5 dan pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6. Murid kelas 5 berada di
jajaran sebelah kanan, sedangkan murid kelas 6 berada di jajaran sebelah kiri. Baik murid kelas 5
maupun kelas 6 duduk dalam formasi kelompok kecil yang terdiri dari 3- 5 orang murid. Di depan ada
dua papan tulis. Pak Ade memulai pelajarannya dengan mengucapkan selamat pagi. Dengan air muka
yang cerah, dan sunggingan senyum yang simpatik ia berkata ke seluruh kelas. "Bapak ingin tahu
pengalamanmu hari ini. Coba ingat apa yang baru saja kalian alami dalam perjalanan dari rumah ke
sekolah tadi pagi." Ia berhenti sejenak, memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir. "Sofyan,
coba ceritakan pengalamanmu". Sofyan menceritakan, ia hampir terjatuh karena kakinya terpeleset. Ia
harus melompati batubatu yang ada di sungai, setiap kali ia akan pergi dan pulang dari sekolah.
Kemudian, Pak Ade juga menanyai Erna; Erna menceritakan ia harus melewati pematang sawah setiap
kali akan ke sekolah. Pak Ade juga meminta yang lainnya untuk menceritakan pengalaman yang
menarik. Pak Ade kemudian memanggil ketua-ketua kelompok murid kelas 5 dan 6 ke depan kelas.
Mereka diberikan wacana*) (bahan bacaan) dan meminta agar wacana itu di baca di kelompok
masingmasing, secara berpasangan: dua orang murid bergiliran membaca. Apa yang harus dilakukan
di dalam kelompok, telah ditulis oleh Pak Ade di papan tulis. Murid-murid diminta membaca petunjuk
di papan tulis itu, dan dipersilakan bertanya jika ada yang belum jelas. Sementara murid membaca,
Pak Ade datang memantau semua kelompok; ia mencocokkan jumlah yang hadir dengan daftar murid.
Ia juga membagikan lembar tugas, dan sekali-sekali mengecek apakah ada kesulitan yang dihadapi
murid. Selama kurang lebih 20 menit, murid-murid terlibat dalam kerja berpasangan. Tuti dan Cici,
misalnya sedang mengerjakan sebuah soal matematika. Sekali-sekali mereka tampak, seperti berdebat,
untuk mendiskusikan mana jawaban yang benar. Lili, mengacungkan tangannya; guru mendekat. Ia
dan Estu sudah selesai dengan tugas Bahasa Indonesia. Pak Ade menugaskan Lilik membantu
pasangan Adi-Budi yang sedang mengerjakan soal matematika. Estu membantu pasangan Adnan-Jazir
yang belum menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.
*) Wacana itu bercerita tentang upaya penduduk membuat sebuah jembatan dari bambu secara gotong
royong. Berapa jumlah bambu, tali, berapa lama waktu penyelesaian dengan sekian banyak pekerja,
berapa ketinggian jembatan jika air naik sekian sentimeter, berapa biaya yang diperlukan, berapa
persen sumbangan masyarakat setempat, dan sebagainya adalah bagian yang sengaja dimasukkan
untuk materi matematika. Apa arti: musyawarah, mewakili, rumpun, curah hujan, dan sebagainya
adalah bagian yang sengaja dimasukkan untuk materi Bahasa Indonesia.

Pak Ade memberikan batas waktu yang berbeda bagi murid kelas 5 dan kelas 6 dalam menyelesaikan
tugas mereka. Sementara kelompok murid kelas 5 belum seluruhnya menyelesaikan tugas mereka, Pak
Ade membicarakan tugastugas murid kelas 6. "Erni, ada kata-kata yang belum kamu mengerti". Erni
mengatakan belum paham betul apa makna semangat gotong-royong. Pak Ade meminta Anto
menjelaskannya. Begitulah seterusnya sehingga sebagian besar murid kelas 6 mendapatkan giliran,
entah itu bertanya atau mencoba memberikan jawaban. Setelah itu, Pak Ade menjelaskan kembali
bagian yang belum sepenuhnya dikuasai anak, memberikan ringkasan penting, dan PR. Pelajaran
berikutnya adalah IPA untuk kelas 6. Muridmurid diminta membaca buku IPA secara bergiliran. Pak
Ade kemudian menghadapi murid kelas 5. Ia menugaskan Eman (dari Kelompok 1) untuk menjawab
soal matematika nomor 1, Andi (Kelompok 2) untuk soal nomor 2, Tating (Kelompok 3) untuk soal
nomor 3, dan seterusnya, sampai semua kelompok mendapatkan giliran. Kelompok yang lain diminta
mencocokkan jawaban. Jika ada perbedaan, Pak Ade membahas mana jawaban yang betul dan
mengapa itu betul atau salah. Begitulah seterusnya sehingga seluruh murid kelas 5 ikut aktif dalam
pembahasan tersebut. Beberapa menit sebelum jam pelajaran matematika berakhir, Pak Ade tak lupa
memberikan PR.”

4. Analisislah apa saja keunggulan dan kelemahan model PKR 221, 222, dan 333!
JAWABAN:
A. Kelebihan Kelas Rangkap MODEL 221 ( PKR INTI )
Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan fokus 2
mata pelajaran baik yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan. Gambar di bawah ini bisa
menjadi alternatif pengaturan ruangan untuk model 221.Model ini bisa efektif apabila
jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas tersebut tidak terlalu banyak (maksimum
25 siswa untuk masing-masing tingkatan kelas) dengan suatu ruangan yang cukup luas.
Dengan pembelajaran terpadu model terjala atau tema, guru bisa mengembangkan 2 mata
pelajaran dengan topik yang sama atau berkaitan melalui sebuah tema yang menarik

B. Kelemahan Kelas Rangkap MODEL 221 ( PKR INTI )


Jika Siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi
menjadi 2 kelas. Jika guru menggunkan model ini, guru harus menyiapkan dua kelas
pembelajaran kelas rangkap model 221, dan memecah masing-masing dua tingkatan kelas
yang akan dicampur menjadi 2 sehingga ruangan tidak terlalu penuh, dan akan
mengakibatkan pembelajaran tidak efektif. karena ada 2 kelas pembelajaran kelas rangkap
model 221 ini, maka guru yang harus mengelolanya pun harus dua orang guru atau dua
tim guru.

C. Kelebihan Kelas Rangkap MODEL 222 ( PKR MODIFIKASI )


Pengelolaan model 222 pembelajaran kelas rangkap dilakukan oleh tim guru sehingga bisa
saling membantu. Guru atau dalam tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang
berbeda, dengan fokus pada 2 mata pelajaran yang berbeda atau sama pada 2 ruangan
kelas yang bersebelahan dan dihubungkan dengan adanya pintu. Berikut ini adalah
gambar pengaturan ruangan kelas yang bisa digunakan untuk model 222.
Guru mengelola dua kelas sekaligus dalam waktu yang bersamaan

D. Kelemahan Kelas Rangkap MODEL 222 ( PKR MODIFIKASI )


Model 222 lebih rumit dibandingkan dengan model 221, di mana guru harus mengelola
dua kelas sekaligus dalam waktu yang bersamaan. guru menunjuk para siswa yang lebih
tua dan mempunyai kemampuan yang lebih dari siswa lainnya untuk membantu
mengelola pembelajaran.

E. Kelebihan Kelas Rangkap MODEL 333 ( PKR MODIFIKASI )


Dalam model 333 guru mengelola tiga tingkatan kelas yang berbeda dengan tiga mata
pelajaran yang sama atau berbeda dalam tiga ruangan secara bersamaan. Para siswa
terkondisi untuk belajar secara indenpenden, karena para gurunya mendidik mereka
untuk mengembangkan sikap independen dan efisien dalam belajar. Berkembangnya
perasaan bangga dalam diri para siswa karena mereka merasa lebih puas sekalipun sedikit
mengalami friksi dalam kegiatan belajarnya di bandingkan para siswa sekelas yang hanya
terdiri satu tingkatan. Peserta didik mengembangkan sikap positif tentang saling
membantu sama yang lain. Para siswa yang belajar dalam kelas rangkap akan lebih
berkembang dengan perpaduan antara strategi pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran
kooperatif, kelompok yang beragam, tugas-tugas yang menunjang perkembangan,
pendekatan tutor multiusia, waktu yang luwes dan evaluasi yang positif

F. KELEMAHAN KELAS RANGKAP MODEL 333 ( PKR MODIFIKASI )


Untuk mengelola model 333 ini diperlukan tim guru paling tidak terdiri dari 2 orang guru.
Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran
terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu
mengajar. Bisa saja siswa yang lebih muda merasa ditakut-takuti, atau dilampaui oleh
teman sekelasnya yang lebih mampu, dan mereka menjadi sangat tergantung pada siswa
yang lebih tua untuk memberikan pertolongan sedangkan untuk para siswa yang lebih tua
mereka merasa tidak tertantang dan menjadi lebih berkuasa yang dibawahnya.

5. Dalam pembelajaran kelas rangkap seorang guru harus mampu mengadakan variasi
dalam kegiatan pembelajaran. Uraikanlah bagaimana cara mengadakan variasi dalam
(1) gaya mengajar, (2) media dan sumber belajar, dan (3) pola interalsi dalam kegiatan!
JAWABAN:
1) Cara mengadakan variasi gaya mengajar pada kelas rangkap dengan cara:
a. Mengolah suasana dan nada bicara yang termasuk kecepatan, kejernihan, tekanan,
volume, dan kepasihan.
b. Memberikan perhatian berupa pemusatan perhatian murid, persebaran perhatian pada
kegiatan murid secara bersamaan.
c. Membuat Kesenyapan ketika berbicara atau memberikan waktu untuk pendengan
dalam mengendapkan ide.
d. Melakukan kontak pandang dengan semua murid mendapat tatapan hangat dari guru.
e. Melakukan Olah gerak dan mimik : gerak fisik dan tampilan wajah yagn ekspresif ke
siswa
f. Melakukan alih posisi untuk berdiri dalam menguasai kelas dengan memungkinkan
murid merasakan perhatian yang sama.

2) Variasi media dan sumber


Keterampilan guru memanfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna dan
layak dapat membangun suasana belajar –mengajar yang menarik, menantang,
menyenangkan, dan mengasyikkan. Untuk itu guru sebaiknya terampil dalam memilih,
menyelesaikan, menggunakan dan bila mungkin mengolah kembali media dan sumber
sesuai kebutuhan. Guru memilih media dan sumber yang tepat sesuai materi yang akan
diajarkan, dengan cara:
a. Memahami materi, indicator yang akan dicapai siswa sehingga guru dapat memilih
media yang akan digunakan
b. Mengidentifikasi ketersediaan alat dan bahan atau sumber disekitar sekolah atau
rumah
c. Menggunakan teknik praktikum jika alat dan bahan tersedia untuk semua kelompok
atau melakukan demonstrasi jika alat dan bahan terbatas

3) Variasi pola interaksi dan kegiatan


Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis kegiatan tidak selalu sama. Jenis pola
interaksi tersebut adalah:
a. Pola interaksi perseorangan(pola INPERS) , Pola ini menekan pada komunikasi antar
siswa dalam memanfaatkan sumber belajar.
b. Pola interaksi pasangan(pola INPAS), misalnya, penguatan diskusi pemanfaatan, dan
konsultasi. Pola ini menekankan pada interaksi siswa secara pasngan dalam
memanfaatkan sumber belajar dan kerja sama antar siswa.
c. Pola interaksi kelompok kecil(pola INKK), Pola ini menekankan pada partisipasi dan
intensitas belajar siswa secara individual dan kelompok dalam memanfaatkan sumber
belajar.
d. Pola interaksi kelompok besar(pola INKB), Pola ini menekankan pada partisipasi
siswa dalam kelompok besar melalui komunikasi antar individu dalam kelompok,
kerja sama kelompok dan kompetisi sehat antar kelompok.
e. Pola interaksi klasikal(pola INKLAS), Pola interaksi ini menekankan pada layanan
belajar terhadap kelompok siswa di bawah kendali langsung guru, kerja sama
kelompok kelas dan pemanfaatan sumber belajar lintas kelas. Bila dilihat dari
kegiatannya terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan di kelas antara lain,
membaca, menggunakan lembar kerja, bercerita, berdialog/berdiskusi, bengadakan
percobaan, mendengarkan kaset, bernyanyi, mengamati lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai