mereka dan juga anak seusiaku tentunya mereka bergegas ke sekolah. Tidak
mengenal dunia. Atau memang sudah menjadi takdir untuk kami orang
pinggiran selalu tersisih terutama anak-anak bangsa seperti kami yang tidak
rupiah demi rupiah untuk aku bawa pulang. Entah mengapa aku tak pernah
yang lain meski jawaban yang ibu berikan tetap saja tak pernah berubah.
“Kita itu tak butuh sekolah yang penting kamu itu bisa cari uang.” Jawab Ibu.
1
Aku pernah mendengar di radio “Bahwa anak-anak bangsa harus menerima
pendidikan yang layak karena kelak merekalah yang membangun bangsa ini.”
Tapi anak-anak seusiaku banyak yang tak menerima pendidikan yang layak
“Iya.”
Angga adalah temanku sama sepertiku yang tak pernah mengenal bangku
sekolah di pikirannya hanya uang saja. Baginya tidak perlu pendidikan tinggi
atau keahlian khusus untuk memulung hanya butuh karung besar untuk
2
“Angga apa kamu pernah berpikir kalau kita bisa bersekolah.” Tanyaku.
Walaupun dia berkata seperti itu sebenarnya Angga punya mimpi yang besar
untuk bersekolah namun karena keadaan dia harus mengubur mimpinya. Dan
dia pernah berkata kalau sekolah itu hanya untuk orang-orang kaya saja.
sengaja dompetnya terjatuh dari saku celana, dan aku tepat berada di
belakangnya tanpa pikir panjang aku langsung mengambil dompet itu dan
langsung mengembalikannya.
3
. “Pak ini dompetnya jatuh.” Ujarku.
“Hmmm dasar.”
Tidak lama berselang saat aku dan Angga melepas dahaga di salah satu
pedagang kaki lima aku kembali melihat bapak yang tadi dompetnya terjatuh,
dari kejauhan dia seakan menuju ke arah tempat aku dan Angga.
“Kamu tadi yang mengembalikan dompet saya kan?” Tanya bapak itu.
Ujarnya.
4
Cukup lama kami berbincang namun ada satu pertanyaan yang membuatku
Cukup lama kami berbincang namun ada satu pertanyaan yang membuatku sedikit
sedikit merasa sedih
merasa sedih dan sejenak
dan sejenak aku
aku terdiam. terdiam.
Yang Yang
sebelumnya sebelumnya
pertanyaan itu tidak pertanyaan
pernah ditanyakan oleh seorang yang berpenampilan rapi dengan tutur bahasa
yang santun.
tersebut itu tidak pernah ditanyakan oleh seorang yang berpenampilan rapi
“Apa kalian berdua ingin bersekolah seperti anak lainnya.” Tanya bapak itu.
“Mungkin tidak ada anak yang tak ingin bersekolah Pak termasuk kami berdua
dan teman-teman kami lainnya tapi bagi kami duduk di bangku sekolah dan
5
“Tak ada yang tidak mungkin” kata yang diucapkan Bapak itu dan kata-kata
yang membuat diriku sedikit tidak percaya bahwa dia menerima kami anak-
anak di perumahan kumuh untuk bersekolah dengan layak yang tidak harus
Aku dan Angga seakan membisu merasa tidak percaya, yang dulu bersekolah